Disusun Oleh :
Suwandi
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal tentang ‘’Terapi Aktivitas
Kelompok Pada Pasien Dengan Masalah Gangguan Jiwa: Harga Diri Rendah (HDR) Sesi:
Menghargai Hal Positif Orang Lain ’’. Tujuan penulis membuat proposal ini adalah dalam
rangka memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan Jiwa. Dalam penyusunan proposal
ini penulis banyak menemukan kesulitan maupun hambatan dalam hal materi yang akan
dibahas, buku referensi yang akan digunakan, keterbatasan buku referensi yang ada di
perpustakaan, dan keterbatasan waktu dalam penyusunan proposal ini. Walaupun ditemukan
kesulitan maupun hambatan dalam penyusunan proposal ini, penulis tetap berusaha dan
bekerja keras untuk menghadapi berbagai kesulitan maupun hambatan tersebut, sehingga
proposal ini dapat terselesaikan dengan baik dan maksimal.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran serta koreksi yang bersifat membangun
dari para pembaca proposal ini untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan.Kesehatan jiwa
bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang
dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan adalah perasaan sehat dan bahagian serta
mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang sebagai mana adanya, serta
mempunyai sifat positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Depkes, 2005). Gangguan
jiwa adalah seseorang tentang gangguan jiwa berasal dari apa yang orang tersebut
yakini sebagai faktor penyebab (Struart, 2007)
Dari 50 juta populasi orang dewasa Indonesia, berdasarkan data Departemen
Kesehatan (Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan mental emosional.
Sedangkan 4 % dari jumlah tersebut terlambat berobat dan tidak tertangani akibat
kurangnya layanan untuk penyakit kejiwaan ini, krisis ekonomi dunia yang semakin
berat mendorong jumlah penderita gangguan jiwa di dunia dan Indonesia khususnya
kian meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau 25 % dari jumlah penduduk Indonesia
mengalami gangguan jiwa (Nurdwiyanti, 2008).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan
diri.Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,merasa gagal karena tidak mampu
mencapai keinginan sesuai ideal diri. (keliat,2005)
Terapi keperawatan yang dapat diberikan pada klien sendiri bisa dalam bentuk terapi
kognitif. Terapi ini bertujuan untuk merubah pikiran negative yang dialami oleh klien
dengan harga diri rendah kronis kearah berfikir yang positif. Pada keluarga terapi yang
diperlukan dapat berupa triangle terapy yang bertujuan untuk membantu keluarga dalam
mengungkapkan perasaan mengenai permasalahan yang dialami oleh anggota keluarga
sehingga diharapkan keluarga dapat mempertshankan situasi yang mendukung pada
pengembalian fungsi hidup klien. Pada masyarakat juga perlu dilakukan terapi
psikoedukasi yang bertujuan untuk meningkatkan pengeathuan masyarakat tentang
masalah harga diri rendah kronis yangmerupakan salah satu bagian dari masalah
gangguan jiwa dimasyarakat (Samoke, 2012)
Penatalaksanaan klien dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah dapat
dilakukan dengan Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: harga diri rendah.
Terapi aktivitas merupakan bagian dari therapi modalitas yang berupaya meningkatkan
psikoterapi, dalam gejala yang sama, jenis kelamin sama, usia yang hampir sama, dan
dalam waktu yang bersamaan.
Terapi aktivitas kelompok sering dipakai sebagai terapi tambahan. Wilson dan
Kneisl menyatakan bahwa terapi aktivitas kelompok adalah manual, rekreasi, dan teknik
kreatif untuk memfasilitasi pengalaman seseorang serta meningkatkan repon sosial dan
harga diri (Keliat, 2009)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Klien dapat menumbuhkan rasa saling percaya
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengenal dirinya
b. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
c. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
d. Klien dapat mengungkapkan perasaannya dan menyampaikan masalah
pribadinya kepada orang lain
BAB 2
LANDASAN TEORI
2. Faktor Penyebab
a. Berikut ini merupakan faktor penyebab (umum) dari harga diri rendah antara
lain:
1) Situasional
Yang terjadi trauma secara tiba-tiba misalnya pasca operasi, kecelakaan
cerai, putus sekolah, PHK, perasaan malu karena terjadi (korban perkosaan,
dipenjara, dituduh KKN).
2) Privacy yang kurang diperhatikan, misal pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak spontan (mencukur pubis
pemasangan kateter).
3) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tecapai karena
dirawat atau sakit atau penyakitnya.
4) Kelakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misal berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan berbagai tindakan tanpa
pemeriksaan.
5) Kronik
Perasaan negatif terhadap diri sudah berlangsung lama yaitu sebelum sakit
atau dirawat. Klien ini mempunyai cara berpikir yang negatif, kejadian
sakit yang dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
b. Ada pula penggolongan faktor penyebab terjadinya HDR (Harga diri rendah)
digolongkan menjadi dua golongan:
1) Faktor Predisposisi (faktor yang mendasarai atau mempermudah terjadinya
HDR). Faktor yang mempengaruhi HDR adalah penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistic. Tergantung pada orang tua dan ideal
diri yang tidak realistic. Misalnya: orang tua tidak percaya pada anak,
tekanan dari teman, dan kultur sosial yang berubah.
2) Faktor Presipitasi (faktor pencetus HDR)
a) Ketegangan peran (ketidaknyamanan peran)
b) Stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami dalam peran atau
posisi
c) Konflik peran, ketidaksesuaian peran dengan apa yang diinginkan
d) Peran yang tidak jelas
e) Kurangnya pengetahuan individu tentang peran
f) Peran yang berlebihan
g) Menampilkan seperangkat peran yang kompleks
h) Perkembangan transisi
i) Perubahan norma dengan nilai yang taksesuai dengan diri
j) Situasi transisi peran
k) Bertambah/ berkurangnya orang penting dalam kehidupan individu
l) Transisi peran sehat-sakit
m) Kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, fungsi, penampilan,
prosedur pengobatan dan perawatan
5. Rentang Respon
Rentang Respon Konsep Diri
Faktor Predisposisi
Rentang Respons
Isolasi Sosial-----Akibat
Penyebab Penyebab
(Yosep, 2009).
8. Terapi Somatik
Menurut Riyadi, & Purwanto, (2009) Terapi somatik adalah terapi yang
diberikan kepada klien dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi
perilaku yang adaptif dengan melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik.
Terapi somatik telah banyak dilakukan pada klien dengan gangguan jiwa seperti
terapi somatik restrain, seklusi, elekrokonvulsi, dan foto terapi.
a. ECT (Electro Convulsif Therapie)
Suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan menimbulkan
kejang pada penderita baik tonik maupun klonik. Indikasi ECT yaitu:
1) Klien depresi pada psikosa manik depresi, klien skizofrenia stupor
kotatonik dan gaduh gelisah katatonik.
2) Klien dengan penyakit depresi mayor yang tidak berespon terhadap
antidependen atau yang tidak dapat minum obat.
3) Klien dengan gangguan bipolar yang tidak berespon terhadap obat.
4) Klien bunuh diri akut yang cukup lama tidak menerima pengobatan
untuk mencapai efek terapeutik.
Sedangkan kontra indikasi ECT yaitu:
1) Peningkatan tekanan intra cranial (karena tumor otak, infeksi SPP).
2) Keguguran pada kehamilan gangguan sistem muskuloskeletal,
osteoartritis berat, osteoporosis, fraktur karena kejang grandma.
3) Gangguan kardiovaskuler, infrak miokardium, anggia,
hipertensi, aritmia, dan aneurisma.
4) Gangguan sistem pernafasan, asma bronkial.
5) Keadaan lemah.
9. Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk pertahan koping jangka pendek atau jangka
panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri
dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan (Stuart & Gail, 2016).
a. Pertahanan jangka pendek mencakup berikut ini :
1) Aktifitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis indentitas
diri (misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara
obsesif )
2) Aktifitas yang memberikan identitas pengganti sementara (misalnya,
ikut serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan atau
genk)
3) Aktifitas sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang
tidak menentu (misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi akademik,
kontes untuk mendapatkan popularitas)
4) Aktifitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat
identitas diluar dari hidup yang tidak bermakna saat ini ( misalnya,
penyalahgunaan obat )
b. Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :
1) Penutupan identitas-adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh
orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi
diri individu.
2) Identitas negatif, asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan
harapan yang diterima masyarakat.
2. Tujuan
Menurut Yosep (2007), Ada dua tujuan umum dari Terapi Aktivitas ini yaitu
tujuan terapeutik dan tujuan rehabilitatif. Tujuan terapeutik meliputi:
a. Menggunakan kegiatan untuk memfasilitasi interaksi,
b. Mendorong sosialisasi dengan lingkungan (hubungan dengan luar diri klien),
c. Meningkatkan stimulus realitas dan respon individu,
d. Memotivasi dan mendorong fungsi kognitif dan afektif,
e. Meningkatkan rasa dimiliki,
f. Meningkatkan rasa percaya diri,
g. Belajar cara baru dalam menyelesaikan masalah.
Sedangkan tujuan rehabilitatif meliputi:
a. Meningkatkan kemampuan untuk ekpresi diri,
b. Meningkatkan kemampuan empati,
c. Meningkatkan keterampilan sosial,
d. Meningkatkan pola penyelesaian masalah.
Keterangan:
: Observer : Fasilitator
: Peserta : Leader
: Co Leader
TAK STIMULASI PERSEPSI : HARGA DIRI RENDAH
Petunjuk :
1. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan membaca ulang daftar hal positif
dirinya, memilih satu hal positif untuk dilatih dan memperagakan kegiatan positif
tersebut. Beri tanda √ jika klien mampu dan tanda x jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi, TAK stimulasi persepsi: harga diri
rendah. Klien telah melatih merapikan tempat tidur. Anjurkan dan jadwalkan agar klien
melakukannya serta berikan pujian.
DAFTAR PUSTAKA