Anda di halaman 1dari 83

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP

PENURUNAN STRESS MAHASISWA DALAM MENGERJAKAN

SKRIPSI DISTIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

DISUSUN OLEH

FEMI RENHORAN

201801175

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES )

BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

hikmat dan anugerah-Nya saya dapat menyelesaikan Proposal Skripsi dengan

judul “Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Stres

Mahasiswa Dalam Mengerjakan Skripsi Di STIKES Bina Sehat PPNI

Mojokerto”. Selesainya penulisan Proposal Skripsi ini adalah berkat bantuan dan

dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini saya

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati tulus kepada :

1. Dr. M. Sajidin, S.Kep,.M.Kes selaku Ketua STIKes Bina Sehat PPNI

Mojokerto yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk

mengikuti pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan di STIKes Bina

Sehat PPNI Mojokerto.

2. Ana Zakiyah, M.Kep selaku Kaprodi S1 Keperawatan di STIKes Bina

Sehat PPNI Mojokerto yang telah memberikan dorongan untuk

menyelesaikan pendidikan di STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto.

3. Siti Khotijah M.Kep selaku dosen penguji yang telah menguji dan
menerima masukan kepada penulis.
4. Dr. Lilik Ma’rifatul Azizah S.Kep,Ns.,M.Kes selaku pembimbing I

Proposal Skripsi yang telah meluangkan waktu dan memberikan

bimbingan dengan sabar serta masukan kepada penulis dalam

menyelesaikan Propsal Skripsi ini.

ii
5. Amar Akbar S.Kep.,M.Kes selaku pembimbing II Skripsi yang telah
meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dengan sabar serta
masukan kepada penulis dalam menyelesaikan Propsal Skripsi ini
6. Staff Dosen dan Karyawan STIKes Bina Sehat PPNI Kabupaten

Mojokerto.

Akhirnya penulis menyadari bahwa Proposal ini masih jauh dari sempurna,

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun yang

diharapkan akan menyempurnakan Prposal ini.

Mojokerto, 2022

Penulis

FEMI RENHORAN
NIM: 201801175

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .. ………………………………………...……..…. ………..i


KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................9
2.1 Konsep Skripsi Pada Mahasiswa......................................................................9
2.2 Konsep Stress..................................................................................................14
2.3 Konsep Teknik Relaksasi Nafas Dalam..........................................................36
2.4 Jurnal Penelitian Terkait.................................................................................40
2.5 Kerangka Teori...............................................................................................45
2.6 Kerangka Konseptual......................................................................................47
2.7 Hipotesis Penelitian........................................................................................48
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN........................................................................49
3.1 Desain Penelitian............................................................................................49
3.2 Populasi Sampling dan Sampling...................................................................50
3.3 Identifikasi Variabel dan Defenisi Operasional..............................................51
3.4 Prosedur Penelitian.........................................................................................56
3.5 Pengumpulan Data..........................................................................................57
3.6 Pengolahan Data.............................................................................................58
3.7 Etika Penelitian...............................................................................................61
3.8 Keterbatasan....................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................64
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Instrumen Depression Anxiety Stres Scale (DASS 21)...................................29

Tabel 2. 2 Indikator Penilaian DASS 21..........................................................................30

Tabel 2. 3 SOP Relaksasi Nafas Dalam............................................................................39

Tabel 2. 4 Jurnal Relevan.................................................................................................44

Tabel 3. 1 Defenisi operasional........................................................................................54

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Teori..................................................................................45

Gambar 2. 2 Kerangka Konsep..............................................................................47

Gambar 3. 1 Desain Penelitian...............................................................................49

Gambar 3. 2 Kerangka Kerja ................................................................................56

vi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Skripsi bagi mahasiswa merupakan suatu kewajiban yang harus

diselesaikan dalam jangka waktu sesingkat mungkin agar cepat wisuda dan

mencari pekerjaan, mengerjakan skripsi tidak semudah mengerjakan

makalah atau tugas kuliah pada umumnya, banyak hal yang dapat menjadi

kendala untuk mampu menyelesaikan skripsi,  sehingga membuat sebagian

mahasiswa merasa terbebani dan menjadi stress ( Wayan, 2014; Wardani,

2016). Stress merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan. 

interaksi antara individu dengan lingkungannya yang saling memengaruhi

itu dinamakan dengan interaksi transaksional yang didalamnya terdapat

proses penyesuaian. (Donsu 2017).

Prevalensi mahasiswa di dunia yang mengalami stress didapatkan

berkisar 38-71% (Habeeb, 2010). Sedangkan di Indonesia sendiri prevalensi

stress mahasiswa adalah 36,7- 71,6% (Fitasari 2011). Berdasarkan data dari

Riskesdas 2018 bahwa di Provinsi Jawa Timur terdapat 6,82% mengalami

gangguan mental emosional atau stress pada penduduk umur diatas 15 tahun

(Riskesdas, 2018). Hasil penelitian Kaufman (2006) mencatat 56% dari

94.806 mahasiswa mengalami stres. Selain itu, Mayoral (2006) melakukan

penelitian terhadap 334 responden mahasiswa yang sedang dan tidak sedang

1
skripsi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa mahasiswa yang sedang

skripsi lebih banyak mengalami stres yaitu sebanyak 46,48% responden.

Hapsari (2004, dalam Kholidah dan Alsa, 2012) melaporkan dalam

penelitiannya sebanyak 45,3% mahasiswa mengalami stress saat

mengerjakan skripsi.

Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 18 maret 2022 di Stikes

Bina Sehat PPNI Mojokerto di dapatkan data bahwa jumlah mahasiswa

yang sedang mengerjakan skripsi sebanyak 160 mahasiswa. Berdasarkan

hasil wawancara stress mahasiswa terhadap skripsi, dari 10 mahasiswa yang

sedang mengerjakan skripsi yang dipilih secara acak didapatkan data 7

mahasiswa menyatakan mereka stress karena kesulitan dalam mengerjakan

skripsi, belum menemukan topik dan masalah, ada juga judul yang belum di

acc prodi, pembimbing yang sulit ditemui, sulit mencari referensi, belum

lagi karena tuntutan orang tua untuk segera menyelesaikan skripsi dan lulus

tepat waktu. Dengan menunjukan gejala sakit kepala, perasaan tegang,

cemas, lemas, berkeringat, pusing, tidak ada nafsu makan, mudah marah. 2

mahasiswa lainnya menyatakan stress dengan menunjukan gejala putus asa,

sulit tidur, dan mudah menangis. sedangkan 1 mahasiswa menyatakan

bahwa tidak terlalu terganggu dan tenang meskipun terkadang merasa

bingung dalam proses mengerjakan skripsi. Dari hasil wawancara

didapatkan bahwa tidak ada penanganan atau tindakan yang dilakukan

responden untuk menangani stress.

2
Mahasiswa menghadapi berbagai hambatan dalam pengerjaan

skripsi yaitu kejenuhan dalam mengerjakan skripsi, proses pencarian data

dan pengumpulan data, kesulitan menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan

ilmiah, kesulitan membagi waktu antara mengerjakan skripsi dengan

aktifitas lain dan kurangnya kemampuan berbahasa inggris untuk membaca

referensi. Hal-hal tersebut akan mengakibatkan stres, rendah diri, frustasi,

kehilangan motivasi, menunda penyusunan skripsi dan bahkan memutuskan

tidak menyelesaikan skripsi bila hambatan tersebut tidak segera diatasi

(Mutadin, 2004). Proses penyusunan dari awal hingga akhir skripsi dapat

diseminarkan bukanlah suatu hal yang sederhana bagi mahasiswa.

Mahasiswa dituntut untuk memiliki daya juang yang tinggi, mandiri, kritis,

menulis secara ilmiah, melakukan survey lapangan, bekerja sama dengan

dosen pembimbing, mengimplementasikan pengalaman belajar dan teori

yang telah diperoleh selama perkuliahan. Mahasiswa memandang bahwa

tuntutan dari pengerjaan skripsi melebihi kemampuan yang dimilikinya,

maka mahasiswa akan rentan sekali mengalami stress (Rozaq, 2014).

Masalah-masalah yang dihadapi mahasiswa menghambat mereka

dalam penyelesaian skripsi bahkan menghentikan proses penyelesaian

skripsi. Jatuhnya mental, turunnya optimisme, mekanisme penulisan skripsi

dipandang oleh mahasiswa sebagai tugas yang berat. Hal tersebut menjadi

penyebab yang paling berpengaruh dalam timbulnya stres (Sari, 2007).

Mahasiswa mengalami gejala stres yang meliputi gejala fisiologis,

psikologis, dan keperilakuan (Sudarya, dkk, 2014). Stres dapat

3
meningkatkan resiko mahasiswa mengalami berbagai gangguan mental dan

penyakit fisik yang meliputi kecemasan, depresi, kekebalan tubuh menurun,

sakit kepala, sakit jantung, gangguan tekanan darah, hilangnya energi, alergi

dan stroke (Dickinson, 2007). Reaksi stres dapat muncul dalam berbagai

bentuk perubahan psikologis dan fisik. Reaksi ini seringkali dialami

mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi berupa hilangnya motivasi dan

konsentrasi, sehingga berdampak pada penundaan penyelesaian skripsi dan

menimbulkan masalah pada lamanya mahasiswa dalam mengerjakan skripsi

(Fadillah, 2013).

Manajemen stress menurut standart intervensi keperawatan

Indonesia (SIKI) adalah mengidentifikasi dan mengelola tingkat stress

dengan tujuan meningkatkan fungsi individu, salah satu teknik manajemen

stres yang dianjurkan dalam SIKI untuk menurunkan stess yaitu dengan

teknik relaksasi nafas dalam. Teknik relaksasi merupakan salah satu bentuk

manajemen stres dalam upaya melakukan modifikasi gaya hidup. Teknik

relaksasi (non-farmakologis) yang adalah Relaksasi Otot (Progressive

muscle relaxation), (diaphragmatic breathing), Meditasi (attention-

faccusing exercises), dan Relaksasi Prilaku (behavioral relaxation training),

(schwickert, 2006; Hamarno, 2010). Teknik relaksasi nafas dalam

merupakan salah satu terapi relaksasi yang mampu membuat tubuh menjadi

lebih tenang dan harmonis, serta mampu memberdayakan tubuhnya untuk

mengatasi gangguan yang menyerangnya. Teknik relaksasi nafas dalam

merupakan suatu teknik untuk melakukan nafas dalam, nafas lambat

4
(menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas

secara perlahan. Teknik relaksasi nafas dalam juga dapat menigkatkan

ventilasi faru dan meningkatkan oksigen dalam darah (Suwardianto, 2011).

Tujuan relaksasi nafas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli,

memelihara pertukaran gas mencegah atelektasi paru, merelaksasikan

teganggan otot, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stres baik stres

fisik maupun emosional dan menurunkan cemas (Nasuha, Widodo &

Widiani, 2015). Kelebihan latihan teknik relaksasi dari pada latihan yang

lain adalah latihan relaksasi lebih mudah dilakukan bahkan dalam kondisi

apapun serta tidak memiliki efek samping apapun (Novitasari & Aryana,

2013).

Beradasarkan hasil penelitian Rahma Elliya 2021 setelah dilakukan

pemberian terapi relaksasi nafas dalam terhadap lansia Di UPTD Pelayanan

Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha Natar Lampung Selatan diperoleh nilai

rata-rata mean 16,29 dan standar deviasi 1,611 hasil uji statistic didapatkan

nilai p value= 0,000 dengan 16 (94,2%) Responden berubah menjadi 2

(11,8%) stres normal, dan 14 (82,4%) Stres Ringan dengan nilai mean 16,29

dan standar deviasi 1,611. Hal ini menunjukan adanya keefektifan relaksasi

nafas dalam terhadap penurunan stress. Hasil penelitian Silvia Francesca

dan Maria Pizzoli 2020 di universitas milan italia hasil didapatkan 294

peserta menyelesaikan 75% survei dan 240 menyelesaikan seluruh survei

serta tiga intervensi yang diberikan secara acak. Salah satunya relaksasi

napas dalam menunjukkan peningkatan positif setelah responden diberikan

5
intervensi baik secara langsung dan audio. Latihan pernapasan dilakukan

juga pada responden kelompok kontrol dalam keadaan emosional

memberikan hasil yang lebih baik menurunkan stres yang dirasakan. Dalam

penelitian Helen M. Stallman 2020 di University of Michigan School of

Public Health tentang penggunaan strategi koping yang sehat dan tidak

sehat yang dilakukan pada Mayoritas (62%) peserta berusia 18 hingga 22

tahun; 16% berusia 23 sampai 25 tahun didapatkan hasil setelah tes ulang 1

bulan adalah 0,84 untuk strategi koping yang sehat, 0,71 untuk yang tidak

sehat. Strategi koping sehat yang digunakan untuk merasa lebih baik ketika

mereka cemas, stres, atau tertekan adalah pernapasan napas dalam, relaksasi

dan aktivitas sosial.

Berdasarkan Fenomena Diatas Peneliti tertarik untuk meneliti

tentang “Pengaruh teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan stres

mahasiswa dalam mengerjakan skripsi distikes bina sehat ppni mojokerto’’

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka dapat

dirumuskan masalah penelitian ini adalah “Apakah ada Pengaruh Teknik

Relaksasi Napas Dalam Terhadap Penurunan Stres Mahasiswa Dalam

Mengerjakan Skripsi?’’

6
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Membuktikan Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam Terhadap

Penurunan Stres Mahasiswa Dalam Mengerjakan Skripsi

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Identifikasi stress sebelum diberikan teknik relaksasi nafas dalam

2. Identifikasi stress sesudah diberikan teknik relaksasi nafas dalam

3. Analisa perbedaan sebelum dan sesudah pemberian teknik relaksasi

nafas dalam

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan mengembangkan

ilmu pengetahuan teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan stress

mahasiswa dalam mengerjakan skripsi

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan menambah informasi agar mahasiswa mampu

menerapkan teknik relaksasi nafas dalam sebagai upaya penurunan

stress dalam mengerjakan skripsi

7
2. Bagi Dosen

Diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan

pengetahuan mengenai masalah-masalah yang dihadapi mahasiswa

dalam mengerjakan skripsi sehingga teknik relaksasi nafas dalam ini

bisa menjadi salah satu bentuk solusi yang dapat diberikan kepada

mahasiswa dalam mengatasi masalah stress.

3. Bagi Institusi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan yang

seluas-luasnya dalam proses pengajaran dan pembelajaran mahasiswa

tentang keperawatan jiwa serta dapat menambahn referensi perpustakaan

8
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan disajikan konsep dasar yang melandasi penelitian yaitu :

1) Konsep Skripsi Bagi Mahasiswa, 2) Konsep Stress, 3) Konsep Teknik

Relaksasi Nafas Dalam, 4) Jurnal Penelitan Terkait, 5) Kerangka teori, 6)

Kerangka Konseptual, 7) Hipotesis Penelitian

2.1 Konsep Skripsi Pada Mahasiswa

2.1.1 Defenisi Skripsi

Skripsi adalah muara dari semua pengetahuan dan keterampilan

yang pernah diperoleh sebelumnya untuk diterapkan dalam menggali

permasalahan yang ada (baik dalam literatur maupun kancah) agar dengan

penelitian itu dapat diperoleh temuan yang bermanfaat (Arikunto,2010).

Skripsi bagi mahasiswa merupakan suatu kewajiban yang harus

diselesaikan dalam jangka waktu sesingkat mungkin agar cepat wisuda dan

mencari pekerjaan, mengerjakan skripsi tidak semudah mengerjakan

makalah atau tugas kuliah pada umumnya, banyak hal yang dapat menjadi

kendala untuk mampu menyelesaikan skripsi,  sehingga membuat sebagian

mahasiswa merasa terbebani dan menjadi stress ( Wayan, 2014; Wardani,

2016).

2.1.2 Tujuan Skripsi

Tujuan penulisan skripsi adalah untuk mengembangkan kemampuan

mahasiswa mengidentifikasi masalah berdasarkan yang valid memecahkan

9
masalah dengan metode ilmiah, menyajikan dalam bentuk tulisan ilmiah,

dan mampu mengaplikasikan hasil penelitian (LPPM, 2021))

2.1.3 Masalah Yang Dihadapi Dalam Mengerjakan Skripsi

Permasalahan yang muncul ketika mahasiswa menyelesaikan tugas

akhir yaitu mendapatkan berbagai kendala mulai dari kesulitan

berkomunikasi dengan dosen pembimbing, tuntutan dari orang tua,

akademik, teman-teman dan juga tuntutan dari diri sendiri untuk cepat

menyelesaikanya. Dalam menyelesaikan skripsi, mahasiswa adakalanya

dihadapkan oleh beberapa masalah, seperti kesulitan dalam hal mencari

tema, judul, sampel, alat ukur yang digunakan, kesulitan mendapatkan

referensi, keterbatasan waktu penelitian, proses revisi yang berulang-ulang,

dosen pembimbing yang sibuk dan sulit ditemui serta lamanya umpan balik

dari dosen pembimbing (Wulandari, dalam Maritapiska, 2010).

2.1.4 Faktor Yang Menyebabkan Mahasiswa Sulit Mengerjakan Skripsi

(Damayanti 2012) menyebutkan faktor-faktor yang menyebabkan

sulitnya menyusun skripsi yaitu faktor internal dan eksternal :

1. Faktor Internal

a. Motivasi

Alasan yang kuat dapat memotivasi untuk giat belajar, sebaliknya

aktivitas yang tidak didasari dengan motivasi yang kuat, akan

menimbulkan ketidakseriusan (Slameto, 2010).

b. Kesehatan

10
keadaan sehat adalah sejahtera dilihat dari fisik, psikis, dan

hubungan sosial yang membuat orang dapat bersosialisasi dalam

kehidupan bermasyarakat maupun produktif dalam kegiatan

ekonomi (Slameto, 2010).

c. Kesibukan

Kesibukan berarti hal yang bersifat sibuk atau suatu usaha yang

harus dikerjakan. Dengan demikian, kesibukan merupakan volume

kegiatan atau usaha yang memerlukan banyak waktu untuk

dilakukan. Adapun tujuan melakukan kesibukan adalah untuk

menghasilkan uang demi mencukupi kebutuhan hidup. Kesibukan

sering dijelaskan dengan berupa aktivitas di luar perkuliahan yang

menyita waktu perkuliahan. Hal tersebut menyebabkan skripsi

menjadi lebih lama rampung karena waktu yang ditentukan justru

habis untuk aktivitas lain. Penelitian berfokus pada kesibukan

mahasiswa bekerja, aktif dalam organisasi, dan pengulangan mata

kuliah (Asrizal, 2020).

d. Kemampuan Menulis Skripsi

Keterampilan menulis adalah keterampilan yang paling kompleks,

karena keterampilan menulis merupakan suatu proses perkembangan

yang menuntut pengalaman, waktu, kesepakatan, latihan serta

memerlukan cara berpikir yang teratur untuk mengungkapkannya

dalam bentuk bahasa tulis. Keterampilan menulis ini tidak akan

11
datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang

banyak dan teratur (Tarigan, 2008).

e. Manajemen Waktu.

Manajemen waktu adalah kemampuan untuk memprioritaskan,

menjadwalkan, melaksanakan tanggung jawab individu demi

kepuasan individu tersebut (Widyaastuti,2004).

2. Faktor Eksternal

a. Dukungan Keluarga

Keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi

akademik mahasiswa, apabila mahasiswa dalam penyelesaian

skripsinya dimotivasi oleh keluarga maka penyelesaian skripsi akan

lebih baik (Musthaq,2012)

b. Teman Sebaya

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teman sebaya adalah

kawan, sahabat, atau orang yang sama-sama bekerja dan berbuat,

kelompok teman sebaya dapat berinteraksi dengan orang-orang yang

mempunyai kesamaan dalam usia dan status. Teman sebaya dalam

kehidupan mahasiswa dapat dikatakan bahwa mahasiswa dapat

belajar dengan baik juga tergantung pada teman pergaulan yang

baik.

c. Administratif Skripsi

Pengertian administrasi dalam hal penyusunan skripsi yakni

prosedur yang dilalui mahasiswa yang sedang menyusun skripsi,

12
berupa persyaratan yang perlu disiapkan dan alur yang harus dilalui

mulai pendaftaran, pengajuan judul hingga ujian skripsi yang

pelaksanaannya sesuai dengan adaptasi kebiasaan baru. Administrasi

skripsi menyangkut waktu pelaksanaan dari setiap prosedur

pengajuan berkas, pelayanan ataupun kinerja dari para staf terkait

dengan proses administratif.

d. Referensi

Referensi, Referensi diperlukan dalam hal memperkuat pernyataan

dengan berdasarkan pada informasi yang sesuai, dikenal juga dengan

istilah “rujukan”. Referensi sebagai landasan yang mendasari

argumentasi sehingga bisa dipahami dan diterima oleh masyarakat

ilmiah sebagai pendapat yang bisa dipertanggungjawabkan. Namun

apabila referensi sulit dicari dapat menjadi penghambat dalam

penyusunan skripsi (Asrizal, 2020).

e. Proses Bimbingan

Crow Prayitno (2004) memberi pengertian bimbingan yakni bantuan

yang diberikan seseorang kepada individu lain agar dapat mengatur

hidup sendiri, mengembangkan pandangan hidup, mampu

mengambil keputusan yang tepat, dan dapat menanggung

konsekuensi maupun mencari solusi atas masalah yang dihadapi

dalam kehidupan. Cara yang diterapkan dosen dalam membimbing

dapat berpengaruh terhadap kelancaran mahasiswa dalam menyusun

skripsi. Proses bimbingan yang tidak teratur, kurang komunikasi

13
dengan dosen pembimbing, mahasiswa sering kali mengalami

kebingungan dalam menentukan hasil yang akan ditulis setelah

konsultasi dengan dosen pembimbing, menjadi salah satu faktor

penghambat mahasiswa

2.2 Konsep Stress

2.2.1 Pengertian Stress

Stress diawali dengan adanya ketidakseimbangan antara tuntutan dan

sumber daya yang dimiliki individu, semakin tinggi pula tingkat stress yang

dialami individu akan merasa terancam Stress adalah suatu kondisi dimana

sistem tubuh manusia merespon terhadap perubahan dalam keadan

seimbang atau normal (Taylor,1997). Stress adalah hubungan antara orang

dengan lingkungannya yang dinilai oleh orang tersebut membebani atau

melebihi sumber daya yang dimiliki dan membahayakan kesejahteraannya

(Lazarus dan Folkman, 1984). Mc Nerney dalam Grenberg (1984)

menyebutkan stress sebagai reaksi fisik, mental, dan kimiawi dari tubuh

terhadap situasi yang menakutkan , mengejutkan, membingungkan,

membahayakan, dan merisaukan seseorang

Stress adalah reaksi dari tubuh (respons) terhadap lingkungan yang

dapat memproteksi diri kita yang juga merupakan bagian dari sistem

pertahanan yang membuat kita tetap hidup. Stress adalah kondisi yang tidak

menyenangkan di mana manusia melihat adanya tuntutan dalam suatu

situasi sebagai beban atau di luar batasan kemampuan mereka untuk

memenuhi tuntutan tersebut, pandangan dari Patel (1996) stress merupakan

14
reaksi tertentu yang muncul pada tubuh yang bisa disebabkan oleh berbagai

tuntutan, misalnya ketika manusia menghadapi tantangan-tantangan

(challenge) yang penting, ketika dihadapkan pada ancaman (threat) atau

ketika harus berusaha mengatasi harapan-harapan yang tidak realistis dari

lingkungannya. Dengan demikian bisa diartikan bahwa stress merupakan

suatu sistem pertahanan tubuh di mana ada sesuatu yang mengusik integritas

diri, sehingga mengganggu ketentraman yang dimaknai sebagai tuntutan

yang harus diselesaikan.

2.2.2 Macam Stress

Ditinjau dari penyembab stress, dapat digolongkan sebagai berikut :

(Mubarak, 2015)

1. Stress fisik adalah stress yang disebabkan oleh keadaan fisik seperti

suhu yang terlalu tinggi atau rendah, suara amat bising.

2. Stress kimiwai merupakan stress yang disebabkan oleh pengaruh

senyawa kimia yang terdapat pada obat-obatan, zat beracun asam, basa,

faktor hormon atau gas, dan lain-lain.

3. Stress mikrobiogik adalah stress yang disebabkan oleh virus, bakteri,

atau parasit yang menimbulkan penyakit.

4. Stress fisiologik adalah stress yang disebabkan oleh gangguan struktur

fungsi organ tubuh anatara lain gangguan fungsi organ atau sistemik,

struktur tubuh, dan lain-lain sehungga menimbulkan fungsih tubuh tidak

normal.

15
5. Stress proses pertumbuhan dan Kembangan adalah stress yang

disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa

bayi hingga tua.

6. Stress psikologis atau emosional, merupakan stress yang disebabkan

oleh gangguan situasi psikologis atau ketidakmampuan kondisi

psikologis untuk menyelesaikan diri, misalnya hubungan interpersonal,

sosial budaya, atau keagamaan.

2.2.3 Penyebab Stress

Stresor adalah faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang

mengakibatkan terjadinya respon stress. Stresor dapat berasal dari berbagai

sumber, baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial dan juga muncul

pada situasi kerja, di rumah, dalam kehidupan sosial, dan lingkungan luar

lainnya (Patel,1996)

Secara garis besar stresor bisa dikelompokan menjadi dua:

1. Stresor mayor, yang berupa major live event yang meliputi peristiwa

kematian orang yang disayangi, masuk sekolah untuk pertama kali, dan

perpisahan.

2. Stresor minor, yang biasanya berawal dari stimulus tentang masalah

hidup sehari-hari, misalnya ketidaksenagan emosional terhadap hal-hal

tertentu sehingga menyebabkan munculnya stress (Brantley,dkk., 1988,

dalam Isnawarti,1996).

Taylor (1991), merinci beberapa karakteristik kejadian yang

berpotensi dan dinilai dapat menciptakan stresor.

16
1. Kejadian negatif agaknya lebih banyak menimbulkan stress daripada

kejadian positif

2. Kejadian yang tidak terkontrol dan tidak terprediksi lebih membuat

stress daripada kejadian yang terkontrol dan terprediksi

3. Kejadian “ambigu” sering kali dipandang lebih mengakibatkan stress

dari pada kejadian yang jelas

4. Manusia yang tugasnya melebihi kapasitas (overload) lebih mudah

mengalami stress daripada orang yang memiliki tugas lebih sedikit.

2.2.4 Sumber stress

Menurut Lahey (2003 dalam Septiani, 2013) ada beberapa sumber

utama stres:

1. Life event (perstiwa dalam hidup)

Yaitu kejadian penting secara psikologis yang terjadi pada kehidupan

seseorang, seperti perceraian, kelahiran, atau perubahan pada posisi/

jabatan. Umumnya penyebab stres itu dapat berupa tindak kriminal,

kekerasan seksual, dan saksi kejahatan; kehilangan anggota keluarga;

bencana alam; teror; masalah-masalah sehari-hari (daily hasles).

2. Frustration (frustrasi)

Merupakan keadaan yang muncul sebagai hasil tidak terpuaskannya

suatu tujuan atau motif seseorang.

3. Conflict (konflik)

Merupakan keadaan dimana terdapat dua atau lebih motif yang tidak

terpuaskan karena motif-motif itu saling berkaitan satu sama lain.

17
4. Pressure (tekanan)

Merupakan suatu keadaan yang menimbulkan konflik, dimana individu

merasa terpaksa atau dipaksa untuk tidak melakukan hal-hal yang

diinginkannya. Tekanan yang kecil, tetapi bila bertumpuk-tumpuk dapat

menjadi stres yang hebat. Tekanan dapat berasal dari luar diri maupun

dari dalam diri sendiri.

Ada beberapa sumber stress yang berasal dari lingkungan, di

antaranya adalah lingkungan fisik, seperti : polusi udara, kebisingan,

kesesakan, lingkungan kontak sosial yang bervariasi, serta kompetisi hidup

yang tinggi (Howart dan Gilham,1981 dalam Atkinson, 1990). Selain itu

sumber stress yang lain meliputi hal-hal berikut.

1. Dalam diri individu

Hal ini berkaitan dengan adanya konflik. Pendorong dan penarik konflik

menghasilkan dua kecenderungan yang berkebalikan, yaitu approach

dan avoidance. Kecenderungan ini menghasilkan tipe dasar konflik

(Welten, 1992), yaitu sebagai berikut.

a. Approach-approach conflict. Muncul ketika kita tertarik terhadap

dua tujuan yang sama-sama baik.

b. Avoidance-avoidance conflict. Muncul ketika kita dihadapkan pada

satu pilihan antara dua situasi yang tidak menyenangkan

c. Approach-avoidance conflict. Muncul ketika kita melihat kondisi

yang menarik dan tidak menarik dalam satu tujuan atau situasi.

2. Dalam keluarga

18
Dari keluarga ini yang cenderung memungkinkan munculnya stress

adalah hadirnya anggota baru, sakit, dan kematian dalam keluarga.

3. Dalam komunitas dan masyarakat

Kontak dengan orang di luar keluarga merupakan banyak sumber stress,

misalnya pengalaman anak di sekolah dan persaingan.

2.2.5 Faktor Presipitasi Stress

Faktor yang dianggap sebagai pemicu timbulnya stres disebut

sebagai faktor presipitasi antara lain sebagai berikut : (Nasir, 2011)

1. Faktor Fisik dan Biologis

1) Genetika. banyak ahli beranggapan masa kehamilan mempunyai

kemungkinan kerentanan stress pada anak yang dilahirkan. kondisi

tersebut berupa ibu hamil yang perokok alcoholic dan penggunaan

obat-obatan yang dilarang pada masa kehamilan (aspirin dan jenis

obat analgesik)

2) Case history. riwayat penyakit di masa lalu yang mempunyai efek

psikologis di masa depan, dapat berupa penyakit di masa kecil

seperti demam tinggi yang mempengaruhi kerusakan gendang

telinga, kecelakaan yang mengakibatkan bagian tubuh (cacat), patah

tulang dan sebagainya.

3) Pengalaman hidup. mencakup case history dan pengalaman

pengalaman hidup yang mempengaruhi perasaan independen yang

menyangkut kematangan organ-organ seksual pada masa remaja.

19
4) Tidur. istirahat yang cukup akan memberikan energi pada kegiatan

yang sedang dilakukannya. kebutuhan tidur akan mempengaruhi

konsentrasi, semangat, dan gairah terhadap pekerjaan yang

dilakoninya. penderita insomnia mempunyai kerentanan terhadap

stres yang lebih berat.

5) Diet. diet yang berlebihan dapat mengakibatkan stres berat. pelaku

diet penderita obesitas yang melakukan diet kita berlebihan

mempunyai risiko kematian yang tinggi, diet secara berlebihan

memungkinkan munculnya sindrom anoreksia.

6) Postur tubuh. dalam beberapa kasus postur tubuh dapat berperan

sebagai stressor misalnya individu yang ingin menjadi polisi atau

tentara, batasan tinggi badan dapat menjadi kendala bila tidak

mencapai taraf yang ditentukan. individu yang memiliki kelainan

bentuk tubuh, cacat bawaan, dan penggunaan steroid juga dapat

memicu munculnya stres pada individu.

7) Penyakit. beberapa penyakit dapat menjadi stressor pada individu

berupa: tuberkulosis (TBC), kanker dan berbagai penyakit lainnya.

penyakit anemia dapat menimbulkan individu cepat merasa lelah

sehingga dapat menimbulkan rasa stres karena individu kurang dapat

bekerja secara maksimal.

8) Gender. Walker(2002) & Golf.A.M. (2011) menyatakan bahwa

tingkat stres pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki untuk

semua tipe stressor otak perempuan memiliki kewaspadaan negatif

20
terhadap konflik dan stres pada perempuan konflik memicu hormon

negatif, sehingga memunculkan stres, sedangkan laki-laki umumnya

menikmati adanya konflik dan persaingan bahkan menganggap

bahwa konflik dapat memberikan dorongan yang positif (Brizendine,

2007); Nasrani, 2015).

2. Faktor Psikologis

1) Resepsi. semakin dewasa Usia ia biasanya akan semakin toleran

terhadap pandangan dan perilaku yang berbeda dari dirinya. semakin

menunjukkan kematangan jiwa, mampu berpikir rasional, mampu

mengendalikan emosi, semakin dapat menunjukkan intelektual dan

psikologisnya. kadar stres suatu peristiwa sangat bergantung pada

Bagaimana individu bereaksi terhadap stres tersebut dan presepsi

terhadap stressor yang muncul. kadar stres dapat bergantung pada

ada:

a. Kontrol terhadap stres

b. Stres yang dapat diprediksi kemampuan melawan batas

c. Emosi

d. Situasi psikologi

e. Pengalaman hidup

3. Faktor Lingkungan

1) Lingkungan fisik. kondisi atau kejadian yang berhubungan dengan

keadaan sekeliling individu dapat memicu terjadinya stres. Hal ini

dapat berupa bencana alam kondisi cuaca terlalu panas/dingin,

21
kondisi lingkungan padat, lingkungan kerja yang kotor, kemacetan

dan sebagainya

a. Lingkungan biotik. gangguan yang berasal dari makhluk

mikroskopik berupa virus dan bakteri.

b. Lingkungan sosial. hubungan yang buruk dengan orang tua, Bos,

atau rekan kerja adalah hal-hal yang berhubungan dengan orang

lain, yang apabila tidak berjalan dengan baik akan menjadi

stressor bagi individu jika tidak dapat memperbaiki

hubungannya.

2.2.6 Indikator Stress

Taylor (1991) dalam Videbeck (2008), Menyatakan bahwa stres

dapat dihasilkan berbagai respon. berbagai penelitian telah membuktikan

bahwa respon-respon tersebut dapat berguna sebagai indikator terjadinya

stres pada individu dan mengukur tingkat stres yang dialami individu.

respon stres dapat terlihat dalam berbagai aspek sebagai berikut: (Nasir,

2011)

1. Respon fisiologis. biasanya muncul dalam bentuk keluhan fisik, seperti

pusing, nyeri tengkuk, tekanan darah naik, nyeri lambung, gatal-gatal di

kulit, ataupun rambut rontok.

2. Respon kognitif. biasanya tampak dalam gejala sulit berkonsentrasi,

mudah lupa, ataupun sulit mengambil keputusan.

3. Respon emosi. reaksi psikologis biasanya lebih dikaitkan pada aspek

emosi, seperti mudah marah, sedih, ataupun mudah tersinggung.

22
4. Respon tingkah laku (perilaku). dibedakan menjadi fight, yaitu melawan

situasi yang menekan dan Flight yaitu menghindari situasi menekan.

pada remaja tampak dari perilaku menyimpang seperti mabuk, frekuensi

merokok meningkat, Ataupun menghindar bertemu dengan temannya.

2.2.7 Respon Tubuh Terhadap Stress

Menurut Potter and Perry (2005) stres yang dirasakan tiap individu

memiliki reaksi yang berbeda-beda terhadap sistem kekebalan tubuh. Ketika

terjadi stres, seseorang menggunakan energi fisiologis dan psikologis untuk

beradaptasi. Besarnya energi yang dibutuhkan untuk mengadaptasi

bergantung pada intensivitas, cakupan, dan durasi stresor dan besarnya

stresor. Respons stres adalah adaptif dan protektif. Karakteristik respon ini

adalah hasil dari respon neuro-endokrin yang terintegrasi mengidentifikasi

dua respon fisiologis terhadap stres yaitu :

a. LAS (Local Adaption Syndrome)

Tubuh menghasilkan banyak respon setempat terhadap stres.

Pada sindrom ini meliputi respon inflamasi dan proses perbaikan yang

terjadi pada suatu tempat jaringan yang cedera. Stres merupakan respon

umum non spesifik terhadap semua stresor, tanpa memperhatikan

apakah fisiologis, psikologis atau sosial. Berbagai permintaan akan

diinterpretasikan secara berbeda oleh orang yang berbeda hal ini

disebabkan karna faktor kondisioning pada masing-masing seseorang

berbeda. Faktor pengkondisi juga menyebabkan perbedaan dalam

toleransi orang terhadap stres. Sebagian orang bisa mengalami penyakit

23
adaptasi seperti hipertensi dan sakit kepala migren, sementara orang lain

sama sekali tidak berpengaruh (Potter and Perry, 2005).

b. GAS (General Adaptions Syndrome)

GAS adalah respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres.

Respon ini melibatkan beberapa sistem tubuh, terutama sistem saraf

otonom dan sistem endokrin.

GAS terdiri atas reaksi peringatan, tahap resisten, dan tahap

kehabisan tenaga.

1. Reaksi alarm atau peringatan melibatkan pengarahan mekanisme

pertahanan dan pikiran untuk menghadapi stresor. Kadar hormon

meningkat untuk meningkatkan volume darah dan dengan demikian

menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepaskan

untuk meningkatkan kadar glukosa darah untuk menyiapkan energi

guna keperluan adaptasi. Stresor meningkatkan kadar hormon lain

seperti epinefrin dan norepinefrin mengakibatkan frekuensi jantung

meningkat, meningkatkan aliran darah ke otot, meningkatka

pengambilan oksigen, dan memperbesar kewaspadaan mental (Potter

and Perry, 2005). Selama reaksi alarm individu dihadapkan pada

stresor spesifik. Respon fisiologis individu adalah mendalam,

melibatkan sistem tubuh utama, dan dapat berlangsung dari hitungan

waktu dari menit sampai jam, kemungkinan juga merupakan

ancaman terhadap hidup. Jika stresor terus menetap setelah reaksi

24
peringatan, individu berkembang ke fase kedua dari GAS, yaitu

resisten (Potter and Perry, 2005).

2. Tahap resisten menunjukan reaksi tubuh kembali menjadi stabil,

kadar hormon, frekuensi jantung, tekanan darah dan curah jantung

kembali ke tingkat normal. Individu berupaya beradaptasi dengan

stresor jika stress dapat diatasi tubuh akan memperbaiki kerusakan

yang terjadi. Namun jika stresor terus menetap maka individu

memasuki tahap ke tiga GAS yaitu tahap kehabisan tenaga. (Potter

and Perry, 2005)

3. Tahap kehabisan tenaga terjadi ketika tubuh tidak dapat lagi meawan

stres dan ketika energi yang diperlukan untuk mempertahankan

adaptasi sudah menipis. Respon fisiologis pada tahap alarm akan

kembali meningkat tetapi tingkat energi individu terganggu dan

adaptasi terhadap dampak dari stresor, regulasi fisiologis

menghilang dan apabila stres berlanjut maka dapat terjadi kematian

(Potter and Perry, 2005).

2.2.8 Gejala Stress

Menurut Anggota IKAPI (2008), tanda dan gejala dari stress

diantaranya:

1. Fisik : cepat lelah, insomnia, sakit kepala, nyeri dada, sesak nafas, gigi

gemeretak, tenggorokan tegang dan kering, jantung berdebar-debar,

tekanan darah tinggi, nyeri otot, tangan dingin, berkeringat, dan

sembelit/diare.

25
2. Psikologis : cemas, mudah jengkel, banyak yang difikirkan, merasa tak

berdaya, merasa tak berguna, pemarah, sedih, merasa tidak aman,

merasa buta orentasi, apatis, dan hipersensitifitas.

3. Sikap : makan terus/tidak nafsu makan, tidak sabar, suka berdabat, suka

menunda-nunda, menghindar atau mengabaikan tanggung jawab, hasil

kerja buruk, tidak bersemangat, dan hubungan keluarga dan teman

berubah.

2.2.9 Tingkat Stress

Stres adalah suatu kondisi dimana keadaan tubuh terganggu karena

tekanan yang didapat secara mental maupun fisik. Tingkat stres yaitu hasil

penilaian derajat stres yang dialami individu. Tingkat stres dapat

digolongkan menjadi stres normal, stres ringan, stres sedang dan stres berat

(Mardiana & Zelfino, 2014).

a. Stres Normal

Stres normal yang dihadapi secara teratur dan merupakan bagian alamiah

dari kehidupan. Seperti dalam situasi: kelelahan setelah mengerjakan

tugas, takut tidak lulus ujian, merasakan detak jantung berdetak lebih

keras ketika melakukan bimbingan skipsi maupun ketika akan melakukan

persentasi. Stres normal alamiah dan menjadi penting, karena setiap

mahasiswa pasti pernah mengalami stres bahkan, sejak dalam kandungan

(Purwati, 2012).

b. Stres Ringan

26
Stres ringan adalah stressor yang dihadapi setiap orang secara teratur,

umumnya dirasakan oleh setiap mahasiswa misalnya: lupa, kebanyakan

tidur, kemacetan, dikritik atau revisi skripsi yang menumpuk. Situasi

seperti ini biasanya berakhir dalam beberapa menit atau beberapa jam

dan biasanya tidak akan menimbulkan bahaya (Rachmadi, 2014).

c. Stres Sedang

Stres sedang berlangsung lebih lama dari beberapa jam sampai beberapa

hari. Misalnya masalah perselisihan yang tidak 13 dapat diselesaikan

dengan teman atau pacar (Potter & Perry, 2010). Fase ini ditandai dengan

kewaspadaan, fokus pada indera penglihatan dan pendengaran,

peningkatan ketegangan dalam batas toleransi, dan tidak mampu

mengatasi situasi yang dapat mempengaruhi dirinya (Suzanne & Brenda,

2008).

d. Stres Berat

Situasi Stres yang terjadi beberapa minggu sampai tahun. Semakin sering

dan lama situasi stress, semakin tinggi resiko kesehatan yang ditimbulkan

(Mardiana & Zelfino, 2014). Stres berat seperti perselisihan dengan

dosen atau teman secara terus-menerus, kesulitan finansial yang

berkepanjangan, dan penyakit fisik jangka panjang. Makin sering dan

lama situasi stres, makin tinggi risiko stres yang ditimbulkan. Stressor ini

dapat menimbulkan gejala, antara lain merasa tidak dapat merasakan

perasaan positif, merasa tidak kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan,

merasa tidak ada hal yang dapat diharapkan di masa depan, sedih dan

27
tertekan, putus asa, kehilangan minat akan segala hal, merasa tidak

berharga sebagai seorang manusia, berpikir bahwa hidup tidak

bermanfaat. Semakin meningkat stres yang dialami mahasiswa tingkat

akhir secara bertahap maka akan menurunkan energi dan respon adaptif.

2.2.10 Pengukuran Tingkat Stress

Tingkat stres adalah hasil penelitian terhadap berat ringannya stres

yang dialami seseorang. Tingkat stres dapat diukur menggunakan skala

Depression Anxiety Stress Scale (DASS 42) versi original dan Depression

Anxiety Stress Scale (DASS 21) versi indonesia, Skala ini memiliki 3

dimensi dan 7 aitem di setiap subvariabelnya. Depression Anxiety Scale

21 (DASS) terdiri dari 21 pertanyaan skala 0 : tidak sesuai dengan pribadi

saya sama sekali, atau tidak pernah. Skala 1 : sesuai dengan pribadi saya

sampai tingkat tertentu atau kadang-kadang. Skala 2 : sesuai dengan

pribadi saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan atau lumayan

sering dan skala 3 : sangat sesuai dengan pribadi saya, atau sering sekali.

Hasil ukur : tingkat stress pada instrument ini berupa normal, ringan,

sedang, berat, dan sangat berat. Jumlah skor dari jumlah pernyataan item

tersebut, memiliki makna : normal : 0- 14, ringan : 15-18, sedang : 19-25,

berat : 26-33, sangat berat : >34 dengan skala ordinal (Darmawan, 2021)

Dimension Aitem Total


Depression 3, 5, 10, 13, 16, 17, 21 7
Anxiety 2, 4, 7, 9, 15, 19, 20 7
Stress 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18 7

28
Tabel 2. 1 Instrumen Depression Anxiety Stres Scale (DASS 21)
1. Saya merasa sulit untuk beristirahat 0 1 2 3
2. Saya merasa bibir saya sering kering 0 1 2 3
3. Saya sama sekali tidak dapat merasakan perasaan positif 0 1 2 3
4. Saya mengalami kesulitan bernafas (misalnya: seringkali
terengah-engah atau tidak dapat bernafas padahal tidak 0 1 2 3
melakukan aktivitas fisik sebelumnya)
5. Saya merasa sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam 0 1 2 3
melakukan sesuatu
6. Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi 0 1 2 3
7. Saya merasa gemetar (misalnya: pada tangan) 0 1 2 3
8. Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk 0 1 2 3
merasa cemas
9. Saya merasa khawatir dengan situasi dimana saya mungkin 0 1 2 3
menjadi panik dan mempermalukan diri sendiri
10. Saya merasa tidak ada hal yang dapat diharapkan di masa 0 1 2 3
depan
11. Saya menemukan diri saya mudah gelisah 0 1 2 3
12. Saya merasa sulit untuk bersantai 0 1 2 3
13. Saya merasa putus asa dan sedih 0 1 2 3
14. Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi 0 1 2 3
saya untuk menyelesaikan hal yang sedang saya lakukan
15. Saya merasa saya hampir panik 0 1 2 3
16. Saya tidak merasa antusias dalam hal apapun 0 1 2 3
17. Saya merasa bahwa saya tidak berharga sebagai seorang 0 1 2 3
manusia
18. Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung 0 1 2 3
19. Saya menyadari kegiatan jantung, walaupun saya tidak
sehabis melakukan aktivitas fisik (misalnya: merasa detak 0 1 2 3
jantung meningkat atau melemah)
20. Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas 0 1 2 3
21. Saya merasa bahwa hidup tidak berarti 0 1 2 3

Keterangan :

0 = Tidak sesuai sama sekali, atau tidak pernah

29
1 = Sesuai sampai tingkat tertentu, atau kadang kadang

2 = Sesuai sampai batas yang dapat dipertimbangkan, atau lumayan sering

3 = Sangat sesuai, atau sering sekali

Tabel 2. 2 Indikator Penilaian DASS 21


Depresi Kecemasan Stress
Normal 0–9 0–7 0 – 14
Ringan 10 – 13 8–9 15 – 18
Sedang 14 – 20 10 – 14 19 – 25
Berat 21 – 27 15 – 19 26 – 33
Sangat Berat >28 >20 >34

2.2.11 Manajemen Stress

Manajemen stres yang dapat dilakukan antara lain: (Mubarak, 2015)

1. Olahraga teratur

Melakukan olahraga dan relaksasi secara teratur dapat mengurangi

stres, karena kedua cara ini memiliki peran yang besar dalam mengatur

sistem kerja otak dan seluruh tubuh olahraga dapat membantu produksi

beta androphin di otak yang dapat meningkatkan semangat setelah

melakukan latihan olahraga. semakin bertambah waktu olahraga

semakin bertambah pula pengaruh unsur dalam meningkatkan

semangat.

2. Diet dan Nutrisi

Makanan dikenal memengaruhi fungsi otak. unsur makanan

memengaruhi kimia otak yang disebut neurotransmitter yang penting

30
untuk kesehatan jiwa dan fisik. Hindari makanan yang memperburuk

stres dan mengubah suasana hati, serta menambah persediaan gizi

dalam tubuh untuk mengatasi stres. makanan minuman dan kebiasaan

yang dapat mengubah perasaan antara lain: alkohol dan kafein yang

dikonsumsi berlebihan, minuman ringan yang mengandung fosfor zat

aditif dan bahan pengawet kekurangan karbohidrat, Konsumsi gula

berlebih, kekurangan vitamin C, berhenti merokok mengatur berat

badan, dan menghindari minuman keras.

3. Sistem pendukung

Sistem pendukung seperti keluarga, teman, rekan kerja akan

mendengarkan dan memberikan nasihat dan dukungan emosional yang

sangat bermanfaat bagi seseorang yang mengalami stres. sistem

pendukung mengurangi reaksi stres dan meningkatkan kesejahteraan

fisik dan mental.

4. Pengaturan waktu

Merupakan cara tepat dalam mengurangi dan dan menanggulangi stres.

dengan mengatur waktu sebaik-baiknya, pekerjaan yang menimbulkan

kelelahan fisik dapat dihindari. gunakan waktu secara efektif dan

efisien usahakan mengatur ulang jadwal.

5. Istirahat dan tidur

Merupakan obat terbaik mengatasi stres karena istirahat dan tidur yang

cukup akan memulihkan keletihan fisik dan kebugaran tubuh serta

membantu seseorang menjadi rileks secara mental.

31
6. Teknik relaksasi

Relaksasi progresif dengan atau tanpa ketegangan otot dan teknik

manipulasi pikiran mengurangi komponen fisiologi dan emosional

stres. teknik relaksasi adalah perilaku yang dipelajari dan

membutuhkan waktu pelatihan dan praktik. hal yang dapat dilakukan

adalah ah latihan pernapasan 4/hari masing-masing 1,5- 2 menit per

sesi bisa membantu mengatur tingkat stres dan menurunkan otot,

curhat,Mencari cahaya karena mampu mendorong produksi serotonin

saraf yang mengendalikan suasana hati atau usahakan untuk keluar

melihat matahari sore, mendengarkan musik, relaksasi wajah, pijat

telapak, berendam air hangat, alat instant berupa alat kesehatan yang

menjanjikan menurunkan ketegangan otot seperti phiten

7. Spiritual

Terapi ini menggunakan pendekatan agama diperlukan karena dalam

mengatasi atau mempertahankan hidup, seseorang harus sehat fisik,

psikis, sosial maupun spiritual. Adapun spiritual apat juga mempunyai

efek yang positif dalam menurunkan stres praktik seperti berdoa,

meditasi, membaca bacaan keagamaan.

8. Terapi psikofarmaka

Terapi ini menggunakan obat-obatan untuk mengatasi stres yang

dialami melalui pemutusan antara psiko, neuro, dan imunologi

sehingga stressor psikososial yang dialami tidak mempengaruhi fungsi

32
kognitif afektif atau psikomotor yang dapat mengganggu organ tubuh

lain (anticemas dan antidepresi).

9. Psikoterapi

Terapi ini disesuaikan kebutuhan seseorang, meliputi psikoterapi

suportif yang memberikan motivasi dan dukungan agar klien memiliki

rasa percaya diri psikoterapi redukatif yang dilakukan dengan

memberikan pendidikan secara berulang serta psikoterapi rekonstruktif

dengan cara memperbaiki kembali kepribadian yang mengalami

goncangan dan psikoterapi kognitif dengan memulihkan fungsi

kognitif klien (berpikir rasional)

2.2.12 Strategi Menghadapi Stress

Menurut Ardani (2013) ada dua strategi yang bisa digunakan untuk

menghadapi stres, yaitu :

a. Strategi menghadapi stres dalam perilaku.

1. Memecahkan persoalan secara tenang. Yaitu mengevaluasi

kekecewaan atau stres dengan cermat kemudian menentukan

langkah yang tepat untuk diambil, setelah itu mereka

mempersiapkan segala upaya dan daya serta menurunkan

kemungkinan bahaya.

2. Agresi. Stres sering berpuncak pada kemarahan atau agresi.

Sebenarnya agresi jarang terjadi namun apabila hal itu hanyalah

33
berupa respon penyesuaian diri. Contohnya adalah mencari kambing

hitam, menyalahkan pihak lain dan kemudian melampiaskan

agresinya kepada sasaran itu.

3. Regresi Yaitu kondisi ketika seseorang yang menghadapi stres

kembali lagi kepada perilaku yang mundur atau kembali ke masa

yang lebih muda (memberikan respons seperti orang dengan usia

yang lebih muda).

4. Menarik diri. Merupakan respon yang paling umum dalam

mengambil sikap. Bila seseorang menarik diri maka dia memilih

untuk tidak mengambil tindakan apapun. Respon ini biasanya

disertai dengan depresi dan sikap apatis.

5. Mengelak. Seorang yang mengalami stres terlalu lama, kuat dan

terus menerus maka ia akan cenderung mengelak.

b. Strategi menghadapi stres secara kognitif

1. Represi Adalah upaya untuk menyingkirkan frustasi, stres dan semua

yang menimbulkan kecemasan.

2. Menyangkal kenyataan Menyangkal kenyataan mengandung unsur

penipuan diri. Bila seseorang menyangkal kenyataan maka ia

menganggap tidak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan

dengan maksud untuk melindungi dirinya sendiri.

3. Fantasi Dengan berfantasi orang sering merasa dirinya mencapai

tujuan dan dapat menghindarkan dari frustasi dan stres. Orang yang

sering melamun kadangkadang menemukan bahwa kreasi

34
lamunannya itu lebih menarik dari pada kenyataan yang

sesungguhnya. Bila fantasi dilakukan secara sedang-sedang dan

dalam pengendalian kesadaran yang baik, maka frustasi menjadi cara

yang sehat untuk mengatasi stres.

4. Rasionalisasi Rasionalisasi ini dimaksudkan segala usaha seseorang

untuk mencari alasan yang dapat diterima secara sosial untuk

membenarkan atau menyembunyikan perilakunya yang buruk.

Rasionalisasi juga bisa muncul ketika seseorang menipu dirinya

sendiri dengan pura-pura menganggapnya buruk adalah baik atau

sebaliknya.

5. Intelektualisasi Seseorang yang menggunakan taktik ini maka yang

menjadi masalah akan dipelajari atau mencari tahu tujuan

sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat dengan persoalan secara

emosional. Dengan intelektualisasi seseorang setidaknya dapat

sedikit mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan

bagi dirinya dan memberikan kesempatan pada dirinya untuk

meninjau permasalahan secara subjektif.

6. Pembentukan reaksi Seseorang dikatakan berhasil menggunakan

metode ini bila dia berusaha menyembunyikan motif dan perasaan

sesungguhnya baik represi atau supresi dan menampilkan wajah

yang berlawanan dengan kenyataan yang dihadapi.

7. Proyeksi Seseorang yang menggunakan teknik ini biasanya sangat

cepat dalam memperlihatkan ciri pribadi orang lain yang tidak ia

35
sukai dengan sesuatu yang dia perhatikan itu akan diperbesar-

perbesarnya lagi. Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk

mengurangi kecemasan karena dia harus menghadapi kenyataan

akan keburukan dirinya.

2.3 Konsep Teknik Relaksasi Nafas Dalam

2.3.1 Pengertian Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Relaksasi merupakan satu teknik yang dapat di gunakan semua

orang untuk menciptakan mekanisme bati dalam diri seseorang dalam

mengendalikan stress dan emosi yang di milikinya, mempermudah

seseorang mengontrol diri, menyelamatkan jiwa dan membersihkan

kesehatan dan kecantikan tubuh (Gemilang, 2013:153). Teknik relaksasi

adalah salah satu bentuk terapi berupa pemberian instruksi kepada seseorang

untuk menutup mata dan berkonsentrasi pada pernafasan sehingga akan

tercipta keadaan yang nyaman dan tenang, serta memberikan instruksi

berupa gerakan gerakan mulai dari kepala sampai kaki yang tersusun secara

sistematis untuk melatih otot menjadi rileks. Otot yang dilatih antara lain

otot lengan, tangan, bahu, leher, wajah, perut, dan kaki. Mengendurnya otot-

otot tubuh yang tegang menjadi rileks (santai) akan tercipta suasana

perasaan yang tenang dan nyaman (Beck, 1995; Wirahmihardja, 2004;

Kurniawan, 2009).

Relaksasi Nafas Dalam adalah pernafasan abdomen dengan

frekuensi lambat atau perlahan, berirama dan nyaman yang dilakukan

dengan memejamkan mata (Setyoadi & Kushariyadi, 2011). Teknik

36
relaksasi nafas dalam merupakan suatu teknik untuk melakukan nafas

dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana

menghembuskan nafas secara perlahan. Teknik relaksasi nafas dalam juga

dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigen dalam darah

(Suwardianto, 2011).

2.3.2 Tujuan Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Menurut (Nasuha, Widodo & Widiani, 2015) Tujuan relaksasi nafas

dalam adalah untuk :

1. Meningkatkan ventilasi alveoli

2. Memelihara pertukaran gas

3. Mencegah atelektasi paru

4. Merelaksasikan teganggan otot

5. Meningkatkan efesiensi batuk

6. Mengurangi stres baik stres fisik maupun emosional

7. Menurunkan cemas

2.3.3 Manfaat Relaksasi Nafas Dalam

Teknik relaksasi napas dalam dapat memberikan berbagai manfaat.

Menurut Potter & Perry (2006), menjelaskan efek relaksasi napas dalam

antara lain terjadinya penurunan nadi, penurunan ketegangan otot,

penurunan kecepatan metabolisme, peningkatan kesadaran global, perasaan

damai dan sejahtera dan periode kewaspadaan yang santai. Keuntungan

teknik relaksasi napas dalam antara lain dapat dilakukan setiap saat, kapan

saja dan dimana saja, caranya sangat mudah dan dapat dilakukan secara

37
mandiri oleh pasien tanpa suatu media serta merilekskan otot-otot yang

tegang. Sedangkan kerugian relaksasi napas dalam antara lain tidak dapat

dilakukan pada pasien yang menderita penyakit jantung dan pernapasan

(Smeltzer & Bare, 2002).

2.3.4 Mekanisme Kerja Relaksasi Nafas Dalam

Slow deep breathing secara teratur akan meningkatkan sensitivitas

baroreseptor dan mengeluarkan neurotransmitter endorphin sehingga

mengstimulasi respons saraf otonom yang berpengaruh dalam menghambat

pusat simpatis (meningkatkan aktivitas tubuh) dan merangsang aktivitas

parasimpatis (menurunkan aktivitas tubuh atau relaksasi). Apabila kondisi

ini terjadi secara teratur akan mengaktivasi cardiovasculer contro center

(CCC) yang akan menyebabkan penurunan heart rate, stroke volume,

sehingga menurunkan cardiac output, proses ini memberikan efek

menurunkan tekanan darah Johan (2000 dalam Tahu, 2015). Proses fisiologi

terapi nafas dalam (deep breathing) akan merespons meningkatkan aktivitas

baroreseptor dan dapat mengurangi aktivitas keluarnya saraf simpatis dan

terjadinya penurunan kontraktilitas, kekuatan pada setiap denyutan

berkurang, sehingga volume sekuncup berkurang, terjadi penurunan curah

jantung

2.3.5 SOP Relaksasi Nafas Dalam

SOP menggunakan Pedoman Standar Operasional Prosedur

Keperawatan PPNI.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

38
Definisi Menggunakan teknik napas dalam untuk mengurangi tanda
dan gejala ketidaknyamanan seperti nyeri, ketegangan otot,
atau kecemasan
Diagnosis Ansietas
Keperawatan Gangguan rasa nyaman
Nyeri akut
Nyeri kronis
Luaran Tingkat ansietas menurun
Keperawatan Tingkat nyeri menurun
Tingkat kenyamanan meningkat
Prosedur 1. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas
(nama lengkap, tanggal lahir, dan atau nomor rekam
medis)
2. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur
3. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
a. Sarung tangan bersih, jika perlu
b. Kursi dengan sandaran, jika perlu
c. Bantal
4. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
5. Pasang sarung tangan, jika perlu
6. Tempatkan pasien di tempat yang tenang dan nyaman
7. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika
memungkinkan
8. Berikan posisi yang nyaman (missal dengan duduk
bersandar atau tidur)
9. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
10. Latih melakukan teknik napas dalam :
a. Anjurkan tutup mata dan kosentrasi penuh
b. Ajarkan melakukan inspirasi dengan menghirup
udara melalui hidung secara perlahan
c. Ajarkan melakukan ekspirasi dengan
menghembuskan udara dengan cara mulut mencucu
secara perlahan
d. Demonstrasikan menarik napas selama 4 detik,
menahan napas selama 2 detik dan menghembuskan
napas selama 8 detik
11. Monitor respon pasien selama dilakukan prosedur
12. Rapikan pasien dan alat-alat yang digunakan
13. Lepaskan sarung tangan
14. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
15. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan
respon pasien

Tabel 2. 3 SOP Relaksasi Nafas Dalam

39
2.4 Jurnal Penelitian Terkait

Tabel 2. 4 Jurnal Relevan

No Judul Nama Metode Penelitian Hasil Penelitian


Jurnal Penulis &
Tahun
1. Keefektifan Rahma Jenis Penelitian Beradasarkan hasil
Relaksasi Elliya, Yang digunakan penelitian menunjukan
Nafas Yopita Sari, adalah Kuantitatif, ada Keefektifan
Dalam Eka Yudha Rancangan pemberian terapi
Terhadap Chrisanto Penelitian Quasi Relaksasi Nafas Dalam
Penurunan (Tahun 2021) Experimen Design Terhadap Penurunan
Stress Pada Dengan Pendekatan Stres Pada Lansia Di
Lansia Di One Grup Pretes- UPTD Pelayanan Sosial
UPTD Posttes Design. Lanjut Usia Tresna
Pelayanan Populasi dalam Werdha Natar Lampung
Sosial Penelitian ini adalah Selatan Tahun 2019
Lanjut Usia seluruh lansia yang setelah dilakukan
Tresna mengalami stress di pemberian terapi
Werdha Panti Sosial Lanjut relaksasi nafas dalam
Natar Usia Tresna Werdha diperoleh nilai rata-rata
Lampung Natar Lampung mean 16,29 dan standar
Selatan. Selatan Sebanyak 17 deviasi 1,611 hasil uji
responden dan statistic didapatkan nilai
Sampel Penelitian p value= 0,000 dengan
ini Menggunakan 16 (94,2%) Responden
Total Sampling, Uji berubah menjadi 2
statistik (11,8%) stres normal,
menggunakan uji t- dan 14 (82,4%) Stres
tes dependen dan Ringan selisih Mean

40
menggunakan alat 5,24.
ukur lembar
kusioner DASS 14
item..
2. Keefektifan Suyono, Penelitian ini Setelah adanya
Teknik Triyono, menggunakan perlakuan, skor
Relaksasi Dany M. rancangan kuasi menjelang ujian berubah
untuk Handarini eksperimen dengan menjadi kategori rendah
Menurunkan (Tahun 2016) model one group dan sangat rendah.
Stres pretest posttest Perubahan tingkat stres
Akademik design. akademik konseli
Siswa SMA Pengumpulan data tampak pada perbedaan
menggunakan skor pre-test dan post-
inventori stres test. Pada semua subjek
akademik. Data penelitian mengalami
kuantitatif tersebut penurunan tingkat stres
didapatkan dari hasil akademik. Jeruk
pre-test dan post-test mengalami penurunan
yang diberikan pada skor dari 120 menjadi
awal dan akhir dari 88, Anggrek dari 100
proses konseling. menjadi 92, Mawar dari
Data dianalisis 97 menjadi 65, Melati
dengan dari 99 menjadi 70, Lili
menggunakan teknik dari 100 menjadi 71,
analisis Wilcoxon. Apel dari 97 menjadi 71,
Dalam penelitian dan 97 menjadi 68 pada
ini, subjek penelitian Kamboja. Dari hasil uji
adalah siswa yang Wilcoxon diperoleh
mengalami stres nilai z hitung adalah
akademik dalam 2,388 dan ñ 0,028.
kategori sedang dan Dengan demikian z
rendah dalam hitung > z tabel dan ini
menghadapi ujian berarti ada perbedaan
yang berjumlah 7 yang signifikan pada

41
orang siswa kelas X konseli dalam
di satu SMA di penurunan tingkat stres
Gresik akademik sebelum dan
sesudah diberikan teknik
relaksasi, sehingga
teknik relaksasi efektif
digunakan untuk
menurunkan stres
akademik.
3. Pengaruh Fenti Penelitian ini Berdasarkan hasil uji
Relaksasi Hasnani merupakan Mann Whitney
Nafas (Tahun 2021) penelitian kuantitatif diperoleh hasil p-value
Dalam dan dengan metode 0,001, maka dapat
Pijar Wajah Nonequivalent disimpulkan adanya
Terhadap Control Group perbedaan rerata
Tekanan Design dengan tekanan darah sistolik
Darah dan pendekatan Control pada ibu hamil yang
Stres Pada Group Post test only melakukan pijat wajah
Ibu Hamil. design atau post tes dan relaksasi napas
kelompok control. dalam. Ada perbedaan
Penelitian dilakukan yang signifikan nilai
di Puskesmas tingkat stres setelah
Kelurahan Tanah melakukan pijat wajah
Baru Depok. Sampel dan relaksasi napas
berjumlah 108 orang dalam pada tingkat
yang dibagi menjadi stress (p-value 0,001).
54 orang pada Rata-rata tingkat stress
kelompok kotrol dan pada ibu hamil yang
54 orang pada tidak melakukan terapi
kelompok pijat wajah dan relaksasi
intervensi. Data nafas dalam adalah
dikumpulkan 76,50 ± 25,5, sedangkan
melalui kuisioner untuk ibu hamil yang
dan hasil melakukan terapi pijat

42
pengukuran tekanan wajah dan relaksasi
darah. nafas dalam adalah 60 ±
16.
4. Web-Based Silvia Penelitian ini Berdasarkan penelitian
Relaxation Francesca menggunakan hasil didaptkan 294
Intervention Maria metode peserta menyelesaikan
for Stress Pizzoli, experimental 75% survei dan 240
During Chiara menyelesaikan seluruh
Social Marzorati survei serta tiga
Isolation: (Tahun 2020) intervensi yang
Randomized diberikan secara acak.
Controlled Salah satunya relaksasi
Trial napas dalam
menunjukkan
peningkatan positif
setelah responden
diberikan intervensi baik
secara langsung dan
audio. Latihan
pernapasan dilakukan
juga pada responden
kelompok kontrol dalam
keadaan emosional
memberikan hasil yang
lebih baik menurunkan
stres yang dirasakan.
5. How do Helen M. Desain penelitian Hasil Penelitian
university Stallman, menggunakan penggunaan strategi
students Sarah K. observasi cross- koping yang sehat dan
cope? An Lipson, sectional dengan tidak sehat yang
exploration Sasha Zhou, menganalisis data dilakukan pada
of the health and Daniel survei dari versi Mayoritas (62%) peserta
theory of Eisenberg khusus Healthy berusia 18 hingga 22
coping in a Minds Study untuk tahun; 16% berusia 23

43
US sample (Tahun 2020) mengevaluasi sampai 25 tahun
prevalensi strategi didapatkan hasil setelah
koping. Sampel tes ulang 1 bulan adalah
representatif dari 0,84 untuk strategi
509 mahasiswa di koping yang sehat, 0,71
universitas negeri untuk yang tidak sehat.
besar di AS. Strategi koping sehat
yang digunakan untuk
merasa lebih baik ketika
mereka cemas, stres,
atau tertekan adalah
pernapasan napas dalam,
relaksasi dan aktivitas
sosial.

44
2.5 Kerangka Teori SOP
Tanda dan Gejala Stres
1. Fisik : cepat lelah, insomnia, sakit Relaksasi Nafas Dalam
Mahasiswa Faktor Presipitasi Stres
kepala, jantung berdebar-debar,
mengerjakan Respon Stres
- Faktor Fisik dan tangan dingin dll
skripsi 1. Respon
Biologis 2. Psikologis : cemas, banyak
LAS
berfikir, merasa tak berdaya, 1. Mengaktifkan neocortex
- Faktor Psikologis 2. Respon
- Faktor Lingkungan pemarah dll 2. Mengaktifkan fungsi
Faktor-Faktor Yang GAS
3. Sikap : tidak nafsu makan, tidak parasimpatik
Menyebabkan
sabar, mengabaikan tanggung 3. Menurunkan adrenalin,
Mahasiswa Sulit
jawab, hasil kerja buruk, tidak noradrenalin, kortisol
Mengerjakan Skripsi
bersemangat,
- Faktor Internal
- Faktor Eksternal
Sumber Stress Tingkat Stress
Perubahan Tingkat
Masalah yang dihadapi dalam - Normal
- Peristiwa dalam Stres
mengerjakn skripsi - Stres Ringan
hidup
- Kesulitan mencari judul - Stres Sedang
- Frustasi
- Kesulitan mendapatkan - Stres Berat
- Konflik
referensi - Tekanan
- Kesulitan menentukan sampel
Dampak Stres Pada Mahasiswa
dan alat ukur yang digunakan
Mengerjakan Skripsi
- Keterbatasan waktu penelitian
- Penundaan penyelesaian
- Proses revisi yang berulang
Stres skripsi
- Dosen pembimbing yang sibuk
- Menimbulkan masalah pada
dan sulit ditemui
lamanya mahasiswa dalam
mengerjakan skripsi

Gambar 2. 1 Kerangka Teori Pengaruh Tektik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Stres Mahasiswa Dalam
Mengerjakan Skripsi Di STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto.

45
Penjelasan Kerangka Teori :

2.5.1 Mahasiswa dalam mengerjakan skripsi dipengaruhi oleh 2 fakto


diantaranya faktor internal dan eksternal
2.5.2 Masalah-masalah yang sering diahadapi oleh mahasiswa yaitu kesulitan
mencari judul, kesulitan mendapatkan referensi, Kesulitan menentukan
sampel, alat ukur yang digunakan, dosen pembimbing yang sibuk dan sulit
ditemui dll, Sehingga menimbulkan stres pada mahasiswa
2.5.3 Sehingga berdampak pada penundaan penyelesaian skripsi dan lamanya
mahasiswa dalam mengerjakan skripsi
2.5.4 Ada beberapa faktror presipitasi stres yaitu faktor fisik dan biologis,
Faktor psikologis dan faktor lingkungan.
2.5.5 Ada beberapa sumber stres termasuk peristiwa dalam hidup, frustasi,
konflik dan tekanan
2.5.6 Respon fisiologis terhadap stres terdiri dari respon LAS dan GAS.
2.5.7 Memunculkan tanda dan gejala stres yang dapat di liat dari fisik berupa
cepat lelah, insomnia, sakit kepala, jantung berdebar-debar, tangan dingin
dll, psikologis : cemas, banyak berfikir, merasa tak berdaya, pemarah dll,
sikap berupa tidak nafsu makan, tidak sabar, mengabaikan tanggung
jawab, hasil kerja buruk, tidak bersemangat.
2.5.8 Tingkat stres terdiri dari stres normal, stres ringan, stres sedang, dan stres
berat
2.5.9 Untuk itu relaksasi nafas dalam dapat diberikan sebagai salah satu solusi
untuk menurunkan stres, teknik ini dapat dilakukan dengan menggunakan
Standar Operasional Prosedur, dalam pemberian relaksasi dafas dalam
dapat
2.5.10 Mengaktifkan neocortex, mengaktifkan fungsi parasimpatik, menurunkan
adrenalin, noradrenalin, kortisol sehingga dapat terjadi penurunan pada
stres

46
2.6 Kerangka Konseptual

Faktor Presipitasi Stres Indikator Stres


- Respon fisiologis
- Faktor Fisik dan Biologis Stres - Respon kognitif
- Faktor Psikologis - Respon emosi
- Faktor Lingkungan - Respon tingkah laku
(perilaku

Normal
Stres Stres Stres Stres Sangat
Ringan Sedang Berat Berat
0-14
15-18 19-25 26-33 >34

Standar Operasional Prosedur


Relaksasi Nafas Dalam
1. Identifikasi identitas klien Teknik Relaksasi
2. Jelaskan tujuan dan prosedur Nafas Dalam
3. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan Normal
4. Berikan posisi yang nyaman pada klien 0-14
5. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi
6. Latih melakukan teknik napas dalam : Stres Ringan
a. Anjurkan tutup mata dan kosentrasi penuh 15-18
b. Ajarkan melakukan inspirasi dengan
menghirup udara melalui hidung secara
perlahan Stres Berat
c. Ajarkan melakukan ekspirasi dengan 26-33
menghembuskan udara dengan cara mulut
mencucu secara perlahan
d. Demonstrasikan menarik napas selama 4 Stres
detik, menahan napas selama 2 detik dan Sedang
menghembuskan napas selama 8 detik 19-25
7. Monitor respon pasien selama dilakukan
prosedur
8. Dokumentasikan tindakan yang dilakukan Stres Sangat
Berat
>34

Gambar 2. 2 Kerangka Konsep Pengaruh Tektik Relaksasi Nafas Dalam


Terhadap Penurunan Stres di STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto
Keterangan :
: diteliti
: tidak diteliti

47
2.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari penelitian patokan

dugaan, dalil sementara, yang sebenarnya akan dibuktikan dalam penelitian

(Arikunto,2010). Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan masih

didasarkan pada teori, Hipotesis dalam penelitian ini adalah H0: tidak ada

perbedaan tingkat stress sebelum dan sesudah pemberian teknik relaksasi

nafas dalam.

48
BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan disajikan: 1) Desain penelitian, 2) Populasi, sampel dan

sampling, 3) Identifikasi Variabel dan Defenisi Operational, 4) Prosedur

penelitian, 5) Pengumpulan data, 6) Pengelolah data, 7) Etika penelitian, 8)

Keterbatasan.

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah kerangka kerja sistematis yang digunakan

untuk melaksanakan penelitian. Desain penelitian memberikan gambaran

tentang prosedur untuk mendapatkan informasi atau data yang diperlukan

untuk menjawab semua pertanyaan penelitian. Oleh karena itu sebuah

desain penelitian yang baik akan menghasilkan sebuah proses penelitian

yang efektif dan efisien ( Ismail Nurdin & Sri Hartati, 2019).

Dalam penelitian ini menggunakan penelitian pra-experiment design

dengan rancangan penelitian adalah one-group pretest-posttest yaitu desain

yang terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest sesudah

diberikan perlakuan dengan demikian hasil sebelum dan sesudah perlakuan

dapat dibandingkan (Polit & Beck, 2012).

Rencana penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

Pretest Perlakuan Postest

01 X 02

49
Gambar 3. 1 Desain Penelitian Desain Penelitian Pengaruh Teknik Relaksasi
Nafas Dalam Terhadap Penurunan Stres Mahasiswa Dalam Mengerjakan
Skripsi Di Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto.
Keterangan
X : Perlakuan selama 3 hari
01 : Pengambilan data sebelum intervensi
02 : Pengambilan data sesudah intervensi

3.2 Populasi Sampling dan Sampling

3.2.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2012) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas, obyek atau subjek yang mempunyai kuantitas & karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. (Siyoto, 2015). Populasi Dalam penelitian ini adalah

seluruh mahasiswa prodi S1 Keperawatan yang sedang mengerjakan skripsi

tahun 2018 di STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto, sebanyak 164 orang

mahasiswa.

3.2.2 Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh

dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar

sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Sastroamoro & Ismail, 1995;

Nursalam,2008) dikutip dalam (Nursalam, Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan, 2013). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini

menggunakan probability sampling adalah sebagai teknik pengambilan

50
sampel yang memberikan peluang sama bagi setiap unsur (anggota)

populasi untuk dipilih menjadi sampel, dengan menggunakan Metode

simple random sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara acak tanpa

memperhatikan serta yang ada dalam anggota populasi (Hidayat, 2014).

3.2.3 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang

diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya.

(Siyoto, 2015). Apabila populasi penelitian berjumlah kurang dari 100 maka

sampel yang diambil adalah semuanya, namun apabila populasi penelitian

berjumlah lebih dari 100 maka sampel dapat diambil antara 10-15% atau 20-

25% atau lebih (Arikunto, 2006). Sampel Dalam penelitian ini adalah

mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi di STIKES Bina Sehat PPNI

Mojokerto tahun 2018 sebanyak 16 mahasiswa (10% dari 160 mahasiswa

tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi). Untuk mengantisipasi

sampel yang gugur dalam pelaksanaan penelitian peneliti menambahkan

sampel cadangan sebanyak 3 mahasiswa.

3.3 Identifikasi Variabel dan Defenisi Operasional

3.3.1 Identifikasi Variabel

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. (Siyoto, 2015).

51
1. Variabel Bebas (Independent)

Variabel independent adalah variabel yang nilainya menentukan

variabel lain. Variabel bebas biasanya dimanipulasi, diamati dan diukur

untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain

(Nursalam, Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, 2013). Dalam

penelitian ini sebagai variabel independent adalah teknik relaksasi nafas

dalam.

2. Variabel Terikat (Dependent)

Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain.

Variabel respon akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel-

varibel lain. Dalam ilmu perilaku, variabel terikat adalah aspek tingkah

laku yang diamati dari suatu organisme yang dikenal stimulus, dengan

kata lain, variabel terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk

menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas

(Nursalam, Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, 2013). Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah stres mahasiswa dalam

mengerjakan skripsi.

3.3.2 Definisi Operasional

Salah satu unsur yang membantu komunikasi antar penelitian adalah

definisi operasional variabel , yaitu merupakan petunjuk tentang bagaimana

suatu variabel diukur. Dengan membaca definisi operasional variabel dalam

suatu penelitian, seorang peneliti akan mengetahui pengukuran suatu

52
variabel, sehingga peneliti dapat mengetahui baik buruknya pengukuran

tersebut. (Siyoto, 2015).

Defenisi operasional dari variabel yang diteliti dapat dilihat pada

tabel berikut:

53
Tabel 3. 1 : Defenisi operasional

Variabel Definisi Operasional Indikator Alat Ukur Skala Kriteria


Variabel Teknik untuk 1. Identifikasi identitas klien SOP - -
Independent melakukan nafas dalam, 2. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur
: dengan frekuensi lambat 3. Tempatkan pasien di tempat yang tenang dan
Teknik atau perlahan, berirama nyaman
Relaksasi dan nyaman yang 4. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan
Nafas Dalam dilakukan dengan pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika
memejamkan mata serta memungkinkan
menghembuskan nafas 5. Berikan posisi yang nyaman
secara perlahan 6. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
7. Latih melakukan teknik napas dalam :
a. Anjurkan tutup mata dan kosentrasi penuh
b. Ajarkan melakukan inspirasi dengan
menghirup udara melalui hidung secara
perlahan
c. Ajarkan melakukan ekspirasi dengan
menghembuskan udara dengan cara mulut
mencucu secara perlahan
d. Demonstrasikan menarik napas selama 4
detik, menahan napas selama 2 detik dan
menghembuskan napas selama 8 detik
8. Monitor respon pasien selama dilakukan
prosedur
9. Dokumentasikan tindakan yang dilakukan

54
Variabel Suatu rentang respon Indikator Stres DASS 21 Ordinal Normal :
Dependent : yang dipersepsikan oleh (Depressio 0- 14
Stres mahasiswa terhadap 1. Respon fisiologis n Anxiety Stres ringan :
Mahasiswa stimulus yang diterima 2. Respon kognitif Stress 15-18
Dalam dari proses mengerjakan 3. Respon emosi Scale) Stres sedang :
Mengerjakan skripsi yang dapat 4. Respon tingkah laku (perilaku) 19-25
Skripsi mengakibatkan Stres berat :
terganggunya kondisi 26-33
keseimbangan individu. Stres sangat
berat : >34

55
3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Kerangka Kerja

Kerangka kerja merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan

dalam penelitian yang berbentk kerangkan atau alur penelitian, mulai dari

desain hingga analisis datanya (Hidayat, 2014).


Populasi
Semua mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi di Stikes Bina Sehat PPNI
Mojokerto berjumlah 160 mahasiswa

Sampling
Menggunakan teknik probability sampling dengan simple random sampling

Sampel
16 mahasiswa yang sedang mengerjakam skripsi

Pengumpulan Data (pre-test) : Menggunakan DASS 21 sebelum intervensi


(selama 5 menit) pada tanggal 01 Mei 2022

Intervensi :Teknik relaksasi nafas dalam selama 3 hari dengan frekuensi latihan 1
minggu 3 kali, durasi 5-10 menit, tepatnya pada tanggal 01 Mei 2022

Pengumpulan Data (post-test) : Menggunakan DASS 21 sesudah intervensi (5


menit setelah istirahat dari intervensi) pada tanggal 01 Mei 2022

Pengolahan Data : Editing, Coding, Scoring, Tabulating

Analisis Data : analisis menggunakan uji statistic Wilcoxon Signed Rank test

Penyajian Data : Penyajian data dalam bentuk dalam tabel

Diseminasi Hasil Penelitian : Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap


Penurunan Stres Mahasiswa Dalam Mengerjakan Skripsi Di Stikes Bina Sehat PPNI
Mojokerto

Gambar 3. 2 Kerangka KerjaKerangka Kerja Pengaruh Teknik Relaksasi


Nafas Dalam Terhadap Penurunan Stres Mahasiswa Dalam Mengerjakan
Skripsi Di Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto

56
3.5 Pengumpulan Data

3.5.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara peneliti untuk mengumpulkan

data yang akan dilakukan dalam penelitia. Sebelum melakukan

pengumpulan data, perlu dilihat alat ukur pengumpulan data agar dapat

memperkuat hasil penelitian. Langkah-langkah pengumpulan data

bergantung pada rencangan penelitian dan teknik instrumen yang digunakan

(Aridiana, 2016). Pada tahap pengumpulan data, diperlukan suatu instrumen

yang dapat diklasifikasikan menjadi 5 bagian meliputi pengukuran

biofisiologis, observasi, wawancara, kuesioner, dan skala (Nursalam, 2014).

Padan penelitian ini peneliti menggunakan metode pengumpulan data

wawancara. Bagi mahasiswa yang berhalangan dan tidak hadir maka

mahasiswa tersebut akan di dropout, sehingga peneliti menyiapkan

responden pengganti 3 mahasiswa.

3.5.2 Instrumen Penelitian

Intrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan

oleh peneliti dalam kegiatan pengumpulan data agar menjadi lebih mudah

dan sistematis (Polit & Beck, 2012). Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini untuk variabel independen teknik relaksasi nafas dalam diukur

dengan menggunakan SOP relaksasi nafas dalam, sedangkan untuk variabel

dependen tingkat stres diukur dengan menggunaka Depression Anxiety

Stress Scale 21 (DASS 21). Psychometric properties of the Indonesian

version of the Depression Anxiety Stress Scale memiliki reliabilitas

57
komposit yang memuaskan (0,806 - 0,917), Temuan ini dapat ditemukan

bahwa DASS versi Indonesia merupakan alat ukur yang valid dan andal

untuk mengukur dan membandingkan depresi, stres, dan kesulitan

psikologis antar gender pada sampel Indonesia (Darmawan, 2021).

Sebelumnya saya telah meminta izin dan mendapatkan izin dari Peneliti

Darmawan Muttaqin untuk menggunakan jurnal penelitiannya sebagai

sumber uji validitas DASS 21 versi Indonesia.

3.5.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan diruang kelas Stikes Bina Sehat

PPNI Mojokerto, yang dimulai pada tanggal 01 Mei 2022.

3.6 Pengolahan Data

3.6.1 Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan (Hidayat A. , 2009). Apabila ada jawaban-

jawaban yang belum lengkap, kalau memungkinkan perlu dilakukan

pengambilan data ulang untuk melengkapi jawaban-jawaban tersebut

(Notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, 2012). Pada penelitian ini

editing meliputi memeriksa kembali apakah data yang dibutuhkan telah

diperoleh peneliti dengan lengkap dan sesuai dengan tujuan penelitian.

3.6.2 Coding

Coding Merupakan tahap kedua setelah editing dimana peneliti

memberikan kode pada setiap kategori dalam variabel (Sudigdo

Sastroasmoro & Sofyan Ismail, 2010). Setelah lembar kuesioner di terima

58
oleh peneliti, peneliti kembali mamastikan relevansi atau kesesuaian

jawaban. Setelah diperiksa tahap berikutnya adalah pemberian tanda

(coding).

1. Kode responden

Responden 1 kode 1

Responden 2 kode 2

Responden 3 kode 3 dan seterusnya

2. Umur

1 : 25 tahun 3 : 23 tahun

2 : 24 tahun 4 : 22 tahun

5 : 21 tahun 6 : 20 tahun

3. Jenis kelamin

1 : Laki-laki 2 : Perempuan

4. Tingkat stres

1 : normal 4 : berat

2 : ringan 5 : sangat berat

3 : sedang

5. Fase pengerjaan skripsi

1 : Judul 3 : Ujian proposal

2 : BAB 1-3 4 : BAB 4-5

6. Tidur

1 : < 6 jam

2 : ± 6-8 jam

59
3.6.3 Skoring

Skoring adalah memberikan penilaian pada masing-masing variabel

dan intrepretasi hasil (LPPM, 2016).

Pernyataan Negatif Skor Pernyataan Positif Skor


Tidak pernah 0 Tidak pernah 3
Kadang-kadang 1 Kadang-kadang 2
Sering 2 Sering 1
Sering sekali 3 Sering sekali 0

Skor dikategorikan sebagai berikut :

Normal : 0 - 14

Stres ringan : 15- 18

Stres sedang : 19 - 25

Stres berat : 26 - 33

Stres sangat berat : >34

3.6.4 Tabulating

Tabulasi adalah membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan

penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, S, 2010).

Setelah semua data dikumpulkan diperiksa kelengkapannya dan dimasukan

dalam distribusi frekuensi, yaitu melalui pengelompokan data menjadi

kelompok atau kelas dalam suatu format yang disebut tabel frekuensi. Hasil

penelitian ini disjaikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, kemudian

diberi interpretasi atas data tersebut berdasarkan variabel yangditeliti sesuai

dengan kriteria (Arikunto, 2006). Dalam membaca bab kesimpulan

menggunakan skala sebagai berikut :

100% : Seluruhnya 26-49% : Hampir setengah

60
76-99% : Hampir sepenuhnya 1-25% : Sebagian kecil

51-75% : Sebagian besar 0% : Tidak satupun

50% : Setengah

3.6.5 Analisa Data

1. Variabel Independen

Teknik relaksasi nafas dalam pelaksanaanya dengan satandar

operasional prosedur (SOP). Teknik relaksasi nafas dalam dilakukan

selama 3 hari, dengan frekuensi latihan 1 minggu 3 kali, durasi 5-10 menit.

2. Variabel Dependen

Tingkat stres dilakukan pengukuran sebelum dan sesudah pemberian

teknik relaksasi nafas dalam dengan nilai 0-35, selanjutkan dilakukan

analisis data untuk megetahui tingkat stres sebelum dan sesudah

melakukan teknik relaksasi nafas dalam pada mahasiswa yang sedang

mengerjakan skripsi di STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto

menggunakan uji statistic wiloxon signed rank test. Pada penelitian ini

menggunakan nilai probabilitas p ≤ a (0,05) maka H0 ditolak, p ≥ a

(0,05) maka H0 diterima. Analisa data ini menggunakan program

software SPSS.

3.7 Etika Penelitian

Unsur penelitian yang tak kalah penting adalah etika penelitian

(Nursalam, 2013). Ketika manusia digunakan sebagai peserta studi,

perhatian harus dilakuan untuk memastikan bahwa hak mereka dilindungi.

Etik adalah sistem nilai moral yang berkaitan dengan sejauh mana prosedur

61
penelitian mematuhi kewajiban profesional, hukum, dan sosial kepada

peserta studi. Tiga prinsip umum mengenai standar perilaku etis dalam

penelitian berbasis: beneficience (berbuat baik), respect for human dignity

(penghargaan terhadap martabat manusia), dan justice (keadilan) (Polit dan

Beck, 2012). Etika yang harus dilakukan dalam penelitian ini adalah :

3.7.1 Lembar persetujuan (informed consent)

Lembar persetujuan diberikan sebelum penelitian dilaksanakan pada

seluruh obyek yang akan diteliti, dengan tujuan agar responden mengetahui

maksud dan tujuan peneliti serta dampak yang diteliti selama penelitian.

Setelah responden mengerti maksud dan tujuan peneliti, responden

menandatangani lembar persetujuan untukvmenjadi responden.

3.7.2 Tanpa nama (anonymity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data. Dalam

penelitian ini peneliti tidak mencantumkan nama, hanya memberikan kode

tertentu pada lembar persetujuan. Dalam penelitian ini anonymity untuk

responden adalah sebagai berikut :

Responden 1 kode 1 Responden 2 kode 2

3.7.3 Kerahasiaan (confisentiality)

Semua informasi yang telah dikumpulkan di jamin kerahasiannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil riset

(Hidayat, 2010) Kerahasiaan informasi dari responden dijamin oleh peneliti

62
hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan pada

hasil penelitian.

3.8 Keterbatasan

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah semua hambatan dan

kelemahan yang dihadapi dalam penelitian ini, yaitu:

1. Lamanya proses surat perijinan studi pendahuluan dan penelitian

sehingga peneliti kesulitan dalam pengambilan data.

63
DAFTAR PUSTAKA

Anggota IKAPI. (2008). Seri bodytalk yoga untuk stress 50 gerakan yoga stress
untuk relaksasi sepanjang hari. Jakarta : PT. Tetex media komputindo
Aridiana, N. A. (2016). Asuhan Keperawatan Sistem Endokrin Dengan
Pendekatan Nanda Nic Noc. Jakarta: Salemba Medika.
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. (EdisiRevisi).
Jakarta: Rineka Cipta.
Aryana, K. O., Novitasari, D. (2013). Pengaruh Tehnik Relaksasi Benson
Terhadap Penurunan Tingkat Stres Lansia Di Unit Rehabilitas Sosial
Wening Wardoyo Ungaran. Jurnal Keperawatan Jiwa, 1(2).
Beck, R. 1995.Cognitive Behavior therapy: Basic and Beyond (2nd ed). New
York: The Guilford Press.
Donsu, J D T. (2017). Psikologi Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Fadillah. (2013). STRES DAN MOTIVASI BELAJAR PADA MAHASISWA
PSIKOLOGI UNIVERSITAS MULAWARMAN YANG SEDANG
MENYUSUN SKRIPSI. Psikoborneo, 1, 148-156.
Fitasari, Isna Nur. (2011). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stres pada
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
Surabaya: FKM Airlangga
Gemilang, J. Buku Pintar Manajemen Stres dan Emosi. Yogyakarta: Mantra
Book.2013.
Hasnani, F. (2021). PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN PIJAT
WAJAH TERHADAP TEKANAN DARAH DAN STRES PADA IBU
HAMIL. Jurnal Health Sains, 2, 797-805.
Helen M. Stallman, S. K. (2020). How do university students cope? An
exploration of the health theory of coping. JOURNAL OF AMERICAN
COLLEGE HEALTH, 2-7.
Hidayat, A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, A. (2010). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
jakarta: salemba medika.

Ismail Nurdin & Sri Hartati. (2019). Medotologi penelitian Sosial. Surabaya:
Media Sahabat Cendikia.

64
Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta: Kemenkes RI.2018.
Kholidah, E. N., & Alsa, A. (2012). Berpikir Positif untuk Menurunkan Stres
Psikologis. Jurnal Psikologi, 39, 67-75.
Lazarus, R.S. & Folkman, S. 1984. Stress, Appraisal and Coping. New York:
Springer.
Lovibond, SH, & Lovibond, PF (1995).Manual untuk Depresi Anxiety Stress
Scales(2. Ed.). Yayasan Psikologi.
Mubarak, W. I., Indrawati, L. & Susanto, J. (2015). Buku ajar ilmu keperawatan
dasar, Buku 2. Jakarta: Salemba Medika
Nasir. A., Muhith, A. (2011). Dasardasar keperawatan jiwa: pengantar dan teori.
Jakarta: Salemba Medika.
Nasuha, N., Widodo, D., Widiani, E. (2016). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas
Dalam Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Lansia di Posyandu Lansia RW
IV Dusun Dempok Desa Gading Kembar Kecamatan Jabung Kabupaten
Malang. Nursing News: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keperawatan, 1(2).
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Novitasari, D. & Aryana, K. O. (2013). Pengaruh Tehnik Relaksasi Benson
Terhadap Penurunan Tingkat Stres Lansia di Unit Rehabilitas Sosial
Wening Wardoyo Ungaran. J. Keperawatan Jiwa, 1(2): 186-295.
Nursalam. (2013). Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 3, Jakarta
Selatan: Salemba Medika
Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta Selatan:
Salemba Medika.
Nursalam. (2016). Metode Penelitian Ikmu Keperawatan. Jakarta: salemba
medika.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses Dan Praktik (4 Ed., Vol. 1). Jakarta: Egc.
PPNI. (2021). Pedoman Standar Operasional Prosedur Keperawatan.
Rahma Elliya, Y. S. (2021). KEEFEKTIFAN RELAKSASI NAFAS DALAM
TERHADAP PENURUNAN STRES PADA LANSIA DI UPTD
PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA TRESNA WERDHA NATAR
LAMPUNG SELATAN. MANUJU: MALAHAYATI NURSING
JOURNAL, 3, 50-60.
Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 1- 100.

65
Rozaq, A. (2014). Tingkat Stress Mahasiswa dalam Mengerjakan Skripsi.
Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Rozaq A. Tingkat stres mahasiswa dalam proses mengerjakan skripsi. Skripsi.
Surabaya : UIN Sunan Ampel Surabaya; 2014.
Sari Rahayu P., & Endarsih Pramiasih. Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif
terhadap Stres pada Mahasiswa Tingkat Akhir di Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Press Universitas Muhammadiyah. Surakarta
5(2): 2018: 115-124.
Setyoadi, & Kushariyadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien
Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika.
Silvia Francesca Maria Pizzoli, C. M. (2020). Web-Based Relaxation Intervention
for Stress During Social Isolation: Randomized Controlled Trial. JMIR
MENTAL HEALTH, 7.
Sudarya, dkk. (2014) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stres Pada
Mahasiswa Dalam Penyusunan Skripsi Jurusan Manajemen Undiksha
Angkatan 2009 Skripsi Jurusan Manajemen Universitas Pendidikan
Ganesha Singaraja, Indonesia.
Sudarya I. Wayan., Begia I. Wayan., & Suwendra I. Wayan. (2014). Analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi stres pada mahasiswa dalam
penyususnan skripsi jurusan manajemen UNDIKSHA angkatan 2009.
Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha jurusan Manajemen.
Suwardianto, H., Kurnia, E. (2011). Pengaruh Terapi Relaksasi Nafas Dalam
(deep Breathing) terhadap penurunan tekanan darah pada penderita
Hipertensi dipuskesmas Kota Wilaya Selatan Kediri.
Siyoto, S. (2015). Dasar Metode Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media
Publishing.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G, (2002). Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.
Jakarta: EGC
Videbeck, S. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Wulandari, R. P. (2010). Hubungan tingkat stres dengan gangguan tidur pada
mahasiswa skripsi di salah satu fakultas rumpun sciencetechnology UI.
Skripsi. Universitas Indonesia.
Widyastuti, Palupi (2004). Manajemen Stres. Jakarta :Egc

Yosep, I. (2007). Keperawatan jiwa. Bandung: PT Refika Aditama

66
Lampiran 1

Daftar Pertanyaan Stres Skripsi Mahasiswa Pada Studi Pendahuluan

No Pertanyaan

1. Apakah skripsi membuat anda stress ?

2. Apa saja yang membuat anda stress dalam mengerjakan skripsi ?

3. Tanda dan gejala apa saja yang dirasakan ketika anda mengalami

stress?

4. Apa ada penangan yang dilakukan untuk menurunkan stress?

67
Lampiran 2

KUESIONER SKALA DEPRESI ANSIETAS DAN STRES


(Depression Anxiety Stress Scales / DASS 21)
Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai
dengan pengalaman Bapak/Ibu/Saudara dalam menghadapi situasi hidup sehari-
hari. Terdapat empat pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan.
Selanjutnya, Bapak/Ibu/Saudara diminta untuk menjawab dengan cara
memberi tanda silang (X) pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan
pengalaman Bapak/Ibu/Saudara selama satu minggu belakangan ini. Tidak ada
jawaban yang benar ataupun salah, karena itu isilah sesuai dengan keadaan diri
Bapak/Ibu/Saudara yang sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama yang
terlintas dalam pikiran Bapak/Ibu/ Saudara
0 = Tidak sesuai sama sekali, atau tidak pernah
1 = Sesuai sampai tingkat tertentu, atau kadang kadang
2 = Sesuai sampai batas yang dapat dipertimbangkan, atau lumayan
sering
3 = Sangat sesuai, atau sering sekali

1. Saya merasa sulit untuk beristirahat 0 1 2 3


2. Saya merasa bibir saya sering kering 0 1 2 3
3. Saya sama sekali tidak dapat merasakan perasaan positif 0 1 2 3
4. Saya mengalami kesulitan bernafas (misalnya: seringkali
terengah-engah atau tidak dapat bernafas padahal tidak 0 1 2 3
melakukan aktivitas fisik sebelumnya)
5. Saya merasa sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam 0 1 2 3
melakukan sesuatu
6. Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi 0 1 2 3
7. Saya merasa gemetar (misalnya: pada tangan) 0 1 2 3
8. Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk 0 1 2 3
merasa cemas
9. Saya merasa khawatir dengan situasi dimana saya mungkin 0 1 2 3
menjadi panik dan mempermalukan diri sendiri
10. Saya merasa tidak ada hal yang dapat diharapkan di masa 0 1 2 3
depan
11. Saya menemukan diri saya mudah gelisah 0 1 2 3
12. Saya merasa sulit untuk bersantai 0 1 2 3
13. Saya merasa putus asa dan sedih 0 1 2 3
14. Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi 0 1 2 3
saya untuk menyelesaikan hal yang sedang saya lakukan

68
15. Saya merasa saya hampir panik 0 1 2 3
16. Saya tidak merasa antusias dalam hal apapun 0 1 2 3
17. Saya merasa bahwa saya tidak berharga sebagai seorang 0 1 2 3
manusia
18. Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung 0 1 2 3
19. Saya menyadari kegiatan jantung, walaupun saya tidak
sehabis melakukan aktivitas fisik (misalnya: merasa detak 0 1 2 3
jantung meningkat atau melemah)
20. Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas 0 1 2 3
21. Saya merasa bahwa hidup tidak berarti 0 1 2 3

Indikator Penilaian DASS :


Normal : 0 – 14
Stres Ringan : 15 – 18
Stres Sedang : 19 – 25
Stres Berat : 26 – 33
Stres Sangat Berat : >34

69
Lampiran 3
PEDOMAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR RELAKSASI NAFAS
DALAM
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Definisi Menggunakan teknik napas dalam untuk mengurangi tanda dan
gejala ketidaknyamanan seperti nyeri, ketegangan otot, atau
kecemasan
Diagnosis Ansietas
Keperawatan Gangguan rasa nyaman
Nyeri akut
Nyeri kronis
Luaran Tingkat ansietas menurun
Keperawatan Tingkat nyeri menurun
Tingkat kenyamanan meningkat

70
Prosedur 1. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas
(nama lengkap, tanggal lahir, dan atau nomor rekam medis)
2. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur
3. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
a. Sarung tangan bersih, jika perlu
b. Kursi dengan sandaran, jika perlu
c. Bantal
4. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
5. Pasang sarung tangan, jika perlu
6. Tempatkan pasien di tempat yang tenang dan nyaman
7. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
8. Berikan posisi yang nyaman (missal dengan duduk bersandar
atau tidur)
9. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
10. Latih melakukan teknik napas dalam :
e. Anjurkan tutup mata dan kosentrasi penuh
f. Ajarkan melakukan inspirasi dengan menghirup udara
melalui hidung secara perlahan
g. Ajarkan melakukan ekspirasi dengan menghembuskan
udara dengan cara mulut mencucu secara perlahan
h. Demonstrasikan menarik napas selama 4 detik, menahan
napas selama 2 detik dan menghembuskan napas selama
8 detik
11. Monitor respon pasien selama dilakukan prosedur
12. Rapikan pasien dan alat-alat yang digunakan
13. Lepaskan sarung tangan
14. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
15. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respon
pasien

Lampiran 4

LEMBAR PENGAJUAN JUDUL PROPOSAL SKRIPSI

71
Judul Proposal Skripsi ini telah disetujui untuk selanjutnya dilakukan penyusunan
proposal penelitian,
Judul Proposal : Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
Penurunan Stres Mahasiswa Dalam Mengerjakan
Skripsi Di STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto
Nama Mahasiswa : Femi Renhoran
NIM : 201801175

Disetujui oleh:
Tanggal Tanda
Pembimbing Nama Pembimbing
Disetujui Tangan

Dr. Lilik Ma’rifatul Azizah


I S.Kep,Ns.,M.Kes 15 Maret 2022
NIK. 162 601..

Amar Akbar S.Kep.,M.Kes 18 Maret 2022


II NIK. 162 601..

Lampiran 5

LEMBAR BIMBINGAN PROPOSAL SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Femi Renhoran


NIM : 201801175

72
Judul Proposal : Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
Penurunan Stres Mahasiswa Dalam Mengerjakan
Skripsi Di STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto
Pembimbing : Dr. Lilik Ma’rifatul Azizah S.Kep,Ns.,M.Kes

No Tanggal Uraian Bimbingan Tanda


Tangan
1. 15/03/2022 Judul dan fenomena
- Penjelasan judul & fenomena
- Acc judul
2. 18/03/2022 - Penjelasan BAB 1
- Pengarahan terkait judul

3. 24/03/2022 BAB 1
- Revisi introduction (langsung ke masalah
inti)
- Justifikasi (Data Global) dirapihkan
- Kronologi (jabarkan sebab akibat)
- Solusi diperhatikan
4. 28/03/2022 Konsul Revisi BAB 1 (kumpulkan di meja
pembimbing)

5. 29/03/2022 - Revisi tujuan dan manfaat kalau experimen


tujuan membuktikan
- ACC BAB 1
6. 05/04/2022 - Revisi sedikit BAB I (jumlah mahasiswa
BAB 2
- Tambahkan pengukuran tingkat stres
- Jurnal sebelum kerangka teori
- Kerangka teori ini patofisiologi antara
variabel
- Kerangka konsep (baca panduan)
- Hipotesis
- Bikin BAB 3
7. 08/04/2022 BAB 3 harus konsul membawa bab 1 dan 2

8. 09/04/2022 BAB 2
- Tambahkan skala stres
- Kerangka teori beri penjelasan
- Kerangka konsep penjelasan
- SOP standar PPNI
- ACC
BAB 3
- Lampirkan SOP

73
- Sample dibulatkan
- Prinsip Acc ujian proposal

LEMBAR BIMBINGAN PROPOSAL SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Femi Renhoran


NIM : 201801175
Judul Proposal : Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap

74
Penurunan Stres Mahasiswa Dalam Mengerjakan
Skripsi Di STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto
Pembimbing : Amar Akbar S.Kep.,M.Kes

No Tanggal Uraian Bimbingan Tanda


Tangan
1. 17/03/2022 - Penjelasan tentang fenomena dan masalah
- Pengecekan literature (jurnal)

2. 18/03/2022 - Pengarahan mencari literaur


- Pengarahan mencari masalah untuk judul
- Konsul judul skripsi
- Acc judul
3. 26/03/2022 Konsul BAB 1 (via email)

4. 29/03/2022 Konsul BAB 1 (via email)

5. 11/04/2022 Konsul BAB 123


- Alat ukur stres DASS 42 gunakan yang
versi indonesia jangan lupa minta izin
sebelum menggunakan
- Perhatikan sitasi dan daftar pustaka

Lampiran 6

75
Lampiran 7

76
77

Anda mungkin juga menyukai