PROPOSAL SKRIPSI
NPM : 1118099
Menyetujui
KATA PENGANTAR
iii
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah
melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi penelitian dengan judul “Hubungan Antara Pemenuhan
Kebutuhan Spiritual Dengan Tingkat Depresi Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa
(ODGJ) di Rumah Sakit Jiwa Cisarua Bandung Tahun 2021”. Skripsi ini diajukan
untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada
Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan, Institut Kesehatan
Rajawali Bandung.
Skripsi ini merupakan sebagian kecil dari keseluruhan proses
pembelajaran, akan tetapi dalam penyelesaiannya membutuhkan waktu dan proses
yang panjang. Banyak hal yang dapat peneliti pelajari selama proses pembuatan
skripsi ini. Peneliti banyak menerima bimbingan, pengarahan, saran, serta fasilitas
yang membantu hingga akhir penyusunan skripsi ini. Dengan tersusunnya skripsi
penelitian ini, peneliti ucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada:
1. Tonika Tohri, S.Kp., M.Kes. selaku Rektor Institut Kesehatan Rajawali
Bandung.
2. dr. Hj. Lia N. Sukandar selaku direktur RSJ Cisarua Bandung yang telah
berkenan memfasilitasi penulis dalam melakukan penelitian.
6. Lisbet Octavia Manalu, S.Kep., Ners, M.Kep. selaku Ketua Program Studi
Sarjana Keperawatan Institut Kesehatan Rajawali Bandung.
7. Ridha Ranailla, S.Kep., Ners, selaku penanggung jawab di ruang rawat inap
RSJ Cisarua Bandung yang telah membantu dan memfasilitasi dalam proses
penelitian.
8. Asep, S.Kep., Ners, M. Kep. selaku sekretariat RSJ Cisarua Bandung yang
telah membantu dan memfasilitasi dalam proses penelitian.
9. Seluruh staf dan dosen Institut Kesehatan Rajawali Bandung yang senantiasa
memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat kepada penulis.
iv
10. Kedua orang tua tercinta, Yanti dan Thio Yuwan yang selalu memberikan
dukungan dan motivasi baik dan moril maupun materil kepada penulis agar
terselesaikan penyusunan skripsi ini.
11. Kepada sahabat Agus Firmansyah, Rahmatullah Al Aziz, Rida Salsabila, dan
Harfish Marliando yang bersedia memberikan bantuan, masukan, dan dukungan
saat penyusunan.
12. Rekan – rekan mahasiswa program Studi Sarjana Keperawatan angkatan 2018
yang telah memberikan motivasi dan bantuan moral maupun moril selama dalam
penyusunan skripsi ini.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
menyelesaikan penelitian ini.
Do’a dan harapan dari segala bentuk bantuan mereka semoga menjadi
amal baik dan mendapat imbalan semestinya dari Tuhan YME. Penulis menyadari
bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun, agar terwujudnya
kesempurnaan skripsi ini. dan semoga skripsi penelitian ini dapat bermanfaat
khususnya bagi peneliti umumnya bagi para penerus bangsa dan generasi
selanjutnya.
Peneliti
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.5 Hipotesis.........................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................25
vii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Riset Kesehatan Dasar tahun 2008 menjelaskan pravalensi gangguan jiwa berat di
Indonesia sejumlah 4,6%,sedangkan gangguan mental emosional jauh lebih besar yaitu
sebanyak 11,6%. Menurut UU No.3 tahun 1966 Kesehatan Jiwa adalah “suatu kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik,intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang
dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain” Gangguan jiwa dapat
berdampak secara holistik baik berdampak pada aspek fisik atau biologis,psikologi,sosial dan
spiritual.
Menurut WHO pada tahun 2012 angka penderita gangguan jiwa menjelaskan bahwa
sekitar 450 juta orang yang menderita gangguan mental. Bicara terkait status mental erat
kaitannya dengan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ),dimana status mental pasien dengan
gangguan jiwa tidak menentu setiap saatnya. Hal tersebut menyebabkan kekambuhan terjadi
pada ODGJ.Telaah literature yang dilakukan Reeves,R.R & Reynolds,M.D tahun 2009
menjelaskan bahwa peran spiritual duiperlukan dalam peningkatan status mental seseorang
dengan gangguan jiwa,dimana kegiatan spiritual yang diselipkan dalam kegiatan sehari-hari
pasien dengan gangguan jiwa dapat dijadikan aspek penting dalam kesehatan pasien.
2
Kebutuhan spiritualitas merupakan salah satu kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh
seseorang dan harus terpenuhi (Potter & Perry, 2010) Apabila seseorang dalam kondisi sakit
menjadi lemah dalam melakukan aktivitas, tidak ada yang mampu membangkitkannya dari
kesembuhan, kecuali Sang Pencipta. Perawat sebagai salah satu petugas tenaga kesehatan
yaitu memberikan pelayanan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien terminal atau
pasien kritis. Seseorang yang menghadapi penyakit yang serius dianggap sebagai penyakit
terminal akan menunjukkan kesadaran yang tinggi terhadap kepercayaannya.Aspek spiritual
dapat membantu membangkitkan semangat pasien dalam prosespenyembuhan.Perawatan
kepada pasien harus dilakukan secara holistik dengan bersikap caring kepada pasien dan
memenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar pasien terdiri dari biologis, psikologis,
sosial, dan spiritual.Semua itu harus terpenuhi untuk mencapai kesehatan yang utuh.
Penyimpangan pemenuhan kebutuhan dapat mempengaruhi respon 1 2 dan kesehatan
seseorang di rumahsakit (Utami & Supratman, 2009).
Perawat bertugas dalam memenuhi kebutuhan dasar klien, tidak hanya secara fisik,
psikologis, sosial, namun juga spiritual.Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat
tidak terlepas dari aspek spiritual yang merupakan bagian integral dari interaksi perawat
dengan klien.Perawat yang masih kurang optimal dalam menerapkan atau memenuhi
kebutuhan spiritual pasien disebabkan karena beberapa faktor yaitu, masa pendidikannya
kurang mendapatkan panduan mengenai asuhan spiritual secara kompeten,kurangnya
pengetahuan dan pelatihan mengenai asuhan keperawatan spiritual,merasa kurang mampu
dalam memberikan perawatan spiritual,merasa bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual pasien
bukan menjadi tugas perawat melainkan tanggung jawab pemuka agama, peningkatan beban
kerja, kurangnya waktu, dan kecerdasan spiritual (Chiang et al, 2015).
3
2) Perawat berpikir bahwa spiritualitas merupakan masalah pribadi yang hanya merupakan
hubungan individu dengan penciptanya,
Perawatan spiritual (spiritual care) adalah praktek dan prosedur yang dilakukan oleh
perawat terhadap pasien untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien.Perawatan spiritual
(spiritual care) yang dilakukan perawat diperlukan adanya rasa saling percaya antara pasien
dan perawat. Adanya rasa saling percaya tersebut dapat menciptakan keterbukaan
pasien.Perawatan spiritual yang dapat dilakukan oleh perawat untuk mengatasi distress
spiritual antara lain: mendukung spiritual pasien, pendampingan/kehadiran,mendengarkan
dengan aktif, humor, terapi sentuhan, meningkatkan kesadaran diri, menghormati privasi, dan
menghibur misalnya dengan terapi musik. Perawat perlu mempertimbangkan praktek
keagamaan tertentu sesuai dengan agama yang dianut pasien sehingga dapat mempengaruhi
asuhan keperawatan yang diberikan olehperawat (Musbikin,2012)
Depresi adalah gangguan suasana perasaan yang mempunyai gejala fisik (gangguan
pola tidur, menurunnya tingkat aktifitas, menurunnya efisiensi kerja, mudah merasa letih dan
sakit), gejala psikis (kehilangan rasa percaya diri, sensitif, merasa diri tidak berguna, perasaan
bersalah, perasaan terbebani), gejala sosial (mudah marah, tersinggung, mudah sakit, dan
mudah letih) Salah satu faktor penyebab depresi adalah lingkungan keluarga dan masih
4
banyak faktor yang menyebabkan terjadinya depresi seperti pola pikir, stres, kepribadian,
harga diri (Saryono, 2010).
memiliki peranan yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan spiritual dan manusiawi.
Tetapi realitanya masih banyak saat ini masyarakat tidak menyadari bahwa keluarga adalah
pondasi utama yang sangat penting untuk bertumbuh kembangnya anak dengan sehat dan
baik serta kurangnya pengetahuan dan cara dalam mendidik anak sedari kecil supaya
terhindar dari gangguan jiwa. Menurut data masih banyak keluarga dengan kdrt atau broken
home yang menyebabkan seorang anak putus asa dalam menjalani hidup dan beakhir dengan
bunuh diri.
1.5 Hipotesis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan ilmu dan pengetahuan tambahan dalam
bidang keperawatan jiwa dan dalam penelitian-penelitian selanjutnya terutama mengenai
hubungan pemenuhan kebutuhan spiritual dengan tingkat status mental pada orang dengan
gangguan jiwa ( ODGJ ),serta sebagai sarana untuk melatih diri dalam pelakuan penelitian
dan menerapkan ilmu-ilmu yang telah diperoleh.
a) Bagi Perawat
Perawat dapat berperan sebagai pemberi layanan (care giver) sehingga
perawat dapat memenuhi kebutuhan spiritual pasien dan memulihkan kejiwaan
pasien dengan baik serta mendekatkan pasien dengan Tuhan atau agama.
b) Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan media informasi dan
memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai pentingnya kebutuhan
spiritual pada orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kata „‟spiritualitas” cukup sering terdengar dalam kehidupan sehari-hari, tetapi bagi
kebanyakan orang, spiritualitas dapat dinyatakan sebagai suatu yang tidak umum, segala
sesuatu yang berkaitan dengan segala hal non fisik biasannya akan dihubungkan dengan
spiritualitas (Effendi, 2014). “Spiritualitas” merupakan istilah yang diturunkan dari kata latin
“spiritus” yang artinya adalah nafas, istilah ini juga berhubungan dengan kata “pneuma” yang
berasal dari bahasa Yunani, yang berarti nafas hidup (jiwa). Spiritualitas adalah bagian yang
mendasari eksistensi kehidupan manusia di dunia dan hal ini sangat penting untuk alasan
keberadaan manusia itu sendiri (Dossey, et al., 2000 dalam Young dan Koopsen, 2007).`
Murray dan Zentner (dalam Mcsherry, 2006) menjelaskan spiritualitas sebagai
kualitas yang bersinergi dengan keterikatan religius (Tuhan), yang memberikan inspirasi,
penghargaan terhadap orang lain, kekaguman, serta makna dan tujuan hidup. Spiritualias
mengharmoniskan keberadaan individu dengan alam semesta, sebab memberi keyakinan akan
keberadaan kekuatan maha besar (high power) yang jauh melebihi kekuatan manusia
(Murray, 1989). Pemaparan tersebut dapat menjelaskan spiritualitas sebagai kualitas interaksi
sosial individu dengan lingkungannya serta adanya kesadaran akan kehadiran unsur
transenden yang dituhankan.
Berdoa adalah suatu bagian penting dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan salah
satu terapi yang dapat meningkatkan koping seseorang melalui perasaan keterikatan dengan
diri sendiri dengan Tuhan, dengan berdoa individu merasa tenang dan bersyukur atas anugrah
yang dilimpakan Tuhan (Aldridge, 2001).
8
Bersifat kekuatan dalam diri seseorang seperti pengetahuan tentang siapa dirinya, apa
yang dapat dilakukan dan sikap percaya pada diri sendiri.
a). Kepercayaan (Faith)
Kepercayaan atau keyakinan berarti mempercayai atau mempunyai komitmen
terhadap sesuatu atau sesorang, secara umum agama atau keyakinan spritual merupakan
upaya seseorang didalam kehidupan yaitu kemampuan seseorang melihat dirinya dalam
hubungannya dengan lingkungan secara menyeluruh.
b). Harapan (Hope)
Harapan berhubungan dengan ketidakpastian dalam hidup dan merupakan suatu
proses interpersonal yang terbina melalui hubungan saling percaya dengan termasuk dengan
Tuhan. Harapan sangat penting bagi individu untuk mempertahankan orang lain, hidup, tanpa
harapan banyak orang menjadi depresi dan lebih cendrung terkena penyakit (Grimm, 1991).
Harapan dapat dipelajari dengan latihan-latihan tentunya dengan sikap-sikap yang
mendukungnya, salah satunya adalah dengan kesabaran dan kemapuan yang lebih toleransi
terhadap keadaan.
c). Makna atau arti dalam hidup (Meaning of life)
Perasaan mengetahui makna hidup, yang kadang dengan perasaan dekat dengan Tuhan,
merasakan hidup sebagai suatupengalaman yang positif seperti membicarakan tentang situasi
yang nyata, membuat hidup lebih terarah, penuh harapan tentang masa depan, merasa
mencintai dan dicintai orang lain (Puchalski, 2004).
d.) Hubungan dengan orang lain
Dapat bersifat harmonis seperti berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal
balik dengan orang lain, mengasuh anak, orang tua, orang sakit, meyakini kehidupan dan
kematian mengunjungi, melayat dan lain-lain, bersifat tidak harmonis seperti konflik dengan
orang lain, resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan.
e.) Memaafkan atau Pengampunan (Forgivenes).
Menyadari kemapuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri
seperti marah, mengingkari, rasa bersalah, malu, bingung, meyakini bahwa Tuhan sedang
menghukum serta mengembangkan arti penderitaan danmeyakini hikmah dari suatu kejadian
atau penderitaan. Dengan pengampunan, seorang individu dapat meningkatkan koping
9
terhadap stres, cemas, depresi atau tekanan emosional, penyakit fisik serta meningkatkan
perilaku sehat dan perasaan damai (Puchalski, 2004).
f). Cinta kasih dan dukungan sosial (Love and Social Support)
Keinginan untuk menjalin dan mengembangkan hubungan antara manusia yang
positif melalui keyakinan, rasa percaya dan cintakasih. Teman dan keluarga dekat dapat
memberikan bantuan dan dukungan emosional untuk melawan banyak penyakit, seseorang
yang mempunyai pengalaman cinta kasih dan dukungan sosial yang kuat cenderung untuk
menentang perilaku tidak sehat dan melindungi individu dari penyakit jantung.
2.1.3 Hubungan dengan lingkungan atau alam
Bersifat harmonis seperti mengetahui tentang tanaman, pohon, margasatwa, iklim, dapat
berkomunikasi dengan alam (bertanam, jalan kaki), mengabdikan dan melindungi alam
(Hamid, 1999).
a). Reaksi (Joy)
Rekreasi merupakan kebutuhan spritualitas seseorang dalam menumbuhkan
keyakinan, rahmat, rasa terima kasih, harapan dan cinta, dengan rekreasi seseorang dapat
menyelaraskan antara jasmani dan rohani sehingga timbul perasaan kesenangan dan kepuasan
dalam pemenuhan hal-hal yang dianggap penting dalam hidup, seperti nonton tv, dengar
musik, olahraga dan lain-lain.
b). Kedamaian (Peace)
Kedamaian merupakan keadilan, rasa kasihan dan kesatuan, dengan kedamaian
seseorang akan merasa lebih tenang dan dapat meningkatkan status kesehatan.
2.1.4 Manfaat Spiritualitas
Asmadi (dalam Perdana & Niswah, 2012) mengemukakan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi spiritualitas seseorang adalah sebagai berikut:
b). Keluarga.
q Keluarga adalah penentu perkembangan spiritualitas individu sebab apa yang
diperoleh dari lingkungan terdekat individu akan sangat berpengaruh untuk hidup.
Sikap, keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial budaya.
Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan ritual spiritual keluarga.
Depresi adalah gangguan mental yang ditandai dengan adanya perasaan sedih,
kehilangan minat atau kesenangan, penurunan energi, perasaan bersalah atau rendah diri,
gangguan tidur atau nafsu makan dan kurangnya konsentrasi. Selain itu, depresi sering
bersamaan dengan gejala kecemasan. Menurut data World Health Organization diperkirakan
350 juta orang menderita depresi. Depresi dapat menyebabkan gangguan fungsi seseorang
dalam kehidupan sosial, keluarga, pekerjaan maupun sekolah. Hal ini dapat terlihat dengan
munculnya perilaku yang penuh dengan kekerasan, mulai dari tawuran, perundungan
(bullying), kekerasan dalam rumah tangga, pembunuhan, hingga resiko terburuk yaitu bunuh
diri. Lebih dari 800.000 orang meninggal setiap tahun karena bunuh diri. Bunuh diri adalah
penyebab kedua kematian di usia 15-29 tahun (Arthatya, 2017).
Depresi adalah suatu masa terganggunya fungsi manusia berkaitan dengan alam
perasaan sedih dan gejala yang menyertainya, termasuk perubahan pola tidur dan nafsu
makan, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya serta adanya gagasan untuk
membunuh diirnya sendiri (Kaplan, 1998 dalam Zahra, 2016). Individu yang depresi biasanya
mengalami perubahan terhadap suasana perasaan (mood), kehilangan minat dan kegembiraan,
mudah lelah, ketidakberdayaan, rasa bersalah, pesimis, harga diri rendah, aktivitas juga akan
12
berkurang dan bahkan individu tersebut cenderung menjadi seorang yang penyendiri
(Rawlins et.al., 1993 dalam Zahra, 2016).
(Fitri ameli, et.,al, 2013) menyatakan depresi yaitu perasaan hilangnya energi dan
minat, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, kesedian, kekhawatiran, hilangnya nafsu
makan, dan pikiran tentang kematian atau bunuh diri. Tanda dan gejala lain gangguan mood
adalah perubahan tingkat aktivitas, kemampuan kognitif, pembicaraan dan fungsi vegetatif
seperti tidur, nafsu makan, aktivitas seksual dan irama biologis lainnya. Perubahan tersebut
hampir selalu menyebabkan gangguan fungsi interpersonal, social, dan pekerjaan.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi depresi (Namora, 2016)
a) Faktor fisik
b) Faktor Genetik
Seseorang yang dalam keluarganya diketahui menderita depresi berat memiliki risiko
lebih besar menderita gangguan depresi dari pada masyarakat pada umumnya.
2. Susunan kimia otak dan tubuh
Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh memegang peranan yang besar dalam
mengendalikan emosi kita. Pada orang yang depresi ditemukan adanya perubahan akibat
pengaruh bahan kimia seperti mengkonsumsi obat-obatan, minum-minuman yang beralkohol,
dan merokok.
3. Faktor Usia
Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa golongan usia muda yaitu remaja dan orang
dewasa lebih banyak terkena depresi. Namun sekarang ini usia rata-rata penderita depresi
semakin menurun yang menunjukkan bahwa remaja dan anak-anak semakin banyak terkena
depresi.
4. Gender
Wanita dua kali lebih sering terdiagnosis menderita depresi dari pada pria, Bukan berarti
wanita lebih mudah terserang depresi, karena wanita lebih sering mengakui adanya depresi
dari pada pria dan dokter lebih dapat mengenali depresi pada wanita.
5. Gaya Hidup
Banyak kebiasaan dan gaya hidup tidak sehat berdampak pada penyakit misalnya penyakit
jantung juga dapat memicu kecemasan dan depresi.
6. Penyakit Fisik
Penyakit fisik dapat menyebabkan penyakit. Perasaan terkejut karena mengetahui seseorang
memiliki penyakit serius dapat mengarahkan pada hilangnya kepercayaan diri dan
penghargaan diri (self-esteem), juga depresi.
13
7. Obat-obatan terlarang
Obat-obatan terlarang telah terbukti dapat menyebabkan depresi karena
mempengaruhi kimia dalam otak dan menimbulkan ketergantungan.
8. Faktor Psikologis
14
9. Kepribadian
Aspek-aspek kepribadian ikut pula mempengaruhi tinggi rendahnya depresi yang
dialami serta kerentanan terhadap depresi. Ada orang yang lebih rentan terhadap depresi,
yaitu yang mempunyai konsep diri serta pola pikir yang negatif, pesimis, juga tipe
kepribadian introvert salah satu aspek kepribadian itu adalah penyesuaian diri. Penyesuaian
diri adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik berasal dari diri seseorang
seperti keluarga, masyarakat, dan luar diri individu seperti lingkungan sosial, antara lain
melalui gambaran diri yang positif,hubungan interpersonal yang baik dengan keluarga dan
lingkungan sosial, kemampuan mengontrol emosi dan rasa percaya diri.
10. Pola Pikir
Pada tahun 1967 psikiatri Amerika Aaron Beck menggambarkan pola pemikiran yang
umum pada depresi dan dipercaya membuat seseorang rentan terkena depresi. Secara singkat,
dia percaya bahwa seseorang yangmerasa negatif mengenai diri sendiri rentan terkena
depresi.
11. Harga Diri (self-esteem)
Harga diri yang rendah akan berpengaruh negatif pada seseorang yang bersangkutan dan
mengakibatkan seseorang tersebut akan menjadi stresdan depresi.
12. Stres
Kematian orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pindah rumah, atau stres berat yang lain
dianggap dapat menyebabkan depresi. Reaksi terhadap stres sering kali di tangguhkan dan
depresi dapat terjadi beberapabulan sesudah peristiwa itu terjadi.
13. Lingkungan Keluarga
Ada tiga hal seseorang menjadi depresi di dalam lingkungan keluarga yaitu dikarenakan
kehilangan orangtua ketika masih anak- anak, jenis pengasuhan yang kurang kasih sayang
ketika kecil, dan penyiksaan fisik dan seksual ketika kecil.
2.3 Gejala Depresi
(menurut Lubis, 2009) ada tiga gejala depresi yaitu sebagai berikut:
1. Gejala fisik
Menurut beberapa ahli, gejala depresi yang tampak mempunyai rentangan dan variasi
yang luas sesuai dengan berat ringannya depresi yang dialami. Namun secara garis besar ada
beberapa gejala fisik umum yang relatif mudah dideteksi yaitu:
2. Gangguan pola tidur.
Misalnya sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur.
15
Perasaan bersalah terkadang timbul dalam pemikiran orang yang mengalami depresi
mereka memandang suatu kejadian yang menimpa dirinya sebagai suatu hukuman atau akibat
dari kegagalan mereka melaksanakan tanggung jawab yang seharusnya dikerjakan. Banyak
pula yang merasa dirinya menjadi beban bagi orang lain dan menyalahkan diri mereka atas
situasi tersebut.
11. Perasaan terbebani.
Banyak orang menyalahkan orang lain atas kesusahan yang dialaminya. Mereka
merasa terbeban berat karena merasa terlalu dibebani tanggung jawab yang berat.
12. Gejala Sosial
Masalah depresi yang berawal dari diri sendiri pada akhirnya akan memengaruhi
lingkungan dan pekerjaan (atau aktivitas rutin lainnya). Hal ini terjadi karena lingkungan
tertentu akan bereaksi terhadap perilaku orang yang depresi yang pada umumnya negatif
(mudah marah, tersinggung, menyendiri, sensitif, mudah letih, mudah sakit). Problem sosial
yang terjadi biasanya berkisar pada masalah interaksi dengan kerabat, keluarga atau saudara,
pasangan, dan lingkungan tempat tinggal. Masalah ini tidak hanya berbentuk konflik, namun
masalah lainnya juga seperti perasaan malu, cemas, minder jika berada diantara kelompok
dan merasa tidak nyaman untuk berkomunikasi secara normal. Mereka merasa tidak mampu
untuk bersikap terbuka dan secara aktif menjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun ada
kesempatan.
2.4 Tingkatan Depresi menurut Lubis (2009)
1. Depresi ringan.
Pada depresi ringan, mood yang rendah datang dan pergi dan penyakit datang setelah
kejadian stessful yang spesifik. Individu akan merasa cemas dan juga tidak bersemangat,
perubahan gaya hidup biasanya dibutuhkan untuk mengurangi depresi jenis ini. Depresi ini
ditandai dengan dua gejala pada depressive episode namun tidak lebih dari lima gejala
depresi muncul selama dua minggu berturut-turut, dan gejala itu bukan karena pengaruh obat-
obatan ataupun penyakit. Bentuk depresi yang kurang parah disebut distimia (dystymia
disorder). Depresi ini menimbulkan gangguan mood ringan dalam jangka waktu yang lama
sehingga seseorang tidak dapat bekerja optimal. Gejala depresi ringan pada gangguan
distimia dirasakan minimal dalam jangka waktu dua tahun. yang rendah berlangsung terus
dan individu mengalami simtom fisik juga walaupun berbeda-beda tiap individu. Perubahan
gaya hidup saja tidak cukup dan bantuan profesional diperlukan diperlukan untuk
mengatasinya
17
Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya
gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan
dalam melaksanakan peranan sosial (Keliat, 2012). American Psychiatric Association
(Videbeck, 2008) mendefinisikan gangguan jiwa sebagai suatu pola psikologis atau perilaku
yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya stress
atau disabilitas (yaitu kerusakan pada satu atau lebih area yang penting) atau disertai
peningkatan resiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas atau kehilangan kebebasan
yang sangat.
Menurut PPDGJ (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa) III
gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku atau psikologik seseorang yang secara
klinik cukup bermakna dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala atau penderitaan
(distrees) atau hendaya (impairment disability) didalam sutu atau lebih fungsi yang penting
dari manusia. Sebagai tambahan, disimpulkan bahwa disfungsi itu adalah disfungsi dalam
segi perilaku, psikologik atau biologik dan gangguan itu tidak semata-mata terletak didalam
hubungan anatara orang itu dengan masyarakat (Maslim, 2001).
2.5.3 Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa
Suliswati, dkk. (2007) mengemukakan pendapatnya terkait tanda dan gejala gangguan
jiwa yang meliputi perubahan yang berulang dalam hal pikiran, daya ingat, persepsi yang
bermanifestasi sebagai kelainan bicara dan perilaku. Individu yang mengalami perubahan
tersebut menjadi tertekan secara batin dan dapat menyebabkan penderitaan kepada dirinya
sendiri maupun orang lain yang berada di lingkungannya. Akibat dari perubahan perilaku
tersebut juga dapat menyebabkan gangguan dalam kegiatan sehari-hari, efesiensi kerja dan
hubungan dengan orang lain.
18
Depresi ODGJ
Faktor-Faktor
Penyebab:
1. Teori biologi
2. Teori biokimia
3. Teori keluarga
1.Usia spiritual
1. Religiousity
2.Kebudayaan
2. Inner peace
3.Keluarga
3.Existential
4.Pengalaman hidup
needs
5.Krisis dan perubahan
4.Actively
6.Terpisah dari ikatan
giving
spiritual
7.Isu moral terkait terapi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Sugiyono (2017), Arti kerangka penelitian ialah alur berpikir dengan menerapkan
berbagai model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan faktor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah dalam topik penelitian dengan susunan yang sistematis.
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
pemenuhan kebutuhan spiritual dengan tingkat depresi pada pasien ODGJ di Rumah Sakit
Jiwa Cisarua Bandung.
Pemenuhan
Kebutuhan Spiritual Tingkat Depresi
Menurut Sugiyono (2016:61) variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen ( terikat )
22
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,karena
adanya variabel bebas ( Sugiyono,2011:61 )
Menurut Sugiyono (2015), Definisi operasional adalah suatu atribut atau sifat atau
nilai dari objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
11-16 =Gangguan
“mood” atau rasa
murung yang
ringan.
17-20 = Garis-batas
depresi klinis.
21-30 = Depresi
sedang.
31-40 = Depresi
parah.
40 ke atas =
Depresi ekstrim.
24
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang mengalami gangguan jiwa yaitu 50
orang.
Menurut Arikunto ( 2006:131 ),Besar sampel adalah sebagian atau sebagai wakil
populasi yang akan diteliti. Jika penelitian yang dilakukan sebagian dari populasi maka bisa
dikatakan bahwa penelitian tersebut adalah penelitian sampel.
Berdasarkan jumlah populasi dan kriteria yang sudah ditetapkan,maka jumlah sampel
pada penelitian ini adalah : n = N/1+N(0,05)2.
= 50/1,125
= 44,44
n = Besar sampel
Berdasarkan perhitungan rumus slovin diatas, maka jumlah sampel didapatkan dalam
penelitian ini adalah 45 orang.
Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk mengurangi bias hasil
penelitian,khususnya jika terdapat variabel-variabel control ternyata mempunyai pengaruh
terhadap variabel yang diteliti. Inklusi dan Eksklusi ( Nursalam,2003 )
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target
yang terjangkau yang akan diteliti ( Nursalam,2003:96 )
Menurut Margono ( 2004 ), teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel
yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data
sebenarnya,dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel
yang representatif.
DAFTAR PUSTAKA
Journal of Healthcare Technology and Medicine Vol. 5 No. 1 April 2019 Universitas
Ubudiyah Indonesia
The International Journal of Indian Psychology ISSN 2348-5396 (e) | ISSN: 2349-3429 (p)
Volume 3, Issue 2, No.2