PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
A. Tujuan
1. Tujuan Utama
Mahasiswa/i mampu menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan Isolasi
Sosial dan Aplikasi Kasus terhadap Isolasi Sosial
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa/i mampu menjelaskan tentang Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan Isolasi Sosial
b. Mahasiswa/i mampu menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan
Teoritis Isolasi Sosial
c. Mahasiswa/i mampu menjelaskan tentang Aplikasi Kasus Isolasi
Sosial
d. Mahasiswa/i mampu menjelaskan tentang Role Play Isolasi Sosial
B. Ruang Lingkup
Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas dan agar tidak terjadi
pembahasan yang meluas atau menyimpang,maka perlu kiranya dibuat suatu
batasan masalah. Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas
dalam penulisan makalah ini, yaitu hanya pada lingkup seputar Asuhan
Keperawatan Isolasi Sosial. Ruang lingkup yang dibahas dalam makalah ini
mengenai:
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang Konsep dasar asuhan
keperawatan isolasi sosial.
2. Untuk mengatahui dan memahami tentang Asuhan Keperawatan teoritis
isolasi sosial.
3. Untuk mengetahui dan memahami tentang Aplikasi kasus isolasi sosial.
4. Untuk mengetahui dan memahami role play isolasi sosial.
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, kelompok menggunakan metode deskriptif
yaitu dengan penjabaran masalah-masalah yang ada dengan menggunakan
studi keperpusakaan yang ada di perpustakaan, jurnal edisi online maupun
edisi cetak, dan artikel ilmiah yang bersumber dari internet.
D. Sistematika Penulisan
Dalam makalah ini dipergunakan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang Latar belakang, Tujuan umum dan tujuan khusus,
Ruang lingkup, Metode penulisan, serta Sistematika penulisan yang
digunakan.
BAB II Pembahasan
Bab ini berisi tentang Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan
Diri dan Asuhan Keperawatan Teoritis Defisit Perawatan Diri
BAB IV Pembahasan
Bab ini berisi tentang analisis dari jurnal-jurnal yang dipilih dan dibahas
dibab ini.
BAB V Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh dari aplikasi sistem pakar
yang telah dibuat serta untuk pengembangan yang lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Konsep Isolasi Sosial
a. Pengertian Isolasi Sosial
Isolasi Sosial adalah ketidakmampuan membina hubungan
yang erat, hangat, terbuka, dan ineterdependen dengan orang lain
(SDKI, 2017: 268). Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu
yang mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain disekitarnya (Keliat, 2013: 131).
Isolasi sosial adalah kesendirian yang dialami oleh individu dan
dianggap timbul karena orang lain serta sebagai suatu keadaan
negatif atau mengancam (NANDA-1, 2018 dalam Keliat, 2019:
189). Jadi dapat disimpulkan bahwa isolasi sosial adalah
kesendirian yang dialami individu dan ketidakmampuannya
membina hubungan dengan orang lain.
2) Prasekolah
Materson menanamkan masa anatar usia 18 bulan sampai 3
tahun yang merupakan taraf masa pemisahan pribadi. Anak
prasekolah mulai memperluas hubungan sosialnya di luar
lingkungan keluarga, khususnya ibu (pengasuh). Anak
menggunakan kemampuan berhubngan yang telah dimiliki
untuk berhubungan dengan lingkungan di luar keluarga. Dalam
hal ini, anak membutuhkan dukungan dan bantuan dari
keluarga khususnya pemberian pengakuan yang positif
terhadap perilaku anak yang adaptif. Hal ini merupakan dasar
otonomi anak yang berguna untuk mengembangkan hubungan
interdependen. Kegagalan anak dalam berhubungan dengan
lingkungannya disertai respon keluarga yang negatif akan
mengakibatkan anak menjadi tidak mampu mengontrol diri,
tidak mandiri (tergantung), ragu, menarik diri dari lingkungan,
kurang percaya diri, pesimis, takut perilakunya salah (Haber,
1997: 91 dalam Muhith, 2015: 291).
3) Anak-anak
Anak mulai mengembangkan drinya sebagai individu yang
mandiri dan mulai mengenal lingkungan lebih luas, dimana
anak mulai membina hubungan dengan teman-temannya. Pada
usia ini, anak mulai bekerja sama, kompetisi, dan kompromi.
Konflik sering terjadi dengan orang tua karena pembatasan dan
dukungan keluarga yang tidak konsisten. Teman dengan orang
dewasa diluar keluarga (guru, orang tua teman) merupakan
sumber pendukung yang penting bagi anak. Kegagalan dalam
membina hubungan dengan teman di sekolah, kurangnya
dukungan guru dan pembatasan serta dukungan yang tidak
konsisten dari orang tua mengakibatkan frustasi terhadap
kemampuannya, putus asa, merasa tidak mampu, dan menarik
diri dari lingkungan (Haber, 1997: 91 dalam Muhith, 2015:
292).
4) Remaja
Pada usia ini, anak mengembangkan hubungan intim
dengan teman sebaya dan sejenis dan umumnya mempunyai
sahabat karib. Hubungan dengan teman sangat tergantung
sedangkan hubungan dengan orang tua mulai independen.
Kegagalan dalam membina hubungan dengan teman dan
kurangnya dukungan dari orang tua akan mengakibatkan
keraguan identitas, ketidakmampuan mengidentifikasi karier,
dan rasa percaya diri yang kurang (Muhith, 2015: 292)
5) Dewasa Muda
Pada usia ini, individu mempertahankan hubungan
interdependen dengan orag tua dan teman sebaya. Individu
belajar mengambil keputusan dengan memperhatikan saran dan
pendapat orang lain, seperti memilih pekerjaan, memilih karier,
dan melangsungkan pernikahan. Kegagalan individu dalam
melanjutkan sekolah, pekerjaan, pernikahan mengakibatkan
individu menghindari hubungan intim, menjauhi orang lain,
dan putus asa akan karier (Muhith, 2015:292).
6) Dewasa Tengah
Individu pada usia dewasa tengah umunya telah pisah
tempat tinggal dengan orang tua, khususnya individu telah
menikah. Jika ia telah menikah, maka peran menjadi orang tua
dan mempunyai hubungan antar orang dewasa merupakan
stuasi temapt menguji kemampuan hubunan interdependen.
Kegagalan pisah tempat tinggal dengan orang tua, membina
hubungn yang baru dan tidak mendapatkan dukungan dari
orang tua dewasa lain akan mengakibatkan perhatian hanya
tertuju pada diri sendiri, produktivitas dan kreativitas
berkurang, dan perhatian pada orang lain berkurang (Muhith,
2015:293)
7) Dewasa Lanjut
Pada masa ini, individu akan mengalami kehilangan, baik
kehilangan fungsifisik, kegiatan, pekerjaan, teman hidup
(teman sebaya dan pasangan), anggota keluarga (kematian
orang tua). Individu tetap memerlukan hubungan yang
memuaskan dnegan orang lain. Individu yang mempunyai
perkembangan yang baik dapat menerima kehilangan yang
terjadi dalam kehidupannya dan mengakui bahwa dukungan
orang lain dapat membantu dalam menghadapi kehilanganya.
Kegagalan dalam masa ini dapat menyebabkan individu merasa
tidak berguna, tidak dihargai, dan hal lain dapat membuat
individu menarik diri dan rendah diri (Townsend, 1998 dalam
Muhith, 2015: 283)
b) Faktor Psikologis/Perkembangan
Menurut Damaiyanti (2014: 79), setiap tahap tumbuh
kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan
sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat
dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan
selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama yang
memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin
hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih
sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada
bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa
ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tungkah
laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudia
hari. Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa
ini, agar anak tidak merasa diperlakukan sebagai objek.
2) Faktor Presipitasi
Menurut Muhith (2015: 294), faktor presipitasi antara lain:
a) Stressor sosial budaya
Dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam membina
hubungan dengan orang lain, misalnya anggota keluarga
yang labil yang dirawat di ruamah sakit.
b) Stressor psikologis
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan
menurunya kemampuan individu untukberhubungan
dengan orang lain. Intensitas kecemasan yang ekstrim dan
memanjang disertai terbaasnya kemampuan individu untuk
mengatasi masalah diyakini akan menimbulkan berbagai
masalah gangguan berhubungan (menarik diri).
c) Stressor Biokimia
(1) Teori dopamine: kelebihan dopamin pada mesokortikal
dan meso limbik serta tractus saraf dapat merupakan
indikasi terjadinya skizofrenia
(2) Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam
darah akan meningkatkan dopamin dalam otak.
4) Sumber Koping
Sumber koping adalah strategi yang membantu dalam
memecahkan masalah yang dihadapi. Sumber koping didapat
dari dalam diri dan luar individu. Sumber koping internal
dihubungkan dengan kemampuan yang dimiliki individu dalam
mengatasi masalah (Stuart, 2013). Kemampuan mengatsi
masalah merupakan koping yang dimiliiki klien dalam
berespon terhadap setiap stressor yang dihadapi (Stuart, 2013;
Videbeck, 2014). Menurut Stuart (2013), koping yang dimiliki
oleh klien dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu kemampuan
internal dan eksternal, kemampuan internal bersumber dari
individu, meliputi kemampuan personal (personal abilities) dan
keyakinan positif (positive belief), sedangkan kemampuan
eksternal bersumber dari luar individu. Termasuk dalam
kemampuan eksternal yaitu dukungan sosial (social support)
dan ketersediaan materi (material assets). Kekuatan pada
keempat komponen terssebut dapat membantu klien dalam
mengintegrasikan pengalaman yang tidak menyenangkan
dimasa lalu menjadi pembelajaran untuk dapat beradaptasi
dilingkungan selanjutnya.
5) Mekanisme Koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha
mengatasi ansietas yang merupakan suatu kesepian nyata yang
mengancam dirinya. Mekanisme koping yang sering digunakan
adalah proyeksi, splitting (memisah), dan isolasi. Proyeksi
merupakan keinginan yang tidak mampu ditoleransi dan klien
mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan
sendiri. Splitting merupakan kegagalan individu dalam
menginterpretasikan dirinya dalam menilai baik buruk.
Sementara itu, isolasi merupakan perilaku mengasingkan diri
dari orang lain maupun lingkungan (Sutejo, 2016: 50).
Menurrut Damaiyanti (2014: 84), mekanisme yang
digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang
merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya.
Mekanisme yang sering digunakan pada isolasi sosial adalah
regresi, represi, dan isolasi.
a) Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang
telah lain
b) Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran
yang tidak dapat diterima, secara sadar dibendung
supaya jangan tiba dikesadaran
c) Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang
mengakibatkan timbulnya kegagalan defesif dalam
menghubungkan perilaku dengan motivasi atau
pertentangan antara sikap dan perilaku
6) Rentang Respon
Menurut Stuart dalam Damiyanti (2014: 75), menyatakan
bahwa manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai
kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan
interpersonal yang positif. Individu juga harus membina
hubungan saling tergantung yang merupakan keseimbangan
antara keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian
dalam suatu hubungan.
Menyendiri Manipulasi
Kesepian
Otonomi Impulsif
Menarik diri
Kebersamaan Narkisisme
ketergantungan
Saling
ketergantungan
B. ALASAN MASUK:
Orang tua klien merawat klien di rumah, klien terlihat sulit untuk
berinteraksi dengan orang lain. Klien juga takut disentuh, tidak mau
berbicara dengan orang lain. Jika tidak didampingi orang tua, klien tidak
mau bertemu dengan orang lain.
C. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa√ di masa lalu?
Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya: Berhasil √
Kurang Berhasil Tidak Berhasil
3. Trauma:
Jenis Trauma Usia Pelaku Korban Saksi
Aniaya fisik 6 tahun Teman Klien Teman-
klien teman
klien
Aniaya sexual
Penolakan
Kekerasan dalam keluarga
Tindakan kriminal
Lain-lain
Jelaskan
No. 1,2,3: orang tua klien mengatakan sewaktu klien berumur 6 tahun,
klien sedang bermain bersama teman-teman klien di sekitar rumah
klien. Keadaan rumah klien sangat dekat dengan sungai. Sewaktu
sedang bermain, tanpa disengaja salah satu dayung teman klien
terhantuk pada kepala klien sehingga menyebabkan trauma di kepala
klien. Setelah kejadian itu, klien sering mengalami demam tinggi hingga
kejang-kejang. Klien menjadi sering melamun, takut bertemu orang
lain, dan tidak mau disentuh. Klien sudah dibawa untuk berobat ke
puskesmas bahkan pengobatan tradisional sekalipun namun keluarga
klien mengatakan semua tidak berhasil.
Masalah Keperawatan:
√
4. Anggota keluarga yang gangguan jiwa? Ada
Tidak ada
Bila ada : Hubungan keluarga : -
Gejala :-
Riw. Pengobatan :-
Masalah Keperawatan: -
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda Vital : TD:120/80 mm/Hg N:
80x/mt S36,7.ͦ C P: 24x/mt.
2. Ukur : BB: 40 kg TB:
tidak terkaji cm
Jelaskan: Klien m
Masalah Keperawatan:
E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram: (minimal 3 generasi)
Klien
Keterangan :
: Anak
: Menikah
: Laki-laki
: Laki-laki
: Menantu
: cucu
2. Konsep Diri:
a. Citra tubuh: tidak terkaji
b. Identitas Diri: tidak terkaji
c. Peran: anak
d. Ideal Diri: tidak terkaji
e. Harga Diri: tidak terkaji
Masalah Keperawatan: -
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti: ketika ditanya, klien menunjuk ibunya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: klien tidak
pernah mengikuti kegiatan diluar rumah
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: klien tidak mau
berinteraksi dengan orang lain dan klien juga tidak mau berbicara
dengan orang lain
Masalah Keperawatan: isolasi sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan: menurut keluarga, klien mempunyai
keyakinan seorang muslim.
b. Kegiatan Ibadah: klien tidak bisa beribadah sendiri, klien terbiasa
dibimbing
Masalah Keperawatan: -
F. STATUS MENTAL
1. Penampilan:
Bagaimana penampilan klien dalam hal berpakaian, makan, mandi,
toileting dan pemakaian sarana dan prasarana atau instrumentasi dalam
mendukung penampilan, apakah klien:
√
Tidak rapi
Lain-lain,
Masalah Keperawatan: -
2. Pembicaraan:
Cepat Keras Gagap Inkoherensi √ Apatis
Lambat
3. Aktivitas Motorik:
√ Lesu Tegang Gelisah Agitasi TIK
Grimasen
Masalah Keperawatan: -
Masalah Keperawatan : -
Masalah Keperawatan: -
Pengecapan Penghidu
Masalah Keperawatan: -
7. Proses Pikir:
a. Proses pikir (arus dan bentuk pikir):
Sirkumtansial Tangensial Blocking
Kehilangan asosiasi
Masalah Keperawatan: -
8. Tingkat Kesadaran:
Bingung Sedasi Stupor Lain-lain,
jelaskan....................
Masalah Keperawatan: -
9. Memori:
v Gangguan daya ingat jangka panjang
Masalah Keperawatan: -
10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung:
Mudah beralih v Tidak mampu berkonsentrasi
Masalah Keperawatan: -
Masalah keperawatan:
Lain-lain,
Masalah Keperawatan: -
Jelaskan: -
Masalah Keperawatan : -
b. Nutrisi:
1) Apakah anda puas dengan pola makan anda? v Puas
Tidak puas
Bila tidak puas,
jelaskan:....................................................................................
v
2) Apakah anda makan memisahkan diri? Ya Tidak
3) Frekuensi makan sehari: 2x (kali) dan frekuensi kudapan 4-5x
(kali).
4) Nafsu makan: meningkat menurun
berlebihan v sedikit-sedikit
c. Tidur:
1) Apakah ada masalah tidur? v Tidak Ada, jelaskan
klien mengeleng ketika ditanya adakah
2) Apakah merasa segar setelah bangun tidur?
Segar tidak segar, jelaskan
Masalah Keperawatan: -
H. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan Reaksi lambat/ berlebihan
masalah
Tekhnik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olah raga Mencederai diri
Lain-lain Lain-lain
Jelaskan
Masalah Keperawatan: -
Masalah Keperawatan: -
Masalah Keperawatan:
K. ASPEK MEDIS
Diagnosa Medis
:.................................................................................................
Terapi Medis
:.................................................................................................
Masalah
Keperawatan:.................................................................................................
M. Pohon Masalah
Isolasi Sosial
Kelompok (4)
SP 1 – SP 3 Pasien
1. Me
Nurlaila
mbina hubungan saling
percaya dengan keluarga
dan pasien
2. Men
dorong klien untuk
mengungkapkan
perasaannya.
3. Kaji
pengetahuan klien
tentang perilaku menarik
diri dan tanda-tandanya.
4. Disk
usikan bersama klien
tentang perilaku menarik
diri dan tanda-tandanya
5. Beri
kan pujian terhadap
kemampuan klien dalam
menggunakan
perasaannya.
6. Disk
usikan dengan klien
tentang manfaat
berhubungan dengan
orang lain.
7. Disk
usikan bersama klien
cara berkenalan dengan
orang lain menggunakan
latihan SP 1
(mengajarkan klien
berkenalan dengan 1
orang), SP 2
( memberikan
kesempatan dengan klien
cara berkenalan), dan SP
3 (berkenalan dengan 2
orang atau lebih).
SP 1 Keluarga
- Mendiskusikan
masalah yang
dirasakan keluarga
dalam merawat pasien
- Menjelaskan
pengertian, tanda dan
gejala isolasi sosial
yang dialami klien
beserta proses
terjadinnya
- Menjelaskan cara-cara
merawat klien dengan
isolasi sosial
SP 2 Keluarga
- Melatih keluarga
mempraktikan cara
merawat klien dengan
isolasi sosial
- Melatih keluarga
mempraktikan cara
merawat langsung
kepada klien isolasi
sosial
SP 3 keluarga
- Membantu keluarga
membuat jadwal
aktivitas di rumah.
No. Tgl,Paraf
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Dx & Nama
1. - membina hubungan saling S:-
percaya dengan klien
- mengkaji pengetahuan
klien tentang perilaku O:
menarik diri dan tanda-
- Klien tampak masih
tandanya
ragu-ragu untuk
- mengkaji pengetahuan berkenalan
klien tentang manfaat dan - Klien tampak masih
keuntungan berhubungan tidak mau berinteraksi
dengan orang lain A:
S: -
O:
3. - mengkaji S:
kemampuan klien
- Klien mengatakan
berkenalan dengan
“mau” berkenalan
orang lain
dengan orang lain
- Memberikan
O:
kesempatan kepada
klien untuk - Klien tampak mau
- Lanjutkan SP 2 dan
SP3
RESUME KEPERAWATAN JIWA
TAN DX.
GGA KEPER
DATA FOKUS INTERVENSI IMPLEMENTASI S O A P
L& AWAT
JAM AN
Senin DS: Isolasi Setelah dilakukan - membina hubungan saling S:-
, 11 - Keluarga Sosial
tindakan keperawatan percaya dengan klien
Janu
ari klien selam 3x pertemuan di - mengkaji O:
2021 mengataka harapkan klien dengan pengetahuan - Klien tampak m
10.00 n klien isolasi sosial dapat klien tentang ragu-ragu untuk
-
11.00 sejak memberikan perubahan perilaku berkenalan
WIB mengalami
dengan melakukan menarik diri - Klien tampak m
kecelakan
intervensi: dan tanda- tidak mau
terhantuk
SP 1 – SP 3 Pasien tandanya berinteraksi
dayung
8. - mengkaji pengetahuan klien A:
sampan
menjadi
saling percaya tentang manfaat dan - Klien mengikut