Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah merupakan makhluk sosial dari zaman dahulu. Di dunia
telah terdapat tanda-tanda yang menunjukkan bahwa pada waktu tertentu
manusia sudah mengenal dan berusaha mengobati gangguan jiwa.
Pada zaman modern ini ternyata pengobatan dengan model keagamaan
masih ada dinegara kita dan dinegara berkembang lainnya. Secara garis besar
sejarah perkembangan keperawatan kesehatan mental, psikiatri diluar negeri
sekarang dapat dikelompokkan kedalam priodisasi yaitu perawat sebagai
profesi dalam keperawatan, sebagai elemen inti dari semua praktek
keperawatan. (Widodo, 2005)
Program kesehatan jiwa di Indonesia bermula dari program pelayanan
asien gangguan jiwa berat (psikosis) didalam RSJ yang boleh dikaji hanya
berupa pelayanan kuratif dengan perawat inap saja yang masih “Costudial”
bersifat tertutup dan isolative. Hal ini disebabkan karena pelayanan kuratif
dengan perawat inap saja yang masih terbatas karena obat psikotropika belum
ada, psikoterapi pun belum ada, sedangkan waktu terapi belum dapat
dikasihkan sebagai okupasi terapi atau kegiatan yang bertujuan rehabilitasi,
karena biasanya tinggal di RS Jiwa sampai meninggal. (Widodo, 2005)
Menurut Harwati (2008) skizofrenia merupakan penyakit otak yang
sanggup merusak dan menganjurkan emosi, selain karena faktor genetic
penyakit ini juga bisa muncul akibat tekanan darah tinggi. Gangguan menjadi
masalah serius diseluruh dunia. WHO taun 2007, menyatakan paling tidak 1
dari 4 orang atau sekitar 450 juta orang terganggu jiwanya. Di Indonesia
berdasarkan survey kesehatan RT, pada setiap 1000 anggota RT terdapat 185
orang mengalami gangguan terkait masalah kejiwaan. Menurut (Halwan,
2007) bahwa jumlah penderita skizofrenia di Indonesia adalah 3,5 per 1000.
Penduduk mayoritas penderita berada di kom besar. Ini terkait dengan
tingginya stress yang muncul didaerah perkotaan.

Laporan Pendahuluan pada Pasien Harga Diri Rendah 1


Seiring dengan peradaban masalah manusia masalah kehidupan semakin
komplen pula. Masalah tersebut bisa berasal sendiri, maupun dari faktor lain
yakni gangguan pada fisik maupun mental akibat kemunculan masalah
tersebut. Gangguan fisik mungkin sudah umum terjadi dengan sarana
penunjangnya juga telah banyak tersedia diberbagai tempat, sedangkan
gangguan mental lebih sering dianggap tidak perlu dirawat dipelayanan
kesehatan dengan alasan keterbatasan pengetahuan dan prasarana. (STUART
dan Kemla, 2001)
Dari data yang diperoleh dari Ruang Melati RSJ Prof. HB Saanin pada
tahun 2012 pada enam bulan terakhir didapatkan jumlah pasien yang dirawat
semua sebanyak 336 orang dan 44 orang diantaranya dengan diagnose
keperawatan HDR (Harga Diri Rendah).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep dari harga diri rendah
2. Bagaimana proses asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan harga
diri rendah
C. TUJUAN UMUM
Mahasiswa dapat memahami konsep dan asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan harga diri rendah
D. TUJUAN KHUSUS
Penyusunan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu mengetahui dan
memahami:
1. Konsep harga diri rendah
2. Pengertian harga diri rendah
3. Etiologi harga diri rendah
4. Tanda dan gejala klien dengan harga diri rendah
5. Macam-macam harga diri rendah
6. Mekanisme koping harga diri rendah
7. Pemeriksaan penunjang klien dengan harga diri rendah
8. Penatalaksanaan klien dengan harga diri rendah

Laporan Pendahuluan pada Pasien Harga Diri Rendah 2


9. Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan harga diri
rendah
10. Rencana keperawatan pada klien dengan harga diri rendah

E. MANFAAT
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang konsep dasar pada
gangguan harga diri rendah
2. Mahasiswa mampu melakukan proses asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan harga diri rendah

Laporan Pendahuluan pada Pasien Harga Diri Rendah 3


BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP HARGA DIRI RENDAH


Konsep Diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian
yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain
Konsep diri seseorang tidak terbentuk waktu lahir ; tetapi dipelajari
sebagai hasil dari pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan
orang terdekat, dengan realitas dunia, kemudian melalui kontak sosial dan
pengalaman berhubungan dengan orang lain.
Seseorang yang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia
meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat
berbuat apa – apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak
disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Orang dengan konsep diri
negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan
kesempatan yang dihadapinya. Akan ada dua pihak yang bisa disalahkannya,
entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang
lain (Rini, J.F, 2002).
Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini :
1. Citra tubuh (Body Image)
Citra tubuh (Body Image) adalah kumpulan dari sikap individu yang
disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa
lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan
potensi. Yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi dan
pengalaman yang baru
2. Ideal Diri (Self Ideal)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku
sesuai dengan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu (Stuart

Laporan Pendahuluan pada Pasien Harga Diri Rendah 4


& Sundeen, 1998). Sering juga disebut bahwa ideal diri sama dengan cita
– cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.
3. Identitas Diri (Self Identifity)
Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang
bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan
keunikkan individu. Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan
terus berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama pada
masa remaja.
4. Peran Diri (Self Role)
Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Peran
yang diterapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan.
Peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu.
5. Harga Diri (Self Esteem)
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal
diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam
penerimaan diri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan,
tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga

B. PENGERTIAN
Harga diri rendah adalah evaluasi diri atau perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negative dan dipertahankan dalam waktu yang lama
(NANDA, 2005).
Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri,
merasa gagal mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan
produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, perasaan tidak
mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara social.

Laporan Pendahuluan pada Pasien Harga Diri Rendah 5


C. ETIOLOGI
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep – diri
seseorang:
1. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan harga diri rendah
yaitu :
a. Perkembangan individu yang meliputi :
1) Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa tidak
dicintai kemudian dampaknya anak gagal mencintai dirinya dan
akan gagal pula untuk mencintai orang lain.
2) Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari orang – orang
tuanya atau orang tua yang penting/ dekat dengan individu yang
bersangkutan.
3) Sikap orang tua over protecting, anak merasa tidak berguna, orang
tua atau orang terdekat sering mengkritik serta merevidasikan
individu.
4) Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan merasa
rendah diri.
b. Ideal diri
1) Individu selalu dituntut untuk berhasil.
2) Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.
3) Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa percaya
diri.

2. Faktor Presipitasi
a. Faktor presipitasi atau stresor pencetus dari munculnya harga diri
rendah mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti:
b. Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga
keluarga merasa malu dan rendah diri.
c. Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan seksual dan
psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan,

Laporan Pendahuluan pada Pasien Harga Diri Rendah 6


aniaya fisik, kecelakaan, bencana alam dan perampokan. Respon
terhadap trauma pada umumnya akan mengubah arti trauma tersebut
dan kopingnya adalah represi dan denial.

3. Perilaku
Dalam melakukan pengkajian, perawat dapat memulai dengan
mengobservasi penampilan klien, misalnya kebersihan, dandanan,
pakaian. Kemudian perawat mendiskusikannya dengan klien untuk
mendapatkan pandangan klien tentang gambaran dirinya. Gangguan
perilaku pada gangguan konsep diri dapat dibagi sebagai berikut :
Perilaku berhubungan dengan harga diri rendah. Harga diri yang rendah
merupakan masalah bagi banyak orang dan diekspresikan melalui tingkat
kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya disertai oleh evaluasi diri
yang negatif membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri.

D. TANDA DAN GEJALA


Manifestasi yang biasa muncul pada klien gangguan jiwa dengan harga diri
rendah, Fitria (2009) :
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimistis
4. Tidak menerima pujian
5. Penurunan produktivitas
6. Penolakan terhadap kemampuan diri
7. Kurang memperhatikan perawatan diri
8. Berpakaian tidak rapi selera makan berkurang tidak berani menatap
lawan bicara
9. Lebih banyak menunduk
10. Bicara lambat dengan nada suara lemah
E. PROSES TERJADINYA MASALAH

Laporan Pendahuluan pada Pasien Harga Diri Rendah 7


Individu yang kurang mengerti akan arti dan tujuan hidup akan gagal
menerima tanggung jawab untuk diri sendiri dan orang lain. Ia akan
tergantung pada orang tua dan gagal mengembangkan kemampuan sendiri ia
mengingkari kebebasan mengekspresikan sesuatu termasuk kemungkinan
berbuat kesalahan dan menjadi tidak sabar, kasar dan banyak menuntut diri
sendiri, sehingga ideal diri yang ditetapkan tidak tercapai.
Sedangkan stressor yang mempengaruhi harga diri rendah dan ideal
diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang
yang berarti, pola asuh yang tidak tepat, misalnya terlalu dilarang, dituntut,
dituruti, persaingan dengan saudara. Kesalahan dan kegagalan yang terulang,
cita-cita yang tidak tercapai, gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri.
Harga diri rendah dapat terjadi karena adanya kegagalan atau berduka
disfungsional dan individu yang mengalami gangguan ini mempunyai koping
yang tidak konstruktif atau kopingnya maladaptive.
Resiko yang dapat terjadi pada individu dengan gangguan harga diri
rendah adalah isolasi sosial: menarik diri karena adanya perasaan malu kalau
kekurangannya diketahui oleh orang lain. ( Stuart dan Sundeen, 1991 )

F. MACAM-MACAM HARGA DIRI RENDAH


1. Harga Diri Rendah Situasional
Terjadi trauma yang tiba – tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami/ istri, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu
karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba – tiba).
2. Harga Diri Rendah Kronik
Perasaan negatif terhadap diri berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/
dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit
dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respon yang mal adaptif. Kondisi ini dapat ditemukan pada
klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa.

Laporan Pendahuluan pada Pasien Harga Diri Rendah 8


G. MEKANISME KOPING
1. Jangka Pendek :
a. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis : Pemakaian
obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus – menerus.
b. Kegiatan mengganti identitas sementara (Ikut kelompok sosial,
keagamaan, politik).
c. Kegiatan yang memberi dukungan sementara (Kompetisi olah raga
kontes popularitas).
d. Kegiatan mencoba menghilangkan identitas sementara
(Penyalahgunaan obat).
2. Jangka Panjang :
a. Menutup identitas dari orang – orang yang berarti, tanpa
mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri.
b. Identitas negatif : Asumsi yang bertentangan dengan nilai dan
harapan masyarakat

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Test psikologik: test keperibadian
2. EEG: ganguan jiwa yang disebabkan oleh neorologis
3. Pemeriksaan sinar X: mengetahui kelainan anatomi
4. Pemeriksaan laboratorim kromosom: ginetik

I. PENATALAKSANAAN
1. Psikofarmaka
Psikofarmaka adalah obat0obatan yang digunakan untuk klien dengan
gangguan mental.
2. Elektro convulsive therapy (ECT)
ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan
menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik. Tindakan
ini adalah bentuk terapi pada klien dengan mengalirkan arus listrik melalui

Laporan Pendahuluan pada Pasien Harga Diri Rendah 9


elektroda yang ditempelkan pada pelipis klien untuk membangkitkan
kejang grandmall.
3. Psikoterapy
Psikoterapi adalah serangkaian metode berdasarkan ilmu-
ilmu psikologi yang digunakan untuk mengatasi gangguan kejiwaan atau
mental seseorang. Tujuan psikoterapi antara lain: memperkuat motivasi
klien untuk melakukan hal yang benar, mengurangi tekanan emosional,
mengembangkan potensi klien, mengubah kebiasaan, memodifikasi
struktur kognisi, memperoleh pengetahuan tentang diri, mengembangkan
kemampuan berkomunikasi & hubungan interpersonal, meningkatkan
kemampuan mengambil keputusan, mengubah kondisi fisik, mengubah
kesadaran diri, dan mengubah lingkungan sosial.
4. Therapy okupasi
Terapi Okupasi adalah bentuk layanan kesehatan kepada masyarakat atau
pasien yang mengalami gangguan fisik dan atau mental dengan
menggunakan aktivitas bermakna (okupasi) untuk meningkatkan
kemandirian individu pada area aktivitas kehidupan sehari-hari,
produktivitas dan pemanfaatan waktu luang dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Tujuan utama dari Okupasi Terapi adalah
memungkinkan individu untuk berperan serta dalam aktivitas keseharian.
5. Therapy modalitas
Terapi modalitas Adalah berbagai pendekatan penanganan klien gangguan
jiwa yang bervariasi, yang bertujuan untuk mengubah perilaku klien
dengan gangguan jiwa denga perilaku mal adaptifnya menjadi perilaku
yang adaptif.
Terapi modalitas yang dapat dilakukan seperti;
a. Terapi keluarga
b. Terapi lingkungan
c. Terapi perilaku
d. Terapi kognitif
e. Terapi aktivitas kelompok

Laporan Pendahuluan pada Pasien Harga Diri Rendah 10


J. POHON MASALAH

Hambatan komunikasi verbal (Effect)

Menarik diri (Symptom)

Harga diri rendah (Core Problem)

Koping individu tidak efektif (Causa)

K. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Harga diri rendah
2. Koping individu tidak efektif
3. Isolasi social
L. RENCANA KEPERAWATAN
1. Harga diri rendah
Tujuan:
1. Klien membina hubungan saling percaya
Kriteria Evaluasi:
a. Ekspresi wajah bersahabat
b. Ada kontak mata
c. Mau berjabat tangan
d. Mau menyebutkan nama
e. Mau duduk berdampingan dengan perawat
f. Mau mengutarakan masalah yang dihadapi
Intervensi:
a. Sapa ramah klien (verbal, non verbal)
b. Perkenalan diri dengan sopan
c. Tanya nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien

Laporan Pendahuluan pada Pasien Harga Diri Rendah 11


d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur, menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Sediakan waktu khusus di luar perawatan yang tidak
terganggu aktivitas lain untuk mengajak pasien berbicara
h. Beri klien perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien
2. Klien Dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
di miliki
Kriteria Evaluasi:
a. Kemampuan yang dimiliki klien
b. Aspek positif keluarga
c. Aspek positif lingkungan yang dimiliki klien
Intervensi:
a. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
b. Diskusikan kemampaun dan aspek positif yang dimiliki klien
c. Setiap bertemu klien, hindarkan memberi penilaian yang
negatif
d. Utamakan memberi pujian yang realistik
e. Dengarkan pasien, berikan respons dengan penerimaan yang
tidak menghakimi, perhatian yang sungguh-sungguh dan
ketulusan
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
Kriteria Evaluasi:
a. Klien menilai kemampuan yang dapat digunakana
Intervensi:
a. Diskusikan dengan klien kemampian yang masih dapat di
gunakan selama sakit
b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya
4. Klien dapat menetapkan/ merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang di miliki.
Kriteria Evaluasi:

Laporan Pendahuluan pada Pasien Harga Diri Rendah 12


a. Klien dapat membuat rencana kegiatan harian
Intervensi:
a. Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat di lakukan
setiap hari sesuai kemampuan : Kegiatan mandiri, kegiatan
dengan bantuan sebagian, kegiatan yang membutuhkan bantuan
total
b. Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan toleransi kondisi klien
c. Beri contoh cara pelaksanan kegiatan yang boleh di lakukan
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuannya
Kriteria Evaluasi:
a. Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuannya
Intervensi:
a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
di rencanakan
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
d. Kaji status mental pasien melalui observasi dan wawancara
minimal sekali seminggu
e. Kaji resiko bunuh diri dan kemungkinan perilaku mematikan
pada pasien sesuai indikasi
f. Atur situasi untuk mendorong interaksi sosial atau profesional
antara pasien dan orang lain
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada dikeluarga.
Kriteria Evaluasi:
a. Kilen memanfaatkan sistem pendukung yang ada dikeluarga
Intervensi:
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien dengan Harga Diri Rendah.
b. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.

Laporan Pendahuluan pada Pasien Harga Diri Rendah 13


c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah.

2. Koping individu tidak efektif


Tujuan :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Intervensi:
a. Lakukan pendekatan yang hangat, menerima klien apa adanya
dan bersifat empati
b. Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri
perawat sendiri (Misalnya : Rasa marah, frustasi, simpati)
c. Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang
suportif
d. Beri waktu untuk klien berespon pujian
2. Klien dapat mengenali dan mengekspresikan emosinya
Intervensi:
a. Tunjukkan respon emosional dan menerina klien apa adanya
b. Gunakan tehnik komunikasi terapeutik
c. Bantu klien mengekspresikan perasaanya
d. Bantu mengidentifikasi area situasi kehidupannya yang tidak
berada dalam kemampuannya untuk mengontrol
3. Klien dapat memodifikasi pola kognitif yang negatif
Intervensi:
a. Diskusikan masalah yang dihadapi klien
b. Identifikasi pemikiran negatif, bantu menurunkan interupsi/
subsitusi
c. Bantu meningkatkan pemikiran yang positif
4. Klien dapat meyakini tentang manfaat mekanisme koping
Intervensi:
a. Terima klien apa adanya, jangan menentang keyakinannya
b. Kenalkan realitas
c. Beri umpan balik tentang perilaku, stressor dan sumber koping

Laporan Pendahuluan pada Pasien Harga Diri Rendah 14


d. Kuatkan ide bahwa kesehatan fisik berhubungan dengan
kesehatan emosional
e. Beri batasan perilaku maladaptif
5. Klien dapat melakukan kegiatan yang menarik, dan aktivitas yang
terjadwal
Intervensi:
a. Beri klien aktivitas yang produktif
b. Beri latihan fisik sesuai bakatnya
c. Bersama klien buat jadwal aktivitas yang dapat dilakukan
sehari – hari
d. Libatkan keluarga dan sistem pendukung lainnya

3. Isolasi social
Tujuan:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Kriteria Evaluasi :
a. Klien dapat menerima kehadiran perawat.
Intervensi :
a. Bina hubungan saling percaya.
2. Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan prilaku
menarik diri.
Kriteria Evaluasi :
a. Klien dapat menyebutkan penyebab/ alasan menarik diri.
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan klien tentang menarik diri.
b. Diskusikan bersama klien tentang prilaku menarik diri.
c. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya.
3. Klien dapat mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang
lain dan kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
Kriteria Evaluasi :

Laporan Pendahuluan pada Pasien Harga Diri Rendah 15


a. Klien dapat menebutkan 2 dari 3 manfaat berhubungan dengan
orang lain.
Intervensi :
a. Diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.
b. Dorong dan bantu klien berhubungan dengan orang lain secara
bertahap.
c. Beri pijian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan
manfaat berhubungan dengan orang lain.
4. Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap.
Kriteria Evaluasi :
a. Klien dapat menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain.
Intervensi :
a. Dorong klien untuk menyebutkan cara berhubungan dengan
orang lain.
b. Dorong dan bantu klien berhubungan dengan orang lain secara
bertahap.
c. Libatkan klien dalam kegiatan TAK dan ADL ruangan.
d. Reinforcement positif atas keberhasilan yang telah dicapai.
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan
dengan orang lain.
Kriteria Evaluasi :
a. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan
dengan orang lain : diri sendiri dan orang lain
Intervensi :
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila
berhubungan dengan orang lain.
b. Diskusikan dengan klien tentang manfaat berhubungan dengan
orang lain
c. Beri reinfircement positif atas kemampuan klien
mengungkapkan manfaat berhubungan dengan orang lain.

Laporan Pendahuluan pada Pasien Harga Diri Rendah 16


6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
mampu mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan
dengan orang lain.
Kriteria Evaluasi :
a. Keluarga dapat : menjelaskan perasaannya, menjelaskan cara
merawat klien menarik diri, mendemonstrasikan cara
perawatan klien menarik diri, berpartisipasi dalam perawatan
klien menarik diri.
Intervensi :
a. Bisa berhubungan saling percaya dengan keluarga : salam
perkenalkan diri, sampaikan tujuan, buat kontrak, eksplorasi
perasaan keluarga.
b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang : perilaku menarik
diri, penyebab perilaku menarik diri, akibat yang akan terjadi
jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi, cara keluarga
menghadapi klien menarik diri.
c. Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada
klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.
d. Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian
menjenguk klien minimal 1 minggu sekali.
e. Beri reinforcement atas hal – hal yang telah dicapai oleh
keluarga.

M. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah pelaksanaan keperawatan oleh klien. Hal – hal
yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah tindakan
keperawatan yang akan dilakukan implementasi pada klien dengan Harga Diri
Rendah dilakukan secara interaksi dalam melaksanakan tindakan keperawatan
Contoh implementasi:
a. Menyapa ramah klien (verbal, non verbal)
b. Memperkenalkan diri dengan sopan

Laporan Pendahuluan pada Pasien Harga Diri Rendah 17


c. Menanyai nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai klien
d. Menjelaskan tujuan pertemuan
e. Menunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
f. Menyediakan waktu khusus di luar perawatan yang tidak
terganggu aktivitas lain untuk mengajak pasien berbicara
g. Memberi klien perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien
N. EVALUASI
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan sesuai dengan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu
evaluasi proses dan evaluasi formatif, dilakukan setiap selesai melaksanakan
tindakan evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan
respon klien pada tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi masalah Harga Diri
Rendah diharapkan klien dapat :
1. Ancaman integritas fisik atau Harga Diri Rendah klien sudah berkurang.
2. Perilaku klien menunjukkan kemajuan dalam menerima, menghargai dan
meyakini diri sendiri.
3. Sumber koping yang adekuat sudah dimiliki klien dan digunakannya.
4. Klien dapat memperluas kesadaran diri, menyelidiki dan mengevaluasi
diri.
5. Klien menggunakan respon koping yang adaptif.
6. Klien sudah mempelajari strategi baru untuk beradaptasi, dan
meningkatkan aktualisasi diri.
7. Klien sudah menggunakan pemahaman yang tinggi tentang diri sendiri
untuk meningkatkan pertumbuhan kepribadian.

Laporan Pendahuluan pada Pasien Harga Diri Rendah 18


DAFTAR PUSTAKA

Abykhan. 2012. Terapi Modalitas. 27 Desember 2013

Aji Prayogi, Aan. 2013. Makalah Harga Diri Rendah. 17 Desember 2013

Aryani, Renni. 2012. Askep HDR (Harga Diri Rendah). 17 Desember 2013

Asrina, Haerani. 2013. Makalah Haarga Diri Rendah. 27 Desember 2013

Herdman, T. Heather.2012. Diagnosis Keperawatan NANDA 2012-2014. Jakarta,


EGC.

Juwita, Indah. 2013. Makalah Harga Diri Rendah (HDR). 17 Desember 2013

Taylor, Cynthia M. 2011. Diagnosis Keperawatan dengan Rencana Asuhan.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Laporan Pendahuluan pada Pasien Harga Diri Rendah 19

Anda mungkin juga menyukai