Anda di halaman 1dari 64

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN DEPRESI


PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 1
PEKANBARU

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar


Ahli Madya Keperawatan

RIZMA TIA YUNIAR

200201045

FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN


KESEHATAN PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
PEKANBARU
2023
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama Mahasiswa : Rizma Tia Yuniar

NIM : 200201045

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul Tugas Akhir : Hubungan Komunikasi Keluarga Dengan Depresi

Pada Remaja di SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru

Proposal ini telah diperiksa, disetujui dan siap untuk dipertahankan

dihadapan penguji, tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII

Keperawatan Fakultas MIPA dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Riau.

Pekanbaru, 07 Februari 2023

Menyetujui Pembimbing

Ns. Juli Widiyanto, S.Kep, M.Kes, Epid

NIDN : 1002078001

i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Nama Mahasiswa : Rizma Tia Yuniar


NIM : 200201045
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul Tugas Akhir : Hubungan Komunikasi Keluarga Dengan Depresi
Pada Remaja di SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru.

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Proposal ini merupakan hasil karya


saya sendiri kecuali kutipan (baik secara langsung maupun tidak langsung), saya
ambil dari berbagai sumber dan disebutkan sumbernya. Secara ilmiah saya
bertanggung jawab atas kebenaran data dan fakta Karya Tulis Ilmiah ini.

Demikian surat ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan
ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi

Pekanbaru, 07 Februari 2023


Saya yang menyertakan,

Rizma Tia Yuniar


NIM : 200201045

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat
rahmat dan karunia Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal
penelitian ini yang berjudul “Hubungan Komunikasi Keluarga Dengan Depresi
Pada Remaja di SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru.”

Penyusunan proposal penelitian ini merupakan salah satu rangkaian dari


proses pendidikan program Studi DIII Keperawatan secara menyeluruh di
Fakultas MIPA dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Riau.

Proposal penelitian ini dilakukan untuk peneliti dalam rangka memenuhi


syarat untuk memperoleh gelar Diploma III Keperawatan pada akhir pendidikan.
Penulis menyadari dalam proposal penelitian ini tidak lepas dari bantuan dan
dukungan banyak pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak DR. Saidul Amin, MA Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah


Riau.
2. Bapak Prasetya, M . Si Selaku Dekan Fakultas MIPA dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Riau.
3. Ibu Ns. Pratiwi Gasril, S.Kep,M.Kep selaku Ketua Program Studi D III
Keperawatan Universitas Muhammadiayah Riau.
4. Bapak Ns. Juli Widiyanto, S. Kep., M. Kes, Epid selaku dosen pembimbing
di Program Studi D-III Keperawatan Universitas Muhammadiyah Riau yang
telah memberikan banyak masukan dan bimbingan kepada peneliti dalam
penyempurnaan proposal penelitian ini.
5. Ibu Ns. Isnaniar, S. Kep., M.Kep selaku penguji 1 dan Ns. Maswarni, S. Kep .,
M.Kes selaku penguji 2 yang telah banyak memberikan nasehat serta masukan
demi penyempurnaan proposal penelitain ini
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan DIII Keperawatan Fakultas MIPA dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Riau yang telah mendidik dan

iii
memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada peneliti.
7. Terimakasih kepada SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru yang telah
Memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengadakan penenlitian.
8. Teristimewah ucapan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda
Adi Sucipto dan Ibunda Eka Nurbaiti dan saudara saya Nurul Hafiza,
Ahmad Fauzi, Laili Talita Hasna dan Gibran Ahmad Husein serta keluarga
besar yang telah memberikan dukungan, motivasi dan doa yang tiada henti
demi kelancaran karya tulis ilmiah ini.
9. Teruntuk orang spesial ( 101122 ) yang sudah selalu menemani dan mensupport
dalam konsidi apapun dalam mengejar gelar dan menyemangati aku setiap
waktu
10.Terimakasih kepada sahabat saya Nurdila Dwi Putri yang selalu menemani
dan mendukung saya dalam setiap waktu dan mengarahkan kepada kebaikan
saya
11. Rekan-rekan seperjuangan program studi D-III Keperawatan angkatan 2020.

Saya berharap semoga Allah Subhanahu Wata’alla membalas segala


kebaikan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal
penelitian ini, penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini jauh dari
sempurna sehingga masih banyak kekurangannya. Oleh karena penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
proposal penelitian ini. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Pekanbaru,07 Februari 2023

Peneliti

Rizma Tia Yuniar

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL Halaman

KATA PENGATAR.............................................................................................iii

DAFTAR ISI..........................................................................................................vi

DAFTAR TABEL................................................................................................vii

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................viii

DAFTAR SKEMA................................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................3

1.4 Manfaat Penelitian...........................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga........................................................................................5


2.1.2 Definisi Keluarga................................................................................5
2.1.2 Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak....................................6
2.2 Konsep Komunikasi Keluarga...................................................................6
2.2.1 Definisi Komunikasi Keluarga............................................................6
2.2.1 Macam - macam Komunikasi Keluarga..............................................8

2.2.3 Komunikasi Keluarga.........................................................................9


2.2.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi Komunikasi Keluarga.............11
2.2.5 Hambatan Komunikasi dalam Keluarga...........................................12
2.2.6 Fungsi Komunikasi Keluarga............................................................13
2.3 Konsep Depresi.........................................................................................13

v
2.3.1 Definsi Depresi .................................................................................13

2.3.2 Gejala Depresi....................................................................................14


2.3.3 Etiologi Depresi.................................................................................16
2.3.4 Tingkat Depresi.................................................................................16
2.3.5 Aspek – aspek Depresi......................................................................18
2.3.6 Faktor – faktor yang mempengaruhi Depresi....................................20
2.3.7 Alat Pengukur Depresi......................................................................21

2.4 Konsep Remaja.........................................................................................21


2.4.1 Definis Remaja....................................................................................22
2.4.2 Fase Remaja........................................................................................23
2.4.3 Karakteristik Masa Remaja.................................................................25
2.4.4 Tugas Perkembangan Remaja..............................................................26

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian.....................................................................27

3.2 Hipotesis....................................................................................................28

3.3 Definisi Operasional..................................................................................28

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN


4.1 Desain penelitian.......................................................................................29
4.1.1 Skema Dasar Studi Cross Sectional....................................................29
4.2 Tempat Penelitian......................................................................................30
4.3 Waktu Penelitian.......................................................................................30
4.4 Populasi dan Sampel.................................................................................30
4.5 Pengumpulan data.....................................................................................32
4.6 Instrumen Penelitian..................................................................................32
4.7 Etika Penelitian ........................................................................................33
4.8 Pengolahan & Analisis Data ....................................................................34
4.9 Analisis Data.............................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

3.3 Definisi Operasional.........................................................................................28

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Lembaran Persetujuan Judul

Lampiran II : Surat Izin Penelitian dari MIPA dan Kesehatan

Lampiran III : Surat Izin dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayan Terpadu Pintu

Satu

Lampiran IV : Surat Izin dari Dinas Pendidikan Provinsi Riau

Lampiran V : Surat Keterangan Survey Awal

Lampiran VI : Informed

Lampiran VII : Lembaran Kuesioner Survey Awal

Lampiran VIII : Lembaran Kuesioner Penelitian

Lampiran IX : Dokumentasi Survey Awal

viii
DAFTAR SKEMA

3.1 Kerangka Konsep.............................................................................................27

4.1.1 Skema Dasar Studi Cross Sectional..............................................................29

ix
x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Depresi merupakan gangguan mental yang ditandai dengan


perasan sedih dan juga cemas, gangguan seperti ini biasannya akan
menghilang dalam beberapa hari tetapi juga dapat berkelanjutan yang
akan mempengaruhi aktivitas dalam kehidupan sehari –hari (Fitria &
Maulidia, 2018)depresi merupakan masalah psikologis yang biasanya
umum terjadi pada remaja (Meryet al,2017). Salah satu masalah gangguan
kesehatan mental yang umum dialami oleh remaja adalah depresi. Depresi
adalah perubahan mood atau afek yang diekspresikan dalam bentuk
perasaan sedih, putus asa, dan pesimis. Selain itu juga terjadi penurunan
minat pada aktivitas sehari – hari, perubahan nafsu makan, perubahan pola
tidur, dan gejala somatic lainnya (Townsend, 2017).
Prevalensi depresi di Amerika pada usia 13-18 tahun dimana
prersentase depresinya yaitu sekitar 8,4% sampai 15,9% (Kaplan &
Sadock, 2016). Sekitar 19%sampai dengan 30% remaja Thailand yang
berada di kelas 10 –12 mengalami depresi (Borriruklert, 2017). Penelitian
terbaru di Indonesia mengatakan bahwa gejala depresi pada perempuan
memiliki tingkat gejala depresi yang lebih tinggi dari pada laki-laki yaitu
pada perempuan 22,3% dan pada laki-laki 21,4% (Peltzer,K, & Pengpid,S.,
2018).
Prevalensi depresi pada usia remaja menunjukkan peningkatan yang
sangat tinggi dibandingkan dengan usia kanak‐ kanak dan usia dewasa.
Tanda gejala depresi meningkat antara usia 13 – 15 tahun dan mencapai
uncaknya pada usia 17 – 18 tahun .depresi mayor mempengaruhi 4 – 8%
pada remaja. Remaja yang mengalami depresi pada usia 14 – 16 tahun akan
berisiko tinggi untuk terjadinya depresi mayor pada masa dewasa. Hasil
studi longitudinal menunjukkan bahwa sekitar 20- 25% remaja yang
mengalami depresi akan berkembang menjadi gangguan penyalahgunaan

1
2

zat. Dan sebayak 5-10% remaja akan melakukan tindakan bunuh diri dalam
rentang 15 tahun dari awal episode depresi mayor (Stuart ,2016).
Depresi dapat diatasi dengan adanya koping pada remaja. Koping
merupakan cara berpikir dan bereaksi yang ditujukan untuk mengatasi
beban atau transaksi yang menyakitkan. Salah satu koping tersebut adalah
komunikasi dengan keluarga,Komunikasi sangat penting bagi kedekatan
keluarga, mengenal masalah, memberi respon terhadap peran-peran non-
verbal dan mengenal masalah pada tiap individu. Proses komunikasi yang
baik di harapkan dapat membentuk suatu pola komunikasi yang baik dalam
keluarga (Siboro, 2019).
Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah
keluarga, yang merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinteraksi
dengan anggota keluarga lainnya, selain itu kemunikasi keluarga sebagai
wadah dalam membentuk dan mengembangkan nilainilai yang dibutuhkan
sebagai pegangan hidup. Agar anak dapat menjalani hidupnya ketika berada
dalam lingkungan masyarakat, apa yang terjadi jika sebuah pola komunikasi
keluarga tidak terjadi secara harmonis tentu akan mempengaruhi
perkembangan anak,Pola komunikasi dapat dipahami sebagai pola
hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan
pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat
dipahami.(Djamarah, 2017).
Komunikasi sangat penting bagi kedekatan keluarga, mengenal masalah,
memberi respon terhadap peran-peran non-verbal dan mengenal masalah
pada tiap individu. Proses komunikasi yang baik diharapkan dapat
membentuk suatu pola komunikasi yang baik dalam keluarga (Siboro, 2017)
Berguna untuk mengantisipasi masalah yang dihadapi lansia agar depresi
yang dialami Remaja tidak menambah berat (Adinegara, 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati ( 2017 ) dengan judul
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Anak Remaja
Awal di Lembaga Pemasyarakatan menunjukkan dukungan keluarga yang
tinggi dengan remaja yang tidak mengalami depresi sebesar 10,9 % dan
dukungan keluarga yang rendah serta mengalami depresi ringan sebesar
3

39,1%. Hal ini dikarenakan dukungan keluarga memberi dampak positif


terhadap seseorang dalam melawan stressor yang dialaminya sedangkan
depresi dapat muncul karena dipicu oleh kurangnya dukungan yang
diperoleh sehingga tidak dapat menolak efek negative dari stressor
(Rahmawati ,2017 ).
Berdasarkan hasil survey awal pada tanggal 1 Februari 2023 di SMA
Muhammadiyah 1 Pekanbaru. peneliti membagikan kuesioner kepada
siswa/siswikelas 3 terdapat 6 responde diantaranya. Komunikasi Keluaraga
terdapat 4 siswa dengan komunikasi baik dan terdapat 2 siswa dengan
komunikasi kurang baik. Untuk Depresi pada remaja 2 siswa/siswi yang
mengalami depresi ringan dan 4 siswa/siswi yang mengalami depresi
sedang. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian terkait “Hubungan Komunikasi Keluarga Dengan Depresi Pada
Remaja di SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan diatas, maka dapat
dituliskan permasalahan yang bisa di rumuskan, yaitu : Apakah ada
Hubungan Antara Komunikasi Keluarga Dengan Depresi Pada Remaja di
SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru”
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk Menganalisis” Hubungan Antara Komunikasi Keluarga Dengan


Depresi Pada Remaja di SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru”
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk Mengetahui gambaran karakteristik Remaja di SMA


Muhammadiyah 1 Pekanbaru meliputi usia, jenis kelamin
2. Mengetahui distribusi frekuensi komunikasi keluarga
3. Mengetahui distribusi frekuensi depresi pada remaja
4. Menganalisis Hubungan Antara Komunikasi Keluarga Dengan Depresi
Pada Remaja
4

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat untuk Perkembangan Ilmu

Hasil penelitian ini dihadapkan memberikan informasi bagi Responden


khususnya tentang Hubungan Komunikasi Keluarga Dengan Depresi
Pada Remaja di SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru.

1.4.2 Manfaat bagi Peneliti

Hasil penelitian ini berguna untuk menambah wawasan pengetahuan


bagi peneliti tentang tentang Hubungan Komunikasi Keluarga Dengan
Depresi Pada Remaja.

1.4.3 Manfaat bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi


Universitas Muhammadiyah Riau khususnya Program Studi D-III
Keperawatan tentang penelitian Hubungan Komunikasi Keluarga Dengan
Depresi Pada Remaja di SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru.

1.4.4 Manfaat bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan masukan pada pihak
SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru tentang seperti apa Hubungan
Komunikasi Keluarga Dengan Depresi Pada Remaja.

1.4.5 Manfaat bagi responden

Di harapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan responden


tentang Hubungan Komunikasi Keluarga Dengan Depresi Pada
Remaja.karena kumunikasi sangat penting untuk kehidupan sehari – hari.
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga

2.1.1 Definisi Keluarga

Keluarga adalah suatu sistem terbuka yang terdiri dari anggota-


anggota yang paling terikat satu sama lain karena mempunyai hubungan
darah dan dipengaruhi oleh adanya interaksi antara sistem tersebut
dengan lingkungan eksternalnya dengan batasan-batasan seperti norma
dan nilai yang dianut dalam keluarga, serta tempat dimana individu
memulai hubungan interpersonal dengan lingkungannya, tempat
pendidikan utama bagi individu, untuk belajar dan mengembangkan
nilai, sikap, keyakinan, dan perilaku yang sangat berpengaruh terhadap
kondisi kesehatan anggota keluarga ( Herlita, 2016).

Mendefinisikan keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih


yang hidup bersama dengan keterkaitan aturan dan emosional dan
individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari
keluarga. berpendapat bahwa keluarga adalah suatu ikatan /persekutuan
hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis
yang hidup bersama dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri
ataupun adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga (Suprajitno,
2015).

Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa


keluarga merupakan pengaruh penting bagi pembentukan perilaku bagi
seorang anak, karena keluarga merupakan tempat untuk belajar berbagai
hal yang ada di kehidupan sehari-hari sehingga membuat keluarga
mempunyai tanggung jawab atau tugas mengenai pembinaan perilaku
anak.
6

2.1.2 Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak

1. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika anak


remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri. Orangtua harus mengubah
bentuk hubungannya dengan anak, dari suatu hubungan yang dependen
ke arah hubungan yang semakin mandiri, dimana orangtua harus
mengubah sistem yang ada pada keluarga dengan mengubah norma-
norma serta tugas baru untuk kehidupan anak menjadi remaja, dan
membebaskan anak agar semakin menjadi mandiri dan bertanggung
jawab.

2. Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dengan anak. Terdapat


gap atau kesenjangan antara umur anak dengan orangtua yang dapat
menyebabkan perbedaan pola pikir serta nilai-nilai yang dianut anak dan
orangtua, serta dapat menimbulkan konflik antar orangtua dengan anak.
Komunikasi yang terbuka antar orangtua dan anak merupakan suatu hal
yang penting untuk menghindari konflik tersebut. Berdasarkan beberapa
tugas perkembangan keluarga tersebut, terdapat beberapa tugas penting
yang perlu diperhatikan keluarga. Komunikasi merupakan salah satu hal
penting dalam tugas perkembangan keluarga dengan anak. Anak sudah
memiliki pikiran sendiri, dan ia mampu bertindak sesuai apa yang ia
inginkan. Oleh karena itu, penting bagi keluarga untuk mengetahui
komunikasi yang diperlukan untuk membuat hubungan yang baik antara
orangtua dengan anak.

2.2 Konsep Komunikasi Keluarga

2.2.1 Definisi Komunikasi

Stuart dalam (Nurudin, 2017) dalam komunikasi berasal dari kata


communico (berbagi) dan berkembang dalam bahasa latin menjadi
communis yang artinya membuat kebersamaan ataupun membangun
suatu interaksi antara dua orang ataupun lebih. Dalam komunikasi
7

mengandung bebrapa hal diantaranya: berbagi, kebersamaan atau


pemahaman dan juga pesan. Dan dapat disimpulkan bahwa komunikasi
yaitu suatu suatu pesan yan terjadi dengan suatu proses yang dibagi pada
pihak lain, dan memiliki tujuan mencapai suatu kebersamaan dalam suatu
pemahaman. Secara terminologis komunikasi adalah suatu proses
penyampaian pernyataan seseorang kepada orang lain. Dalam teori ini
jelas bahwa komunikasi selalu melibatkan orang untuk adanya timbal
balik. Komunikasi dalam konteks ini biasa disebut dengan
kemsyarakatan karena komunikasi ini dapat berlangsung di tengah
masyarakat. (Djamarah, 2018).

pengertian utama komunikasi digolongkan menjadi tiga pengertian,


diantaranya sebagai berikut:

1. Secara etimologis, menurut asal kata komunikasi berasal dari kata


latin „communicatio’ yang bersumber dari kata comminis’ yang
berarti memiliki makna yang sama mengenai sesuatu hal yang
dikomunikasikan.
2. Secara terminologis, komunikasi merupakan proses penyampaian
informasi yang dilakukan seseorang kepada orang lain.
3. Secara paradigmatik, komunikasi merupakan pola meliputi
memiliki sejumlah komponen yang berhubungan/berkolerasi satu
sama lain secara fungsional untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam pengertian yang luas, komunikasi adalah suatu proses
penyampaian maksud atau amanat kepada orang lain dengan
menggunakan saluran tertentu (Sutardi, 2016). Berdasarkan penjelasan
para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian informasi yang sama antara dua individu atau lebih
menggunakan saluran tertentu dan untuk mencapai tujuan tertentu.
2.2.2 Macam-macam Bidang Komunikasi

Menurut Panuju, 2018, bidang komunikasi adalah kajian komunikasi


yang tumbuh yang mengikuti pada minat masyarakat dalam kegiatan
8

berkomunikasi atau berinteraksi. Ada beberapa jenis macam bidang


komunikasi yaitu:

a. Komunikasi Sosial
b. Komunikasi Organisasi
c. Komunikasi Politik
d. Komunikasi Antarbudaya
e. Komunikasi Pembangunan
f. Komunikasi Lingkungan
g. Komunikasi Tradisional
h. Komunikasi Keluarga
Karena dalam penelitian ini, peneliti fokus terhadap bidang
komunikasi keluarga maka peneliti akan membahas lebih
detail tentang komunikasi keluarga.
2.2.3 Komunikasi Keluarga
Komunikasi keluarga adalah pembentukan pola kehidupan dimana
dalam keluarga terdapat unsur pendidikan, membentuk sikap dan
membentuk perilaku anak yang berpengaruh pada perkembangan anak.
Modernitas dapat membawa perubahan pada beberapa aspek kehidupan
keluarga, sehingga perubahan drastis terjadi pada pola dalam keluarga.
Perubahan - perubahan yang terjadi dalam keluarga nantinya akan
memiliki dampak bagi seluruh anggota keluarga. Anggota keluarga yang
terkena dampak yaitu bisa dipihak sang ayah, ibu dan anak – anak
bahkan sampai keluarga besar seperti kakek dan nenek atau saudara yang
lain. Oleh karena itu, anak pun memikul dampak dari perubahan yang
terjadi pada keluarga. Ikatan dengan keluarga yang renggang dan
intensitas komunikasi keluarga yang berkurang, berkurangnya pekerjaan
yang dilakukan di rumah, perubahan sikap orangtua, atau berubahnya
kondisi / susunan keluarga karena sesuatu akan berdampak pada anak.
Anak bisa saja jadi lebih banyak beraktifitas diluar rumah daripada
menghabiskan waktu dengan keluarga di rumah. Terjadinya pernikahan
yang kedua, ketiga bahkan keempat seperti poligami semakin marak di
lingkungan masyarakat. Jika itu terjadi dalam keluarga diharapkan peran
9

orangtua akan tetap sama dalam mengasuh anak – anaknya. Peran


orangtua selalu memiliki pengaruh dan tanggung jawab yang besar bagi
keberlangsungan kehidupan sang anak. Orangtua pada umumnya adalah
orang – orang yang siap mengorbankan kepentingan pribadi mereka demi
pendidikan anak dan kesuksesan masa depan anak. (Tuti Bahfiarti,2016).
Apabila keluarga diciptakan melalui interaksi sosial dalam
kehidupan bermasyarakat, memahami komunikasi keluarga adalah
penting untuk setiap anggota keluarga. Beberapa ahli dalam Tuti
Bahfiarti 2016 memfokuskan perhatiannya kepada komunikasi keluarga
dengan alasan berikut, yaitu :
1. Komunikasi keluarga merupakan awal pengalaman sosialisasi.
Mengamati dan berinteraksi dengan anggota keluarga adalah awal proses
belajar berkomunikasi dan belajar untuk berpikir tentang pentingnya
komunikasi. Mereka belajar bagaimana hubungan dan fungsi komunikasi
keluarga, mereka juga belajar bagaimana harus berperilaku dalam
konteks hubungan keluarga. Memang benar, komunikasi sebagai sarana
yang memerintah tentang interaksi sosial dan hubungan sosial yang harus
dipelihara dan dipertahankan. Orangtua menggunakan komunikasi guna
untuk memberikan pembelajaran bagi anak tentang berbicara, siapa yang
mereka ajak bicara dan bagaimana penuturan yang disampaikan.
Ketentuan inilah bentuk cara anak-anak dan orang dewasa kemudian,
berkoordinasi satu sama lain atau dengan orang lain.
2. Komunikasi sebagai sarana anggota dalam keluarga untuk
menetapkan, memelihara, mempertahankan bahkan membubarkan suatu
hubungan. Keluarga terbentuk melalui hubungan/interaksi sosial. Setelah
suatu keluarga terbentuk, anggota keluarga secara kontiniti akan terus
berhubungan satu sama lain dan hubungan tersebut melalui komunikasi.

2.2.4 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Komunikasi Keluarga

Berkomunikasi itu tidak mudah. Terkadang seseorang dapat


berkomunikasi dengan baik kepada orang lain. Dilain waktu seseorang
mengeluh tidak dapat berkomunikasi dengan baik kepada orang lain.
Dalam keluarga, ketika dua orang berkomunikasi, sebetulnya mereka
10

berada dalam perbedaan untuk mencapai kesamaan pengertian dengan


cara mengungkapkan dunia sendiri yang khas, megungkapkan dirinya
yang tidak sama dengan siapapun. Sekalipun yang berkomunikasi ibu
adalah antara suami dan istri antar ayah dan anak dan antara ibu dan
anak, dan diantara anak dan anak,hanya sebagian kecil mereka itu sama-
sam tahu, dan sama pandangan( Singgih D,2015).

Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam keluarga,


seperti yang akan diuraikan berikut ini :

1. Suasana psikologis
Suasana psikologis diakui memperngaruhi komunikasi.
Komunikasi sulit berlangsung bila seseorang dalam keadaan
sedih, bingung marah, merasa kecewa, merasa iri hati, diliputi
prasangka, dan suasana psikologis lainnya.
2. Lingkungan fisik
Komunikasi dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja,
dengan gaya, dan cara yang berbeda. Komunikasi yang
berlangsung dalam keluarga berbeda dengan yang terjadi di
sekolah. Karena memang kedua lingkungan ini berbeda. Suasana
dirumah bersifat informal, sedangkan suasana di sekolah bersifat
formal. Demikian juga komunikasi yang berlangsung dalam
masyarakat. Karena setiap masyarakat memiliki norma yang
harus di taati, maka komunikasi yang berlangsungpun harus taat
norma.
3. Kepemimpinan
Dalam keluarga seorang pemimpin mempunyai peranan yang
sangat penting dan strategis. Dinamika hubungan dalam keluarga
dipengaruhi oleh pola kepemimpinan. Karakteristik seorang
pemimpin akan menentukan pola komunikasi bagaimana yang
akan berproses dalam kehidupan yang membentuk hubungan-
hubungan tersebut.
4. Etika Bahasa
11

Dalam komunikasi verbal orang tua anak pasti menggunakan


bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan sesuatu. Pada suatu
kesempatan bahasa yang dipergunakan oleh orang tua ketika
secara kepada anaknya dapat mewakili suatu objek yang
dibicarakan secara tepat. Tetapi dilain kesempatan, bahasa yang
digunakan itu tidak mampu mewakili suatu objek yang
dibicarakan secara tepat. Maka dari itu dalam berkomunikasi
dituntut untuk menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan
bisa dipahami setiap orang antara komunikator dan komunikasi.
5. Perbedaaan usia
Komunikasi dipengaruhi oleh usia. Itu berarti setiap orang
tidak bisa berbicara sekehendak hati tanpa memperhatikan siapa
yang diajak bicara. Berbicara kepada anak kecil berbeda ketika
berbicara kepada remaja. Mereka mempunyai dunia masing-
masing yang harus dipahami.
2.2.5 Hambatan Komunikasi dalam Keluarga

Hambatan komunikasi dalam keluarga merupakan salah satu faktor


yang dianggap memberi pengaruh besar terhadap terbentuknya
penelantaran anak. Anak-anak telantar memang memiliki kesempatan
sangat terbatas untuk berkomunikasi, khususnya dengan orang tua
mereka.Bahkan ada sejumlah kasus penelantaran anak yang
menunjukkan bahwa orang tua mereka hampir tidak pernah
berkomunikasi dengan anak. Orang tua hanya melakukan komunikasi
dengan anak seperlunya saja (Singgih D. Gunarsa, 2016).

Kadang-kadang kesibukan orang tua dan banyaknya masalah yang


dihadapi, perhatian terhadap anak jadi berkurang. Kalau setiap saat mau
menceritakan sesuatu tidak diperhatian atau dibantah, akibatnya anak
tidak mau lagi bercerita. Lama kelamaan akan timbul gangguan pada
anak. Ia akan menutup diri terhadap orang tuanya, sehingga komunikasi
antara orang tua dan anak ini biasanya akan menyebabkan anak
bertingkah laku agresif dan sukar mangadakan kontak dengan orang
12

tuanya apalagi komunikasi yang melalui sebuah perantara


media.Penggunaan media untuk menyampaikan pesan dapat mengalami
gangguan, yang dalam bahasa inggris disebut noise. Gangguan adalah
“segala sesuatu yang menghambat atau mengurangi kemampuan kita
untuk mengirim dan menerima pesan”. Gangguan komunikasi itu
meliputi :
1. Pengacau indra, misalnya suara terlalu keras atau lemah; di
tempat menerima pesan, bau menyengat, udara panas, dan lain-
lain.
2. Faktor-faktor pribadi, antara lain, prasangka, lamunan, perasaan
tidak cakap.

2.2.6 Fungsi Komunikasi

Ada beberapa fungsi yang dikemukakan menurut William. I. Goreden


(Mulyana, 2017)yaitu diantaranya:

1. Fungsi Komunikasi Sosial


Bahwa komunikasi ini penting untuk membangun konsep diri kita,
untuk kelangsungan hidup dan dapat memperoleh kebahagiaan
sehingga twrhindar dari tekanan dan ketegangan seperti lewat
komunikasi yang menghibur, dan juga memupuk hubungan dengan
orang lain.
2. Komunikasi Ekspresif

Dalam komunikasi ekspresif ini kamunikasi dapat dilakukan sendirian


ataupun kelompok. Komunikasi ekspresif tidak secara otomatis betujuan
untuk mempengaruhi orang, melainkan dapat menjadi instrument untuk
dapat menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita.

3. Komunikasi Ritual

Komunikasi ini biasanya dilakukan secara kolektif. Dan biasanya dalam


komunitas sering melakukan upacara belainan sepanjang tahun,
13

sepanjang hidup. Komunikasi ini trekadang juga bersifat ekspresif,


dengan menyatakan perasaan terdalamnya.

4. Komunikasi Instrumental

Pada komunikasi ini memiliki beberapa tujuan umum yang diantaranya:


menginformasikan, mendorong, mengubah sikap, keyakinan dan
perilaku.Yang artinya memberitahukan atau menerangkan yang
mengandung muatan untuk membujuk seseorang yang artinya pembicara
menginginkan pendengarnya untuk mempercayai bahwa apa yang
disampaikan merupakan informasi yang akurat dan layak diketahui.

2.3 Konsep Depresi

2.3.1 Definisi depresi

Menurut The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders


(DSM-5) depresi merupakan gangguan mood yang ditandai dengan
suasana hati yang terus – menerus merasa sedih, kosong, mudah
tersinggung, bersamaan dengan gejala kognitif dan somatik tertentu.
Diagnosis depresi ditegakaan apabila terdapat lima atau lebih gejala
sebagai berikut, perubahan signifkian dalam nafsu makan, penurunan
atau peningkatan berat badan, insomnia atau hypersomnia, selalu merasa
kelelahan, perasaan tidak berharga, penurunan konsentrasi dan gangguan
ingatan, pemikirian untuk mengakhiri hidup. Gejala tersebut harus
dirasakan setidaknya 2 minggu atau lebih, dan selalu merasa sedih
sepanjang waktu (Donohue & Luby, 2016). Pada gangguan depresi berat
sering terjadi kekambuhan sehingga dikategorikan sebagai episode
depresi seumur hidup. Depresi biasanya diderita dewasa muda yang
berusia sekitar 20-30 tahun dan prevelensi wanita yang mengalami 3 kali
lebih tinggi dari pada pria (Kessler & Bromet, 2017).

2.3.2 Gejala depresi

Gejala- gejala depresi meliputi (Maina et al., 2016):


14

1. Perasaan sedih atau ketidak bahagiaan


2. Mudah merasa tersinggung bahkan dengan masalah kecil
3. Kehilangan minat atau kesenangan dalam keadaan kegiatan sehari-
hari
4. Insomnia atau hypersomnia
5. Pada beberapa orang depresi mengakibatkan penurunan selera makan
sehingga menyebabkan berat badanyang turun , namun pada
beberapa kasus depresi dapat mengakibatkan peningkatan nafsu
makan maupun berat badan
6. Gelisah, misalnya tidak bisa berdiri diam dalam waktu lama,
menggoyangkan kaki atau tidak dapat duduk dalam waktu lama
7. Lambat dalam berpikir, berbicara atau Gerakan tubuh
8. Penurunan konsentrasi
9. Mudah kelelahan bahkan mengerjakan hal – hal kecil membutuhkan
banyak upaya
10. Sering menyalahkan diri sendiri apabila ada sesuatu yang tidak benar
11. Masalah fisik yang tidak jelas penyebabnya, contohnya sakit kepala
atau sakti perut yang tidak jelas faktor pencetusnya
12. Sering berpikiran untuk mengakhiri hidupnya atau bunuh diri

Depresi mempengaruhi individu dengan cara yang beragam, akibatnya


gejala yang ditimbulkan juga beragam antar satu individu ke individu lain.
Umur, gender, pendidikan, dan budaya semuanya berperan dalam
bagaimana depresi mempengaruhi seseorang (Bhowmik et al., 2012).
Gejala umum depresi dapat sedikit berbeda pada anak- anak atau remaja
contohnya, pada anak-anak yang lebih muda, gejala depresi dapat
mencakup kesedihan, lekas marah, putus asa dan kekhawatiran. Gejala
pada remaja dapat mencakup kecemasan, kemarahan dan penghindaran
interaksi sosial (Kelvin, 2016).
2.3.3 Etiologi depresi
Sampai saat ini penyebab dari depresi masih belum dipahami
dengan jelas. Para peneliti memperkirakan bahwa Sebagian kecil kasus
15

depresi disebabkan oleh cedera pada otak, pengaruh sistem endokrin atau
farmakologis namun pada sebagian besar kasus, faktor genetik dan
lingkungan mengambil peran terhadap pathogenesis depresi (Maina et
al., 2016). Sama seperti kanker dan penyakit kardiovaskuler yang
memiliki berbagai faktor risiko yang mungkin menimbulkan penyakit
tersebut, terdapat berbagai faktor yang mungkin menimbulkan depresi
klinis (Donohue & Luby, 2016).
Para peneliti menemukan bahwa mereka yang menderita gangguan
bipolar memiliki riasan genetik yang agak berbeda dari mereka yang
tidak menderita gangguan bipolar. Namun, tidak semua individu yang
memiliki faktor genetik bipolar akan mengembangkan penyakit tersebut.
Rupanya, faktor tambahan, mungkin lingkungan yang penuh tekanan,
yang terlibat dalam onset dan faktor pelindung terlibat dalam
pencegahannya. Depresi berat juga tampaknya terjadi dalam generasi
demi generasi pada beberapa keluarga, meskipun tidak sekuat dalam
Bipolar I atau II (Kim et al., 2017). Peristiwa eksternal sering tampaknya
memulai episode depresi. Dengan demikian, kehilangan serius, penyakit
kronis, hubungan yang sulit, masalah keuangan, atau perubahan pola
kehidupan yang tidak disukai dapat memicu episode depresi. Kombinasi
faktor genetik, psikologis, dan lingkungan terlibat dalam timbulnya
gangguan depresi (Donohue & Luby, 2016).
Kelainan dalam fungsi endokrin diperkirakan memiliki peran
penting terhadap kejadian depresi. Studi klinis membuktikan bahwa
pasien dengan gangguan endokrin lebih sering mengalami gangguan
depresi, misalnya depresi banyak terjadi pada pasien dengan penyakit
cushing’s syndrome dan pasien yang menggunakan obat
glukokortikosteroid. Selain itu depresi merupakan manifestasi klinis yang
umum pada kasus hipotiroidisme. Peningkatan kadar glukokortikoid dan
stres juga dapat berperan dalam penurunan ukuran wilayah hipocampus
otak pada pasien depresi dengan mengurangi neurogenesis dan
kelangsungan hidup neuron melalui brain-derived neurotrophic factor
(BDNF) (Langlieb & DePaulo, 2017).
16

Penelitian baru menemukan bahwa stres dalam pekerjaan


menyebabkan penurunan tingkat BDNF serum (pasien dengan depresi
telah ditemukan memiliki level BDNF yang lebih rendah) dan tingkat
plasma 3-metoksi-4-hy-droxyphenycol yang lebih tinggi, hal tersebut
diperkirakan terkait dengan tingkat kecemasan pada pasien yang depresi
(Krishnan & Nestler, 2015).
2.3.4 Tingkat depresi
Gangguan depresi adalah gangguan mood yang datang dalam
bentuk yang berbeda, Tiga jenis gangguan depresi yang paling umum
dibahas di bawah ini. Namun, yang harus diingat bahwa dalam masing-
masing jenis ini, ada variasi dalam jumlah, waktu, keparahan, dan
persistensi gejala. Ada juga perbedaan dalam bagaimana individu
mengalami depresi berdasarkan usia (Bhowmik et al., 2012).
a. Depresi ringan
Episode depresi dengan sekurang- kurangnya harus ada dua dari tiga
gejala utama ditambah dua dari gejala lainnya. Dengan lamanya episode
depresi kurang dari dua minggu dan sedikit merasa kesulitan dalam
pekerjaan dan kegiatan yang biasa dilakukan sehari-hari (Prasetya &
Aryastuti, 2019).
b. Depresi sedang
Episode depresi dengan sekurang - kurangnya harus ada dua dari tiga
gejala utama ditambah tiga/empat dari gejala lainnya. Dengan lamanya
episode depresi minimal dua minggu dan merasa kesulitan yang nyata
dalam pekerjaan dan kegiatan yang biasa dilakukan sehari-hari (Prasetya
& Aryastuti, 2019).
c. Depresi berat
Depresi berat ditandai dengan kombinasi gejala yang bertahan setidaknya
dua minggu berturut-turut, termasuk suasana hati yang menyedihkan
dan/atau mudah tersinggung, yang dapat mengganggu kemampuan untuk
bekerja, tidur, makan, dan menikamati kegiatan sehari-hari. Kesulitan
dalam tidur atau makan dapat menjadi faktor hal tersebut. Episode
17

depresi ini dapat terjadi sekali, dua kali, atau beberapa kali seumur hidup
(Bhowmik et al., 2012).

2.3.5 Aspek-Aspek Depresi


Terdapat enam aspek atau gejala depresi menurut Beck dan Alford
(2016), yaitu:
a. Aspek Emosi Individu yang mengalami depresi akan mengalami
perubahan perasaan atau suasana hati. Selain itu, individu juga
memiliki perilaku yang secara langsung menunjukkan perasaannya
tersebut. Beberapa perubahan emosi yang mungkin dialami oleh
individu yang mengalami gangguan depresi, yaitu perasaan sedih,
perasaan negatif terhadap diri sendiri, perasaan tidak puas,
hilangnya kelekatan emosional dengan orang lain, meningkatnya
intensitas menangis, serta hilangnya rasa humor.
b. Aspek Kognitif Individu yang memiliki gangguan depresi juga
menunjukkan gejala adanya distorsi kognitif atau kesalahan
berpikir terhadap diri sendiri, pengalaman, serta masa depan.
Individu dengan gangguan depresi memiliki harga diri yang
rendah, pesimisme, menyalahkan diri sendiri, kesulitan dalam
mengambil keputusan, serta kesalahan dalam menilai penampilan
fisiknya.
c. Aspek Motivasi Individu dengan gangguan depresi memiliki tingkat
motivasi yang rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari perilaku yang
dapat menunjukkan tingkat motivasi individu. Individu yang
mengalami gangguan depresi dapat ditandai dengan tidak
munculnya keinginan, keinginan untuk keluar dari rutinitas,
keinginan untuk bunuh diri, serta bergantung pada orang lain.
d. Aspek Fisik Individu yang mengalami depresi akan menunjukkan
gejalagejala yang berhubungan dengan fisik dan perilaku alamiah.
Individu dengan gangguan depresi dapat mengalami gangguan
tidur, hilangnya nafsu makan, hilangnya gairah seksual, dan mudah
lelah.
18

e. Delusi Individu yang mengalami gangguan depresi juga dapat


ditandai dengan munculnya delusi atau distorsi kognitif mengenai
dirinya sendiri maupun yang berhubungan dengan orang lain. Ada
beberapa kategori delusi, seperti delusi bahwa dirinya tidak
berharga, penuh dosa, kenihilan, somatik, serta kemiskinan.
f. Halusinasi Halusinasi juga terkadang muncul sebagai salah satu
gejala individu yang mengalami gangguan depresi. Individu akan
melihat, mendengar, ataupun merasakan sesuatu yang sebenarnya
tidak ada atau tidak jerjadi.

2.3.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Depresi


Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi depresi
menurut Blazer, dkk (Nevid, Rathus, & Greene, 2017), yaitu:
a. Usia
Kemunculan gejala depresi lebih sering terjadi pada rentang usia
remaja hingga usia dewasa muda. Kemunculan gejala depresi pada
remaja sering dikaitkan dengan pubertas yang terjadi pada fase
perkembangan ini.
b. Status Sosial dan Ekonomi
Individu yang memiliki tingkat sosial ekonomi yang rendah akan
lebih rentan terhadap kecenderungan depresi. Hal ini disebabkan
oleh sumber daya pribadi, seperti kemampuan koping stres, harga
diri, serta dukungan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan
individu berstatus sosial ekonomi tinggi. Selain itu, kesejahteraan
sosial, infrastruktur, serta fasilitas kesehatan yang kurang memadai
juga menjadi pemicu timbulnya depresi (Lorant dkk, 2015).
c. Status Pernikahan
Status pernikahan juga menjadi salah satu faktor kerentanan
terhadap timbulnya gejala depresi. Individu yang berpisah dengan
pasangannya akan cenderung lebih rentan mengalami depresi.
Selain itu, konflik yang terjadi selama pernikahan juga dapat
19

meningkatkan kerentanan terhadap depresi, baik pada suami


maupun pada istri.
d. Jenis Kelamin
Perempuan dianggap lebih rentan mengalami depresi dibandingkan
laki-laki. Hal ini disebabkan karena tingkat stress perempuan yang
lebih tinggi dibandingkan laki-laki, serta perbedaan hormon dalam
tubuh.

Rhode, Seeley, Klein, dan Gotlib (Durand & Barlow, 2016) juga
berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi
depresi, yaitu:
a. Konflik dengan Orangtua
Konflik dengan orangtua dapat meningkatkan kerentanan
seorang individu mengalami gangguan depresi. Konflik yang
terjadi akan membuat anak kurang memiliki dukungan sosial
dari orangtua. Selain itu, anak akan mengembagkan model
penyelesaian masalah yang cenderung mirip dengan yang
dilakukan oleh orangtuanya. Akibatnya, anak menjadi kurang
adaptif ketika menghadapi konflik.
b. Jenis Kelamin
Individu dengan jenis kelamin perempuan cenderung lebih
rentan mengalami depresi dibandingkan dengan laki-laki.
Kondisi biologis perempuan yang menghasilkan hormon
tertentu membuatnya lebih sensitif jika dibandingkan dengan
laki-laki.
c. Faktor Keturunan
Individu yang lahir dari orangtua yang mengalami depresi
cenderung akan lebih rentan terhadap depresi. Individu yang
lahir dari kondisi tersebut cenderung memiliki kondisi biologis
yang sama seperti orangtuanya, misalnya dengan kadar
neurotransmitter tertentu yang berbeda dengan individu normal.
Selain itu, anak yang dibesarkan oleh orangtua yang mengalami
20

depresi mereka cenderung akan meniru perilaku atau cara


berpikir yang dimiliki oleh orangtuanya sehingga memiliki
kemungkinan untuk mengalami depresi seperti orangtuanya
Durand & Barlow, 2016)
Berdasarkan faktor-faktor yang telah disebutkan di atas,
peneliti ingin menegaskan bahwa penelitian ini mengacu pada
faktor-faktor penyebab depresi yang dikemukakan oleh Rhode,
Seeley, Klein, dan Gotlib (Durand & Barlow, 2016), yaitu
konflik dengan orangtua, jenis kelamin, dan faktor keturunan.
2.3.7 Alat Pengukur Depresi
BDI-II (Beck Depression Inventory - II) untuk mengukur tingkat
gejala depresi pada remaja. Kuisioner yang dibuat oleh Beck pada tahun
1976 ini mengalami revisi pada tahun 1996 dengan tujuan untuk
meningkatkan konsistensi dengan kriteria DSM-IV dengan nama BDI-II
(Sorayah, 2015). Alat ukur ini sering digunakan untuk mengukur depresi
seseorang dan dapat diterapkan pada subjek usia 13 tahun keatas.
Rentang usia yang luas pada kuisioner BDI-II dapat memudahkan
peneliti dalam mengukur gejala depresi pada remaja. Kuisioner BDI-II
yang digunakan adalah kuisioner yang telah diadaptasikan ke bahasa
Indonesia untuk memudahkan responden dalam mengisi kuisioner. Skala
BDI-II merupakan jenis alat ukur dengan tipe data interval (H. S.
Friedman dan Silver, 2007), sehingga skor 0 tidak merepresentasikan
absensi dari atribut yang diukur dan rasio dari kedua skor tidak dapat
mendeskripsikan dengan tepat perbedaan diantara kuantitas atribut. Skor
0-63 pada skala BDI-II menunjukkan derajat depresi yang lebih tinggi
pada skor yang lebih tinggi. Nilai 0 pada BDI-II tidak mengindikasikan
bahwa subjek tidak mengalami depresi, tetapi skor 40 tidak berarti dua
kali lipat lebih tinggi gejalanya dibandingkan skor 20.
Dalam penggunaannya, responden diminta untuk mengisi kuisioner
dengan melingkari salah satu angka rentang 0-3 pada masing-masing
aitem pernyataan. Pengisian disesuaikan dengan apa yang dirasakan
responden selama rentang waktu dua minggu terakhir. Rentang waktu
21

dua minggu diperlukan untuk menyesuaikan dengan ketentuan diagnosis


pada DSM-IV. Alat ukur BDI-II memiliki 21 aitem untuk mengetahui
intensitas gejala depresi baik pada orang sehat maupun sakit secara fisik.
Setiap aitem mengindikasikan berbagai gejala depresi berupa kesedihan,
kegagalan masa lalu, pesimisme, perasaan bersalah, kehilangan
kesenangan, perasaan bersalah, merasa dihukum, tidak menyukai
penampilan diri, pikiran bunuh diri, menangis, agitasi, kehilangan minat,
keraguan, tidak berharga, kehilangan energi, perubahan pola tidur, lekas
marah, perubahan nafsu makan, kesulitan konsentrasi, kelelahan dan
kehilangan ketertarikan untuk melakukan hubungan seks. (Sorayah,
2015).
Blueprint dan cara penilaian Peneliti menggunakan alat ukur Beck
Depression Inventory – II (BDI-II) yang terdiri dari 21 aitem pernyataan.
Keseluruhan aitem menggambarkan manifestasi psikologis pada gejala
depresi berdasarkan empat aspek gejala yaitu emosi, kognisi, konasi dan
fisik. Untuk mengisi alat ukur BDI-II yaitu dengan meminta kesediaan
responden untuk menjawab semua aitem pernyataan yang diajukan
dengan melingkari salah satu dari empat pilihan jawaban yang tersedia di
setiap aitem pernyataan yang sesuai dengan apa yang dirasakan atau
dialami individu selama dua minggu terakhir. Penilaian dilakukan dengan
menjumlahkan seluruh skor yang didapat dari responden. (H.S. Friedman
dan Silver, 2007), Nilai keseluruhan berkisar antara 0-63 dengan kriteria
sebagai berikut:
a) Skor 0-13 mengindikasikan depresi minimal
b) Skor 14-19 mengindikasikan depresi ringan
c) Skor 20-28 mengindikasikan depresi sedang
d) Skor 29-63 mengindikasikan depresi berat

2.4 Konsep Remaja


2.4.1 Definisi Remaja

Hurlock (2016) mengungkapkan bahwa masa remaja


merupakan masa perpindahan atau peralihan , yaitu pada kondisi
22

ini remaja beralih dari masak kanak-kanak ke masa dewasa yang


ditandani dengan perubahan fisik dan psikologis (Jannah, 2016).
Masa remaja merupakan masa peralihan dari kehidupan kanak-
kanak menuju dewasa awal yang ditandai akan adanya perubahan
secara biologis dan psikologis. Dalam hal ini remaja terjadi
perubahan secara biologis meliputi perubahan fisik dan
berkembangnya seks primer dan sekunder. Sedangkan pada
perubahan psikologis meliputi adanya perubahan dalam hal emosi
yang berubah dan merasa lebih sensitive (Hidayati & Farid, 2016).
Remaja adalah seseorang yang baru menginjakkan dan
mengenal mana yang baik dan buruk, mengenal lawan jenis dan
memahami tugas dan peranan dalam lingkungan sosial (Jannah,
2016) Berdasarkan uraian yang diatas, dapat dijabarkan bahwa
masa remaja merupakan masa tansisi dimana remaja mengalami
perubahan secara fisik dan mental sehingga dapat merubah kondisi
emosionalnya.
2.4.2 Fase Remaja
Menurut WHO, remaja merupakan penduduk dengan usia
10-19 tahun, sedangkan menurut Peraturan Menkes Nomor 25
tahun 2014 menjelaskan bahwa remaja adalah penduduk dengan
usia 10-18 tahun. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
(BKKBN) menyebutkan bahwa remaja berada pada rentang usia
10-24 tahun dengan status yang belum menikah (Diananda, 2018).
Dalam penjelasan (Diananda, 2018) menyebutkan beberapa fase
remaja yang dijelaskan sebagi berikut :
a. Pra Remaja (11/12 tahun hingga 14 tahun) Fase ini merupakan
fase remaja yang sangat pendek. Pada fase ini remaja akan sangat
tertutup dengan orang tua dan orang lain disekitar. Adanya
perubahan-perubahan bentuk tubuh termasuk perubahan hormonal
yang menyebabkan perubahan kondisi psikologis remaja.
b. Remaja Awal (13/14 tahun hingga 17 tahun) Fase ini merupakan
fase dimana banyak perubahan yang terjadi dalam diri remaja. Pada
23

fase ini remaja mulai mencari jati diri, dan mulai mandiri dengan
keputusan yang mereka ambil. Pemikiran remaja semakin logis,
dan semakin banyak waktu untuk membicarakan keinginan dengan
orang tua.
c. Remaja lanjut (17-20 atau 21 tahun) Pada fase ini remaja ingin
menonjolkan diri, mereka ingin menjadi pusat perhatian. Sudah
memiliki cita-cita yang jelas, lebih bersemangat, dan sudah mulai
menetapkan identitas diri dan tidak bergantung pada kondisi
emosional. Berdasarkan penjelasan diatas fase fase remaja dibagi
menjadi tiga yaitu fase pra remaja, remaja wal, dan remaja lanjut.
2.4.3 Karakteristik Masa
Remaja Penelitian (Jannah, 2016) menjelaskan bahwa Masa
remaja merupakan masa yang berperan penting dalam kehidupan
manusia. Masa remaja memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang
membedakan dari masa masa pertumbuhan yang lain. Salah
satunya diungkapkan seorang ahli Hurlock (2016) bahwa
karakteristik remaja yaitu:
a. Masa Remaja Merupakan masa Peralihan Masa remaja awal
tidak terlepas dari kondisi peralihan. Kondisi ini bukan berarti
remaja berubah dari kondisi sebelumnya, namun masa
peralihan ini merupakan suatu kondisi yang terjadi dimana
satu tahap perkembangan yang menuju ke tahap
perkembangan.menjelaskan bahwa kondisi psikologis remaja
berasal dari masa kanak-kanak dan karakteristik khas remaja
sudah terlihat dari masa akhir kanak-kanak. Perubahan yang
terjadi dalam masa remaja awal mengakibatkan perilaku
individu berubah, masa ini remaja akan merasakan keraguan
akan peran yang dilakukan. Dalam keadaan seperti ini akan
menyebabkan remaja dapat mencoba hal baru dalam
kehidupan seperti gaya kehidupan, pola perilaku, dan
keinginan serta sifat yang diinginkan bagi dirinya sendiri
(Hurlock, 2016).
24

b. Masa Remaja Merupakan Masa Perubahan Perubahan dalam


sikap dan perilaku yang terjadi dalam keadaan yang sama dengan
perubahan fisik pada remaja awal. Perubahan perilaku berbanding
sama dengan perubahan fisik. Disebutkan ada empat perubahan
yang terjadi, yakni:
1) Perubahan tingkat emosi Perubahan emosi sejajar dengan
adanya perubahan fisik dan psikologi yang terjadi pada
remaja. Beberapa kondisi perubahan fisik yang signifikan
menjadikan remaja mengalami stres dan menyebabkan
kondisi psikologis terguncang. Hal ini menjadikan remaja
lebih rentan mengalami perubahan emosi (Santrock, 2016).
2) Perubahan bentuk tubuh, minat dan peran Perubahan
signifikan yang tejadi pada remaja salah satunya perubahan
bentuk tubuh, minat dan peran. Dalam hal ini perubahan
bentuk tubuh akan sangat terlihat yang menyebabkan masalah
baru seperti payudara yang membesar mengakibatkan remaja
lebih malu dan bingung dalam berpakaian. Masalah tersebut
menjadikan remaja harus menjalankan peran untuk diri sendiri
agar dapat menyelesaikan masalah tersebut (Ali & Asrori,
2015).
3) Berubahnya pola minat dan perilaku Masa kanak-kanak
yang awalnya dianggap penting, pada masa ini menjadi hal
yang sudah tidak penting seperti halnya masa kanakkanak
yang harus memiliki banyak teman, pada masa remaja awal
menjadikan mereka mengerti banyaknya teman sudah tidak
menjadikan suatu prioritas (Gunarsa, 2014).
4) Takut dalam tanggung jawab yang diberikan Masa remaja
awal menjadikan individu menginginkan kebebasan, namun
pada masa ini remaja tetap masih takut untuk bertanggung
jawab karena takut akan cara mengatasi tanggung jawab
tersebut. Hal ini menjadikan remaja masih ragu dalam
25

mengambil tanggung jawab yang akan diberikan (Sarwono,


2010).
5) Masa remaja merupakan masa yang penuh dengan masalah
Masa remaja awal akan penuh dengan masalah yang terjadi.
Hal ini terjadi dikarenakan pada saat masa kanak-kanak,
masalah yang terjadi pada mereka lebih banyak diselesaikan
oleh orang tua mereka. Namun, pada kondisi ini mereka
merasa mandiri sehingga pada masa ini mereka menolak
bantuan orang tua dan orang lain dalam menyelesaikan
masalah. Hal tersebut akan menjadikan masalah yang lebih
besar ketika remaja tidak dapat menyelesaikan dan memilik
jalan keluar yang baik. Mereka justru akan terjebak pada
permasalahan baru dan lebih besar (Thalib, 2010).
6) Masa remaja menimbulkan banyak ketakutan Anggapan
bahwa pada masa remaja merupakan suatu kondisi yang tidak
rapih, tidak mudah dipercayai, dan cenderung berperilaku
kasar dan merusak. Hal ini yang menjadikan remaja takut
untuk bertanggung jawab, dikarenakan anggapan masyarakat
yang tidak percaya kepada dirinya membuat remaja semakin
takut jika tidak dapat menyelesaikan tanggung jawabnya
dengan baik (Ali & Asrori, 2016).
7) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis Remaja pada
masa ini menjadi tidak realistis, karena remaja akan melihat
diri sendiri dan orang lain sesuai dengan keinginannya.
Mereka beranggapan bahwa apapun yang diinginkannya akan
terwujud. Semakin tinggi keinginan maka semakin tinggi
emosional yang dihadapi. Pada saat orang lain di sekitar tidak
mendukung keinginannya, maka semakin meningkat emosi
remaja. Dengan proses pertumbungan umur dan sikap yang
dewasa, akan membuat remaja berfikir secara realistis
(Widyastuti dkk., 2015).
2.4.4 Tugas perkembangan Remaja
26

merupakan fase yang penting dalam kehidupan manusia. Fase ini


harus diarahkan dalam hal hal yang baik agar mencapai kehidupan
dewasa yang sehat. Untuk mendapatkan kehidupan dewasa yang
sehat maka harus menjalankan tugas perkembangan dengan baik
dan benar. Jika tugas perkembangan dilakukan dengan baik, maka
akan membawa remaja dalam kebahagiaan dan kesuksesan.
Sebaliknya jika tahap perkembangan tidak dijalankan dengan baik
maka akan membawa kesusahan pada masa dewasa selanjutnya.
Sebagaimana dijabarkan oleh Havighurst dalam Gunarsa (2018)
tahap perkembangan remaja dijelaskan sebagai berikut (Putro,
2017) :
1) Menerima adanya perubahan fisik yang terjadi dan harus
melakukan peran sesuai dengan jenisnya dan merasakan kepuasan
terhadap dirinya sendiri.
2) Menjalankan peran sosial dengan teman sebaya dan harus
menjalankan sesuai dengan jenis kelamin masing masing.
3) Terbebas dari ketergantungan orang lain seperti orang tua dan
orang yang lebih dewasa
4) Mengembangkan pemikiran tentang konsep kehidupan
masyarakat
5) Harus mencari jaminan untuk masa depan agar dapat membantu
menopang kehidupan ekonomi
6) Menyiapkan diri untuk menghadapi dunia pekerjaan dimasa
depan
7) Mempersiapkan diri dari tanggungjawab yang diberikan sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat
8) Mempersiapkan diri untuk membangun rumah tangga
9) Mendapatkan penilaian bahwa dirinya mampu bersiap baik dari
orang sekitar.
27
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Konsep

Faktor yang mempengaruhi Faktor Depresi :


Komunikasi Keluarga :
1. Citra diri dan citra orang lain 1. Usia
2. Suasana psikologis 2. Status Sosial dan Ekonomi
3. Status Pernikahan
3. Lingkungan fisik
4. Jenis Kelamin
4. Kepemimpinan
5. Etika Bahasa
6. Perbedaan Usia

Depresi
Komunikasi Keluarga

1. Mimimal
1.Baik 2.Ringan
2.Kurang baik 3.Sedang
4. Berat

Skema 3.1. Kerangka Konsep

Keterangan :

= Yang Diteliti

= Yang Tidak Diteliti

= Arah Hubungan

28
29

3.2 Hipotesis

Ha : Ada hubungan Hubungan Komunikasi Keluarga Dengan Depresi Pada


Remaja di SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru.

Ho : Tidak ada Hubungan Komunikasi Keluarga Dengan Depresi Pada Remaja di


SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru.

3.3 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Skala Alat Hasil Ukur


Ukur

1. Komunikasi Suatu membentuk kasih Ordinal Kuesioner 1. Baik : ≥ 60


Keluarga sayang, kerjasama dan 2. Kurang baik : < 60
kepercayaan dalam suatu
(Independen) hubungan dengan
menerapkan keterbukaan
pendapat, keterbukaan
keinginan dan
keterbukaan dalam
bersikap sehingga akan
terbentuk saling
pengertian antar anggota
dalam keluarga.

2. Depresi Suatu Gangguan perasaan Ordinal Kuesioner 1.Minimal 0-13


(Dependen) dimana seseorang merasa 1. Ringan 14-19
sedih yang berkelajutan 2. Sedang 20-28
dan mendalam dengan 3. Berat 29-63
gangguan perilaku
BAB VI

METODE PENELITIAN

4.1 Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Correlational study artinya


suatu penelitian atau penelaahan hubungan dan tingkat hubungan antar
dua variable atau lebih. Adanya hubungan dan tingkat variable ini
penting karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti
akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian
(Notoatmodjo, 2015).
Didalam penelitian ini juga menggunakan metode Kuantitatif, yaitu
mengolah data yang berbentuk angka ,baik sebagian hasil pengukuran
maupun hasil konveksi ( Sugiyono, 2010 ).
Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui Hubungan Komunikasi
Keluarga Dengan Depresi Pada Remaja di SMA Muhammadiyah 1
Pekanbaru.
4.1.1 Skema Dasar Studi Cross Sectional

Baik
Komunikasi
Keluarga Kurang
Baik
Polulasi /
Sampel

Minimal
Depresi
Ringan

Sedang

Berat

Awal Pengamatan Batas Pengamatan

30
31

4.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru.

4.3 Waktu Penelitian

Waktu penelitian direncanakan pada bulan Februari – Maret 2023

4.4 Populasi dan Sampel

4.4.1 populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti


(Notoatmodjo, 2012).Populasi Pada Penelitian ini adalah Seluruh Siswa/
siswi di SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru.dengan jumlah kelas 3
adalah 157 Siswa/siswi.

4.4.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian yang di ambil dari keseluruhan objek yang


diteliti di anggap mewakili seluruh populasi (Arif Sumantri, 2011).
sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/siwsi SMA
Muhammadiyah 1 Pekanbaru.pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah menggunakan Random Sampling.

𝑵
𝒏 =
𝟏 + 𝑵𝒆𝟐

157
=
1+157(0.01)

157
=
1+ 2

157
=
3

= 52.33

= 52 Responden
32

Keterangan:

N : Populasi atau jumlah Responden atau Sampel

n : Populasi keseluruhan Responden

d2 : Tingakat Kepercayaan

4.4.3. Kriteria Sampel

Adapun sampel yang diambil harus memiliki kriteria sebagai berikut :


a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukkan
atau layak diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a). Siswa/ Siswi SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru
b) setuju menjadi responden
c). Siswa/siswi kelas 3 SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah karakteristik sampel yang tidak dimasukan
atau tidak layak untuk diteliti. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini
adalah:

a). tidak bersedia menjadi responden

4.5.Pengumpulan data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui:

1. Data Primer

Dalam pengumpulan data penelitian menggunakan data primer, yaitu


pengumpulan data dilakukan menggunakan alat ukur berupa kuesioner.
Teknik yang dilakukan peneliti yaitu dengan cara memilih sampel pada
responden.

2. Data Sekunder

Mengumpulkan data dengan menggunakan data sekunder, yaitu


memperoleh dari buku buku , internet tentang masalah yang diteliti dan
33

data-data lain yang mendukung dokumentasi yang diperoleh dari di SMA


Muhammadiyah 1 Pekanbaru

4.6. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner.


Kuesioner bersifat pertanyaan tertutup. Kuesioner adalah sejumlah
pertanyaan tertulis yang di gunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang hal-hal yang dia ketahui (Arikunto,
2010). Jumlah pertanyaan untuk variabel independen komunikasi keluarga
ada 20 pertanyaan Dengan menggunakan skala liket 1: Selalu 2: Sering 3:
Kadang – kadang 4: Tidak Pernah dengan menggunakan skala liket 1:
Sangat Sesuai (SS) 2 : Sesuai (S) 3 : Tidak Sesuai (TS ) 4 : Sangat Tidak
Sesuai ( STS ), dengan skor 1. = Baik : ≥ 60 dan 2 = Kurang baik : <
60Sedangkan untuk variabel dependen depresi pada remaja 21
pertanyaan. Contoh a = 1. b =2 . c =3 dan d = 41. Dengan skor 1. =
Minimal 0-13, 2 = Ringan 14-19, 3 = Sedang 20-28 dan 4 = Berat 29-63

4.7 Etika Penelitian

Dalam penelitian ini setelah mendapat rekomendasi dari Universitas


Muhammadiyah Riau, Kemudian Dinas penanaman modal dan pelayanan
terpadu satu pintu (DPMDPTSP), setelah mendapatkan surat selanjutnya
diserahkan kepada Dekan Fakultas MIPA dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Riau dan diberikan kepada Dinas Pendidikan dan
diberikan kepada SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru. Baru peneliti
melakukan penelitian dengan menekankan pada masalah etika yang
terjadi:
1.Informed Consent (lembar persetujuan diberikan kepada responden)

Tujuannya adalah subjek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta


dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika subjek menolak
untuk diteliti maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati
haknya.
34

2. Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan subjek peneliti, peneliti tidak akan


mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data cukup
dengan memberi nomor kode pada masing-masing lembar tersebut.

3.Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subjek dijamin oleh peneliti


hanya kelompok data saja yang akan disajikan atau diciptakan sebagai
hasil riset.

4.8. Pengolahan & Analisis Data

4.8.1.Pengolahan Data

Hastono (2016). memaparkan bahwa pengolahan data merupakan


salah satu bagian rangkaian kegiatan setelah pengumpulan data. Agar
analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar, paling tidak ada
empat tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui peneliti, yaitu :

a. Editing
Editing adalah kegiatan yang dilakukan untuk melakukan
pengecekan isian kuesioner.Ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahu jawaban sudah lengkap dan jelas untuk dibaca. Saat
responden sudah mengisi kuesioner, maka peneliti melakukan editing
seperti mengecek kembali terkait dengan apakah masih ada
pernyataan yang belum selesai diisi, serta mengecek kelengakapan
isian dari kuesioner responden.

b. Coding

Coding adalah kegiatan merubah data berbetuk huruf menjadi data


yang berbentuk angka. Pada tahap ini, semua variabel diberi kode
untuk menyederhanakan data yang sudah diperoleh. Contoh nya
seperti untuk jenis kelamin yaitu 1= “laki-laki”, 2= “perempuan”,

c. Scoring
35

Scoring adalah kegiatan memberikan skor pada masing- masing


jawaban. Proses ini dilakukan setelah peneliti memberikan kode pada
setiap variabel. Setelah dilakukan proses coding dan editing, maka
peneliti melakukan scoring sesuai dengan pernyataan yang diberikan
oleh responden variabel Independen yaitu mengunakan skala liket

d. Entry Data/Processing,

Processing adalah memproses data dengan memasukkan data dari


kuesioner ke dalam program komputer seperti paket program
komputer SPSS ( statistical pruduct and service solution). Proses ini
diawali saat peeliti sudah menskoring data dan kemudian di input ke
dalam program komputer SPSS

e. Cleaning,

Cleaning Suatu kegiatan pembersihan seluruh data agar terbebas


dari kesalahan sebelum dilakukan analisa data, baik kesalahan dalam
pengkodean maupun dalam membaca kode, kesalahan juga
dimungkinkan terjadi pada saat kita memasukkan data ke komputer.
Setelah data didapat kemudian dilakukan pengecekan kembali.
Pengelompokan data yang salah diperbaiki hingga tidak ditemukan
kembali data yang tidak sesuai, sehingga data telah siap dianalisis.
Selama proses pengolahan data dan dilakukan cek kembali tidak
ditemukan adanya data yang salah atau tidak sesuai.

f. Menyajikan data yang di inginkan dalam bentuk tabel.

4.8.2 Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menganalisis variabel-variabel


yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensinya agar
dapat diketahui karakteristik dari subjek penelitian. Karakteristik
responden yang dilakukan analisis kategorik dengan distribusi frekuensi.
36

Kelompok data kategori yaitu jenis kelamin dan umur responden untuk
menghitung frekuensinya.

2. Analisa Bivariat

Adalah analisa untuk menguji hubungan antara dua variabel.


Pemilihan uji statistik yang akan digunakan untuk melakukan analisa
didasarkan pada skala pengukuran, jumlah populasi atau sampel dan
jumlah variabel yang diteliti. Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara karakteristik responden dengan komunikasi keluarga dan
depresi. Karena data penelitian seluruhnya berskala ordinal maka uji
statistik yang digunakan adalah spearman rank dengan taraf signifikan
0,05. Dasar digunakan jika data yang diolah mengandung unsur skala
ordinal maka dilakukan uji spearman rank.

Adapun pedoman signifikasi memakai panduan sebagai berikut : bila


Pvalue < 𝛼 (0,05). maka H0 di tolak, artinya terdapat hubungan yang
signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel dependen.
Dan bila Pvalue > 𝛼 (0,05) maka Ha diterima, artinya tidak ada hubungan
yang signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel
dependen
DAFTAR PUSTAKA

Anam, C. (2017). Komunikasi keluarga tki dalam mendidik anak : studi kasus di
Desa Pakes Kecamatan Konang Kabupaten Bangkalan. 1–20.
http://digilib.uinsby.ac.id/472/
Abiana Meijon Fadul. (2019). Komunikasi keluarga
https://eprints.umm.ac.id/76471/4/ 8–29.
Ananda et al., 2016)Ananda, R., Rafida, T., Psh, K., Widad, L., Esthirahayu, D.
P., L, S. E., Haerani, R., R, N. P., Masyarakat, P., Putri, E., World Bank,
Wijandi, S., Uppks, S., Pekon, D. I., Kecamatan, W., Timur-depok, D. I. B.,
Syahza, A., Latifa, T., Keluarga, K., … Fazrina P. S. (2016). Keluarga.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
http://repository.upi.edu/id/eprint/20501%0Ahttp://file.upi.edu/Direktori/FIP/
JUR._PSIKOLOGI/195009011981032-
RAHAYU_GININTASASI/KELUARGA.pdf.%0Ahttp://marefateadyan.nas
hriyat.ir/node/150%0Ahttp://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAH
ASA_DAERA.
Fitria, Y., & Maulidia, R. (2018). Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga
dengan Depresi pada Remaja di SMPN Kota Malang. Prosiding Seminar
Nasional Hasil Penelitian Dan Pengabdian Epada Masyarakat III,
September, 270–276.
Hastono (2016). Sistem Informasi Pengolahan Data Ternak Unit Pelaksana Teknis
Produksi Dan Kesehatan Hewan Berbasis Web. Jurnal Informatika,
Teknologi Dan Sains, 2(1), 32–39. https://doi.org/10.51401/jinteks.v2i1.556
Jannah, M. (2017). Remaja Dan Tugas-Tugas Perkembangannya Dalam Islam.
Psikoislamedia : Jurnal Psikologi, 1(1), 243–256.
https://doi.org/10.22373/psikoislamedia.v1i1.1493
K, Magistra, M. A. (2006). KARAKTERISTIK PESAN KOMUNIKASI
PEMASARAN DI MEDIA JEJARING SOSIAL (Analisis Deskriptif
Kualitatif Pesan komunikasi Pemasaran di Media Jejaring Sosial Facebook
pada Akun Sunsilk Indonesia). Penerapan Embellishment Sebagai Unsur
Dekoratif Pada Busana Modestwear, d(2017), 1–30.
http://scholar.unand.ac.id/60566/
Kessler, R. C., & Bromet, E. J. (2017). The Epidemiology of Depression Across
Cultures. Annual Review of Public Health, 34(1), 119–138.
Kusuma, N. H. (2016). Korelasi Skor Dispepsia dan Skor Kecemasan pada Pasien
Dispepsia Dalam di RSUD prof.dr.Margono Soekarjo Purwokerto. Mandala
of Health, 5(3).
Notoatmodjo. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta.
Nindi, E., & Manundu, F. (2018). Hubungan Pola Komunikasi Keluarga dengan
Tingkat Depresi pada Lansia di Kelurahan Paniki Bawah Kecamatan
Mapanget Kota Manado. Journal of Community and Emergency, 4(2), 32–
38.
None, N. I., Kallo, V., Studi, P., Keperawatan, I., Kedokteran, F., Sam, U., &
Manado, R. (2016). Hubungan pola komunikasi keluarga dengan tingkat
depresi pada lansia di kelurahan malalayang satu timur kecamatan
malalayang. 4(November).
Novita, N. I., Mulyadi, & Kallo, V. (2018). Hubungan Pola Komunikasi Keluarga
dengan Tingkat Depresi pada Lansia di Kelurahan Paniki Bawah Kecamatan
Mapanget Kota Manado. Journal of Community and Emergency, 4(2), 32–
38.
Praptika ningtyas, A. A. I., Wahyuni, A. A. S., & Aryani, L. N. A. (2019).
Hubungan Tingkat Depresi pada Remaja dengan Prestasi Akademis Siswa
SMA Negeri 4 Denpasar. Jurnal Medika Udayana, 8(7), 1–5.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/51773/30713/
Rudiana, I., & Damaiyanti, M. (2019). Hubungan Komunikasi Keluarga dengan
Depresi pada Siswa Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan. 2015, 451–457.
Saputra et al., 2015)Saputra, D. D., Awafitul Azza, & Suryaningsih, Y. (2015).
Hubungan dukungan keluarga dengan harga diri remaja di lembaga
pemasyarakatan. Jom, 2(2), 1221–1230.
Vera Fitriana, S. M. (2019). Gambaran pola asuh keluarga dengan tingkat depresi
pada remaja. Jurnal Profesi Keperawatan, 6(1), 91–104.
http://jurnal.akperkridahusada.ac.id/index.php/jpk/article/view/65
Windarwati, H. D., Hidayah, R., Nova, R., Supriati, L., Ati, N. A. L., Sulaksono,
A. D., Fitriyah, T., Kusumawati, M. W., & Ilmy, E. S. K. (2021). Identifikasi
Keterkaitan Komunikasi Dalam Keluarga Dan Keharmonisan Keluarga Pada
Remaja Sekolah Menengah Atas. Caring Jurnal Pengabdian Masyarakat,
1(1), 1–9. https://doi.org/10.21776/ub.caringjpm.2021.001.01.1
LEMBAR PERSETUJUAN JUDUL RISET KEPERAWATAN

Kepada Yth.

Yang Bersangkutan

Di Tempat

Assalamualaikum Wr. Wb

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Rizma Tia Yuniar

NIM : 200201045

Dengan ini mengajukan judul penelitian :

“Hubungan Komunikasi Keluarga Dengan Depresi Pada Remaja di SMA


Muhammadiyah 1 Pekanbaru “

Demikian lah surat ini saya buat untuk dapat disetujui.

Pekanbaru,10 Januari 2023

Disetujui oleh Hormat saya,

Juli Widiyanto, S.Kep., M.Kes, Epid Rizma Tia Yuniar

NIDN : 1002078001 NIM : 200201045

Nb. Dibuat rangkap 3

1. Untuk Pembimbing
2. Untuk Bagian Administrasi
3. Untuk yang Bersangkutan
HUBUNGAN KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN DEPRESI PADA
REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 1 PEKANBARU

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth
Responden

Di –

Tempat

Dengan Hormat,

Sehubungan dengan Penelitian yang akan dilakukan dengan judul


Hubungan Komunikasi Keluarga Dengan Depresi Pada Remaja di SMA
Muhammadiyah 1 Pekanbaru. Maka peneliti akan mengajukan beberapa
Pertanyaan dan pertanyaan peneliti seperti pada lembar berikut dan dimohon
kesediaan orang tua mengisi daftar pertanyaan tersebut.

Hasil jawaban orang tua sangat membantu kelancaran penelitian dan sangat
bermanfaat untuk kepentingan kita bersama. Berikanalah jawabam yang sesuai dengan
pendapat orang tua.dan tidak perlu sama dengan yang lain. jawaban atau isian yang
diberikan serta identitas responden akan dirahasiakan sehingga orang tua tidak perlu
khawatir denganjawaban yang diberikan.
Akhinya peneliti mengucapkan terimaka kasih yang sebesar- besarnya atas
partisipasi yang telah diberikan kepada peneliti.

Hormat Saya

Rizma Tia Yuniar


KUESIONER KOMUNIKASI KELUARGA

Petunujuk Pengisian :

1.Isilah identitas terlebih dahulu.


Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
Kelas :
2. Bacalah dengan cermat pertanyaan yang telah tersedia.
3. Berilah tanda silang (√) pada kolom yang sesuai dengan keadaanmu.
No Pernyataan Selalu Sering Kadang Tidak
-kadang pernah
1 Saya suka melakukan kegiatan
bersama keluarga saya di rumah.

2 Orangtua (keluarga)saya memberiwaktu


luang untuk mengobrol dengan saya
ataupun anak-anaknya.

3 Saya makan dirumah sebelum berangkat


ke sekolah.

4 Saya pergi kesekolah diantar orang tua


atau keluarga.

5 Ketika saya salah,keluarga atau orang


tua menegur saya.

6 Ketika nilai ulangan saya bagus, saya


diberikan hadiah.

7 Orangtua (keluarga) menemani saya


belajar.

8 Orangtua (keluarga) menyuruh saya


belajar, agar mendapat prestasi belajar.

9 Orang tua saya mengobrol dengan saya


walaupun orangtua saya sedang sibuk.
10 Keluarga (orangtua) mengajarkan
mengenai hal yang boleh dilakukan dan
hal yang tidak boleh dilakukan.

11 Saya suka bercerita kepada orangtua


atau keluarga dibanding dengan orang
lain.

12 Saya diberi semangat untuk mendapat


nilai yang baik.

13 Saya diberikan hukuman ketika


mendapat nilai jelek.

14 Orangtua membantu mengatasi kesulitan


belajar saya dan mendampingi saya
belajar.

15 Saya lebih nyaman belajar disekolah dari


pada di rumah bersama orangtua
(keluarga).

16 Orangtua memberi motivasi dan


semangat ketika nilai saya jelek.

17 Orangtua saya marah ketika saya tidak


mengerjakan PR ataupun belajar.

18 Saya ditegur orangtua untuk belajar


ketika bermain.

19 Keluarga (orangtua) memutuskan


masalah dengan baik tentang segala hal
yang terjadi pada saya atau keluarga.

20 Orangtua saya menjelaskan perbuatan


baik dan perbuatan buruk agar saya
dapat menentukan mana yang akan saya
pilih dan saya lakukan.
KEUSIONER DEPRESI PADA REMAJA

PETUNJUK PENGISIAN :

1. Bacalah pernyataan-pernyataan pada lembar berikut, kemudian kerjakan


dengan sungguh-sungguh sesuai dengan keadaan saudara yang sebenarnya.
2. Tidak ada jawaban yang salah, semua jawaban adalah baik dan benar.
3. Sebaiknya jawaban bersifat spontan dan tidak didasarkan atas apa yang
dianggap wajar.
4. Pilihlah salah satu jawaban yang ada dengan memberi tanda (X) pada
pilihan jawaban yang paling sesuai dengan keadaan saudara :
5. Apabila anda ingin menganti jawaban, maka anda dapat memberikan tanda
(=) pada jawaban pertama, kemudian berikan tanda (X) pada jawaban kedua.
Contoh : a = 1 b=2 c=3 d=4
6. Jika telah selesai, periksa kembali jawaban anda. Pastikan semua
pernyataan telah dijawab.

PERTANYAAN

1. a. Saya tidak merasa sedih.

b. Saya merasa sedih.

c. Saya selalu merasa sedih dan tidak bisa menghilangkan perasaan itu.

d. Saya terlalu sedih dan tidak bahagia sehingga rasanya saya tidak tahan lagi.

2. a. Saya tidak terlalu menghawatirkan masa depan saya.


b. Saya merasa khawatir dengan masa depan saya.
c. Saya merasa bahwa tidak ada sesuatu pun yang dapat saya harapkan.
d. Saya merasa bahwa tidak ada harapan untuk masa depan saya dan
semuanya tidak akan dapat membaik.
3. a. Saya tidak menganggap bahwa saya adalah orang yang gagal.
b. Saya merasa bahwa saya telah gagal lebih banyak daripada oang lain.
c. Saat saya melihat ke masa lalu saya, yang saya lihat hanyalah kegagalan.
d. Saya merasa bahwa saya adalah seseorang yang gagal total.
4. a. Saya merasakan banyak kepuasan dari hal-hal yang saya lakukan, sama
seperti dulu.
b. Saya tidak lagi menikmati berbagai hal, seperti yang pernah saya
rasakan dulu.
c. Saya tidak memperoleh kepuasan dari apapun lagi.

d. Saya tidak puas atau bosan dengan segalanya.

5. a. Saya tidak terlalu merasa bersalah.

b. Saya cukup sering merasa bersalah.

c. Saya sering merasa bersalah.

d. Saya merasa bersalah sepanjang waktu.


6. a. Saya tidak merasa sedang dihukum.
b. Saya merasa saya akan dihukum.
c. Saya merasa mungkin saya sedang dihukum.
d. Saya merasa bahwa saya sedang dihukum.

7. a. Saya merasa tidak kehilangan minat terhadap orang lain.


b. Saya merasa agak kurang berminat terhadap orang lain dibandingkan
biasanya.
c. Saya kehilangan hampir seluruh minat saya terhadap orang lain.
d. Saya telah kehilangan seluruh minat saya terhadap orang lain.

8. a. Saya merasa bahwa keadaan saya baik-baik saja.


b. Saya merasa khawatir saya akan terlihat tidak menarik lagi.
c. Saya merasa ada perubahan-perubahan dalam penampilan saya sehingga
membuat saya tampak tidak menarik lagi.
d. Saya yakin bahwa saya telihat kurang menarik atau jelek.

9. a. Saya merasa tidak sering menangis dibandingkan biasanya.


b. Sekarang saya sering menangis dibandingkan sebelumnya.
c. Sekarang saya menangis sepanjang waktu.
d. Sekarang saya tidak dapat menangis lagi walaupun saya menginginkannya.

10. a. Saya merasa saya tidak lebih buruk daripada orang lain.
b. Saya suka mencela diri saya sendiri karena kelemahan-kelemahan atau
kesalahan saya sendiri.
c. Saya sering menyalahkan diri saya sendiri karena kesalahan-kesalahan
saya.
d. Saya menyalahkan diri saya atas semua hal-hal buruk yang terjadi.

11. a. Saya mengambil keputusan-keputusan hampir sama baiknya dengan


biasanya.
b. Saya lebih sering menunda untuk mengambil keputusan-keputusan
dibandingkan biasanya.
c. Saya sekarang lebih sering mengalami kesulitan dalam mengambil
keputusan dibandingkan sebelumnya.
d. Saya sama sekali tidak dapat mengambil keputusan-keputusan lagi.

12. a. Saya merasa kondisi tubuh saya baik-baik saja.


b. Saya merasa lebih mudah lelah daripada biasanya.
c. Saya selalu merasa lelah setelah melakukan apa saja.
d. Saya merasa terlalu lelah untuk melakukan apapun sekarang.

13. a. Saya merasa tidak ada yang salah dengan nafsu makan saya.
b. Saya merasa agak malas makan akhir-akhir ini.
c. Nafsu makan saya kini jauh lebih buruk.
d. Saya tidak memiliki nafsu makan lagi.

14. a. Saya dapat tidur dengan lelap seperti biasanya.


b. Saya kadang terbangun di tengah malam.
c. Sekarang saya sering bangun lebih awal dari biasanya dan susah untuk
tidur lagi.
d. Saya terbangun beberapa jam lebih awal dibandingkan biasanya dan
tidak dapat tidur lagi.
15. a. Saya merasa masih bisa mengontrol emosi saya seperti biasanya.
b. Saya lebih sering marah dibandingkan biasanya.
c. Saya sering merasa jengkel sekarang.
d. Kini saya merasakan kejengkelan di sepanjang waktu saya.
16. a. Saya dapat bekerja dengan baik seperti biasanya.
b. Saya memerlukan usaha yang lebih keras daripada biasanya untuk
melakukan sesuatu.
c. Untuk melakukan sesuatu sekarang, saya harus berusaha dengan susah
payah dan sekuat tenaga.
d. Saya sudah tidak mampu untuk mengerjakan apapun lagi.

17. a. Saya merasa tidak ada yang salah dengan minat saya terhadap lawan jenis.
b. Saya merasa kurang berminat terhadap lawan jenis dibandingkan biasanya.
c. Saya merasa sangat kurang berminat terhadap lawan jenis sekarang.
d. Saya telah kehilangan minat terhadap lawan jenis.

18. a. Berat badan saya masih stabil seperti biasanya, ataupun kalau turun
hanya sedikit sekali.
b. Berat badan saya turun lebih banyak dari biasanya.
c. Berat badan saya turun lebih dari sepuluh pon.
d. Berat badan saya turun lebih dari lima belas pon.
19. a. Saya merasa bangga dengan diri saya sendiri.
b. Saya merasa kecewa dengan diri saya sendiri.
c. Saya merasa muak dengan diri saya sendiri.
d. Saya membenci diri saya sendiri.

20. a. Saya tidak khawatir atau cemas terhadap kesehatan saya.


b. Saya cemas dengan keadaan fisik saya yang sakit seperti mual, sakit
perut, sakit kepala atau pusing.
c. Saya sangat cemas dengan masalah-masalah fisik saya sehingga sukar
untuk memikrkan hal yang lain.
d. Saya sangat cemas kalau memikirkan masalah-masalah fisik saya
sehingga membuat saya tidak dapat memikirkan hal lain lagi.

21. a. Saya tidak pernah sedikitpun berpikir tentang bunuh diri.


b. Kadang saya berpikir untuk bunuh diri tetapi saya tidak akan
melakukannya.
c. Saya merasa ingin bunuh diri.
d. Saya akan bunuh diri jika ada kesempatan.
CURRICULUM VITAE (CV)

I. IDENTITAS DIRI

Nama : Rizma Tia Yuniar

Nama Panggilan : Rizma

Tempat/Tanggal Lahir : Sungai Manasib, 16 April 2002

Jenis Kelamin : Prempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Sukawiradrama

Nama Orang Tua

a. Ayah : Adi Sucipto

b. Ibu : Eka Nurbaiti

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

SDN 003 Sungai Manasib Tahun 2009-2014

SMP N 01 Bangko Pusako Tahun 2014-2017

SMAN 2 Bangko Pusako Tahun 2017 -2020

Keperawatan Universitas Muhammadiyah Riau Tahun 2020-Sekarang


LEMBARAN KONSULTASI BIMBINGAN PROPOSAL PENELITIAN

Nama : Rizma Tia Yuniar


Nim : 200201045
Jurusan : Keperawatan
Jenjang Pendidikan : Diploma III
Pembimbing : Ns.Juli Widiyanto,S.Kep.,M.Kes,Epid
Judul Tugas Akhir : Hubungan Komunikasi Keluarga Dengan
Depresi Pada Remaja di SMA Muhammadiyah 1
Pekanbaru.
No Hari/ Tanggal Kegiatan Paraf

1. Selasa / 04 Oktober Konsul Bab 1 dan 2


2022
2. Senin / 14 November Konsul Bab 1 sampai 4
2022
3. Kamis / 17 November Konsul Bab 1 sampai 2
2022
4. Senin / 12 Desember Konsul Bab 1 sampai 4
2022
5. Rabu / 21Desember Konsul Bab 4
2022
6. Selasa / 10 Januari Konsul Bab 4 , Kuesiner
2023 Daftar Pustaka
7 Selasa / 07 Februari Konsul Bab 1 sampai 4
2023
8 Kamis / 09 Februari Ujian Proposal
2023

Pekanbaru, 07 Februari 2023


Pembimbing

Ns.Juli Widiyanto,S.Kep.,M.Kes,Epid
NIDN : 1002078001
Jadwal Kegiatan

No No Kegiatan Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr


1. Pembuatan
proposal
2. Survey
awal
3. Seminar
Proposal
4. Perbaikan
proposal
5. Penelitian
6. Pengolahan
data
7. Seminar
hasil
8. Perbaikan
hasil
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai