Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS HOMELESS

DI RUMAH SINGGAH SATOE ATAP SEMARANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akademik Mata Ajar Keperawatan Komunitas

Dosen Pembimbing Ns. Nurullya Rachma, S.Kep, M.Kep.Sp.Kom

Koordinator Mata AjarNs. Artika Nurrahima, S.Kep

Disusun oleh :

Erika Prilly Diah S 22020111130051

Fitriya Nur R 22020111130055

Galuh Forestry Mentari 22020111130056

Intan Cahya Alfiana 22020111130053

Rahma Nur Hasanah 22020111130054

Thatit Sinubawardani 22020111130052

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2014
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS HOMELESS

ANAK-ANAK DI RUMAH SINGGAH SATOE ATAP SEMARANG

I. DATA PENGKAJIAN
Hari / Tanggal pengkajian : Rabu, 12 November 2014
Pukul : 15.00 – 17.30 WIB
Tempat : Rumah Singgah Satoe Atap Gang Kelinci I Kelurahan
Pandeanlamper Kecamatan Gayamsari Kota Semarang

A. Dimensi Sosial
1. Distribusi Kebiasaan Anak Melapor ke Orang Tua Saat Sakit Kulit
Diagram 1.1 Distribusi frekuensi berdasarkan kebiasaan anak jalanan yang
melapor ke orang tua saat sakit kulit di Satoe Atap Gang Kelinci I Kel.
Pandeanlamper, Kec. Gayamsari, Semarang November 2014 (n=24)

Melapor ke orang tua saat sakit kulit


17%

Ya
83%
Tidak

Diagram 1.1 menunjukkan bahwa ketika anak jalanan sakit kulit akan melapor
kepada orang tua sebanyak 83% (20 responden) dan yang tidak melapor
sebanyak 17% (4 responden).
2. Distribusi Kebiasaan Anak Melapor ke Pembina Saat Sakit Kulit
Diagram 1.2 Distribusi frekuensi berdasarkan kebiasaan anak jalanan melapor
ke pembina rumah singgah saat sakit kulit di Satoe Atap Gang Kelinci I Kel.
Pandeanlamper, Kec. Gayamsari, Semarang November 2014 (n=24)

Melapor ke pembina rumah singgah saat sakit kulit

46%
Ya
54%
Tidak

1
Diagram 1.2 menunjukkan bahwa ketika anak jalanan sakit kulit akan melapor
kepada pembina rumah singgah sebanyak 46% (11 responden) dan yang tidak
melapor sebanyak 54% (13 responden).
3. Distribusi Kebiasaan Melapor Penerimaan Uang Saku
Diagram 1.3 Distribusi frekuensi berdasarkan kebiasaan anak jalanan dalam
menerima uang saku di Satoe Atap Gang Kelinci I Kel. Pandeanlamper, Kec.
Gayamsari, Semarang November 2014 (n=24)

Mendapat uang saku dari orang tua


4%

Ya
96% Tidak

Diagram 1.3 menunjukkan bahwa anak jalanan mendapatkan uang saku dari
orang tuanya sebanyak 96% (23 responden) dan yang tidak mendapatkan uang
saku dari orang tua sebanyak 4% (1 responden).
4. Distribusi Dukungan Keluarga Terhadap Kebersihan Diri
Diagram 1.4 Distribusi frekuensi berdasarkan dukungan keluarga terhadap
kebersihan diri anak jalanan di Satoe Atap Gang Kelinci I Kel.
Pandeanlamper, Kec. Gayamsari, Semarang November 2014 (n=24).

Keluarga menyuruh untuk bersih - bersih


4%

Ya
96% Tidak

Diagram 1.4 menunjukkan bahwa keluarga menyuruh untuk membersihkan


diri sebanyak 96% (23 responden), dan tidak menyuruh untuk membersihkan
diri sebanyak 4% (1 responden).

2
5. Distribusi Aktifitas Anak jalanan Setelah Pulang Sekolah
Diagram 1.5 Distribusi frekuensi berdasarkan aktifitas anak jalanan setelah
pulang sekolah di Satoe Atap Gang Kelinci I Kel. Pandeanlamper, Kec.
Gayamsari, Semarang November 2014 (n=24)

Aktifitas setelah pulang sekolah


20 18
14
9
10 6

0
Bermain Tidak Bermain Bekerja Tidak Bekerja

Diagram 1.5 menunjukkan bahwa kegiatan anak jalanan sepulang sekolah


yang hanya bermain sebanyak 9% (9 responden), yang bermain sebanyak 14%
(14 responden), yang bekerja sebanyak 7% (6 responden) dan yang tidak
bekerja sebanyak 18% (18 responden).
6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Intensitas Anak jalanan Berkunjung
Ke Rumah Singgah
Diagram 1.9 Distribusi frekuensi intensitas anak jalanan berkunjung ke rumah
singgah di Satoe Atap Gang Kelinci I Kel. Pandeanlamper, Kec. Gayamsari,
Semarang November 2014 (n=24).

Mengunjungi rumah singgah lebih dari 2x


1minggu
25%
Ya
75%
Tidak

Diagram 1.9 menunjukkan bahwa intensitas anak jalanan berkunjung ke rumah


singgah yang lebih dari 2x 1 minggu sebanyak 25% (6 responden) dan yang
berkunjung kurang dari 2x 1 minggu sebanyak 75% (18 responden).
7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Agama yang Dianut Anak jalanan di
Rumah Singgah
Diagram 1.11 Distribusi frekuensi berdasarkan agama yang dianut anak
jalanan di rumah singgah di Satoe Atap Gang Kelinci I Kel. Pandeanlamper,
Kec. Gayamsari, Semarang November 2014 (n=24)
3
Agama
40 23
20
1
0
Islam Kristen

Diagram 1.9 menunjukkan bahwa agama yang dianut oleh anak jalanan di
rumah singgah sebanyak 96% (23 responden) beragama Islam dan sebanyak
4% (1 responden) beragama Kristen.
8. Distribusi Usia Anak jalanan di Rumah Singgah
Diagram 1.12 Distribusi frekuensi berdasarkan usia anak jalanan di rumah
singgah di Satoe Atap Gang Kelinci I Kel. Pandeanlamper, Kec. Gayamsari,
Semarang November 2014 (n=24)

Usia
20
10
0
6-9 tahun 10-12 tahun 13-15 tahun

Diagram 1.12 menunjukkan bahwa rata - rata usia anak jalanan di rumah
singgah sebanyak 25% (6 responden) berusia 6-9 tahun, sebanyak 54% (13
responden) berusia 10-12 tahun dan sebanyak 21% (5 responden) berusia 13-
15 tahun.
9. Distribusi Jenis Kelamin Anak jalanan di Rumah Singgah
Diagram 1.13 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin anak jalanan di
rumah singgah di Satoe Atap Gang Kelinci I Kel. Pandeanlamper, Kec.
Gayamsari, Semarang November 2014 (n=24).

Jenis Kelamin

50% 50% Laki - laki


Perempuan

4
Diagram 1.13 menunjukkan bahwa jenis kelamin responden di rumah singgah
sebanyak 50% (12 responden) berjenis kelamin perempuan dan sebanyak 50%
(12 responden) berjenis kelamin laki – laki.

B. Dimensi Epidemiologi
1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Sakit Kulit
Diagram 2.1 Distribusi frekuensi berdasarkan kejadian sakit kulit dengan
responden anak jalanan di rumah singgah Satoe Atap yang berlokasi di Gang
Kelinci I, di Kelurahan Pandeanlamper , Kecamatan Gayamsari, Semarang
November 2014 (n=24).

Kejadian Sakit Kulit


13%
Pernah
Tidak Pernah
87%

Diagram di atas menunjukkan bahwa 87% responden (21 anak) pernah


menderita sakit kulit, dan 13% responden (3 anak) tidak pernah menderita
sakit kulit.
2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Keluhan Gatal Saat Menderita Sakit
Kulit
Diagram 2.2 Distribusi frekuensi berdasarkan keluhan gatal saat menderita
sakit kulit dengan responden anak jalanan di rumah singgah Satoe Atap yang
berlokasi di Gang Kelinci I, di Kelurahan Pandeanlamper , Kecamatan
Gayamsari, Semarang November 2014 (n=24).

Keluhan Gatal
25%
Ya
Tidak
75%

Diagram ini menunjukkan bahwa sejumlah 75% responden (18 anak)


mengeluh gatal saat menderita penyakit kulit, dan 25% responden (6 anak)
tidak mengeluh gatal saat menderita penyakit kulit.

5
3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Durasi Sakit Kulit
Diagram 2.2 Distribusi frekuensi berdasarkan keluhan durasi sakit kulit
dengan responden anak jalanan di rumah singgah Satoe Atap yang berlokasi
di Gang Kelinci I, di Kelurahan Pandeanlamper , Kecamatan Gayamsari,
Semarang November 2014 (n=24).

Lama Sakit Kulit


8% 21%
> 1 minggu

71% 1 minggu
4 hari

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa 71% responden (17 anak)
menderita sakit kulit selama 1 minggu, 21% responden (5 anak) menderita
sakit kulit lebih dari 1minggu, dan 8% responden (2 anak) menderita sakit
kulit selama 4 hari.
4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Timbulnya Bekas Luka Akibat Sakit
Kulit
Diagram 2.2 Distribusi frekuensi berdasarkan timbulnya bekas luka akibat
sakit kulit dengan responden anak jalanan di rumah singgah Satoe Atap yang
berlokasi di Gang Kelinci I, di Kelurahan Pandeanlamper , Kecamatan
Gayamsari, Semarang November 2014 (n=24).

Timbulnya Bekas Luka

50% 50% Ya
Tidak

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa 50 % responden (12 anak)


memiliki bekas luka akibat penyakit kulit, 50 % responden (12 anak) tidak
memiliki bekas luka akibat penyakit kulit.
5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kekambuhan Penyakit Kulit
Diagram 2.2 Distribusi frekuensi berdasarkan kekambuhan penyakit kulit
dengan responden anak jalanan di rumah singgah Satoe Atap yang berlokasi

6
di Gang Kelinci I, di Kelurahan Pandeanlamper , Kecamatan Gayamsari,
Semarang November 2014 (n=24).

Kekambuhan Penyakit Kulit


29%
Kambuh
71%
Tidak Kambuh

Diagram di atas menunjukkan angka kekambuhan penyakit kulit, dimana 29%


responden (7 anak) mengalami kekambuhan penyakit kulit, dan 71%
responden (17 anak) tidak mengalami kekambuhan.
6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perasaan Anak Jalanan Saat
Mengalami Sakit Kulit
Diagram 2.2 Distribusi frekuensi berdasarkan perasaan anak jalanan saat
mengalami sakit kulit dengan responden anak jalanan di rumah singgah Satoe
Atap yang berlokasi di Gang Kelinci I, di Kelurahan Pandeanlamper,
Kecamatan Gayamsari, Semarang November 2014 (n=24).

Perasaan Saat Menderita Sakit Kulit


46% Merasa Terganggu
54%
Tidak Terganggu

Diagram di atas menunjukkan bahwa 46% responden 11 (anak) merasa


terganggu dengan sakit kulit yang dideritanya, dan 54% responden (13 anak)
tidak merasa terganggu dengan penyakit kulitnya.
7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kunjungan ke Puskesmas Saat
Menderita Sakit Kulit
Diagram 2.2 Distribusi frekuensi berdasarkan kunjungan ke Puskesmas saat
menderita sakit kulit dengan responden anak jalanan di rumah singgah Satoe
Atap yang berlokasi di Gang Kelinci I, di Kelurahan Pandeanlamper,
Kecamatan Gayamsari, Semarang November 2014 (n=24).

7
Kunjungan ke Puskesmas Saat
Menderita Sakit Kulit
33%
Ya
Tidak
67%

Diagram di atas menunjukkan bahwa 67% (16 anak) memeriksakan diri ke


Puskesmas saat menderita sakit kulit, dan 33% (8 anak) tidak memeriksakan
diri ke Puskesmas saat sakit kulit.
8. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perasaan Malu yang Muncul Akibat
Sakit Kulit
Diagram 2.2 Distribusi frekuensi berdasarkan perasaan malu yang muncul
akibat sakit kulit dengan responden anak jalanan di rumah singgah Satoe Atap
yang berlokasi di Gang Kelinci I, di Kelurahan Pandeanlamper , Kecamatan
Gayamsari, Semarang November 2014 (n=24).

Perasaan Malu Saat Sakit Kulit

42%
Malu
58%
Tidak Malu

Diagram di atas menunjukkan bahwa sejumlah 42% responden (10 anak)


merasa malu karena menderita sakit kulit, dan 58% responden (14 anak) tidak
merasa malu karena sakitnya.
9. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Persepsi Anak Jalanan Terhadap
Penyakit Kulit yang Diderita
Diagram 2.2 Distribusi frekuensi berdasarkan persepsi anak jalanan terhadap
penyakit kulit yang diderita dengan responden anak jalanan di rumah singgah
Satoe Atap yang berlokasi di Gang Kelinci I, di Kelurahan Pandeanlamper ,
Kecamatan Gayamsari, Semarang November 2014 (n=24).

8
Persepsi Anak Jalanan terhadap
Penyakitnya
33%
Biasa Saja
Perlu Mendapat perhatian
67%

Diagram di atas menunjukkan bahwa 67% responden (16 anak) menganggap


bahwa penyakit kulit merupakan hal yang biasa saja, dan 33% responden (8
anak) menganggap bahwa penyakit kulit perlu mendapatkan perhatian khusus.
10. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Penyakit Kulit yang Pernah
Diderita
Diagram 2.2 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis penyakit kulit yang pernah
diderita dengan responden anak jalanan di rumah singgah Satoe Atap yang
berlokasi di Gang Kelinci I, di Kelurahan Pandeanlamper , Kecamatan
Gayamsari, Semarang November 2014 (n=24).

Jenis Penyakit Kulit yang Pernah Diderita


9 8
8 7
7
6 Panu, Kadas
5 Herpes atau Cacar
4 3 Jerawat atau bisul
3 2 2
2 Gatal
1
Tidak pernah
0
Panu, Kadas Herpes atau Jerawat atau Gatal Tidak pernah
Cacar bisul

Diagram di atas menunjukkan jumlah anak yang menderita penyakit kulit


berdasarkan jenis penyakit yang pernah diderita, didapatkan data bahwa 18%
responden (2 anak) pernah menderita sakit panu/kadas, 32% responden (8
anak) pernah menderita penyakit cacar air, 28% responden (7 anak) pernah
mengalami jerawat atau bisul, 8% responden (2 anak) pernah menderita gatal-
gatal, 12% responden (3 anak) tidak pernah menderita penyakit kulit.

9
11. Distribusi Waktu Merasakan Keluhan Saat Sakit Kulit
Diagram 2.2 Distribusi frekuensi berdasarkan waktu merasakan keluhan saat
sakit kulit dengan responden anak jalanan di rumah singgah Satoe Atap yang
berlokasi di Gang Kelinci I, di Kelurahan Pandeanlamper , Kecamatan
Gayamsari, Semarang November 2014 (n=24).

Waktu Merasakan Keluhan


15
10 Pagi Hari
10 6
4 Siang Hari
5 3
Malam Hari
0
Tidak Merasakan Apa-Apa
Pagi Hari Siang Hari Malam
Tidak
HariMerasakan Apa-Apa

Diagram di atas menunjukkan bahwa keluhan saat menderita sakit kulit


dirasakan paling banyak pada waktu malam hari yaitu 42% responden (10
anak). Data selanjutnya menunjukkan bahwa yang merasakan keluhan pada
pagi hari adalah 17% (4 anak), siang hari 12% (3 anak), tidak merasakan apa-
apa 25% (6 anak).

C. Rekapitulasi Data Dimensi Perilaku dan Lingkungan


1. Dimensi Perilaku
a. Distribusi Lokasi Mandi
Diagram 3.1.Distribusi lokasi mandi dengan responden anak jalanan di
rumah singgah Satoe Atap yang berlokasi di Gang Kelinci I, Kelurahan
Pandeanlamper, Kecamatan Gayamsari, Semarang November 2014.

Melakukan Kegiatan Mandi di Rumah


17%

Ya
83%
Tidak

Diagram 3.1. Menunjukkan bahwa lokasi anak jalanan melakukan


kegiatan mandi, paling banyak responden menjawab di rumah sebesar
83% (20 responden) dan sisanya menjawab tidak melakukankegiatan
mandi di rumah sendiri sebesar 17% (4 responden).

10
b. Distribusi Mengganti Pakaian dalam Sehari
Diagram 3.2.Distribusi frekuensi berdasarkan mengganti pakaian dalam
sehari dengan responden anak jalanan di rumah singgah Satoe Atap yang
berlokasi di Gang Kelinci I, Kelurahan Pandeanlamper, Kecamatan
Gayamsari, Semarang November 2014.

Berganti pakaian lebih dari Dua Kali


Sehari
25%
Ya
75%
Tidak

Diagram 3.2. Menunjukkan bahwa frekuensi berdasarkan mengganti


pakaian dalam sehari, paling banyak responden menjawab lebih dari dua
kali dalam sehari sebesar 75% (18 responden) dan sisanya menjawab
kurang dari dua kali sehari sebesar 25% (6 responden).
c. Distribusi Jenis Air yang digunakan untuk Kebersihan Diri
Diagram 3.3. Distribusi jenis air yang digunakan untuk kebersihan diri
dengan responden anak jalanan di rumah singgah Satoe Atap yang
berlokasi di Gang Kelinci I, Kelurahan Pandeanlamper, Kecamatan
Gayamsari, Semarang November 2014.

Mandi dengan Air Jernih


4%

Ya
96% Tidak

Diagram 3.3. Menunjukkan bahwa jenis air yang digunakan untuk


kebersihan diri pada anak jalanan, paling banyak responden menjawab
mandi dengan air jernih sebesar 96% (23 responden) dan sisanya
menjawab melakukan mandi dengan menggunakan air keruh sebesar 4%
(1 responden).

11
d. Distribusi Aktivitas dalam Sehari
Diagram 3.4.Distribusi frekuensi aktivitas dalam sehari dengan responden
anak jalanan di rumah singgah Satoe Atap yang berlokasi di Gang Kelinci
I, Kelurahan Pandeanlamper, Kecamatan Gayamsari, Semarang
November 2014.

Menghabiskan setengah hari untuk


bermain

50% 50% Ya
Tidak

Diagram 3.4. Menunjukkan bahwa frekuensi aktivitas anak jalanan dalam


sehari yang dilakukan seusai sekolah, responden yang menjawab
menghabiskan waktu sepulang sekolah dengan bermain adalah sebesar
50% ( 12 responden ) dan responden yang menjawab tidak sebesar 50% (
12 responden).

2. Dimensi Lingkungan
a. Distribusi Lokasi Tempat Bermain dalam Sehari
Diagram 3.5.Distribusi lokasi tempat bermain dalam sehari dengan
responden anak jalanan di rumah singgah Satoe Atap yang berlokasi di
Gang Kelinci I, Kelurahan Pandeanlamper, Kecamatan Gayamsari,
Semarang November 2014.

Bermain di area Kotor dan Berasap

21%
Ya
79% Tidak

Diagram 3.5. Menunjukkan bahwa lokasi tempat bermain dalam sehari


untuk anak jalanan, paling banyak responden menjawab tidak bermain di

12
area kotor dan berasap sebesar 79% (19 responden) dan sisanya menjawab
bermain di area kotor dan berasap sebesar 21% (5 responden).
b. Distribusi Kegiatan Anak Jalanan
Diagram 3.7.Distribusi kegiatan anak jalanan dengan responden anak
jalanan di rumah singgah Satoe Atap yang berlokasi di Gang Kelinci I,
Kelurahan Pandeanlamper, Kecamatan Gayamsari, Semarang November
2014.

Pernah Mengamen atau Mengemis


4%

Ya
96% Tidak

Diagram 3.7. Menunjukkan bahwa kegiatan anak jalanan, paling banyak


responden menjawab tidak pernah melakukan kegiatan mengemis atau
mengamen sebesar 96% (23responden) dan sisanya menjawab pernah
melakukan kegiatan mengemis dan mengamen sebesar 4% (1 responden).
c. Distribusi Riwayat Penyakit Kulit Keluarga
Diagram 3.8.Distribusi riwayat penyakit kulit keluarga dengan responden
anak jalanan di rumah singgah Satoe Atap yang berlokasi di Gang Kelinci
I, Kelurahan Pandeanlamper, Kecamatan Gayamsari, Semarang
November 2014.

Anggota Keluarga Pernah


Mengalami Sakit Kulit
46% Ya
54%
Tidak

Diagram 3.8. Menunjukkan bahwa riwayat penyakit kulit keluarga, paling


banyak responden menjawab anggota keluarga pernah mengalami sakit
kulit sebesar 54% (13 responden) dan sisanya menjawab tidak pernah
mengalami penyakit kulit sebesar 46% (11 responden).
13
d. Distribusi Dukungan Sosial (Keluarga)
Diagram 3.9.Distribusi dukungan sosial (keluarga) dengan responden anak
jalanan di rumah singgah Satoe Atap yang berlokasi di Gang Kelinci I,
Kelurahan Pandeanlamper, Kecamatan Gayamsari, Semarang November
2014.

Orang Tua selalu Mengingatkan


Untuk Menjaga Kebersihan Tubuh
25%
Ya
Tidak
75%

Diagram 3.9. Menunjukkan bahwa dukungan sosial (keluarga) dalam hal


mengingatkan untuk menjaga kebersihan tubuh, paling banyak responden
menjawab keluarga selalu mengingatkan untuk menjaga kebersihan diri
sebesar 75% (18 responden) dan sisanya menjawab keluarga tidak
mengingatkan untuk menjaga kebersihan diri sebesar 25% (6 responden).
e. Distribusi Dukungan Sosial (Keluarga)
Diagram 3.10.Distribusi dukungan sosial (keluarga) dengan responden
anak jalanan di rumah singgah Satoe Atap yang berlokasi di Gang Kelinci
I, Kelurahan Pandeanlamper, Kecamatan Gayamsari, Semarang
November 2014.

Orang Tua selalu Menyiapkan Baju


Ganti yang Bersih
29%
Ya
71%
Tidak

Diagram 3.10. Menunjukkan bahwa dukungan sosial (keluarga) dalam hal


menyiapkan baju ganti yang bersih, paling banyak responden menjawab
disiapkan baju yang bersih sebesar 71% (17 responden) dan sisanya
menjawab tidak disiapkan sebesar 29% (7 responden).

14
f. Distribusi Dukungan Sosial (Keluarga)
Diagram 3.11.Distribusi dukungan sosial (keluarga) dengan responden
anak jalanan di rumah singgah Satoe Atap yang berlokasi di Gang Kelinci
I, Kelurahan Pandeanlamper, Kecamatan Gayamsari, Semarang
November 2014.

Orang Tua selalu Menyediakan Alat-


alat Kebersihan Diri

33%
Ya
67%
Tidak

Diagram 3.11. Menunjukkan bahwa lokasi dukungan sosial (keluarga)


dalam hal penyediaan alat-alat kebersihan anak jalanan, paling banyak
responden menjawab disediakan sebesar 67% (16 responden) dan sisanya
menjawab tidak disediakan sebesar 33% (8 responden).
g. Distribusi Dukungan Sosial (Pembina Rumah Singgah)
Diagram 3.12.Distribusi dukungan sosial (pembina rumah singgah)
dengan responden anak jalanan di rumah singgah Satoe Atap yang
berlokasi di Gang Kelinci I, Kelurahan Pandeanlamper, Kecamatan
Gayamsari, Semarang November 2014.

Pembina Turut Mengingatkan Untuk


Mandi
29%
Ya
Tidak
71%

Diagram 3.12. Menunjukkan bahwa dukungan sosial (pembina rumah


singgah) dalam hal mengingatkan untuk menjaga kebersihn tubuh, paling
banyak responden menjawab di ingatkan sebesar 71% (17 responden) dan
sisanya menjawab tidak diingatkan sebesar 29% (7 responden).

15
h. Distribusi Dukungan Sosial (Puskesmas)
Diagram 3.13.Distribusi dukungan soaial (Puskesmas) dengan responden
anak jalanan di rumah singgah Satoe Atap yang berlokasi di Gang Kelinci
I, Kelurahan Pandeanlamper, Kecamatan Gayamsari, Semarang
November 2014.

Petugas Puskesmas Melakukan


Pengecekan di Rumah Singgah
33%
Ya
Tidak
67%

Diagram 3.13. Menunjukkan bahwa dukungan soaial (Puskesmas) dalam


mengontrol dan turut mencegah penyebaran penyakit, paling banyak
responden menjawab tidak di periksa atau diperiksakan oleh Pembina dan
petugas kesehatan puskesmas sebesar 67% (16 responden) dan sisanya
menjawab menerima pemeriksaan sebesar 33% (8 responden).

D. Rekapitulasi Data Dimensi Edukasi


1. Distribusi Kebiasaan Perilaku Cuci Tangan Ketika Makan
Diagram 4.1 Distribusi frekuensi berdasarkan kebiasaan perilaku cuci tangan
sebelum dan sesudah makan anak jalanan di Satoe Atap Gang Kelinci I Kel.
Pandeanlamper, Kec. Gayamsari, Semarang November 2014 (n=24).

Cuci Tangan Sebelum & Sesudah


Makan
4%

Ya
96%
Tidak

Diagram 4.1 menunjukkan bahwa perilaku cuci tangan anak jalanan paling
banyak yaitu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan sebesar 96 % (23
responden) sedangkan sebesar 4% (1 responden) mengatakan tidak melakukan
cuci tangan sebelum dan sesudah makan.

16
2. Distribusi Kebiasaan Perilaku Cuci Tangan Ketika BAK/BAB
Diagram 4.2 Distribusi frekuensi berdasarkan kebiasaan perilaku cuci tangan
sebelum dan sesudah BAK/BAB anak jalanan di Satoe Atap Gang Kelinci I
Kel. Pandeanlamper, Kec. Gayamsari, Semarang November 2014 (n=24).

Cuci Tangan Sebelum & Sesudah


BAK/BAB
4%

Ya
96% Tidak

Diagram 4.2 menunjukkan bahwa perilaku cuci tangan anak jalanan paling
banyak yaitu mencuci tangan sebelum dan sesudah BAK/BAB sebesar 96 %
(23 responden) sedangkan sebesar 4% (1 responden) mengatakan tidak
melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah BAK/BAB.
3. Distribusi Kebiasaan Perilaku Cuci Tangan Setelah Bermain
Diagram 4.3 Distribusi frekuensi berdasarkan kebiasaan perilaku cuci tangan
sesudah bermain anak jalanan di Satoe Atap Gang Kelinci I Kel.
Pandeanlamper, Kec. Gayamsari, Semarang November 2014 (n=24).

Cuci Tangan Sesudah Bermain


13% 0%
Ya
87% Tidak

Diagram 4.3 menunjukkan bahwa perilaku cuci tangan anak jalanan paling
banyak yaitu mencuci tangan sesudah bermain sebesar 84% (20 responden)
sedangkan sebesar 13% (3 responden) mengatakan tidak melakukan cuci
tangan sesudah.
4. Distribusi Respon Tubuh Ketika Tidak Mandi
Diagram 4.4 Distribusi frekuensi berdasarkan respon tubuh ketika tidak mandi
pada anak jalanan di Satoe Atap Gang Kelinci I Kel. Pandeanlamper, Kec.
Gayamsari, Semarang November 2014 (n=24).

17
Risih & Gatal Bila Tidak Mandi
8%

Ya
92% Tidak

Diagram 4.4 menunjukkan bahwa respon tubuh anak jalanan paling banyak
yaitu risih dan gatal bila tidak mandi sebesar 92% (22 responden) sedangkan
sebesar 8% (2 responden) mengatakan tidak merasakan risih maupun gatal bila
tidak mandi.
5. Distribusi Pendidikan Bersih Diri yang Didapatkan
Diagram 4.5 Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan bersih diri yang
didapatkan anak jalanan di Satoe Atap Gang Kelinci I Kel. Pandeanlamper,
Kec. Gayamsari, Semarang November 2014 (n=24).

Diajari Orang Tua Cara Bersih Diri


4%

Ya
96% Tidak ada keterangan

Diagram 4.5 menunjukkan bahwa pendidikan bersih diri yang didapatkan anak
jalanan paling banyak yaitu diajari orang tua cara bersih diri sebesar 96% (23
responden) sedangkan sebesar 4% (1 responden) tidak teridentifikasi.
6. Distribusi Persepsi Anak Jalanan Terhadap Penampilan
Diagram 4.6 Distribusi frekuensi berdasarkan persepsi anak jalanan terhadap
penampilannya di Satoe Atap Gang Kelinci I Kel. Pandeanlamper, Kec.
Gayamsari, Semarang November 2014 (n=24).

18
Merasa Risih tidak Berpenampilan Rapih
12% 0%

Ya
Tidak
88%

Diagram 4.6 menunjukkan bahwa persepsi anak jalanan paling banyak


terhadap penampilan yaitu merasa risih tidak berpenampilan rapih sebesar
88% (15 responden) sedangkan sebesar 12% (2 responden) mengatakan tidak
merasa risih ketika tidak berpenampilan.
7. Distribusi Hukuman yang Didapat Anak Jalanan Terhadap Kebersihan
Diri.
Diagram 4.8 Distribusi frekuensi berdasarkan hukuman yang didapat anak
jalanan terhadap kebersihan diri di Satoe Atap Gang Kelinci I Kel.
Pandeanlamper, Kec. Gayamsari, Semarang November 2014 (n=24).

Ditegur Bila Tidak Bersihkan Diri


9% 0%
Ya
Tidak
91%

Diagram 4.8 menunjukkan bahwa hukuman yang didapat anak jalanan


terhadap kebersihan diri paling banyak yaitu ditegur bila tidak bersihkan diri
sebesar 91% (20 responden) sedangkan sebesar 9% (2 responden) mengatakan
tidak ditegur bila tidak bersihkan diri.
8. Distribusi Perlengkapan Mandi yang Digunakan.
Diagram 4.9 Distribusi frekuensi berdasarkan peralatan mandi yang digunakan
anak jalanan di Satoe Atap Gang Kelinci I Kel. Pandeanlamper, Kec.
Gayamsari, Semarang November 2014 (n=24)

19
Alat Mandi yang Digunakan
30 23
20
10
1
0
Sabun, sikat gigi, dan handuk Sabun, sikat gigi, pasta gigi,
sampo, dan handuk

Diagram 4.9 menunjukkan bahwa peralatan mandi yang digunakan anak


jalanan paling banyak yaitu sabun, sikat gigi, pasta gigi, sampo, dan handuk
sebesar 96% (23 responden) sedangkan sebesar 4% (1 responden) mengatakan
hanya menggunakan sabun, sikat gigi, dan handuk.
9. Distribusi Hukuman yang Diberikan Ketika Tidak Membersihkan Diri
Diagram 4.10 Distribusi frekuensi berdasarkan hukuman yang diberikan ketika
tidak membersihkan diri pada anak jalanan di Satoe Atap Gang Kelinci I Kel.
Pandeanlamper, Kec. Gayamsari, Semarang November 2014 (n=24)

Hukuman Jika Tidak Bersihkan Diri


30
20
20
Hukuman Jika Tidak
10 3 Bersihkan Diri
1
0
Tidak ada Dimarahi

Diagram 4.10 menunjukkan bahwa hukuman yang diberikan ketika tidak


membersihkan diri pada anak jalanan adalah tidak ada sebesar 13% (3
responden), dimarahi sebesar 87% (20 responden).

E. Dimensi Administrasi dan Kebijakan


1. Kerjasama semua Pembina dalam mendisiplinkan pelaksanaan personal hygien
pada anak jalanan?
2. Adakah rapat tertentu untuk membahas masalah ini?
3. Berasal dari manakah sumber dana yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan
anak jalanan terkait dalam pembiasaan perilaku hidup bersih dan sehat?

20
TRANSKRIP WAWANCARA UNTUK PEMBINA RUMAH SINGGAH

Narasumber : Yudhanoorsanti Elmonita


Pekerjaan : Pengelola & Relawan Rumah Singgah Satoe Atap
Waktu : 12 November 2014

Hasil Wawancara :
Mahasiswa : “Assalaamu’alaikum, Mbak Momon..Terimaksih atas waktunya.
Saya Fitriya, mahasiswa dari Keperawatan Undip. Kemarin kami
sudah melakukan pengkajian kepada anak-anak melalui angket yang
kami sebar di Satoe Atap.Nah, pada pengkajian selain untuk anak-
anak, kami juga ada wawancara dengan pengelola.

Ini ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab terkait dengan


kebersihan diri dan penyakit kulit yang biasanya menyerang anak-
anak.Kenapa kami mengambil penyakit kulit karena anak-anak yang
kurang terjaga kebersihan diri dan sering terpapar polusi jalanan
lebih sering mengalami penyakit kulit.

Pertanyaan yang pertama, kerjasama Pembina dengan institusi lain


dalam mendisiplinkan pelaksanaan kebersihan diri dari anak-anak
bagaimana, Mbak?”

Narasumber : “Ehm… kerjasamanya ya, kalau kerjasamanya berarti spesifik terkait


dengan kebersihan diri. Selama ini dari pihak Satoe Atap sendiri
memang belum ada konsentrasi khusus bagian personal hygiene untuk
anak-anak jalanannya. Karena selama ini program berkaitan dengan
kebersihan diri lebih banyak dari mahasiswa yang datang untuk
penyuluhan, atau kadang bisa dari instansi lain. Tapi untuk perhatian
khusus berkaitan dengan kebersihan diri anak-anak selama ini belum
ada. Kami baru focus pada pendidikan, untuk kesehatan memang dari
Satoe Atap belum ada.”

Mahasiswa : “Oh, seperti itu ya, Mbak. Jadi selama ini dari mahasiswa yang sering
mengadakan penyuluhan tentang kebersihan diri ya, Mbak.Nah,

21
selanjutnya kami ingin Tanya. Di sini ada rapat tertentu gitu gak, Mbak
untuk menginisiasi adanya program tentang kebersihan diri anak-anak”

Narasumber : “Ehm… kalau rapat biasanya itu dari tim Satoe Atap dengan tim
penyuluh dari instansi luar baik dari mahasiswa maupun bukan
mahasiswa. Jadi gini nih, biasanya mereka yang memberikan
penyuluhan tentang pendidikan atau kebersihan .biasanya dari Satoe
Atap terlibat seperti briefing. Kita kan juga hadir di sana, dapat ilmu.
Sebelum dan sesudah acara, saat itu kami mendiskusikan program
yang akan diberikan.”

Mahasiswa : “Oh, ya gitu ya, Mbak. Pertanyaan terakhir tentang sumber dana
terkait program kebersihan diri untuk anak-anak. Tapi karena di Satoe
Atap ini belum ada program untuk itu, jadi untuk sumber dana itu
bagaimana, Mbak?”

Narasumber : “Sebenarnya untuk di Satoe Atap ini kan komunitas berbasis social, dan
condong kepada pendidikan terutama untuk anak jalanan dan kurang
mampu, jadi dananya itu bersumber dari donator. Nah, untuk berfokus
pada kebersihan diri anak-anak, dan kami tidak ada program khusus ya,
Mbak. Jadi kita hanya mendapatkan dari donator juga seperti mahasiswa
yang mengadakan penyuluhan. Atau pihak tersebut juga memiliki sponsor
khusus.”

Mahasiswa : “Oh, ya Mbak. Pertanyaan kami sementara itu.Terimakasih atas


waktunya.Kami telah diberikan kesempatan untuk pengkajian dan
memberikan penyuluhan di Satoe Atap.”

Narasumber : “Iya, sama-sama Mbak. Terimakasih juga”

22
II. ANALISA DATA
Data Fokus Masalah Etiologi
DO : Ketidakefektifan Ketidakmampuan
1. Dimensi Sosial pemeliharaan kesehatan membuat penilaian yang
- 4 dari 24 anak tidak melaporkan diri (00099) tepat
kepada orang tua saat menderita
sakit kulit
- 13 dari 24 anak tidak melapor ke
pembina rumah singgah saat sakit
- 1 dari 24 anak tidak disuruh untuk
membersihkan diri oleh keluarga
- 6 dari 24 anak bekerja setelah
pulang dari sekolah
2. Dimensi Epidemiologi
- 8 dari 24 anak tidak memeriksakan
diri ke puskesmas saat menderita
sakit kulit
3. Dimensi Edukasi
- 1 dari 24 anak tidak mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan
- 1 dari 24 anak tidak mencuci tangan
sebelum dan sesudah BAK/ BAB
- 3 dari 24 anak tidak mencuci tangan
sesudah bermain
- 2 dari 24 anak tidak merasa risih
atau gatal bila tidak mandi
- 2 dari 24 anak tidak merasa risih
bila tidak berpenampilan rapi
- 2 dari 24 anak tidak ditegur bila
tidak membersihkan diri
- 3 dari 24 anak tidak mendapatkan
hukuman ketika tidak

23
membersihkan diri
DS : -
DO : Perilaku kesehatan Status sosio ekonomi
1. Dimensi Epidemiologi cenderung beresiko yang rendah
- 21 dari 24 anak pernah menderita (00188)
penyakit kulit
- 18 dari 24 anak mengeluh gatal saat
sakit kulit
- 12 dari 24 anak memiliki bekas
luka akibat sakit kulit
- 7 dari 24 anak mengalami
kekambuhan penyakit kulit
- 11 dari 24 anak merasa terganggu
dengan penyakit kulit yang
dideritanya
- 8 dari 24 anak tidak memeriksakan
diri ke puskesmas saat menderita
sakit kulit
- 10 dari 24 anak merasa malu karena
menderita sakit kulit
- 16 dari 24 anak menganggap bahwa
penyakit kulit adalah hal yang biasa
atau tidak perlu mendapat perhatian
yang khusus
- 2 anak pernah menderita penyakit
panu, kadas, kurap, dan kutu air
- 8 anak pernah menderita herpes
atau cacar air
- 7 anak pernah memiliki jerawat
atau bisul
- 2 anak pernah menderita gatal-gatal
- 4 anak merasakan keluhan karena

24
sakit kulit pada pagi hari
- 3 anak merasakan keluhan karena
sakit kulit pada siang hari
- 10 anak merasakan keluhan karena
sakit kulit pada malam hari
2. Dimensi perilaku dan lingkungan
- 6 dari 24 anak berganti pakaian
kurang dari 2 kali sehari
- 1dari 24 anak mandi menggunakan
air keruh
- 5 dari 24 anak bermain di area kotor
dan berasap
- 1 dari 24 anak tinggal di lingkungan
rumah yang tidak bersih
- 1 dari 24 anak pernah melakukan
kegiatan mengamen atau mengemis
- 13 dari 24 anak tinggal di keluarga
yang pernah mengalami penyakit
kulit
- 6 dari 24 anak tidak diingatkan
keluarga untuk menjaga kebersihan
diri
- 7 dari 24 responden tidak disiapkan
baju bersih oleh orang tuanya
- 8 dari 24 anak tidak mendapatkan
alat-alat kebersihan diri dari orang
tua
- 7 dari 24 anak tidak diingatkan oleh
pembina untuk mandi
- 16 dari 24 anak tidak diperiksa oleh
puskesmas dan tidak diperiksakan
oleh pembina ke puskesmas

25
3. Dimensi Edukasi
- 1 dari 24 anak tidak mencuci tangan
sebeum dan sesudah makan
- 1 dari 24 anak tidak mencuci tangan
sebelum dan sesudah BAK/ BAB
- 3 dari 24 anak tidak mencuci tangan
sesudah bermain
- 2 dari 24 anak tidak merasa risih
atau gatal bila tidak mandi
- 2 dari 24 anak tidak merasa risih
bila tidak berpenampilan rapi
- 2 dari 24 anak tidak ditegur bila
tidak membersihkan diri
- 3 dari 24 anak tidak mendapatkan
hukuman ketika tidak
membersihkan diri
DS : -

26
III. PRIORITAS MASALAH
Diagnosa Kep A B C (A+2B)C
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan 24/40 x 100% = 60% 3 (cukup serius) 5 (efektif) (9+6) 5 = 75
Nilai : 9
diri (00099) b.d ketidakcukupan sumber
daya (keuangan)
Perilaku kesehatan cenderung beresiko 24/40 x 100% = 60% 5 (cukup serius) 7 (relatif efektif) (9+10) 7 = 133
(00188) b.d ketidakmampuan membuat Nilai : 9
penilaian yang tepat

IV. INTERVENSI KEPERAWATAN


Diagnosa Kep Tujuan Kode Rencana Tindakan Paraf
Pendek Tengah Panjang NIC
Perilaku Setelah dilakukan Setelah Setelah 5510 Health Education
kesehatan tindakan dilakukan dilakukan
1. Identifikasi faktor internal
cenderung keperawatan tindakan tindakan
beresiko: selama 1 bulan keperawatan keperawatan atau eksternal yang mungkin
kebersihan diri diharapkan selama 3 bulan selama 6 bulan
meningkatkan atau
(00188) b.d pengetahuan anak- diharapkan diharapkan
kurang anak tentang perilaku angka prevalensi mengurangi perilaku
pemahaman pentingnya beresiko sakit kulit
kesehatan
menjaga mengabaikan menurun dengan
kebersihan diri kebersihan diri kriteria hasil : 2. Kaji pengetahuan kesehatan
meningkat dengan berkurang 1. Jumlah anak
terakhir dan perilaku anak-
kriteria hasil: dengan kriteria yang
1. Seluruh anak hasil: mengalami anak terkait kebersihan diri
bisa 1. Seluruh sakit kulit
3. Identifikasi karakteristik dari
menjelaskan anak-anak menurun dari
frekuensi mandi 2x 21 anak anak-anak yang bisa

27
mandi dalam sehari. menjadi 10 mempengaruhi pemilihan
sehari 2. Seluruh anak anak.
strategi pendidikan
2. Seluruh anak berganti
bisa pakaian 2x kesehatan
menjelaskan sehari.
4. Gunakan strategi story
frekuensi 3. Seluruh anak
mengganti dapat telling untuk melakukan
pakaian, dalam mencuci
pendidikan kesehatan pada
sehari. tangan
3. Seluruh anak menggunaka anak-anak
bisa n air dan
5. Ajarkan strategi yang bisa
menjelaskan sabun.
cara cuci 4. Seluruh anak digunakan untuk
tangan yang mencuci
menurunkan perilaku
benar tangan dan
4. Seluruh anak kaki, serta kebersihan diri yang kurang
bisa menyikat
Learning Fasilitation (5520)
menjelaskan gigi sebelum
cara penularan tidur. 5520 6. Mulai pendidikan kesehatan
penyakit kulit.
(story telling) setelah anak-
5. Seluruh anak
bisa anak dikondisikan
menjelaskan
7. Ciptakan lingkungan
aktivitas yang
harus dilakukan kondusif untuk melakukan
sebelum tidur
pendidikan kesehatan
8. Siapkan materi yang sesuai
dengan nilai dan
kepercayaan anak-anak
28
9. Siapkan materi pendidikan
kesehatan yang menarik
10. Gunakan bahasa yang
familiar
11. Ulangi point penting yang
ingin ditekankan
12. Sediakan waktu untuk
diskusi atau Tanya jawab
13. Evaluasi pemahaman anak-
anak
Ketidakefektifan Setelah dilakukan Setelah Setelah 5510 Health Education
pemeliharaan tindakan dilakukan dilakukan 1. Identifikasi faktor internal
kesehatan diri keperawatan tindakan tindakan
atau eksternal yang mungkin
(00099) b.d selama 1 bulan keperawatan keperawatan
ketidakmampuan diharapkan selama 3 bulan selama 6 bulan meningkatkan atau
membuat pengetahuan anak- diharapkan diharapkan
mengurangi motivasi dalam
penilaian yang anak tentang perilaku pemeliharaan
tepat pemeliharaan pemeliharaan kesehatan diri pemeliharaan kesehatan
kesehatan diri kesehatan diri menjadi efektif
2. Kaji pengetahuan dan
meningkat dengan meningkat dengan kriteria
kriteria hasil: dengan kriteria hasil : perilaku pemeliharaan
1. Seluruh anak hasil: 1. Tidak adanya
kesehatan saat ini
mengetahui 1. Seluruh anak kekambuhan
pentingnya melaporkan penyakit kulit 3. Identifikasi karakteristik
memeriksakan pada orang 2. Tidak ada
dari anak-anak yang bisa
kesehatan diri tua saat sakit anak yang
29
di puskesmas kulit. sakit kulit mempengaruhi pemilihan
2. Seluruh anak 2. Seluruh anak
strategi pendidikan
mengetahui melaporkan
tanda dan pada kesehatan
gejala sakit pembina
4. Pilih strategi yang sesuai
kulit. rumah
3. Seluruh anak singgah saat dalam meningkatkan
mengetahui sakit kulit.
pemeliharaan kesehatan
pentingnya 3. Seluruh anak
membersihkan membersihk Decision Making Support
diri (mandi, an diri tanpa 5250
5. Informasikan kepada orang
cuci tangan diperintah
setelah keluarga tua dan pembina tentang
beraktivitas, 4. Seluruh anak
pentingnya peran mereka
berpakaian). memeriksak
an diri ke dalam pemeliharaan
puskesmas
kesehatan anak-anak
saat sakit
6. Fasilitasi anak-anak dalam
mencapai fasilitas kesehatan

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROSES


Hari / Diagnosa Implementasi Respon Tanda
Tanggal Tangan
Rabu/ 12 Ketidakefektifan - Kelompok menyiapkan instrument dan S : -
November perilaku kesehatan materi untuk pendidikan kesehatan pada O: instrument dan materi
2014 cenderung berisiko anak-anak pendidikan kesehatan sudah siap

30
: kebersihan diri - Kelompok melakukan briefing bersama S : Pembina Satoe Atap
b.d. kurang Pembina rumah singgah Satoe Atap memberitahukan agar kelompok
pemahaman lebih waspada terhadap barang-
barang karena anak-anak sedikit
“aktif”
O: Kelompok memahami regulasi
dan system yang diterapkan
- Menyiapkan ruangan dan peserta S:-
O: ruangan siap, di lantai 3 Satoe
Atap Gang Kelinci Pandeanlamper,
Gayamsari, Semarang. Target anak-
anak 30 orang datang.
- Membuka acara dan membaca doa S:-
O: suasana ramai, mulai kondusif
ketika membaca do’a
- Melakukan kontrak waktu S : anak-anak mengatakan jangan
lama lama
O: kontrak waktu disepakati 30
menit
- Membibing anak-anaak untuk mengisi S : anak-anak banyak menanyakan
pertanyaan di angket
31
angket yang diberikan O: anak-anak dapat mengisi
kuisioner hingga akhir
S : anak-anak menanyakan apakah
- Mengkondisikan anak-anak untuk ada hadiahnya atau tidak
menerima pendidikan kesehatan O: suasana kondusif setelah
Pembina Satoe Atap membantu
mengatur anak-anak
S:-
- Memberikan Pendidikan Kesehatan story O: anak-anak antusias
telling kepada anak-anaktentang mendengarkan story telling yang
penyebaran penyakit kulit diberikan

S : anak-anak mengatakan bahwa


- Meninjau peningkatan pengetahuan anak- penyakit kulit bisa gampang
anak tentang penyebaran penyakit kulit ditularkan ketika tidak mencuci
tangan setelah bermain
O : 3 anak yang ditunjuk maju
dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan.
S : anak-anak menanyakan kenapa
angketnya sama dengan yang tadi.
32
- Membimbing anak-anak untuk mengisi O : anak-anak mengisi angket
angket kembali dengan tenang hingga selesai
S : anak-anak meminta cerita lagi
O : anak-anak memahami pelajaran
- Memberi kesimpulan tentang acara yang yang diberikan melalui story telling
sudah dilakukan kepada anak-anak S : anak-anak mengatakan kenapa
sudah selesai acaranya.
- Menutup acara dan membaca doa O : anak-anak berdo’a dengan
hikmat
S : anak-anak mengatakan senang
dengan kegiatan hari ini. Pihak
- Melakukan evaluasi bersama Pembina Satoe Atap mengatakan sering-
Rumah Singgah Satoe Atap. sering mengadakan kegiatan disini,
kegiatan ini sangat membantu
O : tidak ada anak yang pulang
lebih dahulu sebelum acara selesai.
Anak-anak aktif memberi respon
pada kegiatan.

33
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Elizabeth T. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas: Teori dan


Praktik. Jakarta: EGC.

Clark, Mary Jo. 1999. Nursing in the Community: Dimension of Community


Health Nursing 3rd Edition. Stamford: Appleton & Lange.

Dochterman, Joanne Mc Cluskey dan Bulechek, Gloria M. 2008. Nursing


Intervention Classification (NIC). Fifth Edition. USA: Mosby Elsevier.

Friedman, Marlin M. 1998. Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik. Jakarta:


EGC.

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi


2012-2014. Jakarta: EGC.

Kuncara, Firdaus Dwi. 2013. Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Media


Video Personal Hygiene Kulit terhadap Perilaku Kulit Santri Putra
Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Semarang. Semarang: Skripsi
Undip.

34

Anda mungkin juga menyukai