Anda di halaman 1dari 35

ASHAN KEPERAWATAN JIWA

HARGA DIRI RENDAH

Disusun Oleh : Kelompok 2

Aulia Nurul Lattifa (PO7120119013)


Ayunda Intan Wahyuni (PO7120119014)
Citra Insania Utami (PO7120119015)
Desi Prihartini (PO7120119016)
Dewi Anjarwati (PO7120119017)
Dhava Titania Aulia R. (PO7120119018)
Dhona Novia Rizki (PO7120119019)
Dian Setia Gusti (PO7120119020)
Dita Febrianti (PO7120119021)
Doniarafik (PO7120119022)
Dwi Dhia Apriliani (PO7120119023)
Dwi Indriani (PO7120119024)

Dosen Pengampu :
Sri Martini., S. Pd., S. Kep., M. Kes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG


PRODI D3 KEPERAWATAN PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan kita
nikmat berupa nikmat kesehatan yang berlimpah sehingga kami selaku penyusun bisa
menyelesaikan pembuatan makalah ini. Kedua kalinya kami menghanturkan shalawat serta
salam kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW. yang telah membawa kita dari
alam kegelapan menuju alam terang benderang sehingga kita diberkahi banyak ilmu
pengetahuan. Pada makalah ini akan dibahas Konsep Penyakit dan Asuhan Keperawatan
Harga Diri Rendah

Terima kasih kepada Ibu Sri Martini,S.Pd,S.Kp,M.Kes yang telah membimbing kami
dalam membuat makalah ini.Dan Ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat
dalam pembuatan makalah ini khususnya bagi anggota-anggota yang saling membantu dalam
proses pembuatan makalah ini sehingga makalah ini bisa tersusun dengan baik. Kami
menyadari dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sehingga makalah selanjutnya
bisa tersusun lebih baik.

Palembang, 20 Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................
Daftar isi..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................
1.1. Latar Belakang..........................................................................
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................
1.3 Tujuan.........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN........................................................................
2.1 pengertian harga diri rendah.......................................................
2.2 etiologi harga diri rendah...........................................................
2.3 Klasifikasi harga diri rendah .....................................................
2.4 patofisiologi harga diri rendah...................................................
2.5 Gambaran Klinis/ tanda dan gejala............................................
2.6 Pemeriksaan diagnostik/ penunjang...........................................
2.7 Manifestasi.................................................................................
2.8 Penatalaksanaan / pengobatan....................................................

BAB III Tinjauan Kasus..........................................................................


2.9 Pengkajian .................................................................................
2.10 Diagnosa ..................................................................................
2.11 Intervensi..................................................................................
2.12 Implementasi............................................................................
2.13 Evaluasi ...................................................................................

BAB IV PENUTUP................................................................................
3.1 Kesimpulan.................................................................................
3.2 Saran...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam kehidupan di masyarakat, manusia harus dapat mengembangkan dan
melaksanakan hubungan yang harmonis baik dengan individu lain maupun
lingkungan sosialnya. Tapi dalam kenyataanya banyak individu yang sering
mengalami hambatan bahkan kegaggalan yang menyebabkan individu tersebut
menjadi memiliki konsep diri yang negative atau harga diri rendah. Harga diri
renah adalah perasaan negative terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan
harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 1998). Word Health
Organitation (WHO) tahun 2001 menyatakan paling tidak 1 dari 4 orang atau
sekitar 450 juta orang terganggu jiwanya. Penelitian yang dilakukan WHO di
berbagai Negara menunjukan bahwa sebesar 20-30% pasien yang datang ke
pelayanan kesehatan menunjukan gejala gangguan jiwa.
Berdasarkan data departemen kesehatan Republik Indonesia tahu 2000
mencapai 2,5 juta orang. Berdasarkan data Medical record di rumah sakit jiwa
provsu gangguan jiwa kategori skizofrenia paranoid sebanyak 1.814 pasien rawat
inap. Pada studi pendahuluan, peneliti memperoleh data bahwa jumlah pasien
harga diri renah sebanyak 26 orang dari total 44 orang atau sekitar 59,2% .
Olehkarena itu pada laporan ini akan dibahas tentang harga diri rendah.

4
1.2. Rumusan Masalah

Untuk mengetahui apa itu ?

1.pengertian harga diri rendah

2. etiologi harga diri rendah

3. Klasifikasi harga diri rendah

4. patofisiologi harga diri rendah

5. Gambaran Klinis/ tanda dan gejala

6. Pemeriksaan diagnostik/ penunjang

7. manifestasi

8. Penatalaksanaan / pengobatan

1.3 Tujuan

Untuk memberitahu tahu pembaca dan mengedukasi pembaca mengenai penanganan


dari mekanisme harga diri rendah.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 pengertian harga diri rendah

Definisi harga diri rendah


Keliat B.A mendefinisikan harga diri rendah adalah penilaian tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Perasaan tidak berharga,
tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri
dan kemampuan diri (Fajariyah, 2012)
Harga diri rendah adalah semua pemikiran, kepercayaan dan keyakinan yang merupakan
pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain.
Harga diri terbentuk waktu lahir tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang
dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan realitas dunia (Stuart,2006)
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan
( Townsend, 2001 ).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
Adanya perasaan 10hilang percaya diri, merasa gagal karena karena tidak mampu mencapai
keinginansesuai ideal diri (Keliat,2001).
Menurut Schult & videbeck (1998) gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif
seseorang terhadap diridan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak
langsung.
Dapat disimpulkan harga diri rendah adalah kurangnya rasa percaya diri sendiri yang
dapat mengakibatkan pada perasaan negatif pada diri sendiri, kemampuan diri dan orang lain.
Yang mengakibatkan kurangnya komunikasi pada orang lain.
2.2 Etiologi harga diri rendah

Menurut Fitria (2014) faktor penyebab harga diri rendah yaitu:

a.Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orangtua yang tidak
realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis

6
b.Faktor presipitasi

Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah yaitu hilangnya sebagian anggota tubuh,
perubahan penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta menurunnya
produktivitas. Gangguan konsep diri: harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional
maupun kronik :

1)Situasional :

Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis yang terjadi secara situasional bisa
disebabkan oleh trauma yang muncul secara tiba tiba misalnya harus dioperasi, mengalami
kecelakaan, menjadi korban pemerkosaan, atau menjadi narapidana sehingga haru masuk
penjara. Selain itu, dirawat dirumah sakit juga bisa menyebabkan rendahnya harga diri
seseorang dikarenakan penyakit fisik, pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak
nyaman, harapan yang tidak tercapai akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh, serta perlakuan
petugas kesehatan yangkurang menghargai klien dan keluarga.

2)Kronik :

Gangguan konsep diri: harga diri rendah biasanyasudah berlangsung sejak lama yang
dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat. Klien sudah memiliki pemikiran negatif
sebelum dirawat dan menjadi semakin meningkat saat dirawat.Baik faktor predisposisi
maupun presipitasi di atas bila mempengaruhi seseorang dalam berpikir, bersikap maupun
bertindak maka akan dianggap mempengaruhi terhadap koping individu tersebut sehingga
menjadi tidak efektif (mekanisme koping individu tidak efektif). Bila kondisi pada klien tidak
mau bergaul dengan orang lain (isolasi sosial: menarik diri), yang menyebabkan klien asik
dengan dunia dan pikirannya sendiri sehingga dapat muncul perilaku kekerasan.

2.3 Klasifikasi harga diri rendah

1. family experience, hubungan orang tua-anak dikatakan penting untuk perkembangan


harga diri. Pengaruh keluarga terhadap harga dirimenunjukkan bahwa self-conceptyang
dibangun mencerminkan gambaran diri yang dikomunikasikan atau disampaikan oleh orang-
orang terpenting dalam hidupnya (significant others).

2. performance feedback, umpan balik yang terus menerus terhadap kualitas performa kita
seperti kesuksesan dan kegagalan, dapat mempengaruhi harga diri. Kita memperoleh harga

7
dirimelalui pengalaman kita sebagai tokoh yang membuat sesuatu terjadi di dunia, yang dapat
mencapai cita-cita dan dapat mengatasi rintangan

3. social comparison, sangat penting untuk harga dirikarena perasaan memiliki kompetensi
tertentu didasarkan pada hasil performa yang dibandingkan baik dengan hasil yang
diharapkan diri sendiri maupun hasil performa orang lain.

2.4 Patofisiologi harga diri rendah

Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga diri rendah
situasional yang tidak terselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena individu tidak pernah
mendapat feed back dari lingkungan tentang prilaku klien sebelumnya bahkan kecendrungan
lingkungan yang selalu memberi respon negatif mendorong individu menjadi harga diri
rendah.Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya individu berada
pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis), individu berusaha menyelesaikan
krisis tetapi tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran. Penilaianindividu
terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga
diri rendah situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau justru
menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan individu
mengalami harga diri rendah kronis.

2.5 Gambaran Klinis/ tanda dan gejala

Tanda dan gejala harga diri rendah dapat dinilai dari ungkapan pasien yang
menunjukkan penilaian tentang dirinya dan didukung dengan data hasil wawancara dan
observasi (Kemenkes, RI)

a.Data subjektif

Pasien mengungkapkan tentang:

1)Hal negatif diri sendiri atau orang lain

2)Perasaan tidak mampu

3)Pandangan hidup yang pesimis

4)Penolakan terhadap kemampuan dirib.

b. Data objektif

8
1)Penurunan produktifitas

2)Tidak berani menatap lawan bicara

3)Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi

4)Bicara lambat dengan nada suara rendah

2.6 Pemeriksaan diagnostik/ penunjang

1.Pemeriksaan psikologi :

a.Pemeriksaan psikiatri

b.Pemeriksaan psikometri

2.Pemeriksaan lain jika diperlukan ;Darah rutin, Fungsi hepar, Faal


ginjal, Enzim hepar, EKG, CT scan, EEG

2.7 Manifestasi

Manifestasi yang bisa muncul pada klien gangguan jiwa dengan harga diri rendah menurut
Fitria (2009) adalah:

1)Mengkritik diri sendiri

2)Perasaan tidak mampu

3)Pandangan hidup yang pesimistis

4)Tidak menerima pujian

5)Penurunan produktivitas

6)Penolakan terhadap kemampuan diri

7)Kurang memperhatikan perawatan diri

8)Berpakaian tidak rapi

9)selera makan kurang

9
10)Tidak berani menatap lawan bicara

11)Lebih banyak menunduk

12)Bicara lambat dengan nada suara lemah

2.8 Penatalaksanaan / pengobatan

Menurut NANDA 2015 terapi yang dapat diberikan pada penderita Harga Diri Rendah yaitu :

1.Psikoterapi

Terapi ini digunakan untuk mendorong klien bersosialisasi lagi dengan orang lain. Tujuannya
agar klien tidak menyendiri lagi karena jika klien menarik diri, klien dapat membentuk
kebiasaan yang buruk lagi.

2. Therapy aktivitas kelompok

Terapi aktivitas kelompok sangat relevan untuk dilakukan pada klien harga diri rendah.
Terapi aktivitas kelompok ini dilakukan dengan menggunakan stimulasi atau diskusi untuk
mengetahui pengalaman atau perasaan yang dirasakan saat ini dan untuk membentuk
kesepakatan persepsi atau penyelesaian masalah.

10
BAB III

Tinjauan Kasus

2.9 Pengkajian

I. IDENTITAS KLIEN
Nama :Tn. K Tanggal dirawat : 18-04-2019
Umur : 37 tahun Tanggal pengkajian : 23-04-2019
Pendidikan : SMP Ruang rawat : Kasuari
Agama : Islam Sumber InforBapaki : Pasien
Status : menikah
Pekerjaan : swasta
Jenis kel. : laki-laki
No. RM : 104xx

II. ALASAN MASUK


Data Primer:
Klien mengatakan bahwa dirinya sudah berkeluarga dan dikaruniai dua orang anak
tetapi pada tahun 2014 klien bercerai dengan istri dan anak klien di asuh oleh istrinya.
Mulai saat itu klien mengalami stres berat. Karena klien merasa kecewa, tidak berdaya,
kepercayaan diri hilang, sering marah dan ngamuk. Akhirnya dibawa ke rumah sakit.
Data Sekunder:
Pada tanggal 18-04-2019 pasien dikirim oleh keluarganya dengan keluhan pasien sering
marah marah dan mengamuk
Keluhan Utama Saat Pengkajian:
Pasien mengatakan bingung kenapa dirinya dibawa ke rumah sakit jiwa, padahal tidak
mengalami gangguan jiwa. Dia merasa tidak merasa gila dan ingin pulang.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (FAKTOR PRESIPITASI)


Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah dibawa kerumah sakit jiwa. Ini adalah kali
pertama Tn. K ada disini untuk dirawat, dengan keluhan sering marah marah, dan
pernah memukul seseorang. Berdasarkan pengkajian pada tanggal 23 April 2019 marah
tersebut disebabkan karena klien merasa kecewa dan kepercayaan diri hilang akibat

11
ditinggal cerai istri dan anaknya di asuh oleh istrinya sehingga pasien dibawa ke RSJ
lawang pada tanggal 18-04-2019. Kemudian pasien dipindah keruang Kasuari .

III. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (FAKTOR PREDISPOSISI)


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di Bapaka lalu?
Pasien mengatakan baru pertama kali Bapakuk rumah sakit jiwa
Faktor penyebab/pendukung
a. Riwayat Trauma
N USIA PELAKU KORBAN SAKSI
O
1 Aniaya fisik √
2 Aniaya seksual
3 Penolakan
4 Kekerasan
dalam keluarga
5 Tindak Kriminal

Pasien mengatakan pernah memukul orang lain karena merasa kesal kepada
orang-orang yang menghina dirinya akibat ditinggal oleh istri dan anaknya.
Diagnosa keperawatan: resiko perilaku kekerasan
b. Pernah melakukan upaya/percobaan/bunuh diri
Pasien mengatakan tidak pernah melakukan percobaan bunuh diri.
c. Pengalaman Bapaka lalu yang tidak menyenangkan
Pasien mengatakan bercerai dengan istri dan anaknya adalah pengalaman yang
sangat menyakitkan hati
d. Pernah mengalami penyakit fisik
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit fisik yang berarti. Hanya
batuk, pilek, sakit gigi yang sembuh hanya dengan membeli obat ditoko
e. Riwayat penggunaan NAPZA
Pasien tidak pernah menggunakan NAPZA
2. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi diatas dan hasilnya
Pasien merupakan pasien yang sebelumnya belum pernah Bapakuk RSJ
Diagnosa Keperawatan: Tidak Ada
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa

12
Hubungan keluarga:
-
Gejala:
-
Riwayat pengobatan:
-
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Genogram

37 thn
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal dunia
…… : Tinggal serumah
: Garis perkawinan
: Garis keturunan
: Pasien
: cerai

: Keluarga yang mengalami gangguan jiwa yang sama


Jelaskan :
Pasien mengatakan sejak cerai dengan istri kurang lebih 5 tahun yang lalu pasien
tinggal sendiri dirumah dan pasien ditinggal oleh kedua anaknya.

Pola asuh :
13
pasien mengatakan pola asuh yang diterapkan dalam keluarganya adalah orang tua
tidak terlalu mengekang dan mendengarkan pendapat setiap anggota keluarga. Yang
artinya pola asuh yang digunakan adalah pola asuh demokratis
Pola mengambil keputusan:
pasien mengatakan bahwa dalam keluarganya dalam hal mengambil keputusan lebih
ke ibu. Namun semenjak Tn K hidup sendiri pengambilan keputusan berada
ditangan dia sendiri
Pola komunikasi:
Pasien mengatakan komunikasi dalam keluarganya cukup baik. Namun semenjak ia
bercerai dengan istri Tn K jarang menjenguk orang tuanya

Diagnosa Keperawatan : Tidak ada Masalah

2. Konsep diri
a. Citra tubuh :
Klien mengatakan tubuhnya biasa saja, tidak ada anggota tubuh yang sangat
disukai dan yang dibenci, akan tetapi klien mengatakan bahwa hidungnya adalah
yang paling disukai dan kurus tubuhnya yang tidak disukai oleh Tn K karena tidak
bisa gendut, walaupun seperti itu. Klien mengatakan menerima apa adanya dalam
tubuhnya.
b. Identitas :
Klien dapat mengenal dirinya sendiri mengenai dia adalah laki-laki dalam
keluarganya. Dia anak sulung dari lijma bersaudara. Klien mengatakan sudah
menikah tetapi sudah lama cerai dengan istrinya.
c. Peran :
Klien menyadari bahwa dirinya sebagai pasien dirumah sakit. Saat dirumah pasien
mengatakan bahwa dirinya adalah seorang pemborong dalam suatu pembangunan.
Klien mengatakan bahwa ia mau bertanggung jawab terhadap pekerjaan, dia
bekerja juga membantu orang tuanya. Dalam Bapakyarakat klien sering ikut
kegiatan
d. Ideal diri :
Pasien mengatakan bahwa dirinya ingin cepat sembuh dan ingin membina keluarga
yang lebih baik lagi dan juga ingin kembali bekerja seperti semula

14
e. Harga diri :
Pasien mengatakan malu dengan kondisi saat ini jika bertemu dengan saudara dan
tetangganya. Ia hidup sendiri sedang usianya tidak muda lagi anak istrinya
meninggalkannya
Diagnosa Keperawatan : Harga diri rendah

3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
Pasien mengatakan orang yang dekat dengannya adalah teman dan keluarganya.
Sedangkan saat dirumah sakit Tn K dekat dengan semua orang dan tidak memiliki
Bapakalah dengan pasien lain.
b. peran serta dalam kegiatan kelompok
Pasien mengatakan jarang mengikuti kegiatan kelompok yang ada diBapakyarakat
karena memiliki pekerjaan sendiri yang tidak bisa ditinggalkan.
c. hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
pasien mengatakan bahwa dirinya kurang bisa diterima dikampungnya karena
sering matah-marah selain itu tetangga terdekat selalu jaga jarak atau kurang
empati dengan keadaannya
Diagnosa Keperawatan : resiko perilaku kekerasan

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
pasien .mengatakan bahwa dirinya memeluk agama islam

b. Kegiatan Ibadah
Pasien mengatakan bahwa ia melakukan ibadah sholat tapi Bapak bolong bolong
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada Bapakalah

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum :
Keadaan umum pasien baik, GCS 456, pasien mampu berkonsentrasi untuk
menjawab pertanyaan perawat, tampak dapat melakukan aktivitas secara mandiri
tanpa hambatan, kontak mata kurang, ucapan kohoren atau tidak loncat loncat. Dapat
memakai baju tanpa terbalik.
15
2. Kesadaran ( Kuantitas)
kesadaran composmetis
3. Tanda vital:
TD : 110/80 mm/Hg
N : 84x/menit
S : 36,4oC
RR : 21x/menit
4. Ukur:
Berat badan: 65 kg
Tinggi badan: 167 cm
5. Keluhan fisik:
Pasien mengatakan bahwa dirinya sakit gigi
Diagnosa keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik

V. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Penampilan : pasien tampak memakai seragam pasien RSJ atasan berwarna hijau
dan celana berwarna cream, rambut pasien tampak rapi tidak disisir, baju bersih,
tidak terdapat bau badan, pasien menggunakan sandal swalow berwarna hijau
Cara berpakaian : tidak terbalik saat memakai pakaian
Kebersihan : terlihat bersih
Bapakalah keperawatan: tidak ada Bapakalah
2. Pembicaraan
Frekuensi : pasien sering menjawab pertanyaan dengan jelas ,menjawab setiap
pertanyaan yang diajukan
Volume : pelan dan jelas
Jumlah : pasien menjawab pertanyaan dengan panjang
Karakter : cukup baik dan kooperatif
Saat bercerita tentang tetangga yang pernah mencemoohnya, intonasi pasien tampak
meningkat, isi pembicaraan tampak kasar dan tampak tangan pasien mengepal.
Bapakalah keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan

16
3. Aktifitas Motorik/Psikomotor
Kelambatan:
 Hipokinesia,
 Hipoaktifitas
 Kata lepsi
 Sub stupor katatatonik
 fleksibilitsserea
Pasien tidak mengalami kelambatan aktivitas fisik
Peningkatan:
 hiperkinesia
 hiperaktif
Pasien tidak mengalami peningkatan aktifitas fisik
Diagnosa keperawatan : Tidak ada Bapakalah
4. Mood dan afek
Mood :
 Depresi
 Ketakutan
 Euforia
 Khawatir
 Anhedonia
 Kesepian
Jelaskan
Pasien mengatakan kesepian ditinggal orang tuanya dan istrinya , wajah sedih,
mata berkaca-kaca, pasien sering melamun dan memikirkan sesuatu yang
berkaitan dengan perpisahan keluarganya. Dan saat seperti itu Tn K lebih
memilih diam dan kurang ingin berada dikermaian
Afek : Sesuai
Pasien tampak sedih dan megatakan kesepian, kurang istirahat,mata berkaca-kaca,
wajah sedih
Bapakalah Keperawatan:
5. Interaksi selama wawancara :
 Bermusuhan
 Tidak koperatif
 Mudah tersinggung
17
 Kontak mata berkurang
 Defensif
 curiga
Jelaskan :
Pasien dapat berinteraksi dengan baik selama wawancara, kontak mata baik, pasien
kooperatif
Diagnosa Keperawatan : tidak ada Bapakalah
6. Persepsi – sensorik
a .halusinasi
 Pendengaran
 Penglihatan
 Perabaan
 Pengecapan
 Penciuman
b.ilusi
 Ada
 Tidak ada
Jelaskan : Pasien mengatakan mendengar suara berbisik saat naik sepeda motor ada
bisikan untuk membelok padahal jalannya lurus. Frekuensi bisikan hanya muncul saat
berkendara sepada motor, bisikan berasal dari kedua telinga baik kanan maupun kiri.
Pasien mampu mengendalikan dirinya walaupun ada bisikan tersebut.
Bapakalah Keperawatan: Risiko gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
7. Proses pikir
a. Arus pikir :koheren
Pasien bicara lancar mudah dipahami, pasien berbicara secara runtun tidak loncat
– loncat.

b. Isi pikir : pikiran rendah diri


Pasien mengatakan merasa malu dan tidak ada gunanya karena ditinggal istri dan
anak perempuannya.
c. Bentuk pikir : realistik
Pasien memiliki cara berfikir yang sesuai dengan kenyataan seperti mendengar
suara batin dan melihat bayangan.

18
8. Kesadaran
a. Orientasi (waktu, tempat, orang)
Waktu : pasien mengetahui hari dengan benar (23 April 2019).
Tempat : pasien mengetahui bahwa dirinya sekarang berada di ruang Kasuari
Orang : pasien mengenal pengkaji dan teman-temannya
9. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang (>1 bulan)
Pasien Bapak mengingat
 Gangguan daya ingat jangka menengah (24 jam- 1 bulan)
Pasien mengatakan Bapak mengingat orang yang mengantar ia ke RSJ ini
yaitu adik perempuannya.
 Gangguan daya ingat pendek (kurun waktu 10 detik sampai 15 menit)
Tidak ada Bapakalah dibuktikan dengan “siapa yang sedang mengobrol
dengannya? Ia menjawab “Yohannes, Mahasiswa praktek dari STIKES
KEPANJEN”
Bapakalah Keperawatan : tidak ada Bapakalah

10. Tingkat konsentrasi dan berhitung


Konsetrasi:
Perhatian klien tidak mudah dialihkan dibuktikan dengan : ketika diajak
berkomunikasi pasien mampu menjelaskan kembali apa yang telah di bicarakan
sebelumnya.
Berhitung
Pasien mampu menghitung dengan baik dibuktikan dengan pasien mampu berhitung
100-7=93, 93-7=86
11. Kemampuan penilaian
Gangguang kemampuan penilaian ringan : pasien dapat mengambil keputusan
sederhana dengan bantuan oranglain. Contoh : pasien diberikan pilihan mandi
sebelum makan atau makan sebelum mandi.
Bapakalah perawatan : tidak ada Bapakalah
12. Daya tillik diri
Pasien Bapak bingung dengan kondisinya saat ini ia merasa sehat sehat saja.
Bapakalah Keperawatan : Defisit pengetahuan

19
VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
 Perawatan kesehatan
 Transportasi
 Tempat tinggal
 Keuangan dan kebutuhan lainnya
Jelaskan:
Terkait dengan perawatan kesehatan, transportasi, tempat tinggal dan keuangan tidak
ada Bapakalah karena pasien memiliki jaminan kesehatan BPJS serta memiliki
rumah sendiri.
2. Kegiatan hidup sehari-hari
Mandi
Pasien mengatakan mandi 2 kali sehari, mandi secara mandiri dikamar mandi
menggunakan sabun.
Berpakaian, berhias dan berdandan
Pasien mengenakan baju dan celana dengan benar, rambut rapi, warna rambut hitam,
kuku terpotong rapi (pendek).

Makan
pasien mengatakan makan 3 kali sehari, makan secara mandiri, makan porsi yang
disediakan rumah sakit dihabiskan.
Toileting (BAK, BAB)
Pasien mengatakan BAK dan BAB dikamar mandi tanpa bantuan orang lain
BAK: Pasien mengatakan BAK 3-4 kali sehari dikamar mandi
BAB: Pasien mengatakan 1 hari sekali dikamar mandi
3. Istirahat dan tidur
Pasien mengatakan terkadang tidur siang jam 13.00-14.00. Tidur malam jam 21.00
sampai 04.00 pagi. Pasien mengatakan aktivitas sebelum tidur adalah cuci kaki dan
gosok gigi dan saat bangun tidur pasien mandi/cuci muka dikamar mandi
4. Kemampuan lain-lain
Mengantisipasi kebutuhan hidup
Pasien mengatakan ingin bekerja sebagai pemborong lagi
Membuat keputusan berdasarkan keinginannya
Pasien mengatakan membuat keputusan berdasarkan keinginannya
20
Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatannya
Pasien mengatkan rutin minum obat yang diberikan oleh petugas.
Bapakalah Keperawatan : tidak ada Bapakalah
5. Sistem Pendukung
Keluarga Ya
Terapis Ya
Teman sejawat Ya
Kelompok sosial Ya
Jelaskan : sistem pendukung pasien terpenuhi

IX. MEKANISME KOPING


Pasien mengatakan jika ada Bapakalah pasien cenderung tertutup dan kadang disertai
marah-marah
Diagnosa keperawatan: koping individu inefektif

X. BAPAKALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Bapakalah dengan dukungan kelompok
Pasien mengatakan tidak ada Bapakalah dengan kelompoknya ataupun Bapakyarakat
Bapakalah berhubungan dengan lingkungan
Pasien mengatakan hubungan pasien dengan orang-orang disekitarnya baik
Bapakalah dengan pendidikan
Pasien mengatakan pendidikan terakhir SLTA
Bapakalah dengan pekerjaan
Pasien mengatakan sebelumnya pasien bekerja sebagai pemborong, pasien tidak
memiliki Bapakalah dalam pekerjaannya
Bapakalah dengan perumahan
Pasien mengatakan tidak ada Bapakalah, pasien mengatakan ia tinggal di Jombang
sendirian setelah ditinggal istri dan anaknya
Bapakalah dengan ekonomi
Pasien tidak memiliki Bapakalah dengan ekonomi karena ia bekerja sebagai
pemborong
Bapakalah dengan pelayanan kesehatan
Pasien mengatakan tidak adalah Bapakalah dengan petugas dan pelayanan kesehatan

21
Bapakalah lainnya
Tidak ada Bapakalah lain.
Diagnosa Keperawatan : tidak ada

VI. ASPEK PENGTAHUAN


Apakah klien mempunyai Bapakalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang
tentang suatu hal? ya
Penyakit/gangguan jiwa
Sistem pendukung
Faktor presipitasi
Penatalaksanaan
Lain-lain, jelaskan
Jelaskan : pasien mengatakan Bapak bingung mengapa ia dibawa ke RSJ, ia merasa
bahwa dirinya sehat sehat saja.
Bapakalah Keperawatan : Defisit pengetahuan

VII. ASPEK MEDIS


1. Diagnosa medis
F23.2 Acute Schizophrenia-like psychotic disorder
2. Diagnosa Multi Axis
Axis I : F23.2 Acute Schizophrenia-like psychotic disorder
Axis II : tidak ditemukan
Axis III : tidak ditemukan
Axis IV : Bapakalah psikoosial dan lingkungan lainna
Axis V : penilaian fungsi secara global/GAF 40
3. Terapi medik :
1) Risperidone 1mg (per oral) 1-0-1-0
2) Klobazam 10mg (per oral) 0-0-0-1

22
XIII. ANALISA DATA

NO. DATA DIAGNOSA


KEPERAWATAN
1. DS :
Pasien mengatakan malu dengan kondisi saat ini jika Gangguan konsep diri :
bertemu dengan saudara dan tetangganya. Ia hidup Harga Diri Rendah
sendiri sedang usianya tidak muda lagi anak istrinya
meninggalkannya. Pasien mengatakan kurang bisa
diterima didesanya karena ia sering marah – marah.
DO :
- Wajah tampak sedih
- Tn K tampak sering murung memikirkan sesuatu
- Kontak mata kurang dan sering menunduk
- mata tampak berkaca kaca saat ditanya
1. DS : Risiko Gangguan sensori
Pasien mengatakan mendengar suara berbisik saat persepsi : Halusinasi
naik sepeda motor. Bisikan tersebut memerintahkan Pendengaran
untuk membelok padahal jalannya lurus. Frekuensi
bisikan hanya muncul saat berkendara sepada motor,
bisikan berasal dari kedua telinga baik kanan
maupun kiri. Pasien mampu mengendalikan dirinya
walaupun ada bisikan tersebut.
DO :
Tidak terkaji karena ini merupakan keluhan pasien
saat berada dirumah. Bisikan tersebut sudah tidak
ada bisikan tersebut.
2. DS : Resiko perilaku kekerasan
Pasien mengatakan pernah memukul orang lain
karena merasa kesal kepada orang-orang yang
menghina dirinya akibat ditinggal oleh istri dan
anaknya.
DO :
- Saat bercerita tentang tetangga mencemoohnya

23
intonasi pasien berubah menjadi tinggi, kata kata
yang diucapkan cenderung kasar. Dan tangan
tampak mengepal

XIV. POHON MASLAH


Resiko perilaku kekerasan, resiko cedera

Risiko gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran


a
Koping individu inefektif

Harga diri rendah

XV. DAFTAR MASLAH LAH KEPERAWATAN


1. Gangguan Konsep diri : Harga Diri Rendah
2. Risiko Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Resiko perilaku kekerasan

4. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan Konsep diri : Harga Diri Rendah

24
25
PERENCANAAN KEPERAWATAN BESERTA RASIONAL

PERENCANAAN
No. Dx Kep.
TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI RASIONAL
1 Harga Tujuan umum : Setelah 2 kali interaksi, Bina hubungan saling percaya dengan
diri Pasien memiliki pasien menunjukkan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik Hubungan saling percaya
rendah konsep diri yang eskpresi wajah bersahabat, : merupakan dasar untuk
kronik positif menun-jukkan rasa senang, 1. Sapa pasien dengan ramah baik verbal hubungan interaksi selanjutnya.
ada kontak mata, mau maupun non verbal.
Tujuan khusus: berjabat tangan, mau 2. Perkenalkan diri dengan sopan.
1. Pasien dapat menyebutkan nama, mau 3. Tanyakan nama lengkap dan nama
membina menjawab salam, pasien panggilan yang disukai pasien.
hubungan saling mau duduk berdampingan 4. Jelaskan tujuan pertemuan.
percaya dengan dengan perawat, mau 5. Jujur dan menepati janji.
perawat. mengutarakan Bapakalah 6. Tunjukan sikap empati dan menerima
yang dihadapi pasien apa adanya.
7. Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan
dasar pasien.

Tujuan khusus: Setelah 2 kali interaksi 1. Diskusikan dengan pasien tentang: Menilai realitas, kontrol diri
2. Pasien dapat pasien menyebutkan: a. Aspek positif yang dimiliki pasien, atau integritas ego diperlukan

26
mengidentifikasi 1. Aspek positif dan keluarga, lingkungan. sebagai dasar asuhan
aspek positif dan kemampuan yang b. Kemampuan yang dimiliki pasien. keperawatannya, reinforcement
kemampuan yang dimiliki pasien. 2. Bersama pasien buat daftar tentang: positif akan meningkatkan
dimiliki. 2. Aspek positif keluarga. a. Aspek positif pasien, keluarga, harga diri pasien, dan pujian
3. Aspek positif lingkungan. yang realistik tidak
lingkungan pasien. b. Kemampuan yang dimiliki pasien. menyebabkan pasien
3. Beri pujian yang realistis, hindarkan melakukan kegiatan hanya
memberi penilaian negatif. karena ingin mendapatkan
pujian.

Tujuan khusus: Setelah 2 kali interaksi 1. Diskusikan dengan pasien kemampuan Prasarat untuk berubah dan
3. Pasien dapat pasien menyebutkan yang dapat dilaksanakan. mengerti tentang kemampuan
menilai kemampuan yang dapat 2. Diskusikan kemampuan yang dapat yang dimiliki dapat memotivasi
kemampuan yang dilaksanakan dan mengikuti dilanjutkan pelaksanaannya. pasien untuk tetap
dimiliki untuk rehabilitasi 3. Motivasi dan ikut sertakan pasien untuk mempertahankan
dilaksanakan mengikuti rehabilitasi penggunaannya

Tujuan khusus: Setelah 2 kali interaksi 1. Rencanakan bersama pasien aktivitas Pasien adalah individu yang
4. Pasien dapat pasien membuat rencana yang dapat dilakukan setiap hari sesuai bertanggung jawab terhadap
merencanakan kegiatan harian kemampuan pasien: dirinya sendiri, pasien perlu

27
kegiatan sesuai a. Kegiatan mandiri. bertindak secara realistis dalam
dengan b. Kegiatan dengan bantuan. kehidupannya, dan contoh
kemampuan yang 2. Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi peran yang dilihat pasien akan
dimiliki pasien. memotivasi pasien untuk
3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan melaksanakan kegiatan.
yang dapat pasien lakukan.

Tujuan khusus: Setelah 2 kali interaksi 1. Anjurkan pasien untuk melaksanakan Reinforcement positif dapat
5. Pasien dapat pasien melakukan kegiatan kegiatan yang telah direncanakan. meningkatkan harga diri kllien
melakukan sesuai jadwal yang dibuat 2. Pantau kegiatan yang dilaksanakan dan memberikan kesempatan
kegiatan sesuai pasien. kepada pasien untuk tetap
rencana 3. Beri pujian atas usaha yang dilakukan melakukan kegiatan yang biasa
pasien. dilakukan
4. Diskusikan dengan pasien kemungkinan
pelaksanaan kegiatan setelah pulang.

Tujuan khusus: 1. Bantu keluarga memberikan dukungan


6. Pasien dapat Setelah 1 kali interaksi selama pasien di rawat Mendorong keluarga akan
memanfaatkan pasien memanfaatkan sistem 2. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga sangat berpengaruh dalam
sistem pendukung pendukung yang ada di tentang cara merawat pasien dengan mempercepat proses

28
yang ada. keluarga harga diri rendah penyembuhan pasien dan
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan meningkatkan peran serta
di rumah keluarga dalam merawat pasien
di rumah.

A. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


DIAGNOSA
KEPERAWATA IMPLEMENTASI EVALUASI
N
Harga diri rendah Rabu, 24 April 2019 Rabu, 24 April 2019
kronik 12.00 WIB 12.30 WIB
1. Membina hubungan saling S :
percaya - Pasien mengatakan senang telah diajak bicara oleh perawat
2. Mendiskusikan dengan pasien - Pasien mengatakan tidak memiliki kemampuan apapun kecuali bersih bersih untuk
tentang: keperluan dirinya sendiri seperti : mencuci baju, cuci piring, dan beres beres rumah
a. Aspek positif yang dimiliki O : Pasien terlihat senang dan antusias ketika diajak berbicara mengenai kerja dan aktivitas,
pasien, keluarga, lingkungan. kontak mata cukup, pasien mau duduk berdampingan
b. Kemampuan yang dimiliki A : Pasien dapat menyebutkan aspek positif dan kemampuan yang dimiliki pasien.
pasien. P : N : Diskusikan dengan pasien kemampuan pasien

29
3. Memberi pujian yang realistis K : Mengidentifikasi kemampuan yang dapat dilaksanakan dan dilanjutkan

Harga diri rendah Kamis, 25 April 2019 Kamis, 25 April 2019


kronik 07.10 WIB 07.30 WIB
1. Merencanakan bersama pasien S : Pasien mengatakan akan giat beraktivitas di bangsal agar cepat pulang, pasien
aktivitas yang dapat dilakukan mengatakan selama di rumah sering mengerjakan perkerjaan rumah, pasien mengatakan
setiap hari sesuai kemampuan Bapak mampu untuk bekerja, pasien mengatakan akan membantu pasien lainnya untuk
pasien membersihkan peralatan makan dan membersihkan serta merapikan tempat makan setelah
2. Meningkatkan kegiatan sesuai selesai makan
kondisi pasien O : Pasien terlihat antusias, kooperatif, pasien mampu untuk mengidentifikasi
kemampuannya
A : Pasien dapat membuat rencana kegiatan harian
P : N : Lanjutkan TUK 5
K : Melakukan aktivitas sesuai rencana

Harga diri rendah Kamis, 25 April 2019 Kamis, 25 April 2019


kronik 08.30 WIB 08.35 WIB
Memotivasi dan mengikut sertakan S : Pasien mengatakan senang mengikuti permainan karena bisa beraktivitas di luar bangsal,
pasien untuk mengikuti kegiatan pasien mengatakan dia sering memenangkan permainan
bermain guna mengasah kemampuan O : Pasien terlihat antusias, pasien mengikuti kegiatan bermain dengan baik

30
diri A : Pasien mengikuti kegiatan bermain
P : N : Ikut sertakan dan motivasi pasien mengikuti kegiatan bermain
K : Mengikuti rehabilitasi

Harga diri rendah Kamis, 25 April 2019 Kamis, 25 April 2019


kronik 07.00 WIB 07.30 WIB
1. Menganjurkan pasien untuk S : Pasien mengatakan senang bisa beraktivitas dan bekerja di bangsal daripada bermalas-
melaksanakan kegiatan yang malasan dan tidur-tiduran
telah direncanakan. O : Pasien terlihat membantu menyapu, mencucikan piring makan dan gelas pasien lain,
2. Memantau kegiatan yang merapikan meja tempat makan, pasien terlihat mengambil, merapikan serta membagikan
dilaksanakan pasien. minuman digelas untuk minum obat sebelum makan
3. Memberi pujian atas usaha yang A : Pasien melakukan kegiatan sesuai jadwal yang dibuat
dilakukan pasien P : N : Lanjutkan TUK 6
K : Mempertahankan kegiatan yang telah direncanakan bersama

Harga diri rendah Jum’at, 26 April 2019 Jum’at, 26 April 2019


kronik 12.00 WIB 13.00 WIB
1. Beri pendidikan kesehatan pada S : Keluarga pasien mengatakan akan mengajak pasien bersosialisasi dengan warga dan
keluarga tentang cara merawat tetangga sekitar, akan mengajak pasien untuk beribadah shalat, akan mengajak beraktivitas,

31
pasien dengan harga diri rendah akan rajin kontrol dan mengingatkan pasien untuk teratur minum obat, akan mendukung
2. Bantu keluarga menyiapkan kegiatan positif untuk pasien
lingkungan di rumah O : Keluarga pasien kooperatif, kontak mata cukup
A : Pasien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga
P : N : Diskusikan dengan pasien kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang
K : Memanfaatkan support sistem di keluarga

Harga diri rendah Sabtu, 27 April 2019 Sabtu, 27 April 2019


kronik 10.00 WIB 10.15 WIB
Mendiskusikan kemungkinan S : Pasien mengatakan sempat merasakan dirinya tidak berguna dan merasa malu, pasien
pelaksanaan kegiatan setelah pulang mengatakan takut keluarganya merasa malu karena Tn K dirawat dirumah sakit jiwa. Pasien
mengatakan setelah sampai rumah akan sering menjenguk orangtuanya untuk membantu
pekerjaan orang tuanya
O : Pasien terlihat antusias, kooperatif
A : Pasien melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat
P : N : Beri edukasi mengenai obat
K : Memanfaatkan sistem pendukung di rumah

32
33
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada kasus yang dialami Tn. K yang sudah kami kaji dan beri Asuhan
Keperawatan berupa implementasi keperawatan selama 4x24 jam, Bapakalah
keperawatan yang bisa diangkat berkaitan dengan kondisi pasien adalah:
a. Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah
b. Risiko gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran
c. Risiko Perilaku Kekerasan

Semua Bapakalah keperawatan telah teratasi dengan beberapa faktor


pendukung dan faktor penghambat:
1. Faktor pendukung
a. Klien kooperatif
b. Klien mampu berkonsentrasi dan mengikuti arahan dengan baik
c. Klien mampu mengingat yang diajarkan dengan baik
2. Faktor penghambat : Pasien kadang Bapak merasakan sedih ketika sendirian
dan tidak ada aktivitas dan pekerjaan
B. Saran
Berdasarkan teori, diagnosa yang muncul pada Ny. K sudah banyak tercapai
dan menuju perkembangan tapi pada keperawatan jiwa, pasien Bapak perlu
dipantau terutama pada saat minum obat. Untuk itu perlu adanya motivasi dari
pihak tenaga kesehatan dan keluarga untuk memotivasi klien.

34
DAFTAR PUSTAKA

Coopersmith. 2002. The Antecedent Of Self Esteem. San Fransisco: W. H. Freeman


& Company

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi


2012-2014. Jakarta: EGC

Keliat, B. A. 2009. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: ECG

Purba, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Bapakalah


Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press

Townsend, M.C. 2005. Essentials of psychiatric mental health nursing 3 rd edition.


Philadelphia: F.A. Davis Company

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung: PT Refika Aditama

35

Anda mungkin juga menyukai