Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TERAPI LINGKUNGAN

OLEH
KELOMPOK 5

FITRI YENI EKA PUTRI NIM 2215142013591


RISYDA LATIFA NIM 2215142013592

DOSEN PEMBIMBING
NS. SISKA DAMAIYANTI, S.KEP, M.KEP

MAHASISWA PROGSUS S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MOHAMMAD NATSIR BUKITTINGGI
2024
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya selaku penulis dapat menyusun makalah ini
yang berjudul "TERAPI MODALITAS, TERAPI LINGKUNGAN " tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah.

Payakumbuh, Januari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................ 2
C. TUJUAN PENULISAN .......................................................................................... 2
D. MANFAAT PENULISAN...................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 4
A. DEFINISI TERAPI LINGKUNGAN .................................................................... 4
B. TUJUAN TERAPI LINGKUNGAN...................................................................... 4
C. KARAKTERISTIK TERAPI LINGKUNGAN ................................................... 6
D. BENTUK LINGKUNGAN .................................................................................... 7
E. MACAM - MACAM TERAPI LINGKUNGAN ................................................ 9
F. JENIS KEGIATAN DARI TERAPI LINGKUNGAN ..................................... 10
G. KONDISI PASIEN KHUSUS PADA TERAPI LINGKUNGAN .................. 13
H. KOMPONEN FUNGSIONAL TERAPI LINGKUNGAN .............................. 15
I. PERAN PERAN PERAWAT DALAM TERAPI LINGKUNGAN ..............16
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 18
A. KESIMPULAN ....................................................................................................... 18
B. SARAN ..................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 19

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia tidak bisa dilepaskan dari lingkungan sehingga aspek
lingkungan harus mendapat perhatian khusus dalam kaitannya untuk menjaga
dan memelihara kesehatan manusia. Lingkungan dan situasi rumah sakit yang
asing serta pengalaman perawatan yang tidak menyenangkan akan memberi
pengaruh yang besar terhadap kemampuan adaptasi pasien dengan gangguan
fisik dan gangguan mental. Ada kecenderungan lingkungan rumah sakit
menjadi stresor bagi pasien. Oleh karena itu perhatian lingkungan sangat
penting.
Perawatan klien pada rumah sakit jiwa dalam jangka waktu yang lama
mengkibatkan klien mengalami penurunan kemampuan berfikir dan bertindak
secara mandiri dan kehilangan hubungan dengan dunia luar, oleh karena itu
diperlukan pengembangan layanan keperawatan psikiatrik salah satunya
dengan penerapan terapi lingkungan di rumah sakit.
Terapi Lingkungan adalah tindakan penyembuhan pasien melalui
manipulasi dan modifikasi unsur -unsur yang ada pada lingkungan dan
berpengaruh positif terhadap fisik dan psikis individu serta mendukung proses
penyembuhan (Farida Kusumawati & Yudi Hartono, 2011). Menurut
(Suliswati, 2005) terapi lingkungan merupakan keadaan lingkungan yang ditata
untuk menunjang proses terapi, baik fisik, mental maupun sosial agar dapat
membantu pemulihan dan pemulihan klien.
Menurut ICN, pada tahun 2020 nanti diseluruh dunia akan terjadi
pergeseran penyakit. Perubahan sosial ekonomi yang sangat cepat dan situasi
sosial politik Indonesia yang tidak menentu menyebabkan semakin tingginya
angka pengagguran, kemiskinan, dan kejahatan, situasi ini dapat meningkatkan
angka kejadian krisis dan gangguan mental dalam kehidupan manusia, pada saat
ini terjadi peningkatan sekitar 20%.
Menurut Bloom, 60% faktor yang menentukan status kesehatan
seseorang adalah kondisi lingkungannya. Upaya terapi harus bersifat
komprehensif, holistik, dan multidisipliner. Diperhatikan adanya jenis dan

1
penempatan perabot. Lingkungan yang terapeutik, menciptakan suasana
dimana pasien dapat menyadari dan mengenal diri sendiri.

B. RUMUSAN MASALAH
Dalam suatu karangan ilmiah haruslah disusun secara sistematis dan
runtutan sesuai dengan ketentuan yang ada.Maka dari itu perlu penyusunan
suatu rumusan masalah yang menjadi batu pijak untuk pembahasan makalah
ini. Adapun rumusan masalah ialah sebagai berikut:
1. Apa definisi dari terapi lingkungan ?
2. Apa tujuan dari terapi lingkungan ?
3. Apa karakteristik dari terapi lingkungan ?
4. Bagaimana bentuk dari lingkungan ?
5. Apa saja macam - macam terapi lingkungan ?
6. Apa saja jenis kegiatan terapi lingkungan ?
7. Bagaimana kondisi pasien pada saat terapi lingkungan ?
8. Apa saja komponen fungsional terapi lingkungan ?
9. Bagaimana peran perawat dalam terapi lingkungan ?

C. TUJUAN PENULISAN
a) Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu untuk mengetahui bagaimana
terapi lingkungan dan cara untuk menerapkan terapai lingkungan di
keperawatan jiwa.

b) Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat memahami definisi terapi lingkungan
2. Mahasiswa dapat memahami tujuan terapi lingkungan
3. Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik terapi lingkungan
4. Mahasiswa dapat mengetahui bentuk lingkungan
5. Mahasiswa dapat mengetahui macam - macam terapi lingkungan
6. Mahasiswa dapat mengetahui jenis kegiatan terapi lingkungan
7. Mahasiswa dapat mengetahui kondisi pasien pada saat terapi
lingkungan

2
8. Mahasiswa dapat memahami komponen fungsional terapi lingkungan
9. Mahasiswa dapat mengetahui peran peran perawat dalam terapi
lingkungan

D. MANFAAT PENULISAN
a) Manfaat teoritis
Secara teoritis makalah ini bermanfaat untuk menambah wawasan
bagaimana terapi lingkungan dan cara untuk menerapkan terapai
lingkungan di keperawatan jiwa.

b) Manfaat praktis
Dapat dijadiakan sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan
lebih lanjut, serta referensi terhadap penelitian yang sejenisnya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI TERAPI LINGKUNGAN


Terapi Lingkungan adalah tindakan penyembuhan pasien melalui
manipulasi dan modifikasi unsur -unsur yang ada pada lingkungan dan
berpengaruh positif terhadap fisik dan psikis individu serta mendukung proses
penyembuhan (Farida Kusumawati & Yudi Hartono, 2011).
Milieu therapy merujuk pada terapi sosiolingkungan dimana sikap dan
tindakan staf dalam pemberian layanan perawatan pada pasien ditentukan
berdasar kebutuhan emosional dan interpersonal klien (Shives, 2008).
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar
terjadi perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi
perilaku adaptif. Perawat menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam
arti terapeutik. Bentuknya adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh
dan berubah perilaku dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam
aktivitas dan interaksi.

B. TUJUAN TERAPI LINGKUNGAN


Terapi lingkungan merupakan salah satu bentuk terapi klien gangguan
jiwa yang dapat membantu efektifitas pemberian asuhan keperawatan jiwa.
(Schultz danVidebek, 1989) menyebutkan bahwa pemindahan klien dan
lingkungan terapeutik akan memberi kesempatan untuk berfokus pada
pengembangan dalam hal dan kesempatan belajar, agar klien mampu
mengidentifikasi alternatif dan solusi masalah.
Menurut (Abroms dan Sundeen, 1995) ada dua tujuan dari terapi
lingkungan yaitu:
1. Membatasi gangguan dan perilaku maladaptif.
2. Mengajarkan keterampilan psikososial.
Membantu Individu untuk mengembangkan rasa harga diri,
mengembangkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,

4
membantu belajar mempercayai orang lain, dan mempersiapkan diri untuk
kembali ke masyarakat.
Menurut Stuart dan Sundeen tujuan terapi lingkungan antara lain:
1. Meningkatkan pengalaman positif pasien khususnya yang mengalami
gangguan mental, dengan cara membantu individu dalam
mengembangkan harga diri.
2. Meningkatkan kemampuan untuk berhubungan denagan orang lain
3. Menumbuhkan sikap percaya pada orang lain
4. Mempersiapkan diri kembali ke masyarakat, dan
5. Mencapai perubahan yang positif
Untuk melakukan pembatasan terhadap perilaku maladaptif, perlu
ditekankan penggunaan terapi lingkungan dengan mengembangkan empat
keterampilan psikososial.
1. Orientation
Pencapaian orientasi dan kesadaran terhadap realitayang lebih baik.
Orientasi tersebut berhubungan dengan pemahaman klien terhadap orang,
waktu, tempat dan situasi. Sedangkan kesadaran terhadap realita dapat
dikuatkan melalui interaksi dan hubungan dengan orang lain.
2. Asertation
Kemampuan mengekspresikan perasaan dengan tepat. Klien perlu
dianjurkan mengekspresikan diri secara efektif dengan tingkah laku yang
dapat diterima masyarakat.
3. Acupation
Kemampuan klien untuk dapat memupuk percaya diri dan berprestasi
melalui keterampilan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan
aktivitas dalam bentuk positif dan disukai klien, misalnya melukis,
bermain musik, merangkai bunga dan lain sebagainya.
4. Recreation
Kemampuan menggunakan dan membuat aktifitas yang menyenangkan,
contoh menebak kata, senam dan jalan-jalan.

5
C. KARAKTERISTIK TERAPI LINGKUNGAN
Agar tujuan yang kita harapkan dapat tercapai dengan hasil yang
maksimal dan sesuai harapan maka diperlukan lingkungan bersifat terapeutik
untuk mendorong terjadinya proses penyembuhan maupun rehabilitasi yang
paripurna. Lingkungan tersebut harus memiliki karakteristik, antara lain:
1. Pasien merasa akrab dengan lingkungan yang diharapkan
2. Pasien merasa nyaman dan senang atau tidak merasa takut dengan
lingkungan
3. Kebutuhan-kebutuhan fisik pasien mudah dipenuhi
4. Lingkungan rumah sakit yang bersih
5. Menciptakan lingkungan yang aman dari terjadinya luka akibat impuls-
impuls pasien
6. Personal dari lingkungan rumah sakit menghargai pasien sebagai individu
yang memiliki hak, dan kebutuhan serta menerima perilaku pasien sebagai
respons adanya stress
7. Lingkungan yang dapat mengurangi larangan dan memberikan
kesempatan pada pasien menentukan pilihan dan membentuk perilaku
baru.
Beberapa stratetegi yang dapat diterapkan pada milieu terapi agar
tercapai tujuannya menurut (Minde et al,2006) adalah :
1. Pengurangan dominasi : keluarga memberikan kebebasan pasien untuk
memilih, mengungkapkan perasan dan menjadi dirinya sendiri agar pasien
merasa bahwa dia juga mempunyai otonomi sendiri
2. Komunikasi yang terbuka antara perawat, pasien, keluarga maupun
lingkungan sosial pasien sehingga tercipta interaksi sosial yang baik
3. Interaksi terstruktur yaitu selalu dimulai dari tahapan-tahapan awal
pengkajian sampai dengan evaluasi
4. Fokus dengan kegiatan yang ingin dilakukan oleh pasien
5. Jika klien harus dirawat di rumah sakit maka diharapkan lingkungan
tempat mereka dirawat sama dengan lingkungan mereka sehari-hari

Adaptasi lingkungan, setelah keluar dari rumah sakit pasien akan


menemukan lingkungan yang baru sehingga diharapkan dari pihak yang akan

6
menerima pasien kembali yaitu keluarga dan masyarakat dapat menerima dan
memperlakukan pasien sama seperti manusia normal lainnya dan tidak
menganggap bahwa pasien dengan gangguan jiwa tidak layak kembali
bersosialisasi dan tidak mungkin untuk sembuh.

D. BENTUK LINGKUNGAN
1. Lingkungan Fisik
Aspek terapi lingkungan meliputi semua gambaran yang konkrit
yang merupakan bagian eksternal kehidupan rumah sakit. Setting-nya
meliputi :
a) Bentuk dan struktur bangunan.
b) Pola interaksi antara masyarakat dengan rumah sakit.
Tiga aspek yang mempengaruhi terwujudnya lingkungan fisik terapeutik:
a. Lingkungan fisik yang tetap
Mencakup struktur dari bentuk bangunan baik eksternal maupun
internal. Bagian eksternal meliputi struktur luar rumah sakit, yaitu
lokasi dan letak gedung sesuai dengan program pelayanan kesehatan
jiwa, salah satunya kesehatan jiwa masyarakat. Berada di tengah-
tengah pemukiman penduduk atau masyarakat sekitarnya serta tidak
diberi pagar tinggi. Hal ini secara psikologis diharapkan dapat
membantu memelihara hubungan terapeutik pasien dengan
masyarakat. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk tetap
mengakui keberadaan pasien serta menghindari kesan terisolasi.
Bagian internal gedung meliputi penataan struktur sesuai
keadaan rumah tinggal yang dilengkapi ruang tamu, ruang tidur,
kamar mandi tertutup, WC, dan ryang makan. Masing-masing ruangan
tersebut diberi nama dengan tujuan untuk memberikan stimulasi pada
pasien khususnya yang mengalami gangguan mental, merangsang
memori dan mencegah disorientasi ruangan.
Setiap ruangan harus dilengkapi dengan jadwal kegiatan
harian, jadwal terapi aktivitas kelompok, jadwal kunjungan keluarga,
dan jadwal kegiatan khusus misalnya rapat ruangan.

7
b. Lingkungan fisik semi tetap
Fasilitas berupa alat kerumahtanggaan meliputi lemari, kursi,
meja, peralatan dapur, peralatan makan, mandi, dsb. Semua
perlengkapan diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan pasien
bebas berhubungan satu dengan yang lainnya serta menjaga privasi
pasien.
c. Lingkungan fisik tidak tetap
Lebih ditekankan pada jarak hubungan interpersonal individu
serta sangat dipengaruhi oleh sosial budaya.
2. Lingkungan Psikososial
Lingkungan yang kondusif yaitu fleksibel dan dinamis yang
memungkinkan pasien berhubungan dengan orang lain dan dapat
mengambil keputusan serta toleransi terhadap tekanan eksternal.
Beberapa prinsip yang perlu diyakini petugas kesehatan dalam
berinteraksi dengan pasien:
1. Tingkah laku dikomunikasikan dengan jelas untuk mempertahankan,
mengubah tingkah laku pasien.
2. Penerimaan dan pemeliharaan tingkah laku pasien tergantung dari
tingkah laku partisipasi petugas kesehatan dan keterlibatan pasien
dalam kegiatan belajar.
3. Perubahan tingkah laku pasien tergantung pada perasaan pasien
sebagai anggota kelompok dan pasien dapat mengikuti atau mengisi
kegiatan.
4. Kegiatan sehari-hari mendorong interaksi antara pasien.
5. Mempertahankan kontak dengan lingkungan misalnya adanya
kalender harian dan adanya papan nama dan tanda pengenal bagi
petugas kesehatan.

8
E. MACAM - MACAM TERAPI LINGKUNGAN
Model terapi rehabilitasi yang dapat digunakan untuk membantu
seseorang melepaskan diri dari kecanduan dan merubah perilakunya menjadi
lebih baik.

1. Model terapi moral


Model ini sangat umum dikenal oleh masyarakat serta bisa dilakukan
dengan pendekatan agama atau moral yang menekankan tentang dosa dan
kelemahan individu. Model terapi seperti ini sangat tepat diterapkan pada
lingkungan masyarakat yang masih memegang teguh nilai-nilai keagamaan
dan moralitas di tempat asalnya, karena model ini berjalan bersamaan
dengan konsep baik dan buruknya yang diajarkan oleh agama. Maka tidak
mengherankan apabila model terapi moral inilah yang menjadi landasan
utama pembenaran kekuatan hukum untuk berperan melawan
penyalahgunaan narkoba.
2. Model terapi sosial
Model ini memakai konsep dari program terapi komunitas, dimana adiksi
terhadap obat-obatan dipandang sebagai fenomena penyimpangan sosial.
Tujuan dari model terapi ini adalah mengarahkan perilaku yang
menyimpang tersebut ke arah perilaku sosail yang lebih layak. Hal ini
didasarkan atas kesadaran bahwa kebanyakan pecandu narkoba hampir
selalu terlibat dalam tindakan sosial termasuk tindakan kriminal. Kelebihan
dari model ini adalah perhatiannya kepada perilaku adiksi pecandu narkoba
yang bersangkutan, bukan pada obat-obatan yang disalahgunakan.
Prakteknya dapat dilakukan melalui ceramah, seminar, dan terutama terapi
berkelompok.
3. Model terapi psikologis
Model ini diadabtasi dari teori psikologis Mc Lellin, dkk yang menyebutkan
bahwa perilaku adiksi obat adalah buah dari emosi yang tidak berfungsi
selayaknya karena terjadi konflik, sehingga pecandu memakai obat
pilihannya untuk meringankan atau melepas beban psikologis itu. Model
terapi ini mementingkan penyembuhan emosional dari pecandu narkoba

9
yang bersangkutan, dimana jika emosinya dapat dikendalikan maka mereka
tidak akan mempunyai masalah lagi dengan obat-obatan. Jenis dari terapi
model psikologis ini biasanya banyak dilakukan pada konseling pribadi,
baik dalam pusat rehabilitasi maupun terapi pribadi.
4. Model terapi budaya
Model ini menyatakan bahwa perilaku adiksi obat adalah hasil sosialisasi
seumur hidup dalam lingkungan sosial atau kebudayaan tertentu. Dalam hal
ini, keluarga seperti juga lingkungan dapat dikategorikan sebagai
“lingkungan sosial dan kebudayaan tertentu”. Dasar pemikirannya adalah
bahwa praktek penyalahgunaan narkoba oleh anggota keluarga tertentu
adalah hasil akumulasi dari semua permasalahan yang terjadi dalam
keluarga yang bersangkutan. Sehingga model ini banyak menekankan pada
proses terapi untuk kalangan anggota keluarga dari para pecandu narkoba
tersebut. . (Videbeck, 2008)

F. JENIS KEGIATAN DARI TERAPI LINGKUNGAN


1. Terapi Rekreasi
Terapi rekreasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan pada waktu
luang, bertujuan agar pasien dapat melakukan kegiatan secara konstruktif
dan menyenangkan juga mengembangkan kemampuan hubungan social.
Contohnya, kegiatan yang banyak mengeluarkan seperti bulu tangkis,
berenang, basket, dan lain-lain diberikan kepada pasien dengan tingkatan
umur remaja, sedangkan untuk kegiatan yang tidak banyak mengeluarkan

10
tenaga seperti bermain catur, karambol, kartu, dan sebagainya dapat
diberikan kepada pasien dengan tingkatan umur dewasa (orangtua).
2. Terapi Kreasi Seni
Dalam terapi ini perawat berperan sebagai leader dan bekerja sama
dengan orang lain yang ahli dalam bidangnya karena harus disesuaikan
dengan bakat dan minat, beberapa diantaranya adalah :
a. Dance therapy/menari;
Terapi yang menggunakan bentuk ekspresi non verbal dengan gerakan
tubuh dengan tujuan mengkomunikasikan tentang perasaan dan
kebutuhan pasien. identifikasi tarian kesukaan pasien yang biasanya
dilakukan sebelum masuk rumah sakit.
b. Terapi music
Suatu terapi yang dilakukan melalui music dengan tujuan untuk
memberikan kesempatan kepada para pasien dalam
mengekspresikan perasaannya seperti kesepian, sedih, dan bahagia.
Bahkan terapi musik ini dapat merelaksasikan otot-otot dan
meningkatkan kuantitas hormon endorfin dalam tubuh

Gambar : Terapi Musik


c. Terapi menggambar/melukis
Terapi menggambar/melukis dapat memberikan kesempatan pada
pasien untuk mengekspresikan tentang apa yang sedang terjadi pada
dirinya. Selain itu terapi ini juga dapat membantu menurunkan
keteganggan dan pasien dapat memusatkan pikiran pada kegiatan.

11
d. Literatur/biblio therapy
Terapi ini bertujuan untuk mengembangkan wawasan diri pasien dan
merupakan cara untuk mengeksprasikan perasaan/pikiran sesuai
dengan norma yang ada. Kegiatan dalam terapi ini dapat berupa
membaca seperti novel, buku-buku, majalah, dan kemudian bahan
bacaan didiskusikan bersama oleh para pasien. milieu terapi jenis ini
juga akan meningkatkan keterikatan dengan peer grup, sehingga dapat
meningkatkan pula kemampuan pasien berinteraksi.
3. Pet therapy
Pet therapy bertujuan menstimulasi respon pasien yang tidak mampu
melakukan hubungan interaksi dengan orang lain dan biasanya mereka
merasa kesepian, dan menyendiri. Terapi menggunakan sarana binatang
yang dapat memberikan respon menyenangkan kepada pasien dan sering
kali digunakan pada pasien anak dengan autistic. Binatang yang digunakan
adalah juga binatang yang sudah familiar dengan pasien serta pasien
mengetahui bagaimana cara merawat binatang peliharaan dengan benar. hal
ini juga dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kasih sayang dalam
memelihara binatang. Sehingga diharapkan dengan binatang yang dititipkan
tersebut pasien dapat mengambil keputusan terutama apa yang harus
dilakukan untuk binatang peliharaannya tersebut.

Gambar : Pet Therapy

12
4. Plant therapy
Terapi ini mengajarkan pasien untuk memelihara mahluk hidup dan
membantu pasien membina hubungan yang baik antar pribadi yang satu
dengan yang lain. Objek yang digunakan dalam terapi ini adalah
tanaman/tumbuhan. Senada dengan pet teraphy hanya obyek yang
digunakan adalah tumbuh-tumbuhan, dapat menjadi alternatif bagi pasien
yang mungkin takut atau mempunyai alergi terhadap binatang. Namum
pada prinsipnya sama harapannya dapat menumbukan rasa tanggung jawab
dan kasih sayang. (Towsend, 2010).

G. KONDISI PASIEN KHUSUS PADA TERAPI LINGKUNGAN


1) Pasien rendah diri (low self esteem) , depresi (depression) bunuh diri
(suicide) :
a) Syarat lingkungan secara psikologis harus memenuhi hal-hal sebagai
berikut:
1. Ruangan aman dan nyaman
2. Terhindar dari alat-alat yang dapat mencederai diri.
3. Alat-alat medis, obat-obatan, dan jenis cairan medis di lemari dalam
keadaan terkunci
4. Ruangan harus di lantai satu dan mudah dipantau
5. Tata ruangan menarik; menempelkan poster yang cerahwarna
dinding cerah, ada bacaan yang ringan, lucu dan memotifasi hidup
6. Warna dinding cerah
7. Adanya bacaan ringan, lucu, dan memotivasi hidup

13
8. Hadirkan musik ceria, tv, dan film komedi
9. Ada lemari khusus untuk barang-barang pribadi pasien
b) Lingkungan sosial:
1. Komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas menyapa pasien
sesering mungkin.
2. Memberikan penjelasan setiap akan melakukan kegiatan
keperawatan atau kegiatan medis lainnya.
3. Menerima pasien apa adanya jangan mengejek serta merendahkan.
4. Meningkatkan harga diri pasien.
5. Membantu menilai dan meningkatkan hubungan social secara
bertahap.
6. Membantu pasien dalam berinteraksi dengan keluarganya.
7. Sertakan keluarga dalam rencana asuhan keperawatan, jangan
membiarkan pasien sendiri terlalu lama di ruangannya.
2) Pasien dengan amuk :
a. Lingkungan Fisik:
1) Ruangan aman, nyaman, dan mendapat pencahayaan yang cukup.
2) Pasien satu kamar, satu orang, bila sekamar lebih dari satu jangan
dicampur antara yang kuat dengan yang lemah.
3) Ada jendela berjeruji dengan pintu dari besi terkunci.
4) Tersedia kebijakan dan prosedur tertulis tentang protocol pengikatan
dan pengasingan secara aman, serta protocol pelepasan pengikatan.
b. Lingkungan Psikososial:
1) Komunikasi terapeutik, sikap bersahabat dan perasaan empati.
2) Observasi pasien tiap 15 menit.
3) Jelaskan tujuan pengikatan/pengekangan secara berulang-ulang.
4) Penuhi kebutuhan fisik pasien.
5) Libatkan keluarga.

14
H. KOMPONEN FUNGSIONAL TERAPI LINGKUNGAN
1) Containment
Fungsi : mendukung kesehatan fisik dan merubah perilaku berkuasa.
Tujuan : memberi keamanan pasien serta lingkungan serta
menumbuhkan Kepercayaan
Bentuk terapi : isolasi dan pengikatan.
Aktifitas : memberikan perlindungan fisik dan mencegah cidera pada
diri
sendiri dan orang lain.
2) Support
Fungsi : membantu pasien merasa aman dan nyaman serta
mengurangi
kecemasan.
Tujuan : meningkatkan harga diri dan percaya diri pasien.
Bentuk terapi : penggunaan komunikasi terapeutik, pemberian perhatian
dengan sikap empati edukasi.
Aktifitas : meningaktkan hubungan dan interaksi.
3) Struktur
Fungsi : membantu mendorong perilaku yang maladaptif menjadi
adaptif.
Tujuan : meningkatkan tanggyng jawab terhadap perilaku dan
konsekuensinya, serta meningkatkan keterlibatan pasien
terhadap aktifitas yang terstruktur.
Bentuk terapi : terapi aktifitas, terapi aktifitas sosian, terapi occupation.
Aktifitas : menentukan jenis kegiatan sesuai dengan kondisi dan
kemampuan pasien.
4) Involvement
Fungsi : mendorong pasien untuk dapat bekerjasama, melakukan
kompromi dan konfrontasi untuk meningkatkan
keterlibatan \ sosial.
Tujuan : menstimulasi pasien tuntuk berperan serta aktif dalam
lingkungan sosial dan interaksi serta mengembangkan

15
keterampilan.
Bentuk terapi : terapi kelompok.
Aktifitas : melakukan aktifitas kelompok.
5) Validation
Fungsi : membantu pasien mengambangakan kapasitas kedekatan
yang
lebih besar dan menyatu identitasnya.
Tujuan : membantu pasien memahami dan menerima keunikan
dirinya
serta mendorong integrasi antara perasaan senang dan tidak
senang.
Bentuk terapi : Psikodrama, stimulasi persepsi dan validasi.
Aktifitas : bermain drama, menerima pikiran perasaan pasien dan
memberi reinforcemen.

I. PERAN PERAN PERAWAT DALAM TERAPI LINGKUNGAN


Perawat merupakan fasilitator dalam kegiatan tersebut. (Copel,2007)
mengatakan adapun peran perawat dalam milieu terapi adalah :
1. Pencipta lingkungan yang aman dan nyaman.
Perawat menciptakan dan mempertahankan iklim/suasana yang akrab,
menyenangkan, saling menghargai di antara sesama perawat, petugas
kesehatan, dan pasien dan keluarga. Perawat yang menciptakan suasana
yang aman dari benda-benda atau keadaan-keadaan yang menimbulkan
terjadinya kecelakaan/luka terhadap pasien atau perawat. Menciptakan
suasana yang nyaman di lingkungan tempat pasien akan kembali.
Mengkondisikan bahwa lingkungan yang akan di tinggali pasien telah
kondusif
2. Penyelenggaraan proses sosialisasi
Membantu pasien belajar berinteraksi dengan orang lain, mempercayai
orang lain, sehingga meningkatkan harga diri dan berguna bagi orang lain.
Mendorong pasien untuk berkomunikasi tentang ide-ide, perasaan dan
perilakunya secara terbuka sesuai dengan aturan di dalam kegiatan-kegiatan

16
tertentu. Melalui sosialisasi pasien belajar tentang kegiatan-kegiatan atau
kemampuan yang baru, dan dapat dilakukannya sesuai dengan kemampuan
dan minatnya pada waktu yang luang. Perawat juga membantu
menghilangkan stigma negatif di masyarakat tentang gangguan jiwa,
sehingga tercipta suasana masyarakat yang stabil
3. Sebagai teknis perawatan,
fungsi perawat adalah memberikan/memenuhi kebutuhan dari pasien,
mengamati efek obat dan perilaku-perilaku yang menonjol/menyimpang
serta mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul dalam terapi
tersebut. Mengevaluasi dan mengontrol keadaan pasien setelah keluar dari
rumah sakit dan memotivasi untuk melakukan kegiatan yang disukai serta
dengan tetap melanjutkan interaksinya dengan masyarakat
4. Sebagai leader atau pengelola.
Perawat harus mampu mengelola sehingga tercipta lingkungan terapeutik
yang mendukung penyembuhan baik dari keluarga maupun lingkungan
sekitar, dan memberikan dampak baik secara fisik maupun secara psikologis
kepada pasien.
Kompetensi yang harus dimiliki oleh perawat (milliu therapy) adalah
1. Berkomunikasi dengan jujur
2. Mempunyai rasa empati
3. Hangat dan mendukung tanpa keterikatan yang berelbihan
4. Dapat memecahkan masalah secara mandiri
5. Melihat kontribusi pasien dalam kegiatan yang mereka pilih
6. Mudah beradaptasi untuk berubah
7. Dapat bertindak sebagai pemimpin atau pengikut sesuai dengan situasi
8. Menerima konflik dan konfrontasi sebagai bagian dari perawatan
9. Dapat mencari umpan balik tenang kemauan dan kemampuan pasien
10. Mempecayai pasien dapat berubah dan hidup sesuai fungsinya (Kaiser and
Roberts, 2013)

17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Terapi Lingkungan adalah tindakan penyembuhan pasien melalui
manipulasi dan modifikasi unsur -unsur yang ada pada lingkungan dan
berpengaruh positif terhadap fisik dan psikis individu serta mendukung proses
penyembuhan. Menurut (Abroms dan Sundeen, 1995) ada dua tujuan dari terapi
lingkungan yaitu: Membatasi gangguan dan perilaku maladaptif dan
mengajarkan keterampilan psikososial.
Jenis jenis dari kegiatan terapi lingkungan adalah terapi rekreasi, terapi
kreasi seperti dance therapy, terapi musik, terapi menggambar, literatur therapi,
ada juga pet therapy dan plant therapy.
Disini peran perawat juga dibutuhkan untuk terapi lingkungan anatar
lain sebagai teknis perawatan, sebagai leader atau pengelola, sebagai pencipta
lingkungan yang aman dan nyaman, dan juga sebagi penyelenggara proses
sosialisasi

B. SARAN
Sebagai seorang perawat yang bertugas dalam terapi lingkungan harus
dapat menilai diri tentang kesadaran diri, kekuatan, dan kemampuan dalam hal
pengetahuan dan kebudayaan karena itu sangat membantu untuk bertoleransi
terhadap perilaku-perilaku yang ditujukan oleh pasien.

18
DAFTAR PUSTAKA

Copel, Linda Carman. 2007. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri.edisi 2. EGC. Jakarta
Departemen Sosial RI. 1992. Pedoman Operasional Rehabilitasi Sosial Bagi
Penderita
Cacat Mental. Temanggung: PRPCM.
e- e-journal.uajy.ac.id/153/3/2TA12720.pdf. 2012 ” Pusat Penyembuhan Penyakit
Jiwa dan Gangguan Kejiwaan di Yogyakarta”. oleh NJL Gaol.

Kaiser, A. P., & Roberts, M. Y. 2013. Parent Implemented Enhanced Milieu


Teaching
With Preschool Children Who Have Intellectual Disabilities. Journal of
Speech,
Language and Hearing Research, 56, 295-309
Kusumawati Farida, Yudi Hatono, 2011. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta:
SalembaMedika
Minde R, Haynes E, Rodenberg M. 2006. The ward milieu and its effect on the
behavior of psychogenic patients. Candn jnl of psy. 35(2)
Muslim, AT. 1996. Peranan Rehabilitasi Medis dalam Pelayanan Kesehatan.
Bandung: FK UNPAD
Purwaningsih, Wahyu, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta : Nuha
Medika press
Stuart, G. W, and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa (edisi revisi). Bandung : PT Refika Aditama,

19

Anda mungkin juga menyukai