200201045
NIM : 200201045
dihadapan penguji, tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII
Riau.
Menyetujui Pembimbing
NIDN : 1002078001
i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Demikian surat ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan
ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat
rahmat dan karunia Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal
penelitian ini yang berjudul “Hubungan Komunikasi Keluarga Dengan Depresi
Pada Remaja di SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru.”
iii
memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada peneliti.
7. Terimakasih kepada SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru yang telah
Memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengadakan penenlitian.
8. Teristimewah ucapan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda
Adi Sucipto dan Ibunda Eka Nurbaiti dan saudara saya Nurul Hafiza,
Ahmad Fauzi, Laili Talita Hasna dan Gibran Ahmad Husein serta keluarga
besar yang telah memberikan dukungan, motivasi dan doa yang tiada henti
demi kelancaran karya tulis ilmiah ini.
9. Teruntuk orang spesial ( 101122 ) yang sudah selalu menemani dan mensupport
dalam konsidi apapun dalam mengejar gelar dan menyemangati aku setiap
waktu
10.Terimakasih kepada sahabat saya Nurdila Dwi Putri yang selalu menemani
dan mendukung saya dalam setiap waktu dan mengarahkan kepada kebaikan
saya
11. Rekan-rekan seperjuangan program studi D-III Keperawatan angkatan 2020.
Peneliti
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................viii
DAFTAR SKEMA................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
v
2.3.1 Definsi Depresi .................................................................................13
3.2 Hipotesis....................................................................................................28
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran III : Surat Izin dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayan Terpadu Pintu
Satu
Lampiran VI : Informed
viii
DAFTAR SKEMA
ix
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
zat. Dan sebayak 5-10% remaja akan melakukan tindakan bunuh diri dalam
rentang 15 tahun dari awal episode depresi mayor (Stuart ,2016).
Depresi dapat diatasi dengan adanya koping pada remaja. Koping
merupakan cara berpikir dan bereaksi yang ditujukan untuk mengatasi
beban atau transaksi yang menyakitkan. Salah satu koping tersebut adalah
komunikasi dengan keluarga,Komunikasi sangat penting bagi kedekatan
keluarga, mengenal masalah, memberi respon terhadap peran-peran non-
verbal dan mengenal masalah pada tiap individu. Proses komunikasi yang
baik di harapkan dapat membentuk suatu pola komunikasi yang baik dalam
keluarga (Siboro, 2019).
Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah
keluarga, yang merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinteraksi
dengan anggota keluarga lainnya, selain itu kemunikasi keluarga sebagai
wadah dalam membentuk dan mengembangkan nilainilai yang dibutuhkan
sebagai pegangan hidup. Agar anak dapat menjalani hidupnya ketika berada
dalam lingkungan masyarakat, apa yang terjadi jika sebuah pola komunikasi
keluarga tidak terjadi secara harmonis tentu akan mempengaruhi
perkembangan anak,Pola komunikasi dapat dipahami sebagai pola
hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan
pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat
dipahami.(Djamarah, 2017).
Komunikasi sangat penting bagi kedekatan keluarga, mengenal masalah,
memberi respon terhadap peran-peran non-verbal dan mengenal masalah
pada tiap individu. Proses komunikasi yang baik diharapkan dapat
membentuk suatu pola komunikasi yang baik dalam keluarga (Siboro, 2017)
Berguna untuk mengantisipasi masalah yang dihadapi lansia agar depresi
yang dialami Remaja tidak menambah berat (Adinegara, 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati ( 2017 ) dengan judul
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Anak Remaja
Awal di Lembaga Pemasyarakatan menunjukkan dukungan keluarga yang
tinggi dengan remaja yang tidak mengalami depresi sebesar 10,9 % dan
dukungan keluarga yang rendah serta mengalami depresi ringan sebesar
3
Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan masukan pada pihak
SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru tentang seperti apa Hubungan
Komunikasi Keluarga Dengan Depresi Pada Remaja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Komunikasi Sosial
b. Komunikasi Organisasi
c. Komunikasi Politik
d. Komunikasi Antarbudaya
e. Komunikasi Pembangunan
f. Komunikasi Lingkungan
g. Komunikasi Tradisional
h. Komunikasi Keluarga
Karena dalam penelitian ini, peneliti fokus terhadap bidang
komunikasi keluarga maka peneliti akan membahas lebih
detail tentang komunikasi keluarga.
2.2.3 Komunikasi Keluarga
Komunikasi keluarga adalah pembentukan pola kehidupan dimana
dalam keluarga terdapat unsur pendidikan, membentuk sikap dan
membentuk perilaku anak yang berpengaruh pada perkembangan anak.
Modernitas dapat membawa perubahan pada beberapa aspek kehidupan
keluarga, sehingga perubahan drastis terjadi pada pola dalam keluarga.
Perubahan - perubahan yang terjadi dalam keluarga nantinya akan
memiliki dampak bagi seluruh anggota keluarga. Anggota keluarga yang
terkena dampak yaitu bisa dipihak sang ayah, ibu dan anak – anak
bahkan sampai keluarga besar seperti kakek dan nenek atau saudara yang
lain. Oleh karena itu, anak pun memikul dampak dari perubahan yang
terjadi pada keluarga. Ikatan dengan keluarga yang renggang dan
intensitas komunikasi keluarga yang berkurang, berkurangnya pekerjaan
yang dilakukan di rumah, perubahan sikap orangtua, atau berubahnya
kondisi / susunan keluarga karena sesuatu akan berdampak pada anak.
Anak bisa saja jadi lebih banyak beraktifitas diluar rumah daripada
menghabiskan waktu dengan keluarga di rumah. Terjadinya pernikahan
yang kedua, ketiga bahkan keempat seperti poligami semakin marak di
lingkungan masyarakat. Jika itu terjadi dalam keluarga diharapkan peran
9
1. Suasana psikologis
Suasana psikologis diakui memperngaruhi komunikasi.
Komunikasi sulit berlangsung bila seseorang dalam keadaan
sedih, bingung marah, merasa kecewa, merasa iri hati, diliputi
prasangka, dan suasana psikologis lainnya.
2. Lingkungan fisik
Komunikasi dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja,
dengan gaya, dan cara yang berbeda. Komunikasi yang
berlangsung dalam keluarga berbeda dengan yang terjadi di
sekolah. Karena memang kedua lingkungan ini berbeda. Suasana
dirumah bersifat informal, sedangkan suasana di sekolah bersifat
formal. Demikian juga komunikasi yang berlangsung dalam
masyarakat. Karena setiap masyarakat memiliki norma yang
harus di taati, maka komunikasi yang berlangsungpun harus taat
norma.
3. Kepemimpinan
Dalam keluarga seorang pemimpin mempunyai peranan yang
sangat penting dan strategis. Dinamika hubungan dalam keluarga
dipengaruhi oleh pola kepemimpinan. Karakteristik seorang
pemimpin akan menentukan pola komunikasi bagaimana yang
akan berproses dalam kehidupan yang membentuk hubungan-
hubungan tersebut.
4. Etika Bahasa
11
3. Komunikasi Ritual
4. Komunikasi Instrumental
depresi disebabkan oleh cedera pada otak, pengaruh sistem endokrin atau
farmakologis namun pada sebagian besar kasus, faktor genetik dan
lingkungan mengambil peran terhadap pathogenesis depresi (Maina et
al., 2016). Sama seperti kanker dan penyakit kardiovaskuler yang
memiliki berbagai faktor risiko yang mungkin menimbulkan penyakit
tersebut, terdapat berbagai faktor yang mungkin menimbulkan depresi
klinis (Donohue & Luby, 2016).
Para peneliti menemukan bahwa mereka yang menderita gangguan
bipolar memiliki riasan genetik yang agak berbeda dari mereka yang
tidak menderita gangguan bipolar. Namun, tidak semua individu yang
memiliki faktor genetik bipolar akan mengembangkan penyakit tersebut.
Rupanya, faktor tambahan, mungkin lingkungan yang penuh tekanan,
yang terlibat dalam onset dan faktor pelindung terlibat dalam
pencegahannya. Depresi berat juga tampaknya terjadi dalam generasi
demi generasi pada beberapa keluarga, meskipun tidak sekuat dalam
Bipolar I atau II (Kim et al., 2017). Peristiwa eksternal sering tampaknya
memulai episode depresi. Dengan demikian, kehilangan serius, penyakit
kronis, hubungan yang sulit, masalah keuangan, atau perubahan pola
kehidupan yang tidak disukai dapat memicu episode depresi. Kombinasi
faktor genetik, psikologis, dan lingkungan terlibat dalam timbulnya
gangguan depresi (Donohue & Luby, 2016).
Kelainan dalam fungsi endokrin diperkirakan memiliki peran
penting terhadap kejadian depresi. Studi klinis membuktikan bahwa
pasien dengan gangguan endokrin lebih sering mengalami gangguan
depresi, misalnya depresi banyak terjadi pada pasien dengan penyakit
cushing’s syndrome dan pasien yang menggunakan obat
glukokortikosteroid. Selain itu depresi merupakan manifestasi klinis yang
umum pada kasus hipotiroidisme. Peningkatan kadar glukokortikoid dan
stres juga dapat berperan dalam penurunan ukuran wilayah hipocampus
otak pada pasien depresi dengan mengurangi neurogenesis dan
kelangsungan hidup neuron melalui brain-derived neurotrophic factor
(BDNF) (Langlieb & DePaulo, 2017).
16
depresi ini dapat terjadi sekali, dua kali, atau beberapa kali seumur hidup
(Bhowmik et al., 2012).
Rhode, Seeley, Klein, dan Gotlib (Durand & Barlow, 2016) juga
berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi
depresi, yaitu:
a. Konflik dengan Orangtua
Konflik dengan orangtua dapat meningkatkan kerentanan
seorang individu mengalami gangguan depresi. Konflik yang
terjadi akan membuat anak kurang memiliki dukungan sosial
dari orangtua. Selain itu, anak akan mengembagkan model
penyelesaian masalah yang cenderung mirip dengan yang
dilakukan oleh orangtuanya. Akibatnya, anak menjadi kurang
adaptif ketika menghadapi konflik.
b. Jenis Kelamin
Individu dengan jenis kelamin perempuan cenderung lebih
rentan mengalami depresi dibandingkan dengan laki-laki.
Kondisi biologis perempuan yang menghasilkan hormon
tertentu membuatnya lebih sensitif jika dibandingkan dengan
laki-laki.
c. Faktor Keturunan
Individu yang lahir dari orangtua yang mengalami depresi
cenderung akan lebih rentan terhadap depresi. Individu yang
lahir dari kondisi tersebut cenderung memiliki kondisi biologis
yang sama seperti orangtuanya, misalnya dengan kadar
neurotransmitter tertentu yang berbeda dengan individu normal.
Selain itu, anak yang dibesarkan oleh orangtua yang mengalami
20
fase ini remaja mulai mencari jati diri, dan mulai mandiri dengan
keputusan yang mereka ambil. Pemikiran remaja semakin logis,
dan semakin banyak waktu untuk membicarakan keinginan dengan
orang tua.
c. Remaja lanjut (17-20 atau 21 tahun) Pada fase ini remaja ingin
menonjolkan diri, mereka ingin menjadi pusat perhatian. Sudah
memiliki cita-cita yang jelas, lebih bersemangat, dan sudah mulai
menetapkan identitas diri dan tidak bergantung pada kondisi
emosional. Berdasarkan penjelasan diatas fase fase remaja dibagi
menjadi tiga yaitu fase pra remaja, remaja wal, dan remaja lanjut.
2.4.3 Karakteristik Masa
Remaja Penelitian (Jannah, 2016) menjelaskan bahwa Masa
remaja merupakan masa yang berperan penting dalam kehidupan
manusia. Masa remaja memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang
membedakan dari masa masa pertumbuhan yang lain. Salah
satunya diungkapkan seorang ahli Hurlock (2016) bahwa
karakteristik remaja yaitu:
a. Masa Remaja Merupakan masa Peralihan Masa remaja awal
tidak terlepas dari kondisi peralihan. Kondisi ini bukan berarti
remaja berubah dari kondisi sebelumnya, namun masa
peralihan ini merupakan suatu kondisi yang terjadi dimana
satu tahap perkembangan yang menuju ke tahap
perkembangan.menjelaskan bahwa kondisi psikologis remaja
berasal dari masa kanak-kanak dan karakteristik khas remaja
sudah terlihat dari masa akhir kanak-kanak. Perubahan yang
terjadi dalam masa remaja awal mengakibatkan perilaku
individu berubah, masa ini remaja akan merasakan keraguan
akan peran yang dilakukan. Dalam keadaan seperti ini akan
menyebabkan remaja dapat mencoba hal baru dalam
kehidupan seperti gaya kehidupan, pola perilaku, dan
keinginan serta sifat yang diinginkan bagi dirinya sendiri
(Hurlock, 2016).
24
Depresi
Komunikasi Keluarga
1. Mimimal
1.Baik 2.Ringan
2.Kurang baik 3.Sedang
4. Berat
Keterangan :
= Yang Diteliti
= Arah Hubungan
28
29
3.2 Hipotesis
METODE PENELITIAN
Baik
Komunikasi
Keluarga Kurang
Baik
Polulasi /
Sampel
Minimal
Depresi
Ringan
Sedang
Berat
30
31
4.4.1 populasi
𝑵
𝒏 =
𝟏 + 𝑵𝒆𝟐
157
=
1+157(0.01)
157
=
1+ 2
157
=
3
= 52.33
= 52 Responden
32
Keterangan:
d2 : Tingakat Kepercayaan
4.5.Pengumpulan data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui:
1. Data Primer
2. Data Sekunder
3.Confidentiality (Kerahasiaan)
4.8.1.Pengolahan Data
a. Editing
Editing adalah kegiatan yang dilakukan untuk melakukan
pengecekan isian kuesioner.Ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahu jawaban sudah lengkap dan jelas untuk dibaca. Saat
responden sudah mengisi kuesioner, maka peneliti melakukan editing
seperti mengecek kembali terkait dengan apakah masih ada
pernyataan yang belum selesai diisi, serta mengecek kelengakapan
isian dari kuesioner responden.
b. Coding
c. Scoring
35
d. Entry Data/Processing,
e. Cleaning,
1. Analisis Univariat
Kelompok data kategori yaitu jenis kelamin dan umur responden untuk
menghitung frekuensinya.
2. Analisa Bivariat
Anam, C. (2017). Komunikasi keluarga tki dalam mendidik anak : studi kasus di
Desa Pakes Kecamatan Konang Kabupaten Bangkalan. 1–20.
http://digilib.uinsby.ac.id/472/
Abiana Meijon Fadul. (2019). Komunikasi keluarga
https://eprints.umm.ac.id/76471/4/ 8–29.
Ananda et al., 2016)Ananda, R., Rafida, T., Psh, K., Widad, L., Esthirahayu, D.
P., L, S. E., Haerani, R., R, N. P., Masyarakat, P., Putri, E., World Bank,
Wijandi, S., Uppks, S., Pekon, D. I., Kecamatan, W., Timur-depok, D. I. B.,
Syahza, A., Latifa, T., Keluarga, K., … Fazrina P. S. (2016). Keluarga.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
http://repository.upi.edu/id/eprint/20501%0Ahttp://file.upi.edu/Direktori/FIP/
JUR._PSIKOLOGI/195009011981032-
RAHAYU_GININTASASI/KELUARGA.pdf.%0Ahttp://marefateadyan.nas
hriyat.ir/node/150%0Ahttp://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAH
ASA_DAERA.
Fitria, Y., & Maulidia, R. (2018). Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga
dengan Depresi pada Remaja di SMPN Kota Malang. Prosiding Seminar
Nasional Hasil Penelitian Dan Pengabdian Epada Masyarakat III,
September, 270–276.
Hastono (2016). Sistem Informasi Pengolahan Data Ternak Unit Pelaksana Teknis
Produksi Dan Kesehatan Hewan Berbasis Web. Jurnal Informatika,
Teknologi Dan Sains, 2(1), 32–39. https://doi.org/10.51401/jinteks.v2i1.556
Jannah, M. (2017). Remaja Dan Tugas-Tugas Perkembangannya Dalam Islam.
Psikoislamedia : Jurnal Psikologi, 1(1), 243–256.
https://doi.org/10.22373/psikoislamedia.v1i1.1493
K, Magistra, M. A. (2006). KARAKTERISTIK PESAN KOMUNIKASI
PEMASARAN DI MEDIA JEJARING SOSIAL (Analisis Deskriptif
Kualitatif Pesan komunikasi Pemasaran di Media Jejaring Sosial Facebook
pada Akun Sunsilk Indonesia). Penerapan Embellishment Sebagai Unsur
Dekoratif Pada Busana Modestwear, d(2017), 1–30.
http://scholar.unand.ac.id/60566/
Kessler, R. C., & Bromet, E. J. (2017). The Epidemiology of Depression Across
Cultures. Annual Review of Public Health, 34(1), 119–138.
Kusuma, N. H. (2016). Korelasi Skor Dispepsia dan Skor Kecemasan pada Pasien
Dispepsia Dalam di RSUD prof.dr.Margono Soekarjo Purwokerto. Mandala
of Health, 5(3).
Notoatmodjo. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta.
Nindi, E., & Manundu, F. (2018). Hubungan Pola Komunikasi Keluarga dengan
Tingkat Depresi pada Lansia di Kelurahan Paniki Bawah Kecamatan
Mapanget Kota Manado. Journal of Community and Emergency, 4(2), 32–
38.
None, N. I., Kallo, V., Studi, P., Keperawatan, I., Kedokteran, F., Sam, U., &
Manado, R. (2016). Hubungan pola komunikasi keluarga dengan tingkat
depresi pada lansia di kelurahan malalayang satu timur kecamatan
malalayang. 4(November).
Novita, N. I., Mulyadi, & Kallo, V. (2018). Hubungan Pola Komunikasi Keluarga
dengan Tingkat Depresi pada Lansia di Kelurahan Paniki Bawah Kecamatan
Mapanget Kota Manado. Journal of Community and Emergency, 4(2), 32–
38.
Praptika ningtyas, A. A. I., Wahyuni, A. A. S., & Aryani, L. N. A. (2019).
Hubungan Tingkat Depresi pada Remaja dengan Prestasi Akademis Siswa
SMA Negeri 4 Denpasar. Jurnal Medika Udayana, 8(7), 1–5.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/51773/30713/
Rudiana, I., & Damaiyanti, M. (2019). Hubungan Komunikasi Keluarga dengan
Depresi pada Siswa Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan. 2015, 451–457.
Saputra et al., 2015)Saputra, D. D., Awafitul Azza, & Suryaningsih, Y. (2015).
Hubungan dukungan keluarga dengan harga diri remaja di lembaga
pemasyarakatan. Jom, 2(2), 1221–1230.
Vera Fitriana, S. M. (2019). Gambaran pola asuh keluarga dengan tingkat depresi
pada remaja. Jurnal Profesi Keperawatan, 6(1), 91–104.
http://jurnal.akperkridahusada.ac.id/index.php/jpk/article/view/65
Windarwati, H. D., Hidayah, R., Nova, R., Supriati, L., Ati, N. A. L., Sulaksono,
A. D., Fitriyah, T., Kusumawati, M. W., & Ilmy, E. S. K. (2021). Identifikasi
Keterkaitan Komunikasi Dalam Keluarga Dan Keharmonisan Keluarga Pada
Remaja Sekolah Menengah Atas. Caring Jurnal Pengabdian Masyarakat,
1(1), 1–9. https://doi.org/10.21776/ub.caringjpm.2021.001.01.1
LEMBAR PERSETUJUAN JUDUL RISET KEPERAWATAN
Kepada Yth.
Yang Bersangkutan
Di Tempat
Assalamualaikum Wr. Wb
NIM : 200201045
1. Untuk Pembimbing
2. Untuk Bagian Administrasi
3. Untuk yang Bersangkutan
HUBUNGAN KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN DEPRESI PADA
REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 1 PEKANBARU
Kepada Yth
Responden
Di –
Tempat
Dengan Hormat,
Hasil jawaban orang tua sangat membantu kelancaran penelitian dan sangat
bermanfaat untuk kepentingan kita bersama. Berikanalah jawabam yang sesuai dengan
pendapat orang tua.dan tidak perlu sama dengan yang lain. jawaban atau isian yang
diberikan serta identitas responden akan dirahasiakan sehingga orang tua tidak perlu
khawatir denganjawaban yang diberikan.
Akhinya peneliti mengucapkan terimaka kasih yang sebesar- besarnya atas
partisipasi yang telah diberikan kepada peneliti.
Hormat Saya
Petunujuk Pengisian :
PETUNJUK PENGISIAN :
PERTANYAAN
c. Saya selalu merasa sedih dan tidak bisa menghilangkan perasaan itu.
d. Saya terlalu sedih dan tidak bahagia sehingga rasanya saya tidak tahan lagi.
10. a. Saya merasa saya tidak lebih buruk daripada orang lain.
b. Saya suka mencela diri saya sendiri karena kelemahan-kelemahan atau
kesalahan saya sendiri.
c. Saya sering menyalahkan diri saya sendiri karena kesalahan-kesalahan
saya.
d. Saya menyalahkan diri saya atas semua hal-hal buruk yang terjadi.
13. a. Saya merasa tidak ada yang salah dengan nafsu makan saya.
b. Saya merasa agak malas makan akhir-akhir ini.
c. Nafsu makan saya kini jauh lebih buruk.
d. Saya tidak memiliki nafsu makan lagi.
17. a. Saya merasa tidak ada yang salah dengan minat saya terhadap lawan jenis.
b. Saya merasa kurang berminat terhadap lawan jenis dibandingkan biasanya.
c. Saya merasa sangat kurang berminat terhadap lawan jenis sekarang.
d. Saya telah kehilangan minat terhadap lawan jenis.
18. a. Berat badan saya masih stabil seperti biasanya, ataupun kalau turun
hanya sedikit sekali.
b. Berat badan saya turun lebih banyak dari biasanya.
c. Berat badan saya turun lebih dari sepuluh pon.
d. Berat badan saya turun lebih dari lima belas pon.
19. a. Saya merasa bangga dengan diri saya sendiri.
b. Saya merasa kecewa dengan diri saya sendiri.
c. Saya merasa muak dengan diri saya sendiri.
d. Saya membenci diri saya sendiri.
I. IDENTITAS DIRI
Agama : Islam
Ns.Juli Widiyanto,S.Kep.,M.Kes,Epid
NIDN : 1002078001
Jadwal Kegiatan