Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN DIAGNOSA PSIKOSOSIAL: KETIDAKBERDAYAAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa Dengan Dosen
Pengampu Ns. Enggal Hadi K., S.Kep., M.Kep.

Oleh:
Kelompok 1
Kelas D

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022
ASUHAN KEPERAWATAN DIAGNOSA PSIKOSOSIAL : KETIDAKBERDAYAAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa Dengan Dosen
Pengampu Ns. Enggal Hadi K., S.Kep., M.Kep.

Oleh:
Kelompok 1 Kelas D
Mohammad Wavy Azkiya 212310101148
Vaughan Callista Vinsha Pharausia 202310101075
Lailatul Fitria 202310101079
Putri Puji Rahayu 202310101083

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022

2
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya, sehingga kelompok kami dapat menulis
makalah yang telah terselesaikan dengan judul “Asuhan Keperawatan Diagnosa
Psikososial: Ketidakberdayaan”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa di Fakultas Keperawatan Universitas Jember
dengan ini kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Ns. Yeni Fitria, S.Kep., M.Kep. selaku dosen Penanggung Jawab mata kuliah
Keperawatan Kesehatan Jiwa.
2. Ns. Enggal Hadi K., S.Kep., M.Kep. selaku dosen pembimbing kelompok 1
Kelas D 2020 pada mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa.
3. Anggota kelompok 1 Kelas D 2020 yang telah membantu dalam penyusunan
makalah asuhan keperawatan ini.
4. Dan segenap rekan yang membantu dalam penyusunan makalh ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi
segenap pihak yang telah membaca makalah dari kelompok kami. Kami sangat
menyadari bahwa makalah yang kami buat jauh dari kata sempurna dan memiliki
banyak kekurangan dari segi kata, materi, maupun penyusunan. Maka dari itu, kami
sekelompok meminta kritik dan saran dari pembaca, supaya pada saat penyusunan
makalah selanjutnya akan menjadi lebih baik dari sebelum-sebelumnya.

Jember, 08 April 2022

Penulis

3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. 3
DAFTAR ISI ................................................................................................................ 4
BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 5
2.1 LATAR BELAKANG ......................................................................................... 5
2.1 TUJUAN ........................................................................................................... 5
2.1 MANFAAT ....................................................................................................... 6
BAB 2. POKOK BAHASAN ...................................................................................... 7
2.1 DEFINISI KETIDAKBERDAYAAN ..................................................................... 7
2.3 ETIOLOGI ....................................................................................................... 8
2.3 JENIS-JENIS KETIDAKBERDAYAAN ................................................................ 8
2.4 FAKTOR-FAKTOR KETIDAKBERDAYAAN ...................................................... 8
2.5 TANDA DAN GEJALA KETIDAKBERDAYAAN ................................................ 10
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................... 11
3.1 PENGKAJIAN ................................................................................................. 11
3.2 ANALISIS DATA ............................................................................................ 13
3.3 RENCANA KEPERAWATAN ........................................................................... 14
3.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ................................................................... 15
3.5 TERAPI MODALITAS .................................................................................... 16
BAB 4. PENUTUP..................................................................................................... 17
4.1 KESIMPULAN ................................................................................................ 17
4.2 SARAN ........................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 18

4
BAB 1. PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang


Kondisi kehidupan pada masa modernisasi semakin kompleks, dimana
prosesnya hingga saat ini masih dimonopoli oleh masyarakat daerah kota,
terutama pada kota yang sudah berkembang. Dampak dari modernisasi ini sendiri
memiliki dampak yang positif dan negatif, dimana dengan adanya perkembangan
tekonologi yang semakin modern masyarakat akan semakin merasakan
kesejahteraan. Akan tetapi, dampak negatif dari adanya modernisasi dalam
masyarakat dapat meningkatkan beban psikologis yang diakibatkan oleh
perubahan yang terlalu cepat sehingga tidak semua masyarakat bisa mengikuti
perkembangan tersebut, akibatnya stressor semakin meningkat dan apabila terjadi
ketidakadekuatan koping yang adaptif dapat mengakibatkan seseorang mengarah
pada kondisi ketidakberdayaan.
Ketidakberdayaan merupakan suatu persepsi seseorang yang menganggap
tindakannya tidak akan mendapatkan hasil sesuai harapan, atau suatu kondisi
dimana seseorang tidak dapat mengendalikan suatu kondisi atau kegiatan yang
dilakukan. Ketidakberdayaan juga bisa didefinisikan sebagai tanggapan atau
persepsi pasien dimana perilaku atau tindakannya tidak akan berhasil atau tidak
ada perubahan yang terjadi setelah tindakan yang dilakukan. Menurut NANDA
tahun 2015 ketidakberdayaan merupakan suatu pengalaman hidup, kurangnya
pengendalian terhadap kondisi yang terjadi, dan persepsi seseorang dimana
perilaku tidak akan mendapatkan hasil. Salah satu penyebab dari
ketidakberdayaan ini yakni dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan yang
dimiliki klien, depresi akibat ketidakadekuatan koping yang adaptif, dan
kurangnya kesempatan yang dimiliki klien untuk membuat keputusan.
Karakteristik dari ketidakberdayaan ini yakni rasa frustasi akibat
ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas sebelumnya. Masalah ini
merupakan salah satu masalah yang cukup sering terjadi di masyarakat terutama
pada pasien yang menderita diabetes melitus, stroke, dan penyakit lainnya, akan
tetapi jarang ditemukan diagnosis ketidakberdayaan ini ditegakkan sehingga
tidak ada tindakan yang bisa dilakukan untuk mengatasi hal tersebut, apabila hal
tersebut dibiarkan terlalu lama maka bisa mengakibatkan keputusasaan.
Berdasarkan data diatas kami tertarik untuk membuat makalah tentang Asuhan
Keperawatan Diagnosa Psikososial : ketidakberdayaan.
2.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Ketidakberdayaan
2. Untuk mengetahui etiologi ketidakberdayaan

5
3. Untuk mengetahui jenis-jenis ketidakberdayaan
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakberdayaan
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala ketidakberdayaan
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada diagnosis psikososial
ketidakberdayaan
2.1 Manfaat
1. Makalah ini bisa memberikan gambaran intervensi bagi klien atau keluarga
yang mengalami ketidakberdayaan.
2. Makalah ini dapat menjadi gambaran intervensi pengetahuan bagi perawat
jiwa agar dapat meningkatkan asuhan keperawatan ketidakberdayaan pada
klien dengan penyakit tertentu.
3. Makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan referensi bagi peneliti
selanjutnya dalam mengembangkan penelitian terhadap masalah psikososial
ketidakberdayaan

6
BAB 2. POKOK BAHASAN

2.1 Definisi Ketidakberdayaan


Ketidakberdayaan adalah suatu pengalaman hidup seseorang mengenai
kurangnya kendali atas suatu situasi, termasuk persepsi bahwa tindakan
seseorang tidak mempengaruhi hasil secara signifikan (Nanda, 2017). Menurut
(Pattern, 2002), ketidakberdayaan adalah persepsi bahwa tindakan sendiri tidak
akan mempengaruhi hasil secara signifikan; dirasakan kurangnya kendali atas
situasi saat ini atau kejadian yang akan terjadi. Ketidakberdayaan merupakan
persepsi individu bahwa segala tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau
suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu
atau kegiatan yang baru dirasakan (Pardede, 2018). Dapat disimpulkan bahwa
ketidakberdayaan merupakan suatu kondisi dimana control situasi atau control
pribadi, termasuk tanggapan atau persepsi individu mengenai tindakan tindakan
yang telah dilakukan tidak mendapatkan hasil sesuai harapan, sehingga individu
keterbatasan untuk mengendalikan keadaan yang akan terjadi. Sedangkan
definisi risiko ketidakberdayaan (Nanda, 2017), adalah rentan terhadap
pengalaman hidup tentang kurangnya kendali atas suatu situasi, termasuk
persepsi bahwa tindakan seseorang tidak secara signifikan mempengaruhi hasil,
yang dapat membahayakan kesehatan.
Ketidakberdayaan dapat terjadi pada seseorang dengan usia berapapun, pada
seseorang yang memiliki gangguan kesehatan kronis atau yang sedang
mengalami perawatan dan pengobatan di rumah sakit. Karakteristik atau gejala
yang timbul pada seseorang yang mengalami ketidakberdayaan diantaranya:
a. Merasa diasingkan
b. Ketergantungan
c. Depresi (merasa tertekan)
d. Keraguan tentang kinerja peran
e. Frustrasi tentang ketidakmampuan untuk melakukan kegiatan sebelumnya
f. Partisipasi yang tidak memadai dalam perawatan
g. Rasa kontrol yang tidak memadai
h. Merasa malu
Stress yang dialami oleh klien dapat mempengaruhi perasaan
ketidakberdayaan dan dapat memperparah keadaan klien. Maka dari itu, sangat
dibutuhkan intervensi keperawatan tentang persepsi klien agar berubah menjadi
pandangan yang positif sebagai semangat untuk penyembuhan.

7
2.3 Etiologi
Faktor penyebab ketidakberdayaan menurut (Nanda, 2017), diantaranya
adalah:
a. Perawatan atau pengobatan jangka panjang (kompleks)
b. Lingkungan yang tidak mendukung akan perawatan atau pengobatan
(kelembagaan disfungsional lingkungan)
c. Interaksi interpersonal yang tidak memadai
Faktor terkait ketidakberdayaan menurut (Pattern, 2002) dan (Mary C.
Townsend, 2015) yaitu:
a. Lingkungan perawatan kesehatan [misalnya, kehilangan privasi, kepemilikan
pribadi, kontrol atas terapi]
b. Hubungan/ interaksi interpersonal [misalnya, penyalahgunaan kekuasaan,
kekuatan; hubungan yang kasar]
c. Penyakit berhubungan dengan regimen [misalnya, kondisi kronis atau
melemahkan]
d. Gaya hidup ketidakberdayaan [misalnya, kegagalan berulang,
ketergantungan]
Selain itu, ketidakberdayaan dapat disebabkan pula oleh ansietas, harga diri
rendah, strategi koping yang kurang efektif (ketidakadekuatan koping),
kurangnya pengetahuan untuk mengelola masalah atau mengambil keputusan
dan kurangnya akan dukungan sosial (keluarga,, kerabat, orang terdekat)
2.3 Jenis-jenis Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan dibagi menjadi 2, yaitu
1) Ketidakberdayaan situasional: ketidakberdayaan situasional muncul ketika
menghadapi peristiwa tertentu (spesifik) dan biasanya berlangsung dalam
waktu yang singkat.
2) Ketidakberdayaan dasar: ketidakberdayaan dasar bersifat meyebar,
mempengaruhi tujuan, gaya hidup, dan hubungan sosial individu.
2.4 Faktor-Faktor Ketidakberdayaan
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor yang melandasi atau mempermudah
terjadinya sebuah perilaku yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, nilai-
nilai kepercayaan maupun keyakinan.
a. Biologis
 Adanya riwayat keturunan anggota keluarga yang menderita
 Gaya hidup dan pengalaman penggunaan zat terlarang
 Menderita penyakit kronis
 Ada Riwayat menderita penyakit jantung, paru-paru, yang
mengganggu aktivitas harian pasien

8
 Adanya Riwayat menderita penyakit yang secara progresif
menimbulkan ketidakmampuan, misalnya: kanker terminal, sclerosis
multiple, atau AIDS.
b. Psikologis
 Pengalaman perubahan gaya hidup akibat lingkungan tempat tinggal
 Ketidakmampuan mengambil keputusan dan mempunyai kemampuan
verbal yang kurang atau kurang dapat mengekspresikan perasaan
terkait dengan penyakitnya atau kondisinya
 Ketidakmampuan menjalankan peran akibat penyakit yang dialaminya
 Kurang puas dengan kehidupannya
 Merasa frustasi dengan kondisi kesehatan dan kehidupannya yang
sekarang
 Pola asuh orang tua pada saat klien anak hingga remaja terlalu
otoriter/protektif
 Motivasi dalam mengembangkan aktivitas dan hobi yang tidak
berkembang
 Pengalaman aniaya fisik, baik sebagai pelaku, korban, maupun saksi
 Tidak mampu mengontrol perasaan dan emosi, mudah cemas, rasa
takut akan tidak diakui, gaya hidup tidak berdaya
 Kepribadian yang mudah marah, pasif, dan cenderung tertutup
c. Sosial Budaya
 Usia 30 tahun ke atas berpotensi mengalami ketidakberdayaan
 Jenis kelamin laki-laki maupun perempuan memiliki kecenderungan
yang sama untuk mengalami ketidakberdayaan tergantung dari peran
yang dijalankan dalam kehidupannya
 Pendidikan rendah
 Kehilangan kemampuan akibat proses penuaan
 Dalam kehidupan sosial, cenderung bergantung pada orang lain dan
tidak mampu berpartisipasi sosial secara aktif, enggan bergaul, dan
menghindar dari orang lain
 Kurang aktif dalam kegiatan bermasyarakat
 Kurang terlibat dalam kegiatan politik baik secara aktif maupun pasif
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi merupakan sebuah kondisi internal seorang pasien di
mana pasien tersebut kurang dapat menerima perubahan fisik dan psikologis
yang telah terjadi. Kondisi eksternal biasanya dari pihak keluarga dan
masyarakat yang kurang mendukung (Sarani, 2021). Faktor-faktor lain yaitu:
a. Biologis

9
 Seseorang menderita suatu penyakit dan harus melakukan
tindakanterapi tertentu, pengobatan terkait dengan penyakit (jangka
panjang, sulit dan kompleks).
 Penyakit kronis yang kambuh dalam 6 bulan terakhir.
 Kurang mampu menyusaikian diri dengan budaya, ras etnik dan
gender.
 Adanya perubahan dari dalam diri (fisik).
b. Psikologis
 Perubahan gaya hidup akibat memiliki penyakit kronis
 Tidak dapat melakukan aktivitas sendiri kemudian timbullah
ketidakberdayaan
 Perasaan malu serta rendah diri karena aktivitas bergantung dengan
orang lain
 Kehilangan rasa mandiri sehingga bergantung pada orang lain
c. Sosial Budaya
 Kehilangan pekerjaan karena kondisi saat ini
 Kehilangan kemampuan dalam melakukan aktivitas dari proses
penuaan
 Terdapat perubahan status kuratif menjadi paliatif
 Tidak dapat melakukan kegiatan agama dan berpartisipasi dengan
masyarakat
2.5 Tanda dan Gejala Ketidakberdayaan
Menurut (SDKI, 2017) tanda dan gejala ketidakberdayaan antara lain
sebagai berikut:
1. Tanda dan gejala mayor
 Subjektif: Menyatakan frustasi atau tidak mampu melaksanakan
aktivitas sebelumnya
 Objektif: Bergantung pada orang lain
2. Tanda dan gejala Minor
 Subjektif
a. Merasa diasingkan
b. Menyatakan keraguan tentang kinerja kerja peran
c. Menyatakan kurang kontrol
d. Menyatakan rasa malu
e. Merasa tertekan (depresi)
 Objektif
a. Tidak berpartisipasi dalam perawatan
b. Pengasingan

10
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Nama perawat : Ns. L
Tanggal pengkajian : 3 April 2022
Tempat pengkajian : Rumah Sakit Marzoeki mahdi Bogor
Sumber data : Klien

A. IDENTITAS KLIEN
Nama klien lengkap : Tn. B
Nama panggilan : Tn. B
Umur/TTL : 70 tahun
Jenis kelamin : Pria
Agama :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Suku bangsa :-
Status marital :-
Alamat lengkap :-

B. RIWAYAT KESEHATAN
a. Faktor Predisposisi
i. Biologis
Klien menderita penyakit diabetes sejak 20 tahun yang lalu
ii. Psikologis
Setelah klien terdiagnosa penyakit diabetes melitus sekitar 20 tahun
yang lalu klien mulai membatasi aktivitasnya karena merasa tidak
berdaya dengan kondisi penyakitnya
iii. Sosiokultural
Usia klien yang sudah 70 tahun membuatnya rentan mengalami
ketidakberdayaan.
b. Faktor Presipitasi
i. Sifat
Selama 6 bulan terakhir, klien mengalami:
a. Faktor biologis: mengidap penyakit diabetes mellitus, mengeluh
lemas, kaki bengkak, susah tidur, perasaan sedih, nafsu makan
menurun
b. Faktor psikologis: sering termenung dan jarang berinteraksi dengan
orang lain

11
c. Faktor sosiokultural: klien membatasi aktivitas karena merasa tak
berdaya dengan kondisi penyakitnya
ii. Sumber
a. Internal: persepsi diri klien yang merasa tidak berdaya dengan
kondisi penyakitnya
b. Eksternal: Keluarga Tn. B sangat mendukung dalam perawatan
klien. Akan tetapi Tn. B sering merasa sendiri padahal keluarga
baik anak maupun cucu sedang berada di sekitanya. Tn. B
menginginkan keluarganya ada di samping klien setiap saat.
iii. Waktu
Rasa lemas yang dialaminya terus-menerus akibat penyakitnya dan
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas setiap hari.
iv. Jumlah
Perasaan yang sedih dan lemas yang besar
c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Tn.B mengatakan, akibat ketergantungannya kepada orang lain dalam
memenuhi kebutuhannya sehari-hari, ia menjadi merasa bersalah karena
ia menganggap dirinya selalu menyusahkan orang lain
d. Keluhan saat ini
Klien mengeluh terasa lemas, kaki bengkak, ada luka di kaki, ada luka di
bokong dan mempunyai riwayat penyakit diabetes sejak dua puluh tahun
yang lalu.
e. Pengobatan sebelumnya
klien jarang kontrol ke Poli diabetes namun hanya membeli obat di
apotek.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum: klien tampak lemas
Tanda – tanda vital: TD: 120/80 mmHg
Nadi 90x/menit
RR 17x/menit
Suhu 36,7oC
Bunyi jantung S1 dan S2
Keluhan fisik:
Klien mengeluh terasa lemas, kaki bengkak, ada luka di kaki, ada luka di
bokong. Kondisi luka klien di jempol kaki kiri Tn. B mengalami
pembengkakan dan tampak kemerahan. Tn. B tidak merasakan nyeri karena
sudah neuropati sedang karena proses diabetesnya. Ulkus di kaki Tn. B
tersebut tampak terdapat pus dan tertutup oleh kassa namun tidak terdapat
rembesan darah atau pus.

12
3.2 Analisis Data
DIAGNOSA
NO DATA
KEPERAWATAN
1. DS: Ketidakberdayaan b.d program
1. Klien mengatakan perawatan jangka panjang
badannya terasa lemah
2. Klien mengatakan merasa
bersalah karena
menyusahkan orang lain
3. Klien mengatakan tidak
mau ditinggalkan oleh
keluarganya
4. Klien mengatakan merasa
sedih
DO:
1. Wajah murung
2. Kebutuhan dibantu
keluarga
3. Suara lemah

13
3.3 Rencana Keperawatan
Kriteris Hasil
NO Diagnosa Intervensi (SIKI) Paraf
(SLKI)
1. Ketidakberdayaan Setelah dilakukan Observasi
b.d program tindakan keperawatan  Identifikasi harapan klien dan keluarga dalam pencapaian
perawatan jangka selama 3x24 jam hidup
panjang diharapkan konsep Terapiutik
Ns.
diri klien meningkat.  Sadarkan bahwa kondisi yang dialami memiliki nilai penting
xxx
Dengan kriterria hasil  Pandu mengingat kembali kenangan yang menyenangkan
:  Libatkan pasien secara aktif dalam perawatan
1. Pernyataan mampu  berikan kesempatan pasien dan keluarga terlibat dengan
melaksanakan dukungan kelompok
aktivitas menurun (5)  Ciptakan lingkungan yang memudahkan klien mempraktikan
2. Pernyataan Frustasi kebutuhan spiritual
menurun (5) Edukasi
3. Ketegantungan
 Anjurkan mengungkapkan perasaan terhadap kondisi dengan
pada orang lain realistis
menurun (5)
 Anjurkan mempertahankan hubungan (mis. Dengan keluarga)
 Latih menyusun tujuan yang sesuai dengan harapan
 Latih cara mengembangkan spiritual diri
 Latih cara mengenang dan menikmati masa lalu (mis.
Prestasi, pengalaman)

14
3.4 Implementasi dan Evaluasi
Tgl/Jam No Dx Implementasi Evaluasi Nama &
paraf
08 D.0092  Mengidentifikasi harapan klien dan keluarga S:
April dalam pencapaian hidup Klien mengatakan badannya masih terasa
2022 /  Menyadarkan bahwa kondisi yang dialami sedikit lemah, klien sudahmau ditinggalkan
08.00 memiliki nilai penting oleh keluarganya dalam jangka waktu
Ns. L
 Memandu mengingat kembali kenangan sebentar
yang menyenangkan O:
 Melibatkan pasien secara aktif dalam - Wajah klien terlihat sedih
perawatan - Wajah klien terlihat murung
 Memberikan kesempatan pasien dan - Kebutuhan masih dibantu keluarga
keluarga terlibat dengan dukungan - Suara masih sedikit lemah
kelompok A:
 Menciptakan lingkungan yang memudahkan Masalah belum teratasi
klien mempraktikan kebutuhan spiritual P:
 Menganjurkan mengungkapkan perasaan Lanjutkan intervensi
terhadap kondisi dengan realistis
 Menganjurkan mempertahankan hubungan
(mis. Dengan keluarga)
 Melatih menyusun tujuan yang sesuai
dengan harapan
 Melatih cara mengembangkan spiritual diri
 Melatih cara mengenang dan menikmati
masa lalu (mis. Prestasi, pengalaman)

15
3.5 Terapi Modalitas
1. Terapi Individu
Terapi modalitas yang diberikan untuk klien dengan diagnosa
ketidakberdayaan yaitu salah satunya terapi individual, dimana terapi ini
merupakan penanganan pada klien dengan pendekatan hubungan individual
antara perawat dengan klien. Pada tahap ini perawat membina hubungan
saling percaya dengan klien, agar klien bersedia mengungkapkan segala
permasalahan yang terjadi. Kemudian setelah klien berkenan dan
mempercayai perawat sebagai terapis, perawat melakukan intervensi
keperawatan. Lalu klien mulai mengungkapkan permasalahan yang
dialaminya, pada saat ini perawat harus memperhatikan bagaimana perasaan
klien ketika bercerita, dan terus menggali perasaan yang dialami oleh klien.
2. Terapi Kognitif
Terapi modalitas yang diberikan untuk klien dengan diagnosa
ketidakberdayaan yang kedua yaitu terapi kognitif. Terapi kognitif merupakan
strategi dari modifikasi keyakinan dan sikap dimana mempengaruhi terhadap
sikap dan perasaan klien. Salah satunya dengan melakukan latihan berpikir
positif dan mengembangkan harapan positif kepada klien. Kemudian pada
pertemuan selanjutnya bisa dilakukan dengan melatih mengontrol perasaan
ketidakberdayaan yang dialami klien serta mengoptimalkan beberapa kegiatan
yang masih dapat dilakukan baik ketika dirumah sakit maupun dirumah
nantinya.
3. Terapi Keluarga
Terapi modalitas ketiga yang bisa diberikan pada klien diagnosa
ketidakberdayaan yakni terapi keluarga yang diberikan kepada seluruh
keluarga klien agar mampu melaksanakan penanganan pada saat dirumah.
Proses terapi pada keluarga yaitu dengan memberikan penjelasan terkait
kondisi klien, cara merawat klien, dan cara latihan mengontrol perasaan
ketidakberdayaan.

16
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ketidakberdayaan merupakan suatu kondisi di mana kontrol situasi atau
kontrol pribadi, termasuk tanggapan atau persepsi individu mengenai tindakan-
tindakan yang telah dilakukan tidak mendapatkan hasil sesuai harapan,
sehingga individu keterbatasan untuk mengendalikan keadaan yang akan
terjadi. Ketidakberdayaan dapat terjadi pada seseorang dengan usia berapapun,
pada seseorang yang memiliki gangguan kesehatan kronis atau yang sedang
mengalami perawatan dan pengobatan di rumah sakit. Pada kasus yang dialami
oleh Tn. B, klien mengidap penyakit diabetes mellitus selama 20 tahun
sehingga ia membatasi aktivitasnya karena merasa tidak berdaya dengan
kondisi penyakitnya yang ditandai dengan rasa lemas, susah tidur, perasaan
sedih, nafsu makan menurun, dan tidak ingin ditinggal oleh keluarganya.
Setelah dilakukan analisis masalah ditemukan diagnose keperawatan yaitu
ketidakberdayaan. Setelah itu dilakukan tindakan keperawatan dengan tujuan
konsep diri klien meningkat. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada
Tn. B selama tiga hari telah dilakukan berdasarkan intervensi yang ditetapkan
yang mengacu pada standar intervensi keperawatan Indonesia (SIKI). Setelah
itu dilakukan untuk mencari kepastian dari keberhasilan rencana proses
keperawatan, dalam penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah
keperawatan ketidakberdayaan agar dapat mencapai semua kriteria hasil setelah
dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 hari.

4.2 Saran
1. Perlunya referensi-referensi lain untuk menunjang informasi terkait klien
dengan masalah keperawatan ketidakberdayaan.
2. Klien yang dilakukan asuhan keperawatan perlu menemukan koping yang
tepat agar mengurangi masalah ketidakberdayaan
3. Keluarga diperlukan untuk mendukung klien selama melakukan perawatan
dan pengobatan agar tingkat kesehatan klien meningkat/membaik.

17
DAFTAR PUSTAKA

Mary C. Townsend. (2015). E-Book Psychiatric Mental Health Nursing Concepts of


Care in Evidence-Based Practice by Mary C. Townsend DSN PMHCNS-BC (z-
lib.org).pdf (p. 1009).
Nanda. (2017). NANDA nursing diagnosis: definitions and classification 2015-2017.
In Revista de Enfermagem UFPE on Line (Vol. 11, Issue 7).
Pardede, J. A. (2018). Konsep Ketidakberdayaan. Ners Universitas Sari Mutiara
Indonesia, December. https://doi.org/10.31219/osf.io/hd3g6
Pattern, A. (2002). Gordon ’ S Functional Health Patterns *. 291–293.
Risnasari, N. (2020). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Universitas Nusantara PGRI
Kediri
SDKI, P., 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Sahputra, D., H. Susanti. (2018). Asuhan Keperawatan Psikososial :
Ketidakberdayaan Pada Tn. B Dengan Diabetes Melitus
Syahdi, D. 2020. Studi Kasus Asuhan Keperawatan Psikososial Pada Tn. S Dengan
Masalah Ketidakberdayaan. https://osf.io/63agk/download

18

Anda mungkin juga menyukai