Mata Kuliah :
Dosen Pembimbing :
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
kehendak-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Hormat Kami
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover………………………………………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………...
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………..
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
A. Pengkajian
B. Pohon Masalah
C. Diagnosa Keperawatan
D. Intervensi Keperawatan
E. Implementasi Keperawatan
F. Evaluasi Keperawatan
G. DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
World Healt Organization (WHO) memperkirakan tidak kurang dari 450 juta penderita
gangguan jiwa ditemukan di dunia. Bahkan berdasarkan 2 data studi World Bank di beberap
Negara menunjukkan 8,1% dari kesehatan global masyarakat (Global Burden Disease)
disebabkan oleh masalah gangguan kesehatan jiwa yang menunjukan dampak lebih besar dari
TBC (7,2%), kanker (5,8%), jantung (4,4%), dan malaria (2,6%). Departemen kesehatan
mengatakan angka tersebut menunjukan jumlah penderita gangguan jiwa di masyarakat sangat
tinggi.
Dari 50 juta populasi orang dewasa Indonesia, berdasarkan data Departemen Kesehatan
(Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan mental emosional. Sedangkan 4 % dari
jumlah tersebut terlambat berobat dan tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk penyakit
kejiwaan ini, krisis ekonomi dunia yang semakin berat mendorong jumlah penderita gangguan
jiwa di dunia dan Indonesia khususnya kian meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau 25 %
dari jumlah penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa (Nurdwiyanti, 2008). Harga diri
rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat
evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri.Adanya perasaan hilang
kepercayaan diri,merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri.
(keliat,2005)
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya
perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai
ideal diri(Keliat, 1998).
Harga diri merupakan suatu nilai yang terhormat atau rasa hormat yang dimiliki seseorang
terhadap diri mereka sendiri. Hal ini menjadi suatu ukuran yang berharga bahwa mereka
memiliki sesuatu dalam bentuk kemampuan dan patut dipertimbangkan (Townsend, 2005).
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat
bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri (Yoedhas, 2010).
Harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang
negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama (NANDA, 2005). Individu cenderung untuk
menilai dirinya negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain (Depkes RI, 2000).
Gangguan harga diri adalah keadaan ketika individu mengalami atau berisiko mengalami
evaluasi diri negatif tentang kemampuan atau terhadap diri sendiri (lynda juall
carpenito,2008).Seseorang yang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan
memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa – apa, tidak kompeten,
gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Orang
dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan
kesempatan yang dihadapinya. Akan ada dua pihak yang bisa disalahkannya, entah itu
menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang lain (Rini, J.F, 2002).
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi fokus pembahasan dan penulisan makalah ini
adalah :
1.2.2 Konsep asuhan keperawatan pada klien dengan Harga diri rendah
1.2.3 Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan Harga diri rendah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Beberapa manfaat yang dapat diambil dari asuhan keperawatan ini adalah :
1.4.1 Mahasiswa
Menambah pengetahuan dalam perawatan dan dapat menerapkan dirumah apa yang telah
diajarkan perawat dirumah sakit
1.4.3 Institusi
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Pengertian tentang harga diri rendah disampaikan oleh beberapa sumber. Harga diri
rendah menurut Keliat (2006) digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri dan harga diri merasa gagal mencapai keinginan. Selain itu juga Harga diri rendah
adalah evaluasi dari atau kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu
yang lama (Nanda 2005 dalam Direja, 2011).
Menurut Keliat (2010), Harga diri rendah adalah kondisi seseorang yang menilai
keberadaan dirinya lebih rendah dibandingkan orang lain yang berpikir adalah hal negatif
diri sendiri sebagai individu yang gagal, tidak mampu, dan tidak berprestasi.
Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima dilingkungan
dan gambaran-gambaran negatif tentang dirinya (Barry, dalam Fitria 2009).
Berdasarkan tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gangguan harga diri rendah
adalah gangguan konsep diri dimana harga diri merasa gagal mencapai keinginan,
perasaan tentang diri yang negatif dan merasa dirinya lebih rendah dibandingan orang
lain.
B. Etiologi
a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis, kegagalan yang berulang,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan
idealdiri yang tidak realistis.
Meliputi ketidakpercayaan, tekanan dari teman sebaya dan perubahan struktur sosial.
Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan anak menjadi kurang percaya
diri, ragu dalam mengambil keputusan dan dihantui rasa bersalah ketika akan melakukan
sesuatu. Kontrol orang tua yang berat pada anak remaja akan menimbilkan perasaan
benci pada orang tua. Teman sebaya merupakan faktor lain yang berpengaruh pada
identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan, dan diakui oleh kelompoknya.
4) Faktor biologis
Adanya kondisi sakit fisik secara yang dapat mempengaruhi kerja hormon secara umum,
yang dapat pula berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar
serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien
depresi kecenderungan harga diri rendah kronis semakin besar karena klien lebih dikuasai
oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya.
B. Faktor presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi yang dihadapi
individu dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas stresor dapat mempengaruhi
komponen.
Stresor yang dapat mempengaruhi gambaran diri adalah hilangnya bagian tubuh,
tindakan operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh,
proses tumbuh kembang, prosedur tindakan dan pengobatan. Sedangkan stresor yang
dapat mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang
penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti, pola asuh yang tidak tepat
misalnya selalu dituntut, dituruti, persaingan dengan sodara, kesalahan dan kegagalan
berulang, cita- cita tidak terpenuhi dan kegagalan bertanggung jawab sendiri.
Menurut Carpenito dalam keliat (2011) perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah
antara lain :
Sedangkan menurut Stuart (2006) tanda- tanda klien dengan harga diri rendah yaitu :
Perasaan malu terhadap diri sendiri adalah akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit
Rasa bersalah terhadap diri sendiri
Merendahkan martabat
Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
Percaya diri kurang
Menciderai diri
tidak realistis.
Kegagalan yang berulang Penilaian Stresor
orang lain
Ideal diri yang tidak Mekanisme Koping
realistis.
Jangka Panjang
Jangka Pendek Orientasi
G. Terapi Somatik
Menurut Riyadi, & Purwanto, (2009) Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien
dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif dengan
melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik. Terapi somatik telah banyak dilakukan pada
klien dengan gangguan jiwa seperti terapi somatik restrain, seklusi, elekrokonvulsi, dan foto
terapi.
a. ECT (Electro Convulsif Therapie)
Suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan menimbulkan kejang pada
penderita baik tonik maupun klonik. Indikasi ECT yaitu :
1) Klien depresi pada psikosa manik depresi, klien skizofrenia stupor kotatonik dan
gaduh gelisah katatonik.
2) Klien dengan penyakit depresi mayor yang tidak berespon terhadap antidependen
atau yang tidak dapat minum obat.
3) Klien dengan gangguan bipolar yang tidak berespon terhadap obat.
4) Klien bunuh diri akut yang cukup lama tidak menerima pengobatan untuk
mencapai efek terapeutik.
Sedangkan kontra indikasi ECT yaitu :
2.1 Peningkatan tekanan intra cranial (karena tumor otak, infeksi SPP).
2.2 Keguguran pada kehamilan gangguan sistem muskuloskeletal, osteoartritis berat,
osteoporosis, fraktur karena kejang grandma.
2.3 Gangguan kardiovaskuler, infrak miokardium, anggia, hipertensi,
aritmia, dan aneurisma.
2.4 Gangguan sistem pernafasan, asma bronkial.
2.5 Keadaan lemah.
H. Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk pertahan koping jangka pendek atau jangka panjang serta
penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi
persepsi diri yang menyakitkan ( Stuart & Gail, 2007 ).
a. Pertahanan jangka pendek mencakup berikut ini :
1) Aktifitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis indentitas diri
(misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara obsesif )
2) Aktifitas yang memberikan identitas pengganti sementara ( misalnya, ikut serta
dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan atau genk )
3) Aktifitas sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak
menentu ( misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk
mendapatkan popularitas )
4) Aktifitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas diluar
dari hidup yang tidak bermakna saat ini ( misalnya, penyalahgunaan obat )
b. Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :
1. Penutupan identitas-adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang terdekat
tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu.
2) Identitas negatif, asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan yang
diterima masyarakat
I. Sumber Koping
Semua orang tanpa memperhatikan gangguan prilakunya, mempunyai beberapa bidang
kelebihan personal yang meliputi : Aktifitas olah raga dan aktifitas diluar rumah, hobi
dan kerajinan tangan, seni yang ekspresif, kesehatan dan perwatan diri, pendidikan atau
pelatihan, pekerjaan, vokasi atau posisi, bakat tertentu, kecerdasan, imajinasi dan
kreatifitas, hubungan interpersonal. (Stuart, 2007)
J. Penatalaksanan Medis
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri rendah kronis adalah :
1) System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien dengan harga diri rendah
yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa tidak berguna atau gagal terus menerus.
2) Hipothalmus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena melihat kondisi klien
dengan harga diri rendah yang membutuhkan lebih banyak motivasi dan dukungan dari perawat
dalam melaksanakan tindakan yang sudah dijadwalkan bersama-sama dengan perawat padahal
klien mengatakan bahwa membutuhkan latihan yang telah dijadwalkan tersebut.
3) Thalamus, sistem pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk mengatur arus informasi
sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk mencegah berlebihan di korteks.
Kemungkinan pada klien dengan harga diri rendah apabila ada kerusakan pada thalamus ini
maka arus informasi sensori yang masuk tidak dapat dicegah atau dipilih sehingga menjadi
berlebihan yang mengakibatkan perasaan negatif yang ada selalu mendominasi pikiran dari klien.
4) Amigdala yang berfungsi untuk emosi. Adapun jenis alat untuk mengetahui gangguan
struktur otak yang dapat digunakan adalah:
3) Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT), melihat wilayah otak dan
tanda-tanda abnormalitas pada otak dan menggambarkan perubahan-perubahan aliran darah yang
terjadi.
MASALAH
Penyebab Penyebab
C. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah kronis.
Koping individu tidak efektif.
Isolasi sosial.
Perubahan persepsi sensori : halusinasi.
Resiko perilaku kekerasan
D. Intervensi Keperawatan
Perencanaan terdiri dari tiga aspek, yaitu tujuan umum, tujuan khusus, dan rencana
tindakan keperawatan. Tujuan umum berfokus pada penyelesaian permasalahan dari
diagnosis tertentu. Tujuan umum
dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus telah tercapai. Tujuan khusus berfokus pada
penyelesaian etiologi dari diagnosis tertentu. Tujuan khusus merupakan rumusan
kemampuan yang perlu dicapai atau dimilki klien (Direja, 2011).
a. Harga diri rendah kronis.
1) Tum : Klien dapat meningkatkan harga dirinya.
2) Tuk :
a. Klien mampu membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.
c. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
d. Klien dapat merancang kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimilki.
e. Klien dapat melakukan kegiatan.
3) Intervensi :
a. Bina hubungan terapeutik.
b. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang masih dimilki klien.
c. Beri kesempatan klien untuk mencoba.
d. Setiap bertemu klien hindarkan penilaian agresif.
e. Utamakan memberikan pujian realistik.
f. Diskusikan dengan klien kegiatan yang masih bisa digunakan.
g. Rencanakan bersama.
h. Beri reinforcement positif atas usaha klien.
b. Koping individu tidak efektif
1) Tum : Klien dapat meningkatkan koping individu tidak efektif.
2) Tuk :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Klien dapat mengenali dan mengekspresikan emosinya
c. Klien dapat memodifikasi pola kognitif yang negatif
d. Klien dapat meyakini tentang manfaat mekanisme koping
e. Klien dapat melakukan kegiatan yang menarik, dan aktivitas yang terjadwal
3) Intervensi :
a. Lakukan pendekatan yang hangat, menerima klien apa adanya dan bersifat empati
b. Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri perawat sendiri
(Misalnya : Rasa marah, frustasi, simpati)
c. Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang suportif
d. Beri waktu untuk klien berespon pujian
e. Tunjukkan respon emosional dan menerina klien apa adanya
f. Gunakan tehnik komunikasi terapeutik
g. Bantu klien mengekspresikan perasaanya
h. Bantu mengidentifikasi area situasi kehidupannya yang tidak berada dalam
kemampuannya untuk mengontrol
i. Diskusikan masalah yang dihadapi klien
j. Identifikasi pemikiran negatif, bantu menurunkan interupsi/ subsitusi
k. Bantu meningkatkan pemikiran yang positif
l. Terima klien apa adanya, jangan menentang keyakinannya
m. Kenalkan realitas
n. Beri umpan balik tentang perilaku, stressor dan sumber koping
o. Kuatkan ide bahwa kesehatan fisik berhubungan dengan kesehatan emosional
p. Beri batasan perilaku maladaptif
q. Beri klien aktivitas yang produktif
r. Beri latihan fisik sesuai bakatnya
s. Bersama klien buat jadwal aktivitas yang dapat dilakukan sehari – hari
t. Libatkan keluarga dan sistem pendukung lainnya
c. Isolasi sosial.
1) Tum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
2) Tuk :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat mengetahui keuntungan dan kerugian berhubungan dengan orang
lain.
c. Klien dapat mengidentifikasi penyebab isolasi sosial.
d. Klien dapat berkenalan.
e. Klien dapat menentukan topik pembicaraan.
f. Klien dapat berinteraksi dengan orang lain secara bertahap berkenalan dengan
orang lain (perawat).
g. Klien dapat berinteraksi dengan secara bertahap berkenalan dengan orang kedua
(pasien lain).
3) Intervensi :
a. Beri salam dan panggil nama klien.
b. Sebutkan nama perawat dan sambil berjabat tangan.
c. Jelaskan tujuan interaksi
d. Jelaskan kontrak yang akan dibuat.
e. Beri rasa aman dan tunjukan sikap empati.
f. Beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya.
g. Bantu klien mengungkapkan alasan klien dibawa ke rumah sakit.
h. Beri kesempatan klien mengatakan keuntungan berhubungan atau berinteraksi.
i. Beri kesempatan klien untuk mengatakan kerugian berhubungan atau berinteraksi
dengan orang lain.
j. Beri kesempatan klien mencontohkan teknik berkenalan.
k. Beri kesempatan klien menerapkan teknik berkenalan.
l. Beri kesempatan klien dan bantu klien menentukan topik pembicaraan.
m. Latih berhubungan sosial secara bertahap dengan perawat.
n. Masukan dalam jadwal kegiatan klien.
o. Latih cara berkenalan dengan dua orang atau lebih dengan teman satu ruangan
atau sesama pasien.
p. Masukan dalam jadwal kegiatan klien.
d. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
1) Tum : Klien dapat mengontrol halusinasi
2) Tuk :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat mengenal halusinasi.
c. Klien dapat mengontrol halusinasi.
d. Klien memilih cara mengatasi seperti yang telah didiskusikan.
e. Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinansi.
f. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
3) Kriteria Hasil :
a. Ekspresi wajah bersahabat
b. Menunjukan rasa senang
c. Ada kontak mata
d. Mau berjabat tangan
e. Mau menyebutkan nama
f. Mau menjawab salam
g. Klien mau duduk berdampingan dengan perawat
h. Mau mengutarakan masalah yang dihadapinya
i. Klien dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata
j. Klien dapat menyebutkan waktu, isi, dan frekuensi timbulnya halusinasi
k. Klien dapat menyebutkan tindakan yang dilakukan untuk mengontrol
halusinasinya.
l. Klien dapat menjalin hubungan saling percaya dengan perawat.
m. Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda, dan tindakan untuk
mengendalikan halusinasi.
n. Klien dan keluarga mampu menyebutkan manfaat, dosis, dan efek samping.
o. Klien dapat menginformasikan manfaat dan efek samping obat.
p. Klien dapat memahami akibat pemakaian obat tanpa konsultasi.
q. Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat.
4) Intervensi :
a. Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi
terapeutik.
b. Sapa klien dengan ramah
c. Perkenalkan diri dengan sopan.
d. Tanya nama lengkap klien.
e. Jelaskan tujuan pertemuan.
f. Jujur dan tepati janji.
g. Tujukan sikap empati.
h. Beri perhatian kepada klien.
i. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasi.
j. Bantu klien mengenal halusinasi.
k. Diskusikan dengan klien situasi yang menimbulkan halusinansi.
l. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi.
m. Diskusikan manfaat yang dilakukan klien dan beri pujian pada klien.
n. Bantu klien melatih cara memutus halusinansi.
o. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dilatih
p. Anjurkan klien untuk memberi tahu keluarga jika mengalami halusinansi.
q. Diskusikan dengan keluarga pada saat berkunjung tentang gejala halusinasi yang
dialami.
r. Cara yang dapat dilakukan klien untuk memutuskan halusinansi.
s. Cara merawat halusinansi dirumah, beri kegiatan, jangan biarkan sendiri.
t. Cara merawat halusinasi di rumah, beri kegiatan, jangan biarkan sendiri.
u. Beri reinforcement karena sudah berinteraksi.
v. Diskusikan dengan klien keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat.
w. Anjurkan klien minta obat sendiri pada perawat dan merasakan manfaat.
x. Anjurkan klien bicara minta pada dokter tentang manfaat, efek samping obat
y. Bantu klien minum obat.
E. Implementasi Keperawatan
Strategi Pelaksanaan (SP) Berdasarkan Pertemuan
a. SP 1 Pasien:
1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2. Menilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini
3. Memilih kemampuan yang akan di latih
4. Melatih kemampuan pertama yang dipilih
5. Memasukkan dalam jadwal kegiatan klien
b. SP 2 Pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien (SP 1).
2. Melatih kemampuan kedua yang dipilih klien.
3. Melatih kemampuan yang dipilih
4. Memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
c. SP 3 Pasien
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan 2).
2. Memilih kemampuan ketiga yang dapat dilakukan 3. Melatih kemampuan ketiga
yang dipilih.
3. Masukkan dalam kegiatan jadwal klien.
d. SP 1 Keluarga
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah serta proses
terjadinya.
3. Menjelaskan cara merawat klien dengan harga diri rendah.
4. Bermain peran dalam merawat pasien HDR.
5. Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat klien.
e. SP 2 Keluarga
1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1).
2. Melatih keluarga merawat langsung klien dengan harga diri rendah.
3. Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat klien.
f. SP 3 Keluarga
1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1).
2. Evaluasi kemampuan klien
3. Rencana tindak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukan.
F. Evaluasi Keperawatan
Penilaian Kemampuan Pasien dan Keluarga Pasien dengan Harga Diri Rendah
Nama pasien : Nn. X
Ruangan : Melati No.08
Petunjuk pengisian:
1. Berilah tanda (V) jika pasien dan keluarga mampu melakukan kemampuan di bawah
ini.
2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervise
No Kemampuan Tgl Tgl Tgl Tgl
A Pasien
1 Menyebutkan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
2 Menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
3 Memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
4 Melatih kegiatan yang telah dipilih
5 Melaksanakan kemampuan yang telah dilatih
6 Melakukan kegiatan sesuai
B Keluarga
1 Menjelaskan pengertian dan tanda-tanda orang
HDR
2 Menyebutkan tiga cara merawat pasien HDR
(memberikan pujian, menyediakan fasilitas untuk
pasien, dan melatih psien melakukan kemampuan)
3 Mampu mempraktekkan cara merawat pasien
4 Melakukan follow up sesuai rujukan
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Trigercase
Klien Nn. X berumur 16 tahun tinggal didesa Jabon Mojokerto. Klien adalah seorang yatim piatu,
ibunya meninggal dunia ketika melahirkannya, kemudian ayahnya menikah lagi dan klien tinggal
dengan ayah, ibu tirinya serta adiknya. Ketika klien berusia 12 tahun ayahnya meninggal dunia,
klien tinggal dengan adik dan ibu tirinya saja. Agamanya islam. Klien masuk RSJ pada tanggal 2
Agustus 2020 dengan keluhan utama klien adalah murung dan merasa tidak percaya diri.
Sejak kecil klien dianggap siswa rajin belajar, namun sejak ayahnya meninggal ibu
tirinya sering memarahi klien dan sering mandapatkan pukulan dari ibu tirinya, klien juga disuruh
berjualan nasi bungkus. Ketika di sekolah, klien sering mendapatkan perlakuan yang semena-
mena dari teman-temannya berupa bullying, klien juga diancam jika melaporkan tindakan teman-
temannya pada gurunya maka klien akan mendapatkan tindakan secara fisik dari temannya.
Akhirnya klien menjadi murung dan menutup diri secara berlebihan atas apa yang dialaminya,
sehingga klien menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa melakukan apa-apa. Kini
kepercayaan dirinya sangat berkurang, bajunya tampak lusuh dan tidak mau mandi sehingga
tubuhnya dan rambutnya kotor. Keluarganya tidak mau merawat akhirnya dibawa ke RSJ
Lawang, Malang. Selama di RSJ adik dan ibu tirinya tidak pernah menjenguk dan hanya
membayar obat-obatan tanpa mau bertemu dengan klien.
d. Terapi Kelompok
Karena terapi kelompok ini merupakan bentuk terapi dengan upaya perawat yang berinteraksi
dengan sekelompok klien secara teratur dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran diri klien,
meningkatkan hubungan interpersonal, serta mengubah perilaku maladaptif klien menjadi
perilaku yang adaptif.
e. Terapi keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga sebagai unit
penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanakan
fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi
tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya.
f. Terapi okupasi
Terapi okupasi adalah terapi untuk membantu seseorang menguasai keterampilan motorik halus
dengan lebih baik. Keterampilan motorik halus adalah kemampuan seseorang untuk melakukan
sesuatu dengan otot-otot kecil yang ada di dalam tangan. Contoh kemampuan motorik halus:
menulis dan menggambar, mewarnai, menggunting dan menempel, mengancing baju, mengikat
tali sepatu, melipat
g. Terapi Perilaku
Terapi perilaku adalah terapi psikologis singkat bertarget yang lebih menangani gambaran terkini
berbagai gangguan ketimbangan, mengurusi perkembangan sebelumnya. Terapi ini didasarkan
pada teori pembelajaran perilaku. Penilaian objektif berkelanjutan mengenai kemajuan pasien
dibuat
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
Teman di Teman
Penolakan 12 tahun kelas Klien sekelas
Tetangga
Kekerasan dalam keluarga 12 tahun Ibu Tiri Klien klien
Jelaskan No 1,2,3 : Klien mengatakan sejak kedua orangtuanya meniggal ia sering mendapatkan
perilaku kekerasan dari ibu tirinya sejak usia 12 tahun bahkan klien diekploitasi oleh ibu tirinya
untuk menjual nasi bungkus. Saat di sekolah klien sering tidak percaya diri dan sering mendapat
bullying dari teman-temannya. Bahkan klien mendapat ancaman jika mengadukan perilaku
bullying tersebut kepada guru. Klien hanya bisa diam saat mendapat perilaku buruk dari ibu tiri
dan teman-temannya.
Masalah Keperawatan :
O Perubahan pertumbuhan dan perkembangan O Sindroma trauma perkosaan
O Berduka antisipasi O Risiko tinggi kekerasan
O Berduka disfungsional O lain –lain
V Respon pasca trauma
Masalah Keperawatan :
O Perubahan pertumbuhan dan perkembangan V Respon pasca trauma
O Berduka antisipasi O Sindroma trauma perkosaan
O Berduka disfungsional O Lain-lain, jelaskan...........
1. Genogram :
KET:
: Klien : Perempuan
: Laki- laki
Jelaskan : Klien dilahirkan dari sepasang suami istri dan ibu klien meninggal saat melahirkannya,
lalu ayah klien menikah lagi dengan seorang wanita dan dikaruniai seorang anak laki-laki.
Ayah klien meninggal saat usianya 12 tahun dan adiknya berusia 6 tahun. Klien tinggal
dengan ibu tiri dan adiknya.
Masalah Keperawatan :
V Koping keluarga tidak efektif : ketidakmampuan O Koping keluarga tidak efektif :kompromi
2. Konsep Diri
a. Gambaran diri : Klien merasa tidak tidak percaya diri karena tubuh kurusnya dan
dipenuhi dengan lebam-lebam bekas pukulan
b. Identitas diri : Klien adalah seorang pelajar dan ia juga bekerja sebagai penjual nasi bungkus
c. Peran : klien berperan sebagai anak dan membantu ibu tirinya untuk mencari nafkah
d. Ideal diri : Klien berharap bisa besekolah dan berteman seperti dulu saat ayahnya masih
hidup
e. Harga diri : Klien merasa sangat tidak percaya diri terhadap penampilannya saat ini dan
terpurk
Masalah Keperawatan :
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : klien merasa hanya memiliki adik laki-lakinya yang sangat berarti
b. Peran serta kegiatan kelompok/masyarakat : klien mengatakan dulu adalah anak yang
sangat rajin dan berprestasi di sekolah, dia juga sering mengikuti organisasi-organisasi
sekolah
c. Hambatan dalam berhbungan dengan orang lain : klien tidak mengikuti kegiatan apapun
diluar karena klien merasa tidak percaya diri dengan dirinya.
Masalah Keperawatan :
4. Spiritual:
a. Nilai dan keyakinan : klien beragama islam dan yakin kepada Allah SWT
1. Penampilan :
Bagaimana penampilan klien dalam hal berpakaian, mandi, makan, toilet training dan
pemakaian sarana prasarana atau instrumentasi dalam mendukung penampilan, apakah klien :
Jelaskan : Klien berpenampilan tidak rapi, lusuh. Klien juga tidak mau mandi sehingga badan
dan rambutnya kotor
Masalah Keperawatan :
V Sindroma defisit perawatan diri ( makan, mandi, toilet training, instrumentasi )
2. Pembicaraan :
Jelaskan : klien menjelaskan dengan sangat lambat dan terlihat murung, klien menatap
kebawah dan jarang kontak mata dengan orang lain.
3. Aktifitas Motorik
Jelaskan : Klien tampak lesu dan murung. Klien bergerak dengan sangat pelan.
Jelaskan : Klien berbicara dengan sara yang datar dan jarang menunjukkan ekspresi
Masalah Keperawatan :
Jelaskan : Klien merasa sangat putus asa dan merasa sangat tidak percaya diri terhadap
diinya sendiri
Masalah keperawatan :
O Risiko tinggi cidera O Risiko diri menciderai diri O Risiko diri menganiaya diri O Ansietas
O Ketakutan V Isolasi sosial
Jelaskan : klien selalu berbicara sambil menunduk dan tidak mau kontak mata secara
langsung.
Masalah Keperawatan :
6. Persepsi – Sensori :
b. Isi Pikir :
Jelaskan : .............................................................................................................
8. Tingkat Kesadaran :
Jelaskan : .......................................................................................................
Masalah Keperawatan : O Risiko tinggi cidera O Perubahan Proses pikir, jelaskan ............O
Lain-lain, jelaskan .................................................................
9. Memori :
Jelaskan : .............................................................................................................
Jelaskan : klien selalu meminta pertanyaan untuk diulang dan tidak mampu menjelaskan
kembali pembicaraan yang sedang berlangsung
Masalah Keperawatan :
Jelaskan : klien dapat mengambil kepuusan yang sederhana sedangkan pada keputusan yang
berat klien membutuhkan bantuan orang lain
Jelaskan : klien menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa melakukan apa-apa
Masalah Keperawatan :
Jelaskan : Klien harus dipenuhi segala kebutuhan sehari-harinya karena klien masih dibawah
umur dan masih butuh perlindungan dari orang dewasa
Masalah Keperawatan :
Jelaskan : Klien hanya perlu bantuan minimal dalam melakukan mandi, kebersihan dan
makan karena klien memerlukan dorongan dalam melakukan hal itu
Masalah Keperawatan :
O Perubahan pemeliharaan kesehatan O Sindroma deficit perawatan diri
Jelaskan : ............................................................................................................
b. Nutrisi :
* Apakah anda puas dengan pola makan anda? V Puas O Tidak puas
Bila ya, jelaskan : karena klien merasa tidak percaya diri jika bergabung dengan yang
lain
Masalah keperawatan :
c. Tidur :
* Tidur malam jam : 23.30 bangun jam : 04.00 rata – rata tidur malam : 3-4 jam
* Apakah ada gangguan tidur? V Sulit untuk tidur O Bangun terlalu pagi
Jelaskan : klien merasa sulit tidur karena selalu teringat untuk menginginkan
kehidupan bersama ayahnya dulu
Masalah Keperawatan :
O Lain-lain, jelaskan.............................
4. Klien memiliki sistem pendukung :
- Keluarga : V Ya O Tidak - Teman sejawad : O Ya V Tidak
Jelaskan : klien mengatakan bahwa sistem pendukung yang dimilikinya hanya adik laki-
lakinya saja
O Ya/menikmati V Tidak menikmati, jelaskan klien merasa sangat tertekan saat berada
dirumah maupun di sekolah akibat perlakuan ibu tiri dan teman-temannya
Masalah keperawatan :
O Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya dukungan yang sangat berarti sudah
tiada yaitu sang suami klien
V Masalah dengan pendidikan, spesifiknya klien merasa sangat tidak percaya diri dan sangat
tertekan saat berada disekolah akibat perbuatan teman-temannya
Masalah Keperawatan :
Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang tentang
suatu hal?
Jelaskan : faktor yang mempengaruhi klien saat ini adalah ketidakpercayaan diri yang
menurun
Masalah Keperawatan :
Masalah Keperawatan :
XII.ANALISA DATA
N
DATA MASALAH
O
1. Subyektif :
Obyektif Situasional
Objektif :
Defisit perawatan diri
- Bajunya tampak lusuh
- Tubuhnya dan rambutnya kotor
- Minat melakukan perawatan diri
kurang
[ CITATION Tim17 \l 1057 ]
XIV.POHON MASALAH
Isolasi Sosial
Nomor RM : No.10
a. SP 1 Pasien:
1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2. Menilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini
3. Memilih kemampuan yang akan di latih
4. Melatih kemampuan pertama yang dipilih
5. Memasukkan dalam jadwal kegiatan klien
b. SP 2 Pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien (SP 1).
2. Melatih kemampuan kedua yang dipilih klien.
3. Melatih kemampuan yang dipilih
4. Memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
c. SP 3 Pasien
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan 2).
2. Memilih kemampuan ketiga yang dapat dilakukan 3. Melatih kemampuan ketiga yang
dipilih.
3. Masukkan dalam kegiatan jadwal klien.
d. SP 1 Keluarga
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah serta proses terjadinya.
3. Menjelaskan cara merawat klien dengan harga diri rendah.
4. Bermain peran dalam merawat pasien HDR.
5. Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat klien.
e. SP 2 Keluarga
1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1).
2. Melatih keluarga merawat langsung klien dengan harga diri rendah.
3. Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat klien.
f. SP 3 Keluarga
1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1).
2. Evaluasi kemampuan klien
3. Rencana tindak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukan.
EVALUASI
Penilaian Kemampuan Pasien dan Keluarga Pasien dengan Harga Diri Rendah
Petunjuk pengisian:
1. Berilah tanda (V) jika pasien dan keluarga mampu melakukan kemampuan di bawah ini.
A. Proses Keperawatan
Kondisi klien:
Nn.Y dalam kondisi murung dan menutup diri secara berlebihan atas apa yang
dialaminya sehingga klien menyalahkan dirinya karena tidak bisa melakukan apa-
apa.kini kepercayaan dirinya sangat berkurang,bajunya sangat lusuh dan tidak mau
mandi sehingga tubuh dan rambutnya kotor.
Diagnosa keperawatan : Gangguan Konsep Harga Diri Rendah
Tujuan khusus:
a. TUK 1 : Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
b. TUK 2 : Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
c. TUK 3 : Pasien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
Tindakan keperawatan SP 1:
a. Bina hubungan saling percaya (BHSP)
1) Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama pasien
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Tunjukkan sikap empati dan menerima pada apa adanya
6) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasarpasien.
b. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien.
2) Setiap bertemu pasien dihindarkan dari memberi penilaian negatif.
3) Utamakan memberi pujian yang realistic
c. Pasien dapat menilai kemampuan yang digunakan
1) Diskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan selama
sakit.
2) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan.
B. Strategi Komunikasi
1. Tahap orientasi
1) Salam terapeutik
“ Selamat pagi, perkenalkan nama saya Ricky Candra Setiawan biasanya
dipanggil Ricky. Saya mahasiswa dari Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto.
Kalau boleh tahu nama saudara siapa ? dan senangnya dipanggil apa ?”.
2) Evaluasi / Validasi
“ Bagaimana perasaan saudara pagi ini ? Apakah saudara masih ingat kenapa
dibawa ke sini ?”.
3) Kontrak
- Topik : saudara bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang
kemampuan atau hal- hal positif yang biasanya anda
lakukan?
- Tempat : saudara ingin bercakap-cakap dimana ? Bagaimana
jika di taman rumah sakit saja.
- Waktu : saudara ingin bercakap-cakap berapa lama ?
Bagaimana kalau 15 menit saja?
4) Tahap Kerja
- Nn.Y kalau saya boleh tahu kegiatan apa saja yang biasanya anda
lakukan di rumah? Atau hobi saudara itu apa saja ?” (sambil membuat
daftar)
- “Oh saudara suka membaca.Rajin sekali .
- Kira- kira dari hobi yang saudara sebutkan tadi, mungkin ada hobi lain
yang biasanya saudara lakukan,?
- Jadi saudara suka menulis? Kira- kira dari h obi yang telah disebutkan
oleh saudara tadi, mungkin dapat kita lakukan sekarang.Bagaimana jika
kita menulis ?
- “Oh, saudara sudah capek ya. Kalau begitu kita lakukan nanti saja.
Apakah saudara setuju ?”
5) Tahap Terminasi
1) Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan saudara setelah berbincang-bincang sebentar dengan
saya?
2) Evaluasi Objektif
Apa saja tadi kemampuan atau kebiasaan yang saudara lakukan sehari- hari
di rumah? Bagus sekali, ada kemampuan positif yang biasanya anda lakukan
di rumah.
6) Rencana Tindak Lanjut
“ Baiklah, nanti kita akan berlatih kegiatan yang sudah kita sepakati. Tapi,saya
harapkan saudara mencoba mengingat – ingat lagi kegiatan lain yang ingin
dilakukan selama ini.
7) Kontrak
- Topik
“ Baiklah, saya rasa cukup perbincangan kita untuk pertemuan kali ini. Nanti
akan kita lanjutkan untuk melatih kegiatan yang telah kita sepakati pada
pertemuan berikutnya.”
- Tempat
Mbak ingin melakukan kegiatan membaca dimana? Bagaimana kalau di
tempat yang sama ?
- Waktu
Menurut mbak ,enaknya nanti jam berapa kita melakukan kegiatan membaca?
Bagaimana jika jam 15.00 WIB nanti sore? Baiklah terima kasih saudara atas
kerjasamanya, sampai jumpa nanti.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
B. Strategi Komunikasi
1. Tahap Orientasi
1) Salam Terapeutik
“ Selamat sore, apakah mbak masih ingat dengan saya?”
2) Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan mbak sore ini ? Apakah mbak masih ingat dengan
kegiatan yang kita bicarakan tadi pagi dan ingin anda lakukan ?
3) Kontrak
- Topik :
“Baiklah apakah mbak masih ingat apa yang akan kita lakukan sekarang
sesuai dengan kesepakatan kita tadi pagi ?”
Benar sekali . Sore ini kita akan membicarakan kembali tentang kemapuan
yang mbak miliki dan menilai kemampuan mana yang masih dapat anda
lakukan di rumah sakit. Bagaimana, apakah mbak sudah siap?
- Tempat :
”Mbak ingin kita bercakap-cakap dimana? Bagaimana jika di taman
seperti yang kita sepakati tadi pagi.”
- Waktu :
“Mbak butuh waktu berapa lama?Bagaimana kalau 15 menit? Apakah
cukup?
4) Tahap kerja
- Ini daftar kegiatan mbak yang kita bicarakan tadi pagi, apakah masih ada
kemampuan lain yang belum kita bicarakan?
- Nah, coba kita liat satu- persatu dari daftar kemampuan mbak. Menurut mbak
kemampuan apa yang masih bisa mbak lakukan di rumah sakit? dan bisa
kita latih sekarang?
- Oh mbak memilih untuk menulis merangkum buku. Peralatan apa saja yang
saudara butuhkan untuk menulis?
- Ini kertas dan pensilnya. saudara bisa mulai menulis sekarang (perawat
memberi dukungan pada klien untuk menulis).
- Wah… bagus sekali tulisan mbak. Saya senang melihatnya.
5) Tahap Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
- Bagaimana perasaan mbak setelah melakukan kegiatan menulis tadi?”
b. Evaluasi Objektif
- Klien bisa menyebutkan kembali peralatan yang digunakan untuk menulis
dan menceritakan arti dari rangkuman tersebut
6) Rencana Tindak Lanjut
“Baiklah,setelah kita lakukan kegiatan hari ini saya harap mbak tetap
melakukan hal tersebut baik dirumah sakit maupun di rumah. Untuk
menghilangkan kejenuhan dan jika ada waktu luang atau sedang bosan”.
A. Proses Keperawatan
Kondisi : Klien telah mengetahui beberapa kemampuan dan aspek positif yang
dimilikinya. klien lebih kooperatif dengan lingkungan.
Diagnosa : Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
Tujuan :TUK 4 : Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki.
TUK 5 : klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuannya.
B. Strategi Komunikasi
1. Tahap Orientasi
1) Salam Terapeutik
“ Selamat pagi, bagaimana keadaan hari ini? saya lihat mbak pagi ini sudah
mulai segar?”
2) Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan mbak pagi ini ?
Apakah masih ingat dengan kegiatan yang saudara lakukan kemarin sore?
3) Kontrak
- Topik :
Nah, kalau kemarin mbak menulis, sekarang kita akan latih lagi
kemampuan mbak yang lain. Apakah setuju?
- Tempat :
Mbak ingin kita bercakap- cakapnya dimana? Bagaimana jika di
Taman belakang rumah sakit aja?
- Waktu :
Kira-kira mbak butuh waktu berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit
saja?
4) Tahap Kerja
- Ini daftar kegiatan mbak yang kita bicarakan kemarin. Yang ini sudah kita
lakukan kemarin. Sekarang mbak pilih kegiatan mana yang akan kita
lakukan?
- Baiklah mbak ingin menulis. Alat apakah yang dibutuhkan saudara?
- Ini alat nulis yang diinginkan saudara. saudara bisa mulai menulis sesuka
mbak.(perawat memberi dukungan pada klien untuk menulis).
- Wah, menulisnya sudah selesai ya? Bagus sekali, mbak menulisnya sangat
indah.
- Setelah selesai mari kita rapikan alat – alat yang telah digunakan. mbak
saya harap bisa membuat karya - kraya tulisan dengan baik
- Oh ya,bagaimana jika kegiatan ini saya masukan dalam jadwal kegiatan
harian mbak? Apakah saudara bersedia?
5) Tahap Terminasi
1) Evaluasi Subjektif
- Bagaimana perasaan mbak setelah melakukan kegiatan kedua yaitu
,menulis tadi?”
2) Evaluasi Objektif
- Klien bisa menyebutkan kembali peralatan yang digunakan untuk menulis.
A. Proses Keperawatan
Kondisi : Klien telah mengetahui kemampuan yang dapat dilakukan di RS, dan
telah melatih kemampuan yang telah masuk jadwal kegiatan harian.
Diagnosa : Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
Tujuan
TUK 4 : Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai
yang dimiliki
TUK 5 : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
B. Strategi Komunikasi
1. Tahap Orientasi
1) Salam Terapeutik
“ Selamat pagi ”
2) Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan mbak pagi ini ?
3) Kontrak
”Apakah mbak masih ingat apa saja yang sudah saudara lakukan pada
pertemuan satu dan dua?”.
- Topik :
Nah, sekarang kita akan latih lagi kemampuan yang lain. Bagaimana jika
kita belajar merawat tanaman yang baik dan benar, Apakah mbak setuju?
- Tempat :
Baiklah sesuai perjanjian kemarin hari ini kita akan melakukan kegiatan
ketiga di taman depan rumah sakit saja.
- Waktu :
Untuk belajar merawat tanaman, saudara butuh waktu berapa lama?
Bagaimana kalau 30 menit?
4) Tahap Kerja
- Baiklah… kegiatan ketiga yang akan kita lakukan adalah cara merawat
tanaman. Peralatan apa saja yang kita butuhkan?
- Ini adalah peralatan yang dibutuhkan saudara. (air,gunting, pupuk,pot
tanaman)
- Baiklah, perhatikan apa yang saya lakukan ya, saya akan memberi contoh
pada saudara cara melakukan kegiatan ini
- Bagaimana apakah saudara sudah siap?
- Sekarang coba saudara lakukan, saya akan mendampingi saudara disini.
- Iya , sudah benar cara saudara? cara merawat tanaman saudara masih
butuh belajar lagi.
- Bagaimana jika kita ulang lagi cara merawat tanamannya?
“ Oh, saudara sudah capek ya. Kalau begitu kita lakukan besok saja. Apakah
saudara setuju ?”
5) Tahap Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
- Bagaimana perasaan saudara setelah melakukan kegiatan cara merawat
tanaman tadi?”
b. Evaluasi Objektif
- Klien bisa menyebutkan kembali kegiatan- kegiatan yang telah dilakukan
dan menyebutkan langkah- langkah serta peralatan yang digunakan.
A. Proses Keperawatan
Kondisi : Klien telah mengetahui kemampuan yang dapat dilakukan di RS, dan
telah melatih kemampuan yang telah masuk jadwal kegiatan harian.
Klien bersemangat untuk melalukan aktifitas yang telah dijadwal
kegiatan harian.
Diagnosa : Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
Tujuan :
TUK 4 : Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
TUK 5 : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuannya.
B. Strategi Komunikasi
1) Tahap Orientasi
a. Salam Terapeutik
“ Selamat sore mbak bagaimana kabarnya ,baik kan?”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan mbak sore ini ?
Apakah mbak masih ingat kegiatan yang kita lakukan tadi pagi dan ingin anda
selesaikan sekarang?
c. Kontrak
- Topik :
“Baiklah apakah mbak masih ingat apa yang akan kita lakukan sekarang
sesuai dengan kesepakatan kita tadi pagi ?”
Benar sekali . Sore ini kita akan menyelesaikan kegiatan kedua mbak yaitu,
cara merawat tanaman yang baik dan benar. Bagaimana, apakah mbak sudah
siap?
- Tempat :
Baiklah sesuai perjanjian tadi pagi hari ini kita akan menyelesaikan
kegiatan kedua di taman depan rumah sakit saja.
- Waktu :
Untuk merawat tanaman ini, mbak butuh waktu berapa lama? Bagaimana
kalau 30 menit?
2) Tahap Kerja
- Baiklah kita akan menyelesaikan cara merawat tanaman yang baik dan
benar seperti kemarin dan Ini peralatannya sama dengan yang kemarin.
Yaitu Ada air, gunting,pot tanaman dan pupuk.
- Apakah saudara sudah siap?
- Bagaimana kalau kita merapikan tanaman dengan memotong bagian yang
pucuk daun yang mengganggu dan menyiramnya? Saya akan
mendampingi saudara.
- Wah... ternyata merawat tanaman mbak sudah baik dan benar, bagaimana
kalau kita berikan pupuk kepada tanamnya?
- Ternyata hasil merawat tanaman mbak sangat bagus dan menarik dalam
merapikan tanamnnya. Bagaimana kalau kegiatan seperti ini saya
masukan ke jadwal kegiatan mbak seperti kegiatan melukis dan
menggambar seperti kemarin? Saudara setuju kan?”
3) Tahap Terminasi
1) Evaluasi Subjektif
- Bagaimana perasaan mbak setelah berhasil menyelesaikan kegiatan tadi?”
2) Evaluasi Objektif
- Klien bisa menyebutkan kembali kegiatan- kegiatan yang telah dilakukan
dan menyebutkan langkah- langkah serta peralatan yang digunakan.
A. Proses Keperawatan
Kondisi : Klien telah mengetahui kemampuan yang dapat dilakukan di RS, dan
telah melatih kemampuan yang telah masuk jadwal kegiatan harian.
Klien bersemangat untuk melalukan aktifitas yang telah dijadwal
kegiatan harian.
Diagnosa : Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
Tujuan :
TUK 4 : Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
TUK 5 : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuannya.
B. Strategi Komunikasi
1) Tahap Orientasi
d. Salam Terapeutik
“ Selamat pagi mbak bagaimana kabarnya ,baik kan?”
e. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan mbak pagi ini ?
Apakah mbak masih ingat kegiatan yang kita lakukan tadi pagi dan ingin anda
selesaikan sekarang?
f. Kontrak
- Topik :
“Baiklah apakah mbak masih ingat apa yang akan kita lakukan sekarang
sesuai dengan kesepakatan kita kemaren?”
Benar sekali . pagi ini kita akan berolah raga bersama-sama nanti silahkan
menirukan saya saja ya mbak,mudah kok .”
- Tempat :
Baiklah sesuai perjanjian tadi pagi hari ini kita akan berolah ragakedua di
taman saja.
- Waktu :
Untuk ber olahraga, mbak butuh waktu berapa lama? Bagaimana kalau 30
menit?
2) Tahap Kerja
- Baiklah kita akan berolah raga yang baik dan kita akan melakukan
pemanasan dulu ya mbak.”
- Apakah saudara sudah siap?
- Bagaimana kalau kita olah raga dengan pemanasan dulu baru nanti kita
menggunakan musik dengan olah raga mbak? Saya akan mendampingi
dan mengajarin mbak.
- Wah... ternyata olahraga mbak sudah baik dan benar, bagaimana kalau
kita mengulang lagi untuk yang kedua kalinya,apakah mbak mau ?
- Ternyata mbak bisa melakukan olahraga dengan sangat bagus dan baik
dalammelakukan olahraga. Bagaimana kalau kegiatan seperti ini saya
masukan ke jadwal kegiatan mbak seperti kegiatan menulis dan membaca
seperti kemarin? Mbak setuju kan?”
3) Tahap Terminasi
1) Evaluasi Subjektif
- Bagaimana perasaan mbak setelah berhasil menyelesaikan kegiatan tadi?”
2) Evaluasi Objektif
- Klien bisa menyebutkan kembali kegiatan- kegiatan yang telah dilakukan
dan menyebutkan langkah- langkah serta peralatan yang digunakan.
A. Proses Keperawatan
Kondisi kx : Klien mengatakan hidupnya sudah tidak berguna lagi, malu
karena tidakbisa memenuhi keinginan orang tua.
Diagnosa : Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah
Tujuan
TUK 6 : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
B. Strategi Komunikasi
1. Tahap Orientasi
a. Salam Terapuetik
Selamat pagi ibu dan bapak.Perkenalkan nama saya adhomina kormasela
biasanya dipanggil adel . Saya mahasiswa dari Stikes Bina Sehat PPNI
Mojokerto.Saya adalah perawat yang bertugas merawat anak ibu. Kalau boleh
tahu nama ibu siapa ?
b. Evaluasi / Validasi
Bagaimana perasaan ibu ketika merawat mengalami harga diri rendah? Apakah
sudah ada perkembangan?
c. Kontrak
- Topik :
Baiklah bu, untuk sekarang bagaimana kalau kita bercakap- cakap sebentar
tentang kondisi Nn.Y ?
- Tempat :
Ibu ingin kita mengobrol dimana? Bagaimana kalau di ruangan saya saja.
Apakah ibu setuju?
- Waktu :
Mau berapa lama kita mengobrolnya bu? Bagaimana kalau 15 menit saja?
2. Tahap Kerja
- Kalau saya boleh tahu, apa yang ibu ketahui tentang kondisi Nn Y. saat
ini?
- Iya benar sekali,Nn.Y adalah korban bullying dan akhirnya dia lebih
mengurung diri dan menutup secara berlebihan dia tidak bisa melakukan
apa”,karna kepercayaan dirinya menurun.
- Kesulitan apa yang ibu rasakan ketika merawat Nn.Y dengan kondisi
yang seperti itu?
- Memang sulit bu, namun inilah yang terjadi. Untuk seseorang yang
mengalami harga diri rendah hanya dukungan dari keluargalah yang
sangat dibutuhkan. Mereka sangat membutuhkan dukungan dan pujian
dari keluarga untuk menguatkan dirinya begitupula dengan Nn.Y
Dukungan seperti apa yang sudah keluarga berikan pada Nn.Y ?
- Baiklah.. disini saya akan mengajari ibu sedikit cara untuk merawat
Nn.Y . Kira – kira Ibu mengetahui tidak apa saja kemampuan atau hobi
yang dimiliki Nn.Y?
- Tidak bu salah,Nn Y sukak membaca dan menulis Ibu juga harus
berperan dalam memberi dukungan dan pujian tentang menulis yang telah
di buat oleh mbak nya karena hanya dengan dukungan dan pujianlah
mbak bisa menguatkan kembali kepercayaan dirinya.
- Ketika mbak sedang menulis kaligrafi nama ibu atau adiknya yang lain
yang lain bisa menemai dan memberi respon positif pada saudara.
- “ Sebelum Ibu memberikan respon positif secara langsung pada saudara,
bagaimana kalau sekarang Ibu mencoba terlebih dahulu? Seolah – olah
saya ini mbak X .”
- Ibu dapat mengatakan bahwa hasil tulisan saudara itu bagus. Bagaimana,
apakah Ibu sudah siap?
- “Ya, bagus sekali. Nanti jika ibu bertemu dengan mbak, jangan lupa Ibu
juga melakukan seperti itu.”
3. Tahap Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
- Bagaimana perasaan Ibu setelah kita mengobrol? Dapatkah Ibu jelaskan
kembali masalah yang dihadapi saudara maul dan bagaimana cara
merawatnya?”
b. Evaluasi Obyektif
- Ibu klien mampu menjelaskan kembali proses terjadinya harga diri rendah
dan mampu menjelaskan cara merawat Harga diri rendah
4. Rencana Tindak Lanjut
“Baiklah, untuk pertemuan selanjutnya kita akan kembali mengobrol tentang
kondisi dan rencana untuk keluarga dalam merawat Nn,Y.
5. Kontrak yang akan datang
- Topik :
Nanti kita akan bercakap- cakap tentang bermain peran dalam merawat Nn.Y
yang mengalami Harga Diri Rendah
- Tempat :
Untuk tempatnya di ruang ini saja ya Bu, sekarang saya permisi dulu, dan
terima kasih atas kerja sama Ibu, selamat pagi.
- Waktu :
“Kira-kira besok Ibu pukul berapa akan datang?” Baik, jadi kita akan bertemu
lagi pukul 16.00 WIB ya Bu?”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
A. Proses Keperawatan
Kondisi :Klien lebih semangat untuk melakukan aktivitas yang telah
dijadwalkan.
Diagnosa :Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
Tujuan :TUK 6 : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
B. Strategi Komunikasi
1. Tahap Orientasi
a. Salam Terapuetik
“ Selamat sore Ibu! Masih ingat dengan saya bukan ? Saya yang kemarin
menemui Ibu untuk menjelaskan cara merawat Nn.Y.”
b. Evaluasi / Validasi
“ Bagaimana keadaan mbak nya sekarang? Sudah ada perkembangan belum?
“ Ibu sendiri masih ingat tidak tentang penjelasan saya kemarin tentang Nn.X
dan bagaimana cara merawatnya?”
“ Ya alhamdulillah, jika Ibu sudah tahu dan masih ingat.”
c. Kontrak
- Topik :
“Baiklah Bu,Setelah kemarin kita latihan untuk mencoba memberikan
pujian kepada mbak Y. Maka seperti yang sudah kita sepakati bersama,
bahwa hari ini kita akan menerapkan respon positif berupa pujian secara
langsung mbak Y . “ Apakah Ibu sudah siap ?”
- Waktu :
“ Jika Ibu bersedia, berapa lama waktu yang dibutuhkan ? Apakah 15
menit cukup ?”
- Tempat :
“Ibu ingin melakukan penerapan perawatan dimana? Bagaimana kalau kita
menemui Nn. Y di taman, mungkin sekarang dia sedang melakukan
kegiatan membaca. Jadi itu kesempatan ibu untuk memberikan respon
positif pada kegiatan yang dilakukannya.”
2. Tahap Kerja
“ Baiklah Ibu mari kita menemui Nn.Y di taman.”
“Saya harap nanti Ibu langsung mempraktekan sendiri seperti yang saya
ajarkan dan kita latih kemarin. Nanti akan saya pantau dari belakang.”
“Ya, bagus. Ibu sudah dapat memberikan pujian kepada Nn.Y dengan baik.
Semakin sering Ibu memberikan pujian serta respon positif kepada kegiatan
yang dilakukan Nn.Y Maka proses perbaikan perilaku akan dapat cepat
tercapai.”
“Selain memberi pujian, Ibu juga dapat memberikan perhatian kepada
kegiatan yang dilakukan oleh Nn.X Seperti mengusulkan sesuatu yang akan
digambar atau dibuat oleh Nn.Y.”
3. Tahap Terminasi
Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan Ibu setelah mempraktekan langsung kepada Nn.Y? Tidak
sulit bukan melakukannya?
Evaluasi Obyektif
Ibu pasien dapat memberikan respon positif berupa pujian terhadap kegiatan
pasien.
I. Latar Belakang
Terapi Aktivitas Kelompol (TAK) adalah upaya memfasilitasi kemampuan
sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Terapi Aktivitas Kelompok
yang bertujuan untuk megajarkan dan melatik pasien untuk beradaptasi dengan orang
lain. Salah satu gangguan hubungan sosial pada pasien gangguan jiwa adalah harga diri
rendah. Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya
kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara langsung maupun
tidak langsung, penurunan diri ini dapat bersifat situasional maupun kronik atau
menahun.
II. Tujuan
Tujuan umum :
Peserta TAK mampu meningkatkan kepercayaan dirinya dan hubungan interpersonal
anggota kelompok, berkomunikasi, mampu berinteraksi dan berhubungan sosial secara
bertahap
Tujuan khusus
1) Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan
2) Klien dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya
3) Klien dapat memahami pentingnya menghargai orang lain
4) Klien dapat mengidentifikasi hal-hal positif orang lain
5) Klien dapat memberikan umpan balik positif kepada orang lain
6) Klien mengetahui pentingnya menetapkan tujuan hidup
7) Klien menetapkan tujuan hidup yang realistis
III. Klien
1. Karakteristik/kriteria :
Klien gangguan harga diri rendah
2. Proses seleksi
a. Klien memiliki masalah keperawatan utama yang sama yaitu klien dengan
gangguan harga diri rendah (HDR)
b. Klien tenang dan kooperatif
c. Klien dalam kondiri fisik yang baik
d. Klien mau mengikuti terapi aktifitas
e. Klien yang panca inderanya masih memungkinkan
IV. Pengorganisasian
a. Waktu
Tanggal : 10 Agustus 2020
Hari : Senin
Jam : 08.00-08.45
Acara : 45 menit
a) Pembukaan : 5 menit
b) Perkenalan pada pasien : 2 menit
c) Perkenalan TAK : 5 menit
d) Persiapan : 10 menit
e) Permasalahan : 20 menit
f) Penutup : 3 menit
b. Tim terapis
1. Leader
Bertugas:
a. Memimpin jalannya acara terapi aktivitas kelompok
b. Memperkenalkan anggota terapi aktivitas kelompok
c. Menetapkan jalannya tata tertib
d. Menjelaskan tujuan diskusi
e. Dapat mengambil keputusan dengan menyimpulkan hasil diskusi pada
kelompok terapi diskusi tersebut
f. Kontrak waktu
g. Menyimpulkan hasil kegiatan
h. Menutup acara
2. Co leader
Bertugas:
a. Mendampingi leader jika terjadi bloking
b. Mengoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan
c. Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah
3. Observer
Bertugas:
a. Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai
akhir
b. Mencatat semua aktifitas dalam terapi aktivitas kelompok
c. Mengobservasi perilaku pasien
4. Vasilitator
Bertugas:
a. Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus
dilakukan
b. Mendampingi pasien TAK
c. Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok
d. Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan
5. Anggota
Bertugas : menjalankan dan mengikuti kegiata terapi
c. Metode dan media
a) Metode
1. Diskusi
2. Permainan
b) Alat
1. Spidol sebanyak jumlah klien yang mengikuti TAK
2. Kertas putih HVS dua kali jumlah klien yang mengikuti TAK
c) Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
P
n
sie
a rL
lto
Fd
Observer
d. Sesi
1. Sesi 1 : Mengidentifikasi hal positif dan diri sendiri
2. Sesi 2 : Menghargai hal positif orang lain
3. Sesi 3 : Menetapkan tujuan hidup yang realistis
e. Pembagian Tugas
Leader : Ricki Candra Setiawan
Co leader : Mohammad Nur Azwan
Observer : Astris, Dimas
Fasilitator : Okta, Elanda
Anggota : Windi, Ilmi
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
a. Tujuan :
1. Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan
2. Klien dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya
b. Setting
1. Terapis dan klien duduk melingkar
2. Sesuaikan dengan kemampuan yang akan dilatih
3. Tempat tenang dan nyaman
c. Alat
1. Bulpoin sebanyak jumlah klien yang mengikuti TAK
2. Kertas putih HVS dua kali jumlah klien yang mengikuti TAK
d. Metode
1. Diskusi dan tanya jawab
2. Bermain peran
e. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih pasien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan gangguan konsep diri:
harga diri rendah
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
a) Salam dari terapis kepada klien
b) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
c) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
b. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontak
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan
2. Terapis menjelaskan auran main berikut:
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis
b) Lama kegiatan 45 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Tahap kerja
a) Terapis memperkenalkan diri : nama lengkap dan nama panggilan
serta memakai papan nama
b) Terapis membagikan kertas dan spidol kepada klien
c) Terapis meminta klien untuk menulis pengalaman yang tidak
menyenangkan
d) Terapis memberi pujian pada setiap peran serta klien
e) Terapis membagikan kertas yang kedua
f) Terapis meminta tiap klien menuliskan hal positif tentang diri sendiri :
kemampuan yang dimiliki saat dirumah dan dirumah sakit
g) Terapis meminta klien untuk membacakan hal positif yang telah
ditulis secara bergiliran
h) Terapis memberikan pujian pada setiap peran serta klien : tepuk
tangan
3. Tahap terminasi
a. Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Terapis meminta klien menulis hal positif lain yang belum tertulis
c. Kontrak yang akan datang
a) Menyepakati TAK yang akan datang yang dapat diterapkan dirumah
sakit dan dirumah
b) Menyepakati waktu dan tempat
Evaluasi dan Dokumentasi
1. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja . Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi:
harga diri rendah sesi I, kemampuan klien yang diharapkan adalah menuliskan pengalaman yang
tidak menyenagkan dan aspek positif (kemampuan yang dimiliki). Formulir evaluasi sebagai
berikut:
Kemampuan menulis pengalaman yang tidak menyenangkan dan hal positif diri sendiri
Menulis pengalaman yang Menulis hal positif diri
No Nama klien
tidak menyenangkan sendiri
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut tak pada kolom nama
2. Kemudian tulis pengalaman yang tidak menyenangkan dan hal positif diri sendiri pada
kolom yang sudah disediakan
2. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan klien saat TAK pada catatan proses keperawatan
tiap klien. Contoh : Klien mengikuti sesi 1, TAK stimulasi peraepsi harga diri rendah.
Klien mampu menuliskan tiga hal pengalaman yang tidak menyenangkan, mengalami
kesulitan hal positif diri. Anjurkan klien menulis kemampuan dan hal positif dirinya dan
berikan pujian.
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan membaca ulang daftar hal positif
dirinya, memilih satu hal positif untuk dilatih dan memperagakan kegiatan positif
tersebut. Beri tanda (√) jika klien mampu dan tanda (x) jika klien tidak mampu.
2. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 2, TAK stimulasi persepsi: harga
diri rendah. Klien telah melatih merapikan tempat tidur. Anjurkan dan jadwalkan agar
klien melakukannya serta berikan pujian.
3. Terminasi
a. Evaluasi:
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan TAK
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindakan lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk menuliskan lagi tujuan hidupnya yang
mungkin masih ada dan meminta klien untuk menyimpan dan membaca kembali
supaya klien lebih semangat dan optimis untuk mencapai tujuan hidup
c. Kontrak yang akan datang:
1. Menyepakati TAK yang akan datang yang diterapkan dirumah sakit dan
dirumah
2. Menyepakati waktu dan tempat
Evaluasi dan Dokumentasi
1. Evaluasi
Evaluasi dilakuakan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi persepsi harga diri rendah sesi 3, kemampuan klien yang diharapkan adalah
menetapkan tujuan hidup yang realistis. Formulir evaluasi sebagai berikut:
No Aspek yang dinilai Nama peserta TAK
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Menyebutkan
pentingnya tujuan
hidup
2. Menuliskan tujuan
hidup
3. Membacakan tujuan
hidup
4. Memilih tujuan
hidup yang relistis
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang penetapan tujuan hidup yang realistis. Beri tanda
(√) jika klien mampu dan tanda (x) jika klien tidak mampu melakukan.
2. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 3, TAK stimulasi persepsi: harga
diri rendah. Klien telah menetapkan tujuan hidup yang realistis. Anjurkan dan jadwalkan
agar klien melakukannya serta berikan pujian.
Daftar Pustaka
Amin Huda, H. K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: MediAction
Doenges, M. E. (2018). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Asuhan Klien Anak-Dewasa.
Jakarta: EGC.
Lilik Ma'rifatul Azizah, I. Z. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa: Teori dan
Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedika Pustaka.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus P PPNI
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan). Jakarta Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Stuart, G. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa (Edisi 5). Jakarta: EGC.