Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

“ KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HARGA DIRI


RENDAH DAN PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL “

MATA KULIAH : KEPERAWATAN JIWA

DOSEN PENGAMPU :

Ns. Pratiwi Gasril, S.Kep., M.Kep

DISUSUN OLEH :

MEGA SILVIA ( 200201007 )

M. FEBRI ARMANDA ( 200201021 )

FIA MONIKA ( 200201032 )

VIVI ANGGRAENI ( 200201047 )

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS MIPA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan
yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi
seluruh alam semesta

Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah ini. Disamping itu, kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama
pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan kritik
dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki.

Pekanbaru, April 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3

BAB I...............................................................................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................4

1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................................5

1.3 TUJUAN PENELITIAN...................................................................................................5

BAB II.............................................................................................................................................6

2.1 DEFINISI..........................................................................................................................6

2.2 PROSES TERJADINYA MASALAH.............................................................................6

2.3 TANDA DAN GEJALA...................................................................................................7

2.4 RENTANG RESPON.......................................................................................................8

2.5 JENIS................................................................................................................................8

2.6 MEKANISME KOPING..................................................................................................9

2.7 ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................................................9

BAB III..........................................................................................................................................14

3.1 DEFINISI....................................................................................................................14

3.2 RENTANG RESPON..................................................................................................14

3.3 PROSES TERJADINYA ISOLASI SOSIAL.............................................................15

3.4 TANDA DAN GEJALA.............................................................................................17

3.5 MEKANISME KOPING.............................................................................................17

3.6 PENATALAKSANAAN............................................................................................17

3.7 ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................................19

BAB IV..........................................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................25
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan hidup
harmonis dan produktif (Stuart, 2016). Kesehatan jiwadianggap sebagai unsur vital
kesehatan secara keseluruhan. Kesehatan tidak dilihat dari segi fisik saja tetapi dari segi
mental juga harus diperhatikan agar tercipta sehat yang holistic. Seseorang yang
terganggu dari segi mental dan tidak bisa menggunakan pikirannya secaranormal maka
bisa dikatakan mengalami gangguan jiwa.
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan
diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu
mencapai keinginan sesuai ideal diri. Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan
perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif terhadap diri sendiri, hilangnya
percaya diri dan harga diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan.

Isolasi sosial adalah individu yang mengalami ketidakmampuan untuk


mengadakanhubungan dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya serasa wajar
dalam khayalannya sendiri yang tidak realistis (ernawaty delani ,Skp)Isolasi soial adalah
suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanyakepribadian yang tidak
flexibel menimbulkan perilaku maladaptif dan menganggu fungsiseseorang
dalam hubungan sosial.(depkes RI 2000)(1)

Dengan gangguan harga diri, seseorang akan menghadapi suasana hati dan
ingatan tentang masa lalu yang negatif dan lebih rentan mengalami depresi ketika
menghadapi stress karena pola pikir yang buruk tentang masa lalu yang negatif dan lebih
rentan mengalami depresi ketika menghadapi stress karena pola pikir yang buruk tentang
diri sendiri, tujuan hidup yang tidak jelas, dan masa depan yang lebih pesimis, semakin
rendah harga diri seseorang akan lebih berisiko terkena gangguan kepribadian (Pardede,
2017)
Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien dengan isolasi sosial disebabkan karena
seseorang menilai dirinya rendah, sehingga muncul perasaan malu untuk berinteraksi
dengan orang lain, di mana jika tidak diberikan tindakan keperawatan yang berkelanjutan
akan dapat menyebabkan terjadinya perubahan persepsi sensori dan berisiko untuk
menciderai diri sendiri, orang lain, bahkan lingkungan (Fitria, 2009). Untuk itu, penting
bagi perawat untuk membantu mengatasi masalah isolasi sosial pada pasien dengan
memberikan asuhan keperawatan yang profesional dan tepat yang tersedia di pelayanan
keperawatan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai


berikut:
1) Apa konsep dan asuhan keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah?
2) Apa konsep dan asuhan keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

 TUJUAN UMUM
1) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah
2) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial
 TUJUAN KHUSUS
1) Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan harga diri
rendah dan pasien dengan isolasi sosial
2) Menjelaskan proses terjadinya masalah pada pasien dengan harga diri rendah
dan isolasi sosial
3) Mengkaji dan menganalisis asuhan keperawatan pada pasien dengan harga
diri rendah dan isolasi sosial
BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

2.1 DEFINISI

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri.
Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai
keinginan sesuai ideal diri.
Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri
yang negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal dalam
mencapai keinginan.
Harga diri adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku sesuai dengan ideal diri.(2)

2.2 PROSES TERJADINYA MASALAH

Penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang
diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya
kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering
gagal di sekolah, pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan
cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.(3)
Proses terjadinya harga diri rendah dijelaskan oleh Stuarat dan Laraia (2008) dalam
konsep stress adapatasi yang teridiri dari faktor predisposisi dan presipitasi:
(a) Faktor Predisposisi yang menyebabkan timbulnya harga diri rendah meliputi:
1) Biologis
Faktor heriditer (keturunan) seperti adanya riwayat anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa Selain itu adanya riwayat penyakit kronis atau trauma
kepala merupakan merupakan salah satu faktor penyebab gangguan jiwa,
2) Psikologis
Masalah psikologis yang dapat menyebabkan timbulnya harga diri rendah adalah
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, penolakan dari lingkungan dan
orang terdekat serta harapan yang tidak realistis. Kegagalan berulang, kurang
mempunyai tanggungjawab personal dan memiliki ketergantungan yang tinggi
pada orang lain merupakan faktor lain yang menyebabkan gangguan jiwa. Selain
itu pasiendengan harga diri rendah memiliki penilaian yang negatif terhadap
gambaran dirinya, mengalami krisis identitas, peran yang terganggu, ideal diri
yang tidak realistis.
3) Faktor Sosial Budaya
Pengaruh sosial budaya yang dapat menimbulkan harga diri rendah adalah adanya
penilaian negatif dari lingkungan terhadap klien, sosial ekonomi rendah,
pendidikan yang rendah serta adanya riwayat penolakan lingkungan pada tahap
tumbuh kembang anak.
(b) FaktorPresipitasi
Faktor presipitasi yang menimbulkan harga diri rendah antara lain:
1) Riwayat trauma seperti adanya penganiayaan seksual dan pengalaman psikologis
yang tidak menyenangkan, menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan,
menjadi pelaku, korban maupun saksi dari perilaku kekerasan.
2) Ketegangan peran: Ketegangan peran dapat disebabkan karena
a) Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan seperti transisi dari masa kanak-kanak ke remaja.
b) Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c) Transisi peran sehat-sakit: merupakan akibat pergeseran dari kondisi sehat
kesakit. Transisi ini dapat dicetuskan antara lain karena kehilangansebahagian
anggota tuhuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh.Atau
perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal, prosedur
medis dan keperawatan.

2.3 TANDA DAN GEJALA

Menurut Carpenito dalam keliat (2011) perilaku yang berhubungan dengan harga diri
rendah antara lain :
1. Mengkritik diri sendiri
2. Menarik diri dari hubungan sosial
3. Pandangan hidup yang pesimis
4. Perasaan lemah dan takut
5. Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri
6. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
7. Hidup yang berpolarisasi
8. Ketidakmampuan menentukan tujuan
9. Merasionalisasi penolakan
10. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
11. Menunjukkan tanda depresi ( sukar tidur dan sukar makan )

Sedangkan menurut Stuart (2006) tanda- tanda klien dengan harga diri rendah yaitu :

1. Perasaan malu terhadap diri sendiri adalah akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
3. Merendahkan martabat
4. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
5. Percaya diri kurang
6. Menciderai diri

2.4 RENTANG RESPON

Adapun rentang respon konsep diri dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Rentang Adaptif Rentang Maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga Diri Keracunan Depersonalisasi

diri Positif Rendah identitas

Respon adaptif terhadap konsep diri meliputi:

a. Aktualisasi diri
Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata
yang sukses dan dapat diterima individu dapat mengapresiasikan kemampuan yang
dimilikinya
b. Konsep diri positif
Apabila individu mempunyai pengalaman positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari
hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya. Individu dapat mengidentifikasi
kemampuan dan kelemahannya secara jujur dalam menilai suatu masalah individu
berfikir secara positif dan realistis.

Sedangkan respon maladaptif dari konsep diri meliputi:

a. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa
lebih rendah dari orang lain.
b. Kekacauan identitas Suatu kegagalan individu mengintegrasikan berbagai identifikasi
masa kanak-kanak kendala kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.
c. Depersonalisasi Perasaan yang tidak realitas dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan sdirinya
dengan orang lain.

2.5 JENIS

Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri
yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat,
walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetapi merasa sebagai seseorang
yang penting dan berharga. (4)
Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan diekspresikan
melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya disertai oleh evaluasi diri
yang negatif membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri. Gangguan diri atau harga diri
rendah dapat terjadi secara :
1. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan,dicerai
suami, putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi
harga diri rendah karena prifasi yang kurang diperhatikan. Pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan, harapan akan struktur, bentuk dan
fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/penyakit, perlakuan petugas yang
tidak menghargai. (Makhripah D & Iskandar, 2012)
2. Kronik
Yaitu perasaan negativ terhadap diri telah berlangsung lama,yaitu sebelum
sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang negativ. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negativ terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptive, kondisi ini dapat ditemukan pada pasien
gangguan fisik yang kronis atau pada pasien gangguan jiwa. (Makhripah D &
Iskandar, 2012)

2.6 MEKANISME KOPING

Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka panjang pendek atau jangka panjang
serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam
menghadapi persepsi diri yang menyakitkan. Pertahanan tersebut mencakup berikut ini :
Jangka pendek :
1) Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri
( misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton tv secara obsesif)
2) Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara ( misalnya, ikut serta
dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau geng)
3) Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak
menentu ( misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk
mendapatkan popularitas)
Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :
1) Penutupan identitas : adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang
terdekat tanpa memerhatikan keinginan,aspirasi,atau potensi diri individu
2) Identitas negatif : asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan
yang diterima masyarakat. Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan
fantasi, disosiasi,isolasi, proyeksi, pengalihan ( displacement, berbalik marah
terhadap diri sendiri, dan amuk ). (Stuart,2006)

2.7 ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Pengumpulan
data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola
pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien, serta merumuskan
diagnosa keperawatan. Hal-hal yang perlu dikaji :
1) Identifikasi klien
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang:
Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik
pembicaraan.
2) Keluhan utama / alasan masuk
(1) Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang
ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan
perkembangan yang dicapai.
(2) Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa
pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
3) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari
klien.
4) Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan perkembangan
individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.
5) Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan),
kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk
6) Aspek fisik / biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur
tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.
7) Aspek psikososial
1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai
dan tidak disukai.
b) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap
status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan.
c) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat dan
kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.
d) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan
penyakitnya.
e) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang
lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap
dirinya sebagai wujud harga diri rendah.
3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok yang
diikuti dalam masyarakat.
4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
8) Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik
klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama
wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Gangguan identitas diri berhubungan dengan gangguan peran sosial
2) Harga diri rendah kronis berhubungan dengan terpapar situasi trauma
3) Isolasi sosial berhubungan dengan ketidakmampuan menjalin hubungan yang
memuaskan
3. RENCANA KEPERAWATAN ( INTERVENSI )

NO. DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


1. Gangguan identitas diri Setelah dilakukan tindakan keperawatan ORIENTASI REALITA
berhubungan dengan selama 3x24 jam, diharapkan gangguan Observasi
gangguan peran sosial identitas diri membaik dengan kriteria - Monitor perubahan orientasi
hasil: - Monitor perubhan kognitif dan perilaku
- Perilaku konsisten membaik Terapeutik
- Hubungan yang efektif membaik - Perkenalkan nama saat memulai interaksi
- Perasaan fluktuatif terhadap diri - Orientasi orang,tempat dan waktu
menurunn - Sediakan lingkungan dan rutinitas secara
- Kebingungan dengan tujuan hidup konsisten
menurun - Gunakan symbol dalam mengorientasikan
lingkungan
- Libatkan terapi kelompok
- Berikan waktu istirahat dan tidur yang
cukup
- Fasilitasi akses informasi
Edukasi
- Anjurkan perawatan diri secara mandiri
- Ajarkan keluarga dalam perawatan
2. Harga diri rendah kronik Setelah dilakukan tindakan keperawatan MANAJEMEN PERILAKU
berhubungan dengan selama 3x24 jam, diharapkan harga diri Observasi
terpapar situasi trauma rendah kronik membaik dengan kriteria - Identifikasi harapan untuk mengendalikan
hasil: perilaku negative
- Penilaian diri positif meningkat Terapeutik
- Perasaan memilki kelebihan atau - Diskusikan tanggung jawab terhadap
kemampuan positif meningkat perilaku
- Perasaan malu menurun - Jadwalkan kegiatan terstruktur
- Perasaan tidak mampu melakukan - Batasi jumlah pengunjung
apapun menurun - Bicara dengan nada rendah atau tenang
- Penerimaan penilaian positif terhadap - Cegah perilaku pasif dan agresif
diri sendiri meningkat Edukasi
- Informasikan keluarga bahwa keluarga
sebagai dasar pembentukan kognitif
3. Isolasi sosial berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan PROMOSI SOSIAL
dengan ketidakmampuan selama 3x24 jam, diharapkan isolasi sosial Observasi
menjalin hubungan yang membaik dengan kriteria hasil: - Identifikasi kemampuan melakukan
memuaskan - Minat interaksi meninggkat interaksi dengan orang lain
- Verbalisasi isolasi menurun - Identifikasi hambatan melakukan interaksi
- Perilaku menarik diri menurun dengan orang lain
- Perilaku sesuai dengan harapan orang Terapeutik
lain membaik - Motivasi keterlibatan dalam suatu
- Kontak mata membaik hubungan
- Motivasi kesabaran dalam
mengembangkan sesuatu
- Berikan umpan positif dalam perawatan
diri
- Berikan umpan balik positif pada setiap
peningatan kemampuan
Edukasi
- anjurkan berinteraksi dengan orang lain
secara bertahap
- anjurkan ikut serta kegiatan sosial dan
kemasyrakatan
- latih bermain peran untuk meningkatkan
keterampilan khusus
- latih mengekspresikan marah dengan tepat.
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

3.1 DEFINISI
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien
mungkin merasa tidak diterima dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain.(5)
Isolasi sosial merupakan pertahanan diri seseorang terhadap orang lain maupun
lingkungan yang menyebabkan kecemasan pada diri sendiri dengan cara menarik diri
secara fisik maupun psikis. Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang
merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara
menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan. Isolasi sosial merupakan upaya
mengindari komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan
tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan.

3.2 RENTANG RESPON

Rentang Adaptif Rentang Maladaptif

Menyendiri Kesepian Manipulasi

Otonomi Menarik diri Impulsif

Kebersamaan Ketergantungan Narsisisme

Saling Ketergantungan

Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan cara yang dapat
diterima oleh norma-norma masyarakat. Menurut Riyardi S dan Purwanto T. (2013) respon ini
meliputi:

a. Menyendiri
Merupakan respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa yang telah terjadi
atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam menentukan rencana-rencana.
b. Otonomi
Merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,
perasaan dalam hubungan sosial, individu mamapu menetapkan untuk interdependen dan
pengaturan diri.
c. Kebersamaan
Merupakan kemampuan individu untuk saling pengertian, saling member, dan menerima
dalam hubungan interpersonal.
d. Saling ketergantungan
Merupakan suatu hubungan saling ketergantungan saling tergantung antar individu
dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah dengan cara-
cara yang bertentangan dengan norma-norma agama dan masyarakat. Menurut Riyardi S
dan Purwanto T. (2013) respon maladaptive tersebut adalah:
(a) Manipulasi
Merupakan gangguan sosial dimana individu memperlakukan orang lain sebagai
objek, hubungan terpusat pada masalah mengendalikan orang lain dan individu
cenderung berorientasi pada diri sendiri. Tingkah laku mengontrol digunakan sebagai
pertahanan terhadap kegagalan atau frustasi dan dapat menjadi alat untuk berkuasa
pada orang lain.
(b) Impulsif
merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subyek yang tidak
dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan tidak mampu untuk
belajar dari pengalaman dan miskin penilaian.
(c) Narsisisme
Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku ogosentris,harga diri
yang rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan mudah marah jika
tidak mendapat dukungan dari orang lain.
(d) Isolasi sosial
Adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama
sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain

3.3 PROSES TERJADINYA ISOLASI SOSIAL


Proses terjadinya Isolasi sosial pada pasienakan dijelaskan dengan menggunakan
konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi stressor dari faktor predisposisi dan
presipitasi.
a) Faktor predisposisi Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya isolasi sosial,
meliputi:
1) Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter dimana
ada riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Adanya risiko
bunuh diri, riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan
NAPZA. Selain itu ditemukan adanya kondisi patologis otak, yang dapat
diketahui dari hasil pemeriksaan struktur otak melalui pemeriksaan CT Scan
dan hasil pemeriksaan MRI untuk melihat gangguan struktur dan fungsi otak
(Thomb, 2000).
2) Faktor Psikologis
Pasien dengan masalah isolasi sosial, seringkali mengalami kegagalan
yang berulang dalam mencapai keinginan/harapan, hal ini mengakibatkan
terganggunya konsep diri, yang pada akhirnya akan berdampak dalam
membina hubungan dengan orang lain.Koping individual yang digunakan
pada pasiendengan isolasi sosial dalam mengatasi masalahnya, biasanya
maladaptif. Koping yang biasa digunakan meliputi: represi, supresi, sublimasi
dan proyeksi. Perilaku isolasi sosial timbul akibat adanya perasaan bersalah
atau menyalahkan lingkungan, sehingga pasienmerasa tidak pantas berada
diantara orang lain dilingkungannya.
Kurangnya kemampuan komunikasi, merupakan data pengkajian
keterampilan verbal pada pasien dengan masalah solasi sosial, hal ini
disebabkan karena pola asuh yang keluarga yang kurang memberikan
kesempatan pada pasien untuk menyampaikan perasaan maupun
pendapatnya.Kepribadian introvertmerupakan tipe kepribadian yang sering
dimiliki pasien dengan masalah isolasi sosial. Ciri-ciri pasiendengan
kepribadian ini adalah menutup diri dari orang sekitarnya. Selain itu
pembelajaran moral yang tidak adekuat dari keluarga merupakan faktor lain
yang dapat menyebabkan pasien tidak mampu menyesuaikan perilakunya di
masyarakat, akibatnya pasienmerasa tersisih ataupun disisihkan dari
lingkungannya.
Faktor psikologis lain yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah
kegagalan dalam melaksanakan tugas perkembangan. Kegagalan dalam
melaksanakan tugas perkembangan akan mengakibatkan individu tidak
percaya diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus
asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak
mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Kondisi diatas, dapat
menyebabkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain,
menghindar dari orang lain, lebih menyukai berdiam diri sendiri, kegiatan
sehari-hari terabaikan (Stuart & Laraia, 2005).
3) Faktor Sosial Budaya
Faktor predisposisi sosial budaya pada pasien dengan isolasi sosial,
sesringkali diakibatkan karena pasien berasal dari golongan sosial ekonomi
rendah hal ini mengakibatkan ketidakmampuan pasiendalam memenuhi
kebutuhan. Kondisi tersebut memicu timbulnya stres yang terus menerus,
sehingga fokus pasienhanya pada pemenuhan kebutuhannya dan mengabaikan
hubungan sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
Stuart & Laraia (2005) dan Townsend (2005) mengatakan bahwa faktor
usia merupakan salah satu penyebab isolasi sosial hal ini dikarenakan
rendahnya kemampuan pasiendalam memecahkan masalah dan kurangnya
kematangan pola berfikir. Pasiendengan masalah isolasi sosial umumnya
memiliki riwayat penolakan lingkungan pada usia perkembangan anak,
sehingga tidak mampu menyelesaikan masalah tugas perkembangannya yaitu
berhubungan dengan orang lain. Pengalaman tersebut menimbulkan rasa
kurang percaya diri dalam memulai hubungan, akibat rasa takut terhadap
penolakan dari lingkungan.
Lebih lanjut Stuart & Laraia (2005) mengatakan bahwa, tingkat
pendidikan merupakan salah satu tolok ukur kemampuan pasien berinteraksi
secara efektif. Karena faktor pendidikan sangat mempengaruhi kemampuan
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pasiendengan masalah isolasi
sosial biasanya memiliki riwayat kurang mampu melakukan interaksi dan
menyelesaikan masalah, hal ini dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan
pasien
b) Faktor Presipitasi
1) Stress sosial
Kultural Strees dpat ditimbulkan oleh karena menurunnya stabilitas untuk
keluarga dan berpisah dari orang yang berarti .Misalnya karen dirawat
dirumah sakit. 
2) Stress psikologis
Ansietas yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan.
Kemampuanuntuk mengatasi , tentukan untuk berpisah dengan orang ua,
keluarga atau orang lain.Untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat
menimbulkan ansietas tingkat tinggi.

3.4 TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara :
1. pasien mengatakan perasaan kesepian atau di tolak oleh orang lain 
2. pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3. pasien mengatakan hubungan tidak berarti dengan orang lain
4. pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
5. pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membut keputusan
6. pasien merasa tidak berguna
7. pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara adalah :

a. menarik diri 
b. tindakan berulang dan tidak bermakna
c. asyik dengan pikirannya sendiri, tampak sedih , afek tumpul

3.5 MEKANISME KOPING


Individu yang mengalami respon sosial maladiptif menggunakan berbagai mekanisme
dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua jenis
masalah hubungan yang spesifik (gall,W Stuart 2006). Koping yang berhubungan dengan
gangguan kepribadian antisosial antara lain proyeksi, spliting dan merendahkan orang
lain, koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian ambang spliting, formasi
reaksi, proyeksi, isolasi, idealisasi orang lain, merendahkan orang lain dan identifikasi
proyektif.
Menurut Gall W. Stuart (2006), sumber koping yaang berhubungan dengan respon
sosial maladaptif meliputi keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luasan teman,
hubungan dengan hewan peliharaan dan penggunaan kreatifitas untuk mengekspresikan
stress interpersonal misalnya kesenian, musik atau tulisan.

3.6 PENATALAKSANAAN
(a) Terapi Medis , Berupa Therapy farmakologi
(1) Clorpromazine (CPZ)
 Indikasi: Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai
norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi -
fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku
yang aneh atau, tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi
kehidupan sehari -hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan
melakukan kegiatan rutin.
 Efek samping: Sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/
parasimpatik,mulut kering, kesulitan dalam miksi, dan defikasi, hidung
tersumbat,mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama
jantung),gangguan ekstra piramidal (distonia akut, akatshia,
sindromaparkinson/tremor, bradikinesia rigiditas), gangguan endokrin,
metabolik, hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian
jangka panjang.
(2) Haloperidol (HLD)
 Indikasi : Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam
fungsi netral serta dalam fungsi kehidupan sehari –hari.
 Efek samping : Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik
(hipotensi, antikolinergik /parasimpatik, mulut kering, kesulitan miksi
dan defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler
meninggi, gangguan irama jantung).
(3) Trihexy phenidyl (THP)
 Indikasi:Segala jenis penyakit parkinson,termasuk paska ensepalitis
dan idiopatik,sindrom parkinson akibat obat misalnya reserpin dan
fenotiazine.
 Efek samping: Sedasi dan inhibisi psikomotor Gangguan otonomik
(hypertensi, anti kolinergik/ parasimpatik, mulut kering, hidung
tersumbat, mata kabur,gangguan irama jantung).
a) Electro convulsif therapi
Electro convulsif therapi (ECT) atau yang lebih dikenal dengan
elektroshock adalah suatu terapi psikiatri yang menggunakan energi shock listrik
dalam usaha pengobatannya. Biasanya ECT ditujukan untuk terapi pasien
gangguan jiwa yang tidak berespon kepada obat psikiatri pada dosis terapinya.
ECT pertama kali diperkenalkan oleh 2 orang neurologist Italia Ugo Cerlitti dan
Lucio Bini pada tahun 1930. Diperkirakan hampir 1 juta orang didunia mendapat
terapi ECT setiap tahunnya dengan intensitas antara 2-3 kali seminggu.
ECT bertujuan untuk menginduksi suatu kejang klonik yang dapat
memberi efek terapi (Therapeutic Clonic Seizure) setidaknya selama 15 detik.
Kejang yang dimaksud adalah suatu kejang dimana seseorang kehilangan
kesadarannya dan mengalami rejatan. Tentang mekanisme pasti dari kerja ECT
sampai saat ini masih belum dapat dijelaskan dengan memuaskan. Namun
beberapa penelitian menunjukkan kalau ECT dapat meningkatkan kadar serum
Brain-Derived Neurotrophic Faktor (BDNF) pada pasien depresi yang tidak
responsif terhadap terapi farmakologi.
b) Therapy kelompok
Therapy kelompok merupakan suatu psikotherapy yang dilakukan
sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang
dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa.
Therapy ini bertujuan memberi stimulus bagi klien dengan gangguan
interpersonal.
c) Therapy Individu
Menurut Pusdiklatnakes (2012)tindakan keperawatan dengan pendekatan
strategi pelaksanaan (SP) pada pasien dapat dilakukan sebagai berikut :
(a) Strategi pelaksanaan pertemuan 1 pada pasien : Pengkajian Isolasi sosial, dan
melatih bercakap-cakap antara pasien dan keluarga
(b) Strategi pelaksanaan pertemuan 2 pada pasien : Melatih pasien berinteraksi
secara bertahap (pasien dengan 2 orang lain), latihan bercakap-cakap saat
melakukan 2 kegiatan harian.
(c) Strategi pelaksanaan pertemuan 3 pada pasien : Melatih pasien berinteraksi
secara bertahap (pasien dengan 4-5 orang), latihan bercakap-cakap saat
melakukan 2 kegiatan harian baru.
(d) Strategi pelaksanaan pertemuan 4 pada pasien : Mengevaluasi kemampuan
berinteraksi, melatih cara bicara saat melakukan kegiatan sosial
d) Therapy Lingkungan
Menurut Rusdi (2013), manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan
sehingga aspek lingkungan harus mendapatkan perhatian khusus dalam kaitannya
untuk menjaga dan memelihara kesehatan manusia. Lingkungan berkaitan erat
dengan stimulus psikologi seseorang yang akan berdampak pada
kesembuhan,karena lingkungan tersebut akan memberikan dampak baik pada
kondisi fisik maupun kondisi psikologis seseorang.

3.7 ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi,
penilaian stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap melakukan
pengajian ,tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi:
a) Identitas Klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama, tangggal
MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.
b) Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi
kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain
,tidak melakukan kegiatan sehari – hari , dependen
c) Faktor predisposisi
Kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak
realistis ,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari kelompok sebaya; perubahan
struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi ,
kecelakaan dicerai suami , putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu
yang terjadi ( korban perkosaan , tituduh kkn, dipenjara tiba – tiba) perlakuan
orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri
yang berlangsung lama.
d) Aspek fisik / biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan
keluhafisik yang dialami oleh klien.
e) Aspek Psikososial
1. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
2. Konsep diri
 Citra tubuh : Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan
terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang
tubuh. Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan
keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.
 Identitas diri Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan
keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan .
 Peran Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit ,
proses menua , putus sekolah, PHK.
 Ideal diri Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya :
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
 Harga diri Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri
sendiri , gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai
diri, dan kurang percaya diri.
 Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga social
dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam
masyarakat.
 Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual)
3. Status Mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata , kurang
dapat memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu
berhubungan dengan orang lain , Adanya perasaan keputusasaan dan kurang
berharga dalam hidup.
4. Kebutuhan persiapan pulang.
5. Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
6. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC,
membersikan dan merapikan pakaian.
7. Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
8. Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan
diluar rumah
9. Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
10. Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada
orang orang lain( lebih sering menggunakan koping menarik diri)
11. Aspek Medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor,
therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Isolasi sosial berhubungan dengan ketidakmampuan menjalin hubungan yang
memuaskan
2) Gangguan identitas diri berhubungan dengan gangguan peran sosial
3. RENCANA KEPERAWATAN

NO. DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


1. Isolasi sosial berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan PROMOSI SOSIAL
dengan ketidakmampuan selama 3x24 jam, diharapkan isolasi sosial Observasi
menjalin hubungan yang membaik dengan kriteria hasil: - Identifikasi kemampuan melakukan interaksi dengan
memuaskan - Minat interaksi meninggkat orang lain
- Verbalisasi isolasi menurun - Identifikasi hambatan melakukan interaksi dengan
- Perilaku menarik diri menurun orang lain
- Perilaku sesuai dengan harapan orang Terapeutik
lain membaik - Motivasi keterlibatan dalam suatu hubungan
- Kontak mata membaik - Motivasi kesabaran dalam mengembangkan sesuatu
Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Berikan umpan positif dalam perawatan diri
selama 3x24 jam, diharapkan gangguan - Berikan umpan balik positif pada setiap peningatan
identitas diri membaik dengan kriteria kemampuan
hasil: Edukasi
- Perilaku konsisten membaik - anjurkan berinteraksi dengan orang lain secara
- Hubungan yang efektif membaik bertahap
- Perasaan fluktuatif terhadap diri - anjurkan ikut serta kegiatan sosial dan kemasyrakatan
menurunn - latih bermain peran untuk meningkatkan keterampilan
- Kebingungan dengan tujuan hidup khusus
menurun latih mengekspresikan marah dengan tepat.
ORIENTASI REALITA
Observasi
- Monitor perubahan orientasi
- Monitor perubhan kognitif dan perilaku
Terapeutik
- Perkenalkan nama saat memulai interaksi
- Orientasi orang,tempat dan waktu
- Sediakan lingkungan dan rutinitas secara konsisten
- Gunakan symbol dalam mengorientasikan lingkungan
- Libatkan terapi kelompok
- Berikan waktu istirahat dan tidur yang cukup
- Fasilitasi akses informasi
Edukasi
- Anjurkan perawatan diri secara mandiri
- Ajarkan keluarga dalam perawatan
2. Gangguan identitas diri Setelah dilakukan tindakan keperawatan ORIENTASI REALITA
berhubungan dengan selama 3x24 jam, diharapkan gangguan Observasi
gangguan peran sosial identitas diri membaik dengan kriteria - Monitor perubahan orientasi
hasil: - Monitor perubhan kognitif dan perilaku
- Perilaku konsisten membaik Terapeutik
- Hubungan yang efektif membaik - Perkenalkan nama saat memulai interaksi
- Perasaan fluktuatif terhadap diri - Orientasi orang,tempat dan waktu
menurunn - Sediakan lingkungan dan rutinitas secara konsisten
- Kebingungan dengan tujuan hidup - Gunakan symbol dalam mengorientasikan lingkungan
menurun - Libatkan terapi kelompok
- Berikan waktu istirahat dan tidur yang cukup
- Fasilitasi akses informasi
Edukasi
- Anjurkan perawatan diri secara mandiri
Ajarkan keluarga dalam perawatan
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Definisi Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi ddengan orang lain disekitarnya.
Pasienmungkin merasa ditolak , tidak diterima, kesepian dan tidak mampu berhubungan yang
berarti dengan orang lain

Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangankasih sayang, perilaku orang lain
yang mengancam danhubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diriseseorang berada
dalam rentang tinggi sampai rendah.

4.2 SARAN

Demikianlah pokok bahasan makalah ini yang dapat kami paparkan, Besar harapan kami
makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Karena keterbatasan pengetahuan dan
referensi, Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun sangat diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik
lagi dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

1. Hermawan B. Asuhan keperawatan jiwa pada tn.s dengan gangguan isolasi sosial:
menarik diri di ruang arjuna rsj daerah surakarta naskah publikasi. Naskah Publ Progr
Stud D-III Keperawatan Fak Ilmu Kesehatan Univ Muhammadiyah Surakarta. 2015;1–36.

2. Juliasari S. KTI Srivana Repository.pdf. 2018. p. 1–88.

3. Delys M. Asuhan keperawatan jiwa pada tn. Q dengan harga diri rendah di ruang bangau
rumah sakit jiwa dr.Radjiman wediodiningrat lawang malang. 2019;1–45.

4. Sihombing RI, Harefa AR, Samosir EF, Monica S, Hutagalung SNS, Romayanti Y.
Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny . L Dengan Gangguan Konsep Diri : Harga
Diri Rendah. J Keperawatan Jiwa. 2020;1(2):1–31.

5. Septiani SF. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Isolasi Sosial. Karya Tulis Ilm
[Internet]. 2017;1(Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Isolasi Sosial):65. Available
from: file:///E:/keperawatan jiwa/sri_fahnur_septiani.pdf

Anda mungkin juga menyukai