Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK)

STIMULASI PERSEPSI: HARGA DIRI RENDAH PADA TN. S


SESI: MENGHARGAI HAL POSITIF ORANG LAIN
DI YAYASAN DHIRA SUMAN TRITOHA KAB. SERANG

Disusun Oleh :
Suwandi

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA

JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal tentang ‘’Terapi Aktivitas
Kelompok Pada Pasien Dengan Masalah Gangguan Jiwa: Harga Diri Rendah (HDR) Sesi:
Menghargai Hal Positif Orang Lain ’’. Tujuan penulis membuat proposal ini adalah dalam
rangka memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan Jiwa. Dalam penyusunan proposal
ini penulis banyak menemukan kesulitan maupun hambatan dalam hal materi yang akan
dibahas, buku referensi yang akan digunakan, keterbatasan buku referensi yang ada di
perpustakaan, dan keterbatasan waktu dalam penyusunan proposal ini. Walaupun ditemukan
kesulitan maupun hambatan dalam penyusunan proposal ini, penulis tetap berusaha dan
bekerja keras untuk menghadapi berbagai kesulitan maupun hambatan tersebut, sehingga
proposal ini dapat terselesaikan dengan baik dan maksimal.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran serta koreksi yang bersifat membangun
dari para pembaca proposal ini untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Rangkasbitung, September 2019

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan.Kesehatan jiwa
bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang
dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan adalah perasaan sehat dan bahagian serta
mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang sebagai mana adanya, serta
mempunyai sifat positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Depkes, 2005). Gangguan
jiwa adalah seseorang tentang gangguan jiwa berasal dari apa yang orang tersebut
yakini sebagai faktor penyebab (Struart, 2007)
Dari 50 juta populasi orang dewasa Indonesia, berdasarkan data Departemen
Kesehatan (Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan mental emosional.
Sedangkan 4 % dari jumlah tersebut terlambat berobat dan tidak tertangani akibat
kurangnya layanan untuk penyakit kejiwaan ini, krisis ekonomi dunia yang semakin
berat mendorong jumlah penderita gangguan jiwa di dunia dan Indonesia khususnya
kian meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau 25 % dari jumlah penduduk Indonesia
mengalami gangguan jiwa (Nurdwiyanti, 2008).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan
diri.Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,merasa gagal karena tidak mampu
mencapai keinginan sesuai ideal diri. (keliat,2005)
Terapi keperawatan yang dapat diberikan pada klien sendiri bisa dalam bentuk terapi
kognitif. Terapi ini bertujuan untuk merubah pikiran negative yang dialami oleh klien
dengan harga diri rendah kronis kearah berfikir yang positif. Pada keluarga terapi yang
diperlukan dapat berupa triangle terapy yang bertujuan untuk membantu keluarga dalam
mengungkapkan perasaan mengenai permasalahan yang dialami oleh anggota keluarga
sehingga diharapkan keluarga dapat mempertshankan situasi yang mendukung pada
pengembalian fungsi hidup klien. Pada masyarakat juga perlu dilakukan terapi
psikoedukasi yang bertujuan untuk meningkatkan pengeathuan masyarakat tentang
masalah harga diri rendah kronis yangmerupakan salah satu bagian dari masalah
gangguan jiwa dimasyarakat (Samoke, 2012)
Penatalaksanaan klien dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah dapat
dilakukan dengan Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: harga diri rendah.
Terapi aktivitas merupakan bagian dari therapi modalitas yang berupaya meningkatkan
psikoterapi, dalam gejala yang sama, jenis kelamin sama, usia yang hampir sama, dan
dalam waktu yang bersamaan.
Terapi aktivitas kelompok sering dipakai sebagai terapi tambahan. Wilson dan
Kneisl menyatakan bahwa terapi aktivitas kelompok adalah manual, rekreasi, dan teknik
kreatif untuk memfasilitasi pengalaman seseorang serta meningkatkan repon sosial dan
harga diri (Keliat, 2009)

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Klien dapat menumbuhkan rasa saling percaya
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengenal dirinya
b. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
c. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
d. Klien dapat mengungkapkan perasaannya dan menyampaikan masalah
pribadinya kepada orang lain 
BAB 2
LANDASAN TEORI

A. Harga Diri Rendah


1. Definisi
Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan edeal diri. Pencapaian ideal diri
atau cita-cita dan harapan langsung menghasilkan menghasilkan perasaan bahagia
(Budi ana kaliat 2013).
Dapat disimpulkan hargadiri rendah adalah perasaan negatif harga diri sendiri,
hilangnnya kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara
langsung atau tidak langsung, penurunan harga diri bersifat situasional maupun
kronis ataupun menaun. Oleh karena itu tenaga kesehatan perlu menagmbil
kebijakan sepesifik agar terciptanya terapi aktivitas kelompok yang optimal
(Budiana:2013)

2. Faktor Penyebab
a. Berikut ini merupakan faktor penyebab (umum) dari harga diri rendah antara
lain:
1) Situasional
Yang terjadi trauma secara tiba-tiba misalnya pasca operasi, kecelakaan
cerai, putus sekolah, PHK, perasaan malu karena terjadi (korban perkosaan,
dipenjara, dituduh KKN).
2) Privacy yang kurang diperhatikan, misal pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak spontan (mencukur pubis
pemasangan kateter).
3) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tecapai karena
dirawat atau sakit atau penyakitnya.
4) Kelakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misal berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan berbagai tindakan tanpa
pemeriksaan.
5) Kronik
Perasaan negatif terhadap diri sudah berlangsung lama yaitu sebelum sakit
atau dirawat. Klien ini mempunyai cara berpikir yang negatif, kejadian
sakit yang dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
b. Ada pula penggolongan faktor penyebab terjadinya HDR (Harga diri rendah)
digolongkan menjadi dua golongan:
1) Faktor Predisposisi (faktor yang mendasarai atau mempermudah terjadinya
HDR). Faktor yang mempengaruhi HDR adalah penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistic. Tergantung pada orang tua dan ideal
diri yang tidak realistic. Misalnya: orang tua tidak percaya pada anak,
tekanan dari teman, dan kultur sosial yang berubah.
2) Faktor Presipitasi (faktor pencetus HDR)
a) Ketegangan peran (ketidaknyamanan peran)
b) Stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami dalam peran atau
posisi
c) Konflik peran, ketidaksesuaian peran dengan apa yang diinginkan
d) Peran yang tidak jelas
e) Kurangnya pengetahuan individu tentang peran
f) Peran yang berlebihan
g) Menampilkan seperangkat peran yang kompleks
h) Perkembangan transisi
i) Perubahan norma dengan nilai yang taksesuai dengan diri
j) Situasi transisi peran
k) Bertambah/ berkurangnya orang penting dalam kehidupan individu
l) Transisi peran sehat-sakit
m) Kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, fungsi, penampilan,
prosedur pengobatan dan perawatan

3. Tanda dan Gejala


Menurut beberapa pendapat para ahli gejala dan tanda seseorang merasa harga
dirinya rendah dapat disimpulkan sebagai berikut:
c. Perasaan malu pada diri sendiri akibat penyakit dan akibat terhadap tindakan
penyakit. Misalnya malu dan sedih karena rambut menjadi rontok (botak)
karena pengobatan akibat penyakit kronis seperti kank
d. Rasa bersalah terhadap diri sendiri misalnya ini terjadi jika saya tidak ke RS
menyalahkan dan mengejek diri sendiri
e. Merendahkan martabat misalnya, saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya
memang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
f. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tak mau bertemu orang
lain, lebih suka menyendiri.
g. Percaya diri kurang, klien sukar mengambil keputusan yang suram mungkin
memilih alternatif tindakan.
h. Mencederai diri dan akibat HDR disertai dengan harapan yang suram mungin
klien ingin mengakhiri kehidupan.

4. Proses Terjadinya Masalah


Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga diri
rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena individu
tidak pernah mendapat feedback dari lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya
bahkan mungkin kecendrungan lingkungan yang selalu memberi respon negatif
untuk mendorong individu menjadi harga diri rendah.
Harga diri rendah kronis disebabkan banyak faktor. Awalnya individu berada
pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis), individu berusaha
menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak
mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran. Penilaian individu
terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi
harga diri rendah situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau
justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan
individu mengalami harga diri rendah kronis.

5. Rentang Respon
Rentang Respon Konsep Diri

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Aktualisasi diri Konsep diri positif Harga diri rendah Kerancuan identitas Depersonalisasi
6. Psikopatologi

Gambar Psikopatologi Harga Diri Rendah

Faktor Predisposisi

Faktor yang mempengaruhi Faktor yang mempengaruhi Faktor yang


mempunyai harga diri penampilan peran idetitas
personal
Ketidak percayaan

Penolakan orang tua, orang tua tekanan

Harapan orang tua yang Faktor presipitsi dari kelompok, sebaya


tidak realsitis, perubahan struktur

Kegagalan yang Trauma ketegangan peran sosial.


berulang,

Kurang mempunyai Penilaian stressor


tanggung jawab personal,

Ketergantungan pada Sumber koping


orang lain,

Ideal diri yang tidak Integritas


ego realistis.
Mekanisme koping

Jangka Pendek Jangka Panjang Orientasi

Rentang Respons

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi diri Konsep diri Harga diri rendah Kerancauan Depersonalisasi


Rendah
Menurut Stuart dan Laraia, (2001)
Keterangan:
a. Respon adaptif :
Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif serta bersifat membangun
(konstruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan
ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
b. Respon maladaptif :
Aktualisasi diri dan konsep diri yang negatif serta bersifat merusak (destruktif)
dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri
sendiri.
c. Aktualisasi diri :
Respon adaptif yang tertinggi karena individu dapat mengekspresikan
kemampuan yang dimilikinya.
d. Konsep diri positif :
Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya secara jujur dan
dalam menilai suatu masalah individu berpikir secara positif dan realistis.
e. Harga diri rendah :
Transisi antara respon konsep diri adaptif dan maladaptif.
f. Kekacauan identitas :
Suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai identifikasi masa
kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.
g. Depersonalisasi :
Suatu perasaan yang tidak realistis dan keasingan dirinya dari lingkungan. Hal ini
berhubungan dengan tingkat ansietas panik dan kegagalan dalam uji realitas.
Individu mengalami kesulitan dalam membedakan diri sendiri dan orang lain, dan
tubuhnya sendiri terasa tidak nyata dan asing baginya.
7. Pohon Masalah
Gambar Pohon Masalah

Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan-----Akibat

Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi-----Akibat

Isolasi Sosial-----Akibat

Harga Diri Rendah


-----Care Problem

Koping Individu Tidak Efektif Traumatik Tumbuh Kembang

Penyebab Penyebab
(Yosep, 2009).

8. Terapi Somatik
Menurut Riyadi, & Purwanto, (2009) Terapi somatik adalah terapi yang
diberikan kepada klien dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi
perilaku yang adaptif dengan melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik.
Terapi somatik telah banyak dilakukan pada klien dengan gangguan jiwa seperti
terapi somatik restrain, seklusi, elekrokonvulsi, dan foto terapi.
a. ECT (Electro Convulsif Therapie)
Suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan menimbulkan
kejang pada penderita baik tonik maupun klonik. Indikasi ECT yaitu:
1) Klien depresi pada psikosa manik depresi, klien skizofrenia stupor
kotatonik dan gaduh gelisah katatonik.
2) Klien dengan penyakit depresi mayor yang tidak berespon terhadap
antidependen atau yang tidak dapat minum obat.
3) Klien dengan gangguan bipolar yang tidak berespon terhadap obat.
4) Klien bunuh diri akut yang cukup lama tidak menerima pengobatan
untuk mencapai efek terapeutik.
Sedangkan kontra indikasi ECT yaitu:
1) Peningkatan tekanan intra cranial (karena tumor otak, infeksi SPP).
2) Keguguran pada kehamilan gangguan sistem muskuloskeletal,
osteoartritis berat, osteoporosis, fraktur karena kejang grandma.
3) Gangguan kardiovaskuler, infrak miokardium, anggia,
hipertensi, aritmia, dan aneurisma.
4) Gangguan sistem pernafasan, asma bronkial.
5) Keadaan lemah.

b. Foto Terapi atau Sinar


Terapi somatik pilihan. Terapi ini diberiakan dengan memaparkan klien pada
sinar terang (5-20 kali lebih terang dari sinar ruangan). Klien disuruh duduk
dengan mata terbuka 1,5 meter, didepan klien diletakan lampu flouresen
spectrum luas setinggi mata. Waktu dan dosis terapi ini bervariasi pada tiap
individu. Beberapa klien berespons jika terapi diberikan pagi hari, sementara
klien ini lebih bereaksi kalau dilakukan terapi pada waktu sore hari. Semakin
sinar terang, semakin efektif terapi perunit waktu.
Terapi sinar berlangsung dalam waktu yang tidak lama namun cepat
menimbulkan efek terapi. Kebanyakan klien merasa sembuh 3-5 hari tetapi
klien dapat kembali kambuh jika terapi dihentikan. Terapi ini dapat
menurunkan 75% gejala depresi yang dialami klien depresi minum dingin atau
gangguan afektif musiman.
Efek samping yang terjadi setelah dilakukan terapi dapat berupa nyeri kepala,
insomnia, kelelahan, mual, mata kering, keluar sekresi dari hidung dan rasa
lelah pada mata.

9. Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk pertahan koping jangka pendek atau jangka
panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri
dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan (Stuart & Gail, 2016).
a. Pertahanan jangka pendek mencakup berikut ini :
1) Aktifitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis indentitas
diri (misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara
obsesif )
2) Aktifitas yang memberikan identitas pengganti sementara (misalnya,
ikut serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan atau
genk)
3) Aktifitas sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang
tidak menentu (misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi akademik,
kontes untuk mendapatkan popularitas)
4) Aktifitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat
identitas diluar dari hidup yang tidak bermakna saat ini ( misalnya,
penyalahgunaan obat )
b. Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :
1) Penutupan identitas-adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh
orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi
diri individu.
2) Identitas negatif, asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan
harapan yang diterima masyarakat.

10. Sumber Koping


Semua orang tanpa memperhatikan gangguan prilakunya, mempunyai
beberapa bidang kelebihan personal yang meliputi : Aktifitas olah raga dan aktifitas
diluar rumah, hobi dan kerajinan tangan, seni yang ekspresif, kesehatan dan perwatan
diri, pendidikan atau pelatihan, pekerjaan, vokasi atau posisi, bakat tertentu,
kecerdasan, imajinasi dan kreatifitas, hubungan interpersonal. (Stuart & Gail, 2016).

B. Terapi Aktivitas (TAK) Stimulasi Persepsi


1. Definisi
Terapi Aktivitas merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok
pasien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama lalu bersama-sama dengan
jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist
atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Yosep, 2007).
Terapi Aktivitas adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk
memberikan stimulasi bagi klien dengan gangguan interpersonal (Riyadi, 2009).
Terapi aktivitas adalah salah satu upaya untuk memfasilitasi psikoterapis
terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan
hubungan antar anggota (RISKESDAS, 2009).
Pengertian Terapi aktivitas stimulasi persepsi menurut Purwaningsih dan
Karlina (2009) adalah terapi yang bertujuan untuk membantu klien yang mengalami
kemunduruan orientasi, menstimulasi persepsi dalam upaya memotivasi proses
berpikir dan afektif serta mengurangi perilaku maladaftif
Terapi Aktivitas stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas
sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan/atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok

2. Tujuan
Menurut Yosep (2007), Ada dua tujuan umum dari Terapi Aktivitas ini yaitu
tujuan terapeutik dan tujuan rehabilitatif. Tujuan terapeutik meliputi:
a. Menggunakan kegiatan untuk memfasilitasi interaksi,
b. Mendorong sosialisasi dengan lingkungan (hubungan dengan luar diri klien),
c. Meningkatkan stimulus realitas dan respon individu,
d. Memotivasi dan mendorong fungsi kognitif dan afektif,
e. Meningkatkan rasa dimiliki,
f. Meningkatkan rasa percaya diri,
g. Belajar cara baru dalam menyelesaikan masalah.
Sedangkan tujuan rehabilitatif meliputi:
a. Meningkatkan kemampuan untuk ekpresi diri,
b. Meningkatkan kemampuan empati,
c. Meningkatkan keterampilan sosial,
d. Meningkatkan pola penyelesaian masalah.

3. Aspek yang Perlu Diperhatikan


Beberapa aspek dari klien yang harus diperhatikan dalam penjaringan klien
yang akan diberikan aktivitas adalah (Struart, 2007):
a. Aspek emosi
Gelisah, curiga, merasa tidak berguna, tidak dicintai, tidak dihargai, tidak
diperhatikan, merasa disisihkan, merasa terpencil, klien merasakan takut dan
cemas, menyendiri, menghindar dari orang lain.
b. Aspek intelektual
Klien tidak ada inisiatif untuk memulai pembicaraan, jika ditanya klien
menjawab seperlunya, jawaban klien sesuai dengan pertanyaan perawat.
c. Aspek social
Klien sudah dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat, klien
mengatakan bersedia mengikuti therapi aktivitas, klien mau berinteraksi minimal
dengan satu perawat lain ke satu klien lain.
BAB III
PELAKSANAAN

A. Kriteria dan karakteristik


1. Kriteria klien
Klien gangguan harga diri rendah
2. Proses seleksi
a. Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
b. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
c. Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
d. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK, meliputi: menjelaskan
tujuan TAK pada klien, rencana kegiatan kelompok dan aturan main dalam
kelompok
B. Pengorganisasian
1. Waktu
a. Hari/ tanggal : Sabtu, 21 September 2019
b. Jam : Pukul – WIB
c. Acara : 30 menit
 Fase Orientasi : 5 menit
 Fase Kerja : 15 menit
 Fase Terminasi : 10 menit
d. Tempat : Yayasan Dhira Suman Tritoha Serang
e. Sasaran : Tn. S

2. Metode dan media


a. Metode
 Diskusi tanya jawab.
 Persepsi stimulasi/ aktivitas yang disukai
b. Media
 Papan tulis / flipchart/ whiteboard
 Buku catatan dan pulpen
 Jadwal kegiatan klien
3. Tim Terapis dan Uraian Tugas
a. Leader (Suwandi)
 Membuka jalannya kegiatan
 Memperkenalkan diri
 Menganalisa dan observasi pola komunikasi dalam kelompok 
 Menetapkan tujuan dan peraturan kelompok 
 Membacakan tujuan dan peraturan kelompok sebelum kegiatan dimulai
 Motivasi kelompok untuk aktif.
 Memberi reinforcement positif 
 Menyimpulkan keseluruhan aktivitas kelompok 
b. Co. Leader
 Membantu tugas leader
 Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader
 Mengingatkan leader bila ada kegiatan yang menyimpang
 Mengingatkan pemimpin untuk lamanya waktu kegiatan
 Bersama leader menjadi contoh kerjasama yang baik 
c. Fasilitator
 Ikut serta dalam anggota sebagai anggota kelompok 
 Memotivasi anggota kelompok yang kurang atau tidak aktif selama TAK
berlangsung
 Menjadi role model selama acara berlangsung
 Menyiapkan alat/ media
d. Observer
 Ikut serta sebagai anggota kelompok 
 Mengawasi jalannya kegiatan
 Menilai setiap jalannya kegiatan
e. Dokumentasi
 Mendokumentasikan kegiatan
4. Setting Tempat
a. Terapis dan klien duduk berhadapan dan berdampingan.
b. Ruangan nyaman dan tenang

Keterangan:
: Observer : Fasilitator

: Peserta : Leader

: Co Leader
TAK STIMULASI PERSEPSI : HARGA DIRI RENDAH

Sesi : Menghargai hal positif orang lain


a. Tujuan
1. Klien dapat memahami pentingnya menghargai orang lain
2. Klien dapat mengidentifikasi hal – hal positif orang lain
3. Klien dapat memberikan umpan balik positif kepada orang lain
b. Setting
1. Klien duduk melingkar
2. Tempat tenang dan nyaman
c. Alat
1. Bulpoin sejumlah klien yang menjadi peserta TAK
2. Kertas sejumlah klien yang menjadi peserta TAK
d. Metode
1. Diskusi
2. permainan
e. Langkah-langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat
b. Terapis mengingatkan kontrak kepada klien
2. Orientasi
a) Salam terapeutik :
Assalamualaikum Wr.Wb….Selamat pagi Bapak dan Ibu semuanya. Perkenalkan
nama saya ........, saya biasa dipanggil......, saya dari STIKes Pertamedika Jakarta
yang akan memimpin jalannya permainan sampai dengan selesai, dan tak lupa
rekan disamping kiri saya …, dst
b) Evaluasi/ validasi :
Bapak dan ibu semuanya, bagaimana perasaan bapak dan ibu saat ini?
c) Kontrak :
Bapak ibu semuanya, tau gak kenapa bapak ibu semuanya dikumpulkan disini?
Ya... pagi ini kita semua berkumpul disini untuk melakukan sebuah permainan
dengan tujuan :
1. Bapak dan ibu semua dapat memahami pentingnya menghargai orang lain
2. Bapak dan ibu semua dapat mengidentifikasi hal – hal positif orang lain
3. Bapak dan ibu semua dapat memberikan umpan balik positif kepada orang lain
Dan untuk aturan main dalam permainan ini adalah:
1. Bapak dan ibu disini harus mengikuti permainan ini dari awal sampai akhir
2. Jika ada diantara bapak dan ibu ada yang akan keluar dari kelompok, harus
meminta izin kepada kami terlebih dahulu dan
3. Kegiatan permainan ini akan berlangsung selama 60 menit
Bagaimana apakah bapak mengerti?
Ya bagus kalau mengerti semuanya?
3. Kerja
Baik bapak dan ibu semuanya, disini saya akan membagikan sebuah kertas dan sebuah
bulpoin kepada anda semua!
Apakah semua sudah mendapatkan kertas dan bulpoin? Baik kalau sudah, pertama –
tama tolong bapak ibu bagi kertas tersebut menjadi 4 bagian....?
Gimana ibu bapak...Apakah sudah dibagi menjadi 4 bagian? baik kalau sudah coba
angkat dan tunjukan pada saya?
Iya bagus, sekarang tuliskan nama teman anda pada pojok kanan atas kertas yang sudah
dibagi menjadi 4 tadi, satu kertas hanya boleh satu nama? Apakah ibu dan bapak
mengerti?
Ya bagus,, sekarangkan ditiap kertas udah ada nama teman anda, selanjutnya coba anda
tuliskan hal-hal positif yang dimiliki oleh teman anda pada masing-masing kertas
sesuai namanya,, jadi misalnya kertas yang anda pegang bertuliskan Bapak S havis
berarti anda tuliskan hal – hal positif pada kertas tersebut,, bagaimana apakah bapak
dan ibu sudah mengerti semuanya?? Bagus kalau sudah mengerti, tuliskan sebanyak
mungkin ya ibu..bapak??
bapak ibu semuanya,Apakah sudah selesai menulisnya?? Kalau sudah sekarang anda
serahkan kertas tersebut kepada teman anda sesuai nama yang ada pada kertas tersebut?
Apakah sudah diberikan semua? Ya baik sekarang coba bapak, ibu bacakan tulisan
yang ada dikertas yang saat ini anda pegang, ayo dimulai dari bapak Bapak S yang ada
dikiri saya ini terlebih dahulu ya..., ayo bapak Bapak S silakan dibaca tulisan dikertas
yang bapak pegang tersebut?
Ya bagus sekali, tepuk tangan buat bapak Bapak S…baik bapak setelah bapak
membacanya,, bagaimana perasaan bapak saat ini, ayo coba ungkapkan bapak,,, ?
Ya bagus sekali bapak, tepuk tangan yang meriah buat bapak Bapak S,.. ayo
selanjutnya ibu ria
(terus berutan searah jarum jam membaca tulisan pada kertas yang dipegangnya dan
mengungkapkan perasaannya)
4. Terminasi
a) Evaluasi :
Bapak ibu semuanya, bagaimana perasaan ibu dan bapak setelah mengikuti
permainan tadi? Apakah merasa lebih baik dari sebelumnya?
Iya bagus sekali, pada hari ini bapak dan ibu semua dapat mengikuti permainan ini
dengan bagus dan tertib sekali,, mari kita semua tepuk tangan untuk keberhasilan
kita semua dalam permainan kali ini?
b) Tindak lanjut :
Baik, kertas yang sekaran bapak ibu pegang, tolong disimpan ya jangan sampai
hilang. Jika sewaktu-waktu ibu dan bapak merasa rendah diri, bapak dan ibu baca
kertas tersebut.... bagaimana? Apakah bapak dan ibu mengerti? Iya bagus...?
c) Kontrak yang akan datang :
Baik untuk hari ini permainannya cukup sampai disini sulu ya, besok jam 08.00 wib
kita akan lakukan lagi permainan lagi tetapi dengan tujuan :
1. Mengetahui pentingnya menetapkan tujuan hidup.
2. Menetapkan tujuan hidup yang realistis.
bapak ibu Besok kita lakukan permainannya disini lagi ya? Apakah bapak dan ibu
setuju semuanya? Baik kalau memang setuju. Sampai ketemu besok ya ibu dan
bapak semuanya, saya mohon pamit dulu, selamat pagi semuanya.....
asslamualaikum....?

Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakuakan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi harga diri rendah sesi, kemampuan klien yang diharapkan adalah memiliki satu hal
positif yang akan dilatih dan memperagakannya. Formulir evaluasi sebagai berikut:
Sesi
Stimulasi persepsi : harga diri
Menghargai hal positif orang lain
No Aspek yang dinilai Nama peserta TAK
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Mengikuti kegiatan dari
awal sampai akhir
2. Membagi kertas menjadi
sejumlah klien yang ikut
TAK
3. Menuliskan nama klien
lain di masing-masing
kertas
4. Menuliskan hal-hal
positif klien lain di
masing-masing kertas
5. Menyerahkan kertas yang
diisi ke teman sesuai
namanya
6. Membaca kertas yang
telah dibagikan
7. Mengungkapkan
perasaan setelah
membaca hal-hal positif
diri

Petunjuk :
1. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan membaca ulang daftar hal positif
dirinya, memilih satu hal positif untuk dilatih dan memperagakan kegiatan positif
tersebut. Beri tanda √ jika klien mampu dan tanda x jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi, TAK stimulasi persepsi: harga diri
rendah. Klien telah melatih merapikan tempat tidur. Anjurkan dan jadwalkan agar klien
melakukannya serta berikan pujian.
DAFTAR PUSTAKA

Struart, G. W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC


Yosep, I. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama
Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama
Purwaningsih dan Karlina. 2009. Asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta: Mitra cendeka
RISKESDAS. (2009). Departemen Kesehatan RI. Laporan hasil riset kesehatan dasa. Jakarta:
Depkes RI.
Riyadi, S. (2009). Asuhan Keperawatn Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu
Stuart, W. Gail. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore: Elsevier
Stuart, GW, Laraia, M.T., 2001, Principle and Practice of Pshychiatric Nursing, Edisi 7,
Mosby, Philadelpia
Keliat, B. A. (2013). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (basic
course). Jakarta: EGC.
Keliat, B. A. (2009). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (basic
course). Jakarta: EGC.
Nurdwiyanti. 2008. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah. Di Jawa Tengah. Diunduh
dari http://www.ProilKesehatanJawa Tengah.Go.id/ documen/ profil gas

Anda mungkin juga menyukai