Anda di halaman 1dari 14

APLIKASI SISTEM DESAIN IRIGASI EVAPOTRANSIPIRASI DAN IRIGASI

TETES MENGGUNAKAN POT PADA TANAMAN TOMAT (Lycopersicum


esculentum Mill)

Oleh:

Andri Eka Saputra (05021381924048)

Program Studi Teknik Pertanian, Universitas Sriwijaya, Palembang Sumatera Selatan

2021

ABSTRAK

Sistem pemberian air irigasi yang sesuai dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman
tomat sehingga tanaman tomat dapat tumbuh dengan baik. Irigasi dimaksudkan untuk
memberikan suplai air kepada tanaman dalam waktu, ruang, jumlah, dan mutu yang tepat.
Pencapaian tujuan tersebut dapat dicapai melalui berbagai teknik pemberian air irigasi.
Rancangan pemakaian berbagai teknik tersebut disesuaikan dengan karakteristik tanaman dan
kondisi setempat. Evapotranspirasi dipengaruhi oleh kadar kelembaban tanah, suhu, udara,
cahaya matahari dan angin. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 November hingga 28
November 2021, berlokasi di Jl. Mesuji 3, Kecamatan Sematang Borang, Keluran Lebung
Gajah, Palembang Sumatera Selatan. Dari system irigasi ini peniliti bisa memanfaatkan lahan
sempit untuk budidaya tanaman holtikultura seperti tomat, cabai, sayuran dan lain-lain, dapat
mengetahui berapa banyak air yang masuk kedalam masing2 pot dengan cara memutar keran
pada ember besar.

Kata Kunci: Irigasi Evapotranspirasi, Irigasi Tetes, Tanaman Tomat

Pendahuluan

Tomat merupakan salah satu sayuran yang sedang dikembang di Indonesia. Tomat memiliki
nilai ekonomi yang tinggi dan membutuhkan penanganan yang serius terutama dalam hal
peningkatan hasil produksi dan kualitas buah tomat (Wijayani dan Widodo, 2005). Tomat
membutuhkan air yang cukup untuk pertumbuhannya dan tidak tahan terhadap curah hujan
yang terus menerus karena akan menyebabkan pertumbuhan menjadi kurang optimal, selain
itu tomat akan mudah terserang penyakit dan akan menyebabkan buah tomat akan rusak dan
pecah-pecah (Tugiyono, 2005). Sistem pemberian air irigasi yang sesuai dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan air tanaman tomat sehingga tanaman tomat dapat tumbuh dengan baik.

Irigasi dimaksudkan untuk memberikan suplai air kepada tanaman dalam waktu, ruang,
jumlah, dan mutu yang tepat. Pencapaian tujuan tersebut dapat dicapai melalui berbagai
teknik pemberian air irigasi. Rancangan pemakaian berbagai teknik tersebut disesuaikan
dengan karakteristik tanaman dan kondisi setempat. Salah satu desain irigasi yaitu
evapotransipirasi dan irigasi tetes, dimana evapotransipirasi adalah unsur utama dalam
menghitung kebutuhan air tanaman yang kemudian menjadi dasar dalam penjadwalan irigasi.
Evapotranspirasi dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga pengukurannya secara langsung
tidak mudah sehingga dikembangkan banyak model pendugaan untuk mengatasi masalah
tersebut. Evapotranspirasi dalam bidang pertanian disebut sebagai ET. ET merupakan
kebutuhan air pada tanaman. Kebutuhan air pada tanaman dapat didefinisikan sebagai jumlah
air yang diperlukan untuk memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi (ET).
Evapotranspirasi dipengaruhi oleh kadar kelembaban tanah, suhu, udara, cahaya matahari dan
angin. Kebutuhan air tanaman merupakan jumlah air yang dibutuhkan tanaman untuk
tumbuh optimal yang dapat pula diartikan sebagai jumlah air yang digunakan untuk
memenuhi proses evapotranspirasi tanaman (Asriasuri, 1998). System irigasi evapotranspirasi
yang dilakukan dengan menggunakan pot dimaksudkan agar tanaman tidak kehilangan air
yang dibutuhkan serta dapat memudahkan dalam menentukan kebutuhan air tanaman.

System Irigasi tetes adalah salah satu teknologi maju dalam bidang pertanian yang sangat
efisien dan efektif dalam mendistribusikan air ke tanaman dengan cara meneteskan air tetes
demi tetes ke tanaman sesuai dengan kebutuhan air tanaman, selain itu sistem ini merupakan
sistem yang tidak memerlukan banyak tenaga kerja, hanya dibutuhkan satu orang untuk
menghidupkan pompa air ataupun membuka/menutup kran air sehingga sangat menghemat
penggunaan tenaga kerja terutama dalam hal penyiraman (Kasiran, 2006). Menurut Silalahi,
dkk., (2013), irigasi tetes merupakan salah satu metode pemberian air ke tanaman yang terdiri
dari pipa-pipa utama, pipa-pipa lateral dan emitter. Irigasi tetes dapat meningkatkan
produktivitas lahan karena kegiatan penanaman tidak bergantung pada musim atau tanaman
dapat ditanam sepanjang tahun sehingga indeks penanaman semakin meningkat (Kasiran,
2006). Selain itu, irigasi tetes mampu mempertahankan kondisi air tanah pada zona perakaran
tanaman pada kisaran kapasitas lapang dan titik layu permanen (Afriyana, dkk., 2012). Akan
tetapi penggunaan irigasi tetes masih jarang dilakukan dalam lahan yang luas, hal ini
dikarenakan biaya instalasi irigasi tetes yang mahal.

Metodologi

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 November hingga 28 November 2021,


berlokasi di Jl. Mesuji 3, Kecamatan Sematang Borang, Keluran Lebung Gajah, Palembang
Sumatera Selatan.

Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu, gerinda, bor, gergaji, meteran,
pot, polybag, ember besar, ember keci;, pipa, pipa T, pipa L, Lem pipa, Kran air, pelampung,
Kayu atau bambu, selang. Adapun bahan yang digunakan benih tomat, air, dan tanah.
Metode

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif berupa analisi evapotranspirasi untuk


mengukur kebutuhan air yang harus dialirkan dari irigasi. Penelitian ini dimulai dari
merancang Irigasi Evapotranspirasi dan irigasi tetes.

Tahap berikutnya yaitu perhitungan dengan menggunakan metode Banley Criddle.


Lokasi penelitian di lakukan di Jl. Mesuji 3, Kecamatan Sematang Borang, Keluran Lebung
Gajah, Palembang Sumatera Selatan. Cara pengumpulan data yang dipakai adalah dengan
mengumpulkan data yang dengan cara survey di lapangan, kemudian mengukur kebutuhan
air tanaman, baik irigasi evapotranspirasi maupun irigasi tetes.
Perancangan
Desain Irigasi

Pembuatan/perakitan
Irigasi Evapotranspirasi dan
irigasi tetes

Penyemaian benih
Tomat

No
Pane
n

Yes

Desain Irigasi
Evapotranpirasi dan
Irigasi Tetes
Gambar 1. Irigasi Evapotranspirasi

Gambar 2. Irigasi Tetes


Irigasi Evapotranspirasi

Persamaan yang digunakan untuk perhitungan evapotranspirasi menggunakan metode Banley


Criddle, adalah
𝑡×𝑝
𝐸𝑡𝑜 = 25,4 × 𝑘 ∑
100
P adalah rata-rata prosentase dari jumlah jam siang setahun (hasil konversi letak dari tabel)
dan t suhu bulanan (0F).

Irigasi Tetes

Variabel yang diamati dalam uji kinerja sistem irigasi yaitu debit emitter (penetes), koefisien
variasi penetes (CV) dan keseragaman emisi atau penyebaran (EU).

a. Debit penetes (emitter)


Emiter yang digunakan pada rancangan sistem irigasi tetes ini adalah emitter buatan
yang terbuat dari bahan kain jenis Polyethilene (PE).
Debit penetes dihitung dengan menggunakan persamaan:
𝑉
𝑄= 𝑡
Keterangan:
Q = debit penetes (1/jam)
V = volume (liter)
T = waktu (jam)

b. Koefisien variasi penetes (CV)


Koefisien variasi penetes adalah parameter statis yang merupakan pembanding nilai
standar deviasi penetes dengan rataan debit penetes, dari sejumlah sampel penetes
yang diuji dengan head operasi yang sama.

𝑆
𝐶𝑉 = (𝑄
𝑎𝑣𝑔 )

Keterangan:
CV= koefisien variasi
S = standar deviasi
Qavg= rataan debit (l /jam)

c. Keseragaman emisi (EU)


Parameter yang digunakan untuk menguji kerja sistem irigasi ini adalah keseragaman
emisi (EU) .

(𝑄25% )
𝐸𝑈 = × 100%
𝑄𝑎𝑣𝑔
Keterangan:
EU = keseragaman emisi
Q25% = 25% debit penetes terkecil (l/jam)
Q = rataan debit penetes (l/jam)

Hasil dan Pemabasan

Desain Rancangan Irigasi Evapotranspirasi

Pada irigasi evapotranspirasi peniliti telah menyiapkan alat dan bahan yang digunakan
seperti pot, pipa L dan T, ember besar, ember kecil, keran, bor, gerinda, meteran tanah air dan
bibit atau tanaman tomat. Di dalam penelitian ini peniliti akan mengamati temperature harian
dalam jangka waktu yang sama, total hujan harian, kelembaban harian, debit air harian,
pertumbuhan tanaman, jumlah daun/biji dengan membuat grafik, sumbu x (umur tanaman),
sumbu y (tinggi atau jumlah daun, jumlah buah/biji), menghitung produktivitas air,
menghitung produktivitas tanaman, menghitung selisih (error) air irigasi desain atau rencana
dengan hasil eksisting waktu pengamatan, semua perhitungan dimasukkan dalam bab e dan
didukung dengan sumber. Dari system irigasi ini peniliti bisa memanfaatkan lahan sempit
untuk budidaya tanaman holtikultura seperti tomat, cabai, sayuran dan lain-lain, dapat
mengetahui berapa banyak air yang masuk kedalam masing2 pot dengan cara memutar keran
pada ember besar.

Hasil Kegiatan Irigasi Evapotranspirasi

Hari ke-1
Evapotranspirasi 5 menit

12 Liter 6 ,8 Liter 3 cm & daun 2

(Sebelum) (Sesudah)
Hari ke - 2

Evapotranspirasi 4 menit

12 Liter 7,5 Liter 3,6 cm & daun 2

(Sebelum) (Sesudah)

Hari ke - 3
Evapotranspirasi 5 menit

12 Liter 6,9 liter 4 cm & daun 2

(Sebelum) (Sesudah)
Hari ke - 4

Evapotranspirasi 4 menit

12 Liter 7,2 Liter 4,5 cm & daun 2

(Sebelum) (Sesudah)

Hari ke - 5
Evapotranspirasi 4 menit

12 Liter 7,6 Liter 5,2 cm & daun 2

(Sebelum) (Sesudah)
Hari ke - 6

Evapotranspirasi 4 menit

12 Liter 8 Liter 5,4 cm & daun 2

(Sebelum) (Sesudah)

Hari ke - 7

Evapotranspirasi 3 menit

12 Liter 8,8 Liter ` 5,6 cm & daun 2

(Sebelum) (Sesudah)
Desain Rancangan Irigasi Tetes

Pada irigasi tetes peniliti telah menyiapkan alat dan bahan yang digunakan seperti tiang
penyangga atau bambu, selang, botol minuman plastik, pot, tanah, air dan benih tomat. Sama
halnya seperti pada irigasi evapotranspirasi peniliti dapat mengamati temperature harian
dalam jangka waktu yang sama, total hujan harian, kelembaban harian, debit air harian,
pertumbuhan tanaman, jumlah daun/biji dengan membuat grafik, sumbu x (umur tanaman),
sumbu y (tinggi atau jumlah daun, jumlah buah/biji), menghitung produktivitas air,
menghitung produktivitas tanaman, menghitung selisih (error) air irigasi desain atau rencana
dengan hasil eksisting waktu pengamatan, semua perhitungan dimasukkan dalam bab e dan
didukung dengan sumber.

Hasil Kegiatan Irigasi Tetes

Pot 5 hari ke 2-7

Andri Eka Saputra

(Hari ke-1 3,9 cm (Hari ke-2 4,2 cm (Hari ke-3 4,5 cm (Hari ke-4 4,7 cm

& 2 daun) & 2 daun) & 2 daun) & 2 daun)

(Hari ke-5 4,9 cm & 2 daun) (Hari ke-6 5,2 cm & 2 daun) (Hari ke-7 5,5 cm & 2 daun)
(Hari Ke-2 0,470 L) (Hari ke-3 0,480 L) (Hari ke-4 0,490 L)

(Hari ke-5 0,465 L) (Hari ke- 6 0,470 L) (Hari ke-7 0,455 L)


KESIMPULAN

Jika dibandingakn dengan keduanya irigasi evapotranspirasi dan irigasi tetes menurut
saya irigasi evapotranspirasi lebih baik digunakan daripada irigasi tetes karena bisa dilihat
dari hasilnya tanaman tomat yang berada pada irigasi evapotransporasi lebih tinggi tumbuh
dari pada tanaman tomat irigasi tetes dan debit pada irigasi tetes semakin hari semakin
menurun. Tetapi pada keduanya pertumbuhan tanaman tomat sama yaitu semakin hari
ssemakin meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press, Jakarta. BPS Prop.

Astarini, I. D. (2009). Pemulian Tanaman Sayuran. TidakDiketahui.

Herianto, Hidayat, A. K., & Romdani, A. (2016). EVAPOTRANSPIRASI REFERENSI


DUA DAERAH DI JAWA BARAT. Jurnal Siliwangi , 2 (2), 138-142.

Sarigih, W. C. (2008). Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tomat Terhadap Pemberian


Pupuk.

Phospat Dan Bahan Organik. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universita Jakarta Utara.

Setyaningrum, D. A., Tusi, A., & Triyono, S. (2014). APLIKASI SISTEM IRIGASI TETES
PADA TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill). Jurnal Teknik
Pertanian Lampung , 3 (2), 127-140.

Surtinah. 2007. Kajian TentangHubunganPertumbuhanVegetatifDenganProduksiTanaman

Tomat (Lycopersicum esculentum, Mill ) PS. Agronomi, StafPengajarFakultas

Pertanian Universitas Lancang Kuning , Vol. 4 No 1.

Anda mungkin juga menyukai