Disusun oleh :
KHINASIH NOERWOTO (1708015124)
KELAS 7D
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi robbil’alamin segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya yang telah di limpahkah, shalawat serta salam
semoga tercurahkan kepada junjungan kita yaitu Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan
para sahabatnya sampai pada kita semua. Alhamdulillah atas hidayahNya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Proposal Penelitian Kuantitaif ini dengan judul “Hubungan Antara
Pola Komunikasi Keluarga dan kecerdasan spiritual pada mahasiswa di Jakarta”.
i
8. Serta para pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas semua
dukungan dan masukan yang telah diberikan
Penulis menyadari bahwa penulisan Proposal Penelitian Kuantitatif ini masih jauh dari
kata sempurna, dan masih terdapat kekurangan baik dari segi bahasa maupun penempatan
kalimat hal itu disadari karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari para pembaca.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga tujuan dari pembuatan proposal penelitian
kuantitatif ini dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
Khinasih Noerwoto
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................................................6
1.4.1 Manfaat Teoritis.............................................................................................................6
1.4.2 Manfaat Praktis..............................................................................................................6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA............................................................................................................................7
2.1 Pola Komunikasi Keluarga.......................................................................................................7
2.1.1 Pengertian Pola Komunikasi Keluarga.................................................................................7
2.1.2 Dimensi Pola Komunikasi Keluarga.....................................................................................8
2.2.3 Bentuk – Bentuk Pola Komunikasi Keluarga......................................................................10
2.2 Kecerdasan Spiritual.........................................................................................................13
2.2.1 Pengertian Kecerdasan Spiritual.........................................................................................13
2.2.2 Fungsi Kecerdasan Spiritual...............................................................................................14
2.2.3 Aspek-Aspek Kecerdasan Spiritual.....................................................................................14
2.2.4 Ciri-Ciri kecerdasan spiritual yang tinggi...........................................................................15
2.2.5 Indikator kecerdasan Spiritual................................................................................................16
2.2.6 Karakteristik Spiritual.........................................................................................................17
2.2.7. Cara Meningkatkan Kecerdasan Spiritual...........................................................................20
2.3 Hubungan Variabel Pola Komunikasi Keluarga dan Kecerdasan Spiritual.......................21
2.4 Hipotesis...................................................................................................................................22
BAB III
METODE PENELITIAN..................................................................................................................23
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian............................................................................................23
iii
3.2 Identifikasi Variabel................................................................................................................23
3.2.1 Varibel Pertama : Pola Komunikasi Keluarga.....................................................................23
3.2.2 Varibel kedua : Kecerdasan Spiritual..................................................................................23
3.3 Definisi Operasional................................................................................................................24
3.3.1 Pola Komunikasi Keluarga.................................................................................................24
3.3.2 Kecerdasan Spiritual...........................................................................................................24
3.4 Populasi dan Sampel................................................................................................................24
3.5 Metode Pengumpulan Data.....................................................................................................25
a. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................................................25
b. Instrumen Penelitian................................................................................................................25
1. Skala Pola Komunikasi Keluarga........................................................................................25
2. Skala Kecerdasan Spiritual..................................................................................................26
3.6 Teknik Analisa Data................................................................................................................27
Daftar Pustaka...................................................................................................................................29
Lampiran 1. Blibligiografi & Anotasi
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di zaman era modern yang sudah sangat canggih ini, banyak sekali mahasiswa
yang sering mengalami namanya permasalahan kecerdasan sipiritual, misalnya yaitu
tingginya angka kasus tindakan bunuh diri dan tingkat stress dan depresi akademik
pada mahasiswa. mahasiswa sendiri ialah masa dimana manusia sedang berada dalam
tahap masa peralihan yang membawa kepada karakteristik pribadi yang unik dan
kadang sulit dimengerti (Simon, 2013). Menurut dari Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) pengertian mahasiswa adalah siswa yang belajar pada Perguruan Tinggi
(Depdiknas, 2012).Sedangkan Menurut beberapa ahli mengatakan bahwa Mahasiswa
didalam tahapan perkembangan psikologi sesuai usianya masuk dalam masa fase
remaja Akhir.
Menurut Sunstein (2008) masa Remaja adalah masa dimana manusia
dihadapkan oleh situasi yang lebih banyak melibatkan siapa yang akan diajak dalam
berhubungan kencan, ketulusan teman mana yang hendak dipillih, apakah akan
melakukan seks, membeli sebuah mobil, kuliah, dan lain-lainnya. Sedangkan menurut
tahap perkembangan Santrock (2007) masa remaja merupakan masa tahapan transisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan
adanya perubahan kognitif, biologis, dan sosioemosional, yang dimulai dari usia 10
hingga 13 tahun dan berakhir pada usia sekitar 18 hingga 22 tahun. Menurut WHO,
masa remaja adalah masa dimana manusia berada pada tahap transisi antara masa
kanak-kanak dan dewasa dengan Batasan usia 12 sampai 24 tahun. Di Indonesia
mengenai pengertia remaja diatur di dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
25 tahun 2014, masa remaja adalah penduduk mulai usia 10 sampai 18 tahun.
Sedangkan BKKBN mengatakan bahwa rentang usia remaja adalah 10 sampai 24
tahun serta belum menikah.
Masa Remaja Akhir yaitu berkisaran antara usia 15-24 tahun dan sedang
berada di tahap eksplorasi karier. Pada tahap ini perkembangan mencari informasi
tentang dirinya dan lingkungan sekitarnya. Mereka dapat mengidentifikasi minat dan
kemampuan mereka, serta nilai-nilai mereka dalam masyarakat yang dapat membantu
1
mereka memutuskan pilihan karir mereka dan berkomitmen pada jalur karir mereka
(Yusuf Hamdani, 2020).
Page | 2
Fitzpatrick membagi dua dimensi mendasar yang membedakan bagaimana keluarga
berkomunikasi dan telah dikaitkan dengan fungsi keluarga, yaitu percakapan
(conversation orientation) dan konformitas (conformity orientation). Dimensi
percakapan mengacu pada keluarga menciptakan lingkungan komunikasi dimana
seluruh anggota keluarga didorong untuk berpatisipasi tanpa adanya batasan waktu
dan berbicara dalam berbagai topik. Sedangkan Dimensi konformitas mengacu pada
sejauh mana keluarga menekankan iklim homogenitas, sikap, nilai dan kepercayaan,
orang tua yang memberikan arahan dan bimbingan kepada anak mengenai pilihan
hidupnya.
Kedua dimensi percakapan dan konformitas adalah dasar dalam menentukan
tipe komunikasi keluarga. yaitu tipe consensual, yang ditandai dengan intensitas
percakapan tinggi dan konformitas lemah dapat dilihat dari sering berdiskusi
mengenai pilihan jurusan, apabila keinginan anak, orang tua akan memberikan
penjelasan untuk menemukan titik tengah. Tipe pluralistic, yang dicirikan oleh
keluarga dengan percakapan tinggi dan konformitas lemah, dapat ditandai dengan
perilaku orang tua dan anak yang sering melakukan diskusi, namun orang tua tidak
mengarahkan anak dalam menentukan pilihan jurusan. Tipe Protective yang ditandai
dengan keluarga yang memiliki intensitas percakapan rendah dan konformitas yang
kuat, yang ditandai dengan tidak adanya kesempatan anak untuk memilih jurusan
yang diinginkan dan harus mengikuti keinginan orang tua tanpa mengetahui
alasannya. Dan tipe Laissez-Faire, Keluarga laissez-faire memiliki orientasi yang
rendah pada orientasi konformitas dan percakapan. Komunikasi dalam keluarga
laissez-faire bercirikan dengan tanpa pelibatan aktif anggota keluarga dalam interaksi
dan percakapan terbatas mengenai hal-hal tertentu. Semua anggota keluarga terpisah
secara ikatan emosi dari keluarganya. Keluarga laissez-faire sangat tidak menghargai
percakapan maupun konformitas. Sebagai hasilnya, mereka tidak pernah memaksakan
keinginan pribadi dari keluarga dan tidak adanya kejadian perdebatan keinginan,
sehingga konflik sangat jarang terjadi. Keluarga laissez-faire jarang terlibat dalam
percakapan satu sama lain sehingga cenderung untuk menghindari konflik. Anak-anak
dari keluarga laissez-faire belajar bahwa mereka harus membuat keputusan sendiri
dan percakapan keluarga itu tidak berharga. Sebab, anak-anak dari keluarga laissez-
faire tidak menerima banyak dukungan dari orang tuanya, sehingga anak-anak
menjadi mempertanyakan kemampuan pengambilan keputusannya ketika menghadapi
konflik (Koerner & Fitzpatrick, 2002).
Page | 3
Kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk menghadapi dan memecahkan
masalah kehidupan. Kecerdasan spiritual pada dasarnya adalah kemampuan untuk
menghadapi masalah makna atau nilai. Kecerdasan spiritual dapat digunakan ketika
menghadapi situasi krisis yang membuat kita mengalami kehilangan tatanan diri dan
mampu menghadapi pilihan dan kenyataan yang ada serta untuk mencapai
kedewasaan pribadi (Zohar dan Marshal,2000).
Ada beberapa fungsi dari kecerdasan spiritual Zohar & Marshall (2000) antara
lain : Kecerdasan merupakan cara untuk menempatkan hidup dan perilaku manusia
dalam konteks makna yang lebih luas, sehingga manusia tersebut menjadi manusia
yang kreatif, berani, luwes, optimis, berwawasan luas, dan fleksibel, Kecerdasan dapat
digunakan dalam masalah eksistensi, yaitu jika seseorang secara pribadi merasa
terjebak oleh kebiasaan kekhawatiran, terpuruk, dan masalah masa lalu akibat
penyakit dan kesedihan, Kecerdasan yang menjadikan seseorang sadar akan adanya
masalah keyakinan dan eksistensisehingga seseorang tersebut dapat mengatasi
masalahnya karena kecerdasan spiritual memberikan semua rasa dalam menyangkut
perjuangan hidup, Kecerdasan spiritual sebagai landasan dalam memfungsikan antara
IQ dan EQ secara efektif, karena kecerdasan spiritual adalaha puncak dari
kecerdasanyang manusia miliki, Kecerdasan spiritual yang membuat manusia paham
menganai siapa dirinya, apa makna hidupnya dan bagaimana semua itu dapat
memberikan makna bagi dirinya, kecerdasan spiritual dapat menyatukan hal-hal yang
bersifat interpersonal dan intrapersonal, serta menghubungkan kesenjangan antar
kedua jenis komunikasi tersebut, Kecerdasan spiritual juga dapat menjadikan
seseorang menjadi lebih cerdas secara spiritual beragama dan menganut suatu
kepercayaan.
Page | 4
Menurut King & DeCicco (2009) kecerdasan spiritual memiliki empat
komponen atau aspek, yaitu: Critical Existential Thinking (CET) Adalah kemampuan
dengan usur berfikir eksistensial secara kritis dan merenungkan tujuan, makna, dan
isu-isu seperti realitas kehidupan, alam semesta, hubungan dengan tuhan, dan
kematian. Yang memberikan Manfaat berupa dapat diterapkan untuk setiap masalah
hidup, dalam kaitannya dengan eksistensi seseorang., Personal Meaning Production
(PMP) adalah kemampuan dalam membangun makna pribadi dan tujuan dari segi
pengalaman fisik dan mental, dan juga kemampuan dalam membuat dan menguasai
tujuan hidup. Menurut Nasel (dalam King, 2009) kecerdasan spiritual melibatkan
pengalaman pribadi dan makna simbolis dari kenyataan untuk menemukan makna dan
tujuan dalam berbagai pengalaman hidup, Transcendental Awareness (TA) adalah
Suatu kemampuan untuk melihat transenden diri sendiri, orang lain, dan dunia fisik
(non-material) dengan keadaan normal ataupun dalam keadaan membangun
kesadaran. Wolman (dalam King, 2009) kesadaran transendental adalah suatu
kemampuan untuk merasakan dimensi spiritual kehidupan,dan mencerminkan apa
yang sebelumnya pernah digambarkan sebagai merasakan kehadiran Tuhan secara
lebih nyata dan umum, Conscious State Expansion (CSE) adalah kemampuan
memasuki area kesadaran seperti kesadaran murni atas keinginannya sendiri. Menurut
Tart (dalam King, 2009) Dari perspektif psikologis, perbedaan antara kesadaran
transendental dan pengembangan kesadaran, yaitu bahwa pengembangan area
kesadaran melibatkan kemampuan untuk mengatasi keadaan sadar dan area spiritual
sedangkan kesadaran transendental harus terjadi selama keadaan sadar normal.
Page | 5
kedewasaan pribadi. Hasil penelitian dari Baumbach et al. (2006) mengatakan bahwa
pola komunikasi yang sering terbuka, dan jujur orang tua, bisa memprediksi
spiritualitas Pada remaja akhir. Sehingga fokus penelitian ini adalah untuk menguji
ada tidaknya hubungan Pola komunikasi keluarga dan kecerdasan Spiritual yang
dimiliki oleh Remaja Akhir yang merupakan mahasiswa.
Page | 6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Menurut Sari, dkk (2010) pola komunikasi keluarga adalah proses komunikasi
yang terjadi di dalam keluarga yaitu antara orangtua kepada anaknya atau antara
anak kepada orang tuanya melalui pola-pola tertentu. Sedangkan Pola komunikasi
keluarga menurut Ritchie & Fitzpatrick (1990) adalah norma-norma yang mengatur
pertukaran antara tujuan komunikasi informasional dan relasional. Pola komunikasi
Keluarga adalah keluarga bertindak sebagai unit utama sosialisasi dan komunikasi
untuk anak-anak, di mana skema untuk komunikasi anak terbentuk dan belajar
pertama kalinya(Schrodt et al., 2008 ).
McLeod dan Chaffee pada tahun 1972 adalah peneliti pertama yang meneliti
Teori tentang Pola komunikasi keluarga (Family Communication Pattern).
McLeod dan Chaffee membagi jenis komunikasi keluarga menjadi dua orientasi,
yakni orientasi sosial dan orientasi konsep. Orientasi konsep adalah komunikasi
keluarga yang mengacu pada konseptualisasi dalam berbagai hal yang terkait
7
dengan hubungan interpersonal dalam keluarga.sedangkan Orientasi sosial adalah
komunikasi keluarga yang mengacu pada penyesuaian diri dengan hal-hal yang
terkait dengan konformitas dalam keluarga. Kedua orientasi tersebut merupakan
dasar dari terbentuknya pola komunikasi keluarga.
Pada tahun 1990, Ritchie dan Fitzpatrick merevisi penelitian dari McLeod dan
Chaffee mengenai teori pola komunikasi keluarga . Ritchie dan Fitzpatrick (dalam
Huang, 2010) melakukan memodifikasi jenis orientasi pada pola komunikasi
keluarga terdahulu yaitu orientasi konsep menjadi orientasi percakapan dan
orientasi sosial menjadi orientasi konformitas. Menurut Fitzpatrick dan Koerner
(dalam buku Buku yang ditulis oleh Vangelisti 2004) pola komunikasi keluarga
adalah kecenderungan keluarga untuk mengembangkan cara berkomunikasi yang
stabil dan dapat diprediksi dengan anggota keluarga lainnya. Pola komunikasi ini
tidak hanya untuk membedakan tipe keluarga, namun juga dapat memprediksi
sejumlah proses penting dalam keluarga dan hasil psikososial untuk keluarga dan
tiap anggota keluarga. Sedangkan menurut Moore dan Moschis (dalam Carlson
dkk, 1994) menjelaskan bahawa pola komunikasi keluarga mengacu pada
frekuensi, jenis, dan kualitas komunikasi yang terjadi antara anggota keluarga. Ak-
bari Booreng (2017) menyatakan bahwa komunikasi dalam keluarga sangat penting
karena komunikasi yang salah menimbulkan ketegangan dalam keluarga dan
mempengaruhi anak..
Berdasarkan dari beberapa definisi menurut para ahli di atas, pola komunikasi
keluarga adalah proses komunikasi yang terjadi di dalam keluarga yaitu antara
orangtua kepada anaknya atau antara anak kepada orang tuanya melalui pola-pola
tertentu. Pola komunikasi keluarga dibagi menjadi dua dimensi orientasi yaitu
orientasi percakapan dan orientasi konformitas dalam keluarga yang bertujuan
untuk proses pertukaran ide, informasi, perasaan, nilai, dan norma dengan
menggunakan media baik secaran lisan maupun non lisan.
Page | 8
Orientasi konformitas mengacu pada dimensi komunikasi keluarga yang
menekankan kesamaan sikap, nilai, dan kepercayaan. Keluarga yang
berorientasi konformitas tinggi melakukan interaksi yang menekankan
keseragaman sikap, tujuan, dan kepercayaan. Interaksi orientasi ini
berfokus pada penghindaran konflik, keselarasan, dan saling
ketergantungan antar anggota keluarga. Orientasi konformitas juga
menunjukkan kepatuhan kepada orang tua dan orang dewasa lainnya.
Keluarga yang orientasi konformitas rendah aan melakukan interaksi yang
berfokus pada kepercayaan dan keberagaman sikap seperti sikap
individualis anggota keluarga dan kemandirian dari keluarga. Komunikasi
orientasi konformitas rendah memperlihatkan persamaan bagi tiap anggota
keluarga, misalnya anak selalu dilibatkan dalam pembuatan keputusan
keluarga.
Sedangkan keluarga yang Orientasi konformitas tinggi akan memiliki
kepercayaan terhadap struktur keluarga tradisional. Selain itu, Keluarga
yang berorientasi konformitas tinggi percaya bahwa jadwal pribadi harus
diharmonisasikan dengan jadwal anggota keluarga lainnya untuk
memaksimalkan waktu keluarga, dan diharapkan anggota keluarga untuk
mengesampingkan keinginan dan urusan pribadi dan lebih mementingkan
keluarganya. Orang tua membuat keputusan untuk keluarga, dan anak-
anaknya dan orang tua berharap agar anak-anaknya berlaku sesuai dengan
apa yang diinginkan oleh orangtua tersebut.. sedangkan keluarga yang
orientasi konformitas rendah tidak mempercayai adanya struktur keluarga
tradisional karena mereka percaya bahwa hubungan di luar keluarga itu
sama pentingnya dengan hubungan keluarga inti dan oleh karena itu
keluarga yang memiliki konformitas yang rendah akan mendorong
pertumbuhan pribadi anggota keluarganya, walaupun hal itu akan
melemahkan struktur keluarga. Selain itu, mereka mempercayai
kemandirian anggota keluarganya, mengesampingkan keinginan keluarga
untuk keinginan pribadi anggotanya, dan saling menghargai ruang pribadi
anggota keluarganya.
b. Orientasi Percakapan (Conversation Orientation)
Page | 9
Orientasi percakapan adalah orientasi yang menciptakan suatu iklim
yang mendorong para anggota keluarga untuk saling berpartisipasi dalam
interaksi bebas mengenai berbagai topik. Keluarga yang memiliki orientasi
percakapan tinggi menunjukkan anggota keluarga yang spontan, bebas, dan
sering berinteraksi satu sama lain tanpa ada batasan waktu dan topik
pembicaraan. Keluarga yang berorientasi pada percakapan akan berbagi
saling berinteraksi dalam aktivitas pribadi, dan menghabiskan banyak
waktu anggota keluarga saling, bertukar pemikiran, dan perasaannya.
Segala tindakan dan aktivitas yang direncanakan oleh keluarga yang
berorientasi pada peckapan ini akan melibatkan diskusi dengan semua
anggota keluarganya, dan hasilnya berlaku sebagai keputusan yang
disepakatin bersama sekeluarga. Namun Sebaliknya, keluarga yang
memiliki orientasi percakapan yang rendah, maka para anggota keluarganya
lebih jarang berinteraksi dan hanya mendiskusikan beberapa topik tertentu
saja. Hanya akan ada sedikit aktivitas, perasaan, dan pertukaran pemikiran
pribadi. Dan akan jarang adanya aktivitas yang melibatkan semua anggota
keluarga sebagai kesatuan dan tidak selalu didiskusikan secara detail, juga
tidak saling memberi kesempatan pada setiap anggota keluarga untuk
menghasilkan keputusan keluarga.
Berdasarkan dimensi pola komunikasi keluarga di atas, dapat
disimpulakan bahwa pola komunikasi keluarga memiliki dua dimensi, yaitu
orientasi konformitas dan orientasi percakapan. Orientasi konformitas
merupakan orientasi yang menekankan pada kesamaan dan keselarasan
nilai, tindakan, keputusan serta hierarki di dalam keluarga.Orientasi
percakapan merupakan orientasi yang menekankan pada interaksi yang
bebas antar anggota keluarga dalam menyampaikan perasaan, informasi,
dan ide.
2.2.3 Bentuk – Bentuk Pola Komunikasi Keluarga
menurut Koerner dan Fitzpatrick (dalam Vangelisti, 2004) terdapat Empat bentuk
pola komunikasi keluarg, yaitu :
a. Keluarga Konsensual
Keluarga konsensual adalah keluarga yang memiliki orientasi konformitas
dan orientasi percakapan yang sama tingginya. Pola dapat terbentuk jika
kedua nilai orientasi konformitas dan orientasi percakapan berada di atas
Page | 10
median standar didalam pengukuran pola komunikasi keluarga. Komunikasi
keluarga sensual memiliki suatu sisi antara ketertarikan dalam
berkomunikasi yang bersifat terbuka dan pengeksplorasi ide baru
sedangkan disisi lainnya juga adanya tekanan untuk menyetujui dan
menjaga hierarki yang ada dalam keluarga tersebut. Oleh karena itu, orang
tua dalam keluarga ini sangat tertarik pada anak mereka dan pada hal yang
ingin disampaikan anak-anaknya, namun pada saat yang sama pula orang
tua mempercayai bahwa mereka harus membuat keputusan untuk keluarga
dan anak-anaknya. Orang tua dalam keluarga konsensual ini ketengangan
dan masalahnya dengan cara mendengarkan hal-hal yang ingin disampaikan
anak-anaknya dan menyediakan waktu bersama anak-anak untuk
menjelaskan keputusan yang diambil dengan harapan anak-anak akan
mengerti alasan, dan nilai dibalik pengambilan keputusan itu. Anak-anak
dalam keluarga konsensual ini biasanya belajar menghargai percakapan
keluarga dan cenderung untuk mengadopsi kepercayaan dan nilai yang
dianut orang tuanya. Keluarga konsensual menganggap bahwa konflik yang
tidak terselesaikan akan dapat mengancam hubungan keluarga mereka suatu
saat nanti, sehingga keluarga ini juga menghargai dan terikat dalam resolusi
konflik.
b. Keluarga Pluraristik
Keluarga pluralistik memiliki, rendah orientasi konformitas rendah dan
orientasi percakapan yang tinggi. Komunikasi yang terjalin di dalam
keluarga pluraristik bersifat terbuka, suka berdiskusi dan tidak memaksa
dan melibatkan semua anggota keluarga. Sikap orang tua keluarga
pluraristik ini lebih mengarahkan pada diskusi keluarga dengan melakukan
mengevaluasi opini berdasarkan argumen dibandingkan dengan pemberian
dukungan dari anggota keluarga. keluarga pluraristik juga memberikan
kebebasan untuk bertukar ide dalam mematuhi peraturan, rendah dalam
penghindaran konflik, keluarga ini juga mudah untuk terlibat konflik satu
sama lain. Anak-anak dalam keluarga ini belajar untuk menjadi mandiri dan
otonom dan juga menghargai percakapan keluarga Hal tersebut dilakukan
untuk memelihara komunikasi dan kepercayaan diri anak-anak dalam
memecahkan masalahnya dan kemampuan dalam mengambil keputusan
sendiri.
Page | 11
c. Keluarga Protektif
Keluarga protektif memiliki orientasi konformitasnya yang tinggi tetapi
orientasi percakapan yang rendah. Komunikasi dalam keluarga bersifat
adanya tekanan kepatuhan dan kekuasaan kepada orang tua. Di dalam
keluarga protektif sangat sedikt dalam mengadakan komunikasi yang
bersifat terbuka. Selain itu di keluarga protektif, orang tua meyakini bahwa
merekalah yang harus mengambil keputusan untuk keluarga dan anak-anak
mereka, dan orang tua merasa tidak perlu untuk menjelaskan alasan
tindakan mereka kepada anak-anak. Konflik yang mungkin terjadi adalah
orang tua terlalu mengharapkan anaknya untuk bertingkah laku sesuai
keinginan dan norma keluarga. Dikarenakan kemampuan berkomunikasi
anak tidak dihargai dan tidak banyak digunakan, maka keluarga ini
seringkali kurang memiliki kemampuan yang diperlukan untuk terlibat
secara produktif dalam resolusi konflik. Anak-anak dalam keluarga ini
belajar bahwa percakapan keluarga tak begitu berharga dan tidak
mempercayai kemampuan mereka dalam membuat keputusan dan
mengatasi masalah mereka sendiri.
d. Keluarga Laissez – Faire
Keluarga laissez-faire memiliki orientasi yang rendah pada orientasi
konformitas dan percakapan. Komunikasi dalam keluarga laissez-faire
bercirikan dengan tanpa pelibatan aktif anggota keluarga dalam interaksi
dan percakapan terbatas mengenai hal-hal tertentu. Semua anggota keluarga
terpisah secara ikatan emosi dari keluarganya. Keluarga laissez-faire sangat
tidak menghargai percakapan maupun konformitas. Sebagai hasilnya,
mereka tidak pernah memaksakan keinginan pribadi dari keluarga dan tidak
adanya kejadian perdebatan keinginan, sehingga konflik sangat jarang
terjadi. Keluarga laissez-faire jarang terlibat dalam percakapan satu sama
lain sehingga cenderung untuk menghindari konflik. Anak-anak dari
keluarga laissez-faire belajar bahwa mereka harus membuat keputusan
sendiri dan percakapan keluarga itu tidak berharga. Sebab, anak-anak dari
keluarga laissez-faire tidak menerima banyak dukungan dari orang tuanya,
sehingga anak-anak menjadi mempertanyakan kemampuan pengambilan
keputusannya ketika menghadapi konflik.
Page | 12
2.2 Kecerdasan Spiritual
2.2.1 Pengertian Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual berkaitan dengan kehidupan batin pikiran dan jiwa dan
hubungannya dengan keberadaan di dunia (Vaughan, 2002 ). Kecerdasan spiritual
membuat kita sering bertanya : Mengapa saya dilahirkan? untuk apa saya hidup?
Mengapa saya dapat bertahan di pekerjaan ini ? Apa yang sebenarnya cita-cita saya
dan tujuan hidup saya? (Zohar dan Marshall, 2004 ).
Page | 13
masalah kehidupan serta pemberian makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku
dan kesadaran dari dalam diri manusia yang suatu saat nanti akan mendorong
secara terus menerus dalam mengaktualisasikan dirinya secara optimal untuk
menyebarkan perilaku dan kehidupan seseorang dalam konteks yang lebih
bermakna bagi diri sendiri dan juga orang lain
Page | 14
1. Critical Existential Thinking (CET)
Adalah kemampuan dengan usur berfikir eksistensial secara kritis dan
merenungkan tujuan, makna, dan isu-isu seperti realitas kehidupan, alam
semesta, hubungan dengan tuhan, dan kematian. Yang memberikan
Manfaat berupa dapat diterapkan untuk setiap masalah hidup, dalam
kaitannya dengan eksistensi seseorang.
2. Personal Meaning Production (PMP)
kemampuan dalam membangun makna pribadi dan tujuan dari segi
pengalaman fisik dan mental, dan juga kemampuan dalam membuat dan
menguasai tujuan hidup. Menurut Nasel (dalam King, 2009) kecerdasan
spiritual melibatkan pengalaman pribadi dan makna simbolis dari
kenyataan untuk menemukan makna dan tujuan dalam berbagai
pengalaman hidup.
3. Transcendental Awareness (TA)
Suatu kemampuan untuk melihat transenden diri sendiri, orang lain, dan
dunia fisik (non-material) dengan keadaan normal ataupun dalam keadaan
membangun kesadaran. Wolman (dalam King, 2009) kesadaran
transendental adalah suatu kemampuan untuk merasakan dimensi spiritual
kehidupan,dan mencerminkan apa yang sebelumnya pernah digambarkan
sebagai merasakan kehadiran Tuhan secara lebih nyata dan umum.
4. Conscious State Expansion (CSE)
kemampuan memasuki area kesadaran seperti kesadaran murni atas
keinginannya sendiri. Menurut Tart (dalam King, 2009) Dari perspektif
psikologis, perbedaan antara kesadaran transendental dan pengembangan
kesadaran, yaitu bahwa pengembangan area kesadaran melibatkan
kemampuan untuk mengatasi keadaan sadar dan area spiritual sedangkan
kesadaran transendental harus terjadi selama keadaan sadar normal.
2.2.4 Ciri-Ciri kecerdasan spiritual yang tinggi
Beberapa ciri kecerdasan spiritual yang dimiliki setiap individu. Danah Zohar dan Ian
Marshal (200) mengemukakan beberapa ciri-ciri kecerdasan spiritual yang tinggi adalah
sebagai berikut:
Page | 15
2. Tingkat kesadaran yang tinggi
Ciri dari kecerdasan spiritual tinggi yang dimiliki oleh inidvidu, di tandai dengan
dan melampaui rasa sakit, memiliki kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan
yaitu :
1. Memiliki visi
Visi adalah cara seseorang melihat gambar dirinya di hari esok. Visi tersebut
dimana saja. Mereka juga meyakini adanya kamera ilahi yang terus menyoroti
qalbunya.
Page | 16
Dzikir bermakna penyebutan atau penghadiran. Penyebutan dengan lidah
dan penghadiran dengan hati. Dan do’a merupakan dzikir dan ibadah,
karena do‟a memiliki keutamaan yang sama seperti dzikir dan ibadah.
4. Memiliki kualitas sabar
Sabar adalah kemampuan untuk mengendalikan diri dari hal-hal yang
negatif.
5. Cenderung Pada Kebaikan
Orang-orang yang bertaqwa adalah tipe manusia yang selalu cenderung
kepada kebaikan dan kebenaran.
6. Memiliki Empati
7. Berjiwa Besar
8. Bahagia Melayani
Budaya melayani dan menolong merupakan bagian dari citra diri seorang
Menurut France Vaughan dalam Triantoro Safaria karakteristik spiritual yang sehat
1. Autentik
Berarti bertanggung jawab dan jujur terhadap diri sendiri. Dorongan ini
merupakan sebuah komitmen yang kuat dari dalam diri individu sendiri.
Page | 17
prinsip-prinsi, pikiran, perkataan, perasaan, dan tindakan. Individu tidak
memaafkan dan tidak hidup di masa lau. Orang yang sehat secara
4. Tanggungjawab social
5. Kesadaran
Page | 18
Orang yang sehat secara spiritual adalah orang yang mampu menghadapi
di dunia. Hal ini membuat kita mampu melihat secara jelas eksistensi diri
kita sendiri.
8. Kedamaian
9. Pembebasan
Spiritual yang sehat sangatlah penting bagi setiap diri individu, seperti memiliki sikap
autentik, melepaskan masalalu, cinta dan kasih sayang, tanggung jawab sosial, kesadaran,
karena keduanya merupakan satu kesatuan yang saling terkait. Dengan demikian setiap
Page | 19
indvidu mampu untuk meningkatkan kecerdasan spiritual yang dimilikinya diharapkan
melihat manfaat memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi, hal ini menjadi suatu
keharusan bagi setiap individu. Danah Zohar dan Ian Marshal (2000) menjelaskan
diri sendiri atau orang lain, langkah ini menuntut kita mneggali kesadaran-
pengalaman.
kehidupan, atau hasil kerja dapat lebih baik, harus ingin berubah, berjanji
dalam hati untuk berubah. Memikirkan secara jujur apa yang harus dan
4. Merenungkan apakah pusat saya sendiri dan apakah motivasi saya yang paling
dalam
Kini dibutuhkan tingkat perenungan yang lebih dalam serta harus mengenal
diri sendiri, letak pusat diri, dan motivasi yang paling dalam. Jika akan mati
Page | 20
minggu depan, apa yang bisa di katakan mengenai apa yang telah di capai atau
sumbangkan dalam kehidupan. Jika diberi waktu setahun lagi, apa yang akan
Praktik atau disiplin yang seharusnya di ambil. Jalan apa yang seharusnya di
ikuti, komitmen apa yang akan bermanfaat. Pada saat ini, perlu menyadari
Menetapkan hati pada satu jalan dalam kehidupan dan berusaha menuju pusat
dan berusaha sebaik-baiknya demi diri anda sendiri dan orang lain.
Melangkah di jalan yang telah di pilih sendiri, tetaplah sadar bahwa masih
jalan tersebut. Apa yang ada di dalam diri sendiri, di masa mendatang
Page | 21
Ritchie & Fitzpatrick (1990) adalah norma-norma yang mengatur pertukaran antara
tujuan komunikasi informasional dan relasional. Ak-bari Booreng (2017) menyatakan
bahwa komunikasi dalam keluarga sangat penting karena komunikasi yang salah
menimbulkan ketegangan dalam keluarga dan mempengaruhi anak. keluarga juga
bertindak sebagai unit utama sosialisasi dan komunikasi untuk anak-anak, di mana skema
untuk komunikasi anak terbentuk dan belajar pertama kalinya (Schrodt et al., 2008 ).
Kecerdasan Rohani (spiritual) adalah semua yang diyakini orang, dan itu meliputi peran
keyakinan, norma, dan nilai-nilai dalam aktivitas yang mereka lakukan (Raiisi,
Tehranizadeh, Amini F, 2020). Dan Kecerdasan spiritual pada dasarnya adalah
kemampuan untuk menghadapi masalah makna atau nilai. Kecerdasan spiritual dapat
digunakan ketika menghadapi situasi krisis yang membuat kita mengalami kehilangan
tatanan diri dan mampu menghadapi pilihan dan kenyataan yang ada serta untuk
mencapai kedewasaan pribadi. Peneliti Baumbach et al. (2006) menjelaskan bahwa pola
komunikasi yang sering terbuka, dan jujur orang tua, akan bisa memprediksi spiritualitas
seseorang.
2.4 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada peneliti ini adalah :
Page | 22
BAB III
METODE PENELITIAN
23
3.3 Definisi Operasional
Definisi Sampel adalah bagian dari karakteristik dan jumlah yang dimiliki
populasi tersebut (Sugiyono, 2016). Sedangkan menurut Riduwan definisi dari
sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri – ciri atau keadaan tertentu
yang akan diteliti. Jadi menurut kedua pendapat para ahli di atas menjelaskan bahwa
sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti oleh peneliti yang tentunya
sampel memiliki ciri – ciri atau memenuhi persyaratan penelitian yang akan
dilakukan.
Page | 24
3.5 Metode Pengumpulan Data
Menurut Kriyantono (2006) metode pengumpulan data adalah cara-cara yang
bisa digunakan digunakan oleh para peneliti untuk mengumpulkan data-data.
Dalam penelitian ini jenis skala yang digunakan adalah skala likert, dan
menggunakan dua skala penelitian sebagai pengumpulan data yang
diantaranya yaitu Revisi Family Communication Pantterns (RFCP) yang
dirancang oleh koener dan fitzpatrick (2002) untuk mengukur Pola
Komunikasi Keluarga yang berjumlah 26 item pernyataan, dan The Spiritual
Intelligence Self-report Inventory (SISRI-24) yang dirancang oleh King (2008)
untuk mengukur Kecerdasan Spiritual yang berjumlah 24 item pernyataan.
b. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan dua instrument yang masing-masing
berbentuk skala, yang mana dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang
diteliti yakni, Pola komunikasi keluarga dan Kecerdasan Spiritual.
Page | 25
yang sesuai dengan keterangan skala likert yang terbagi menjadi lima
pilihan, yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS
(Sangat Tidak Setuju), R (Ragu-ragu).
Page | 26
1. Critical Existential Ditunjukan pada 1, 3, 5, 9, 13, 7
Thinking (CET) eksistensi, makna 17, 21
sebuah peristiwa,serta
hubungan manusia
dan alam semesta
2. Personal meaning Kemampuan adaptasi 7, 11, 15, 19, 5
productiton (PMP) daritujuan, makna dan 23
alasan hidup serta
mampu mengambil
keputusan yang sesuai
dengan tujuan hidup
3. Transcendental Memahami hubungan 2, 6*, 10, 14, 7
Awareness (TA) anatar manusia serta 18, 20, 22
melihat kualitas
kepribadian atau
emosi
4. Conscious Stae Mampu memasuki, 4, 8, 12, 16, 5
Expansion mengontrol, bergerak, 24
melihat masalah dan
mengembangkan
teknik dalam area
kesadaran.
Jumlah 24
Keterangan : *Item unfavorable
Page | 27
teknik analisa data yang akan digunakan peneliti didalam penelitian menggunakan
teknik analisa korelasi menggunakan program statistik SPSS 26.0 for Windows.
Page | 28
Daftar Pustaka
Fard Marzieh Marshalpoure., (2020). Research Paper: The Relationship Between Family
Communication Patterns and Adjustment With Resiliency in Children. Jurnal : Riset &
Kesehatan. Vol. 10(4). Hal: 267-274. Doi : http://dx.doi.org/10.32598/JRH.10.4.1484.1
Tan Naomi Qp et.al., (2019). The Influence of Family Communication Patterns on the
Processing of Messages to Increase Family Health History Seeking Intentions. Jurnal:
Communication Health. doi: https://doi.org/10.1080/10410236.2019.1693129
Zhang Qin., (2007). Family Communication Patterns and Conflict Styles in Chinese Parent-
Child Relationships. Jurnal:Communication Quartely. Vol. 55(1). Hal: 113-128. doi:
https://doi.org/10.1080/01463370600998681
Zarnaghas Mina, Zarnaghas Maryam, Zarnaghas Narges., (2014) The Relationship Between
Family communication Patterns and Mental Health. Jurnal:Procedia – Social and
Behavioral. Vol.84. Hal: 405-410. doi: https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.06.575
Nelson C Leigh, Fife Eric M., (2014). The Influence of Family Communication Patterns on
Religious Orientation Among College Students. Jurnal:Communication Family.
Vol.14. Hal: 72-84. doi : https://doi.org/10.1080/15267431.2013.857326
Hamdani Yusuf, Lisnawati, Widyastuti Fitriana. (2020). The Roles of Spiritual Intelligence
and Social Comparison Over Career Anxiety of Final Year Students. Jurnal: dvances
in Social Science, Education and Humanities Research. Vol.452. doi:
https://dx.doi.org/10.2991/assehr.k.200728.031
Page | 29
Pant Naveen, Srivastava SK., (2019). The Impact of Spiritual Intelligence, Gender and
Educational Background on Mental Health Among College Students. Jurnal:J Relig
Health. Vol. 58. Hal: 57-108. doi: https://doi.org/10.1007/s10943-017-0529-3
Benerjee Richa dkk., (2019). Family Relationship and Spiritual Intelligence: With Reference
to Students of Professional Courses. Jurnal: Proceedings of 10th International
Conference on Digital Strategies for Organizational Success. doi:
10.2139/ssrn.3307724
Page | 30
Lampiran 1. Blibligiografi & Anotasi
BIBLIOGRAFI
Ditujukan Kepada:
DISUSUN OLEH:
Khinasih Noerwoto
NIM : 1708015124
FAKULTAS PSIKOLOGI
2020
Problems:
Research Questions:
Apakah ada Hubungan antara Pola komunikasi keluarga dengan Kecerdasan Spritual
Mahasiswa?
1. Penelitian ini berdasarkan rekomendasi dari artikel dengan judul The Influence of
Family Communication Patterns on Religious Orientation Among College
Students yang diterbitkan pada tahun 2014 dari Journal of Communication Family
sebagai upaya pengambangan penelitian yang aktual pada varibel independen pola
komunikasi keluarga dan variabel dependennya adalah Religiusitas. Berdasarkan
jurnal tersebut peneliti merekomendasikan untuk penelitian di masa depan agar dapat
meneliti dengan variabel dependen lainnya yang dipengaruhi oleh pola komunikasi
keluarga.didalam jurnal tersebut Baumbach et al. (2006) mengatakan bahwa pola
komunikasi yang sering terbuka, dan jujur, orang tua akan bisa memprediksi
spiritualitas Pada remaja akhir. Maka dari itu peneliti sekarang kan meneliti pola
komunikasi keluarga dengan variabel dependen Kecerdasan Spiritual.
2. Judul penelitian ini Hubungan Antara Pola Komunikasi Keluarga Dengan
Kecerdasan spiritual Pada mahasiswa di Jakarta yang belum banyak diteliti oleh
peneliti lain sehingga dapat dikatakan penelitian ini memiliki novelty (kebaruan) dan
mengisi “ruang kosong” penelitian terkini.
Literature review:
1. Remaja yang berusia 15-24 tahun berada pada tahap eksplorasi karier. Pada tahap ini
remaja mencari informasi tentang dirinya dan lingkungan sekitarnya. Mereka dapat
mengidentifikasi minat dan kemampuan mereka, serta nilai-nilai mereka dalam
masyarakat yang dapat membantu mereka memutuskan pilihan karir mereka dan
berkomitmen pada jalur karir mereka (Yusuf Hamdani, 2020)
2. Menurut Marzieh Mashalpoure Fard (2020) Keluarga adalah salah satu lingkungan
pendidikan terpenting yang memainkan peran penting dalam memelihara kesehatan
mental, sosial, dan fisik. Keluarga menciptakan realitas bersama menggunakan
kombinasi dari dua orientasi yaitu orientasi percakapan, dan orientasi kesesuaian. Ak-
bari Booreng (2017) menyatakan bahwa komunikasi dalam keluarga juga sangat
penting karena komunikasi yang salah menimbulkan ketegangan dalam keluarga dan
mempengaruhi anak. Mengenali dan mendefinisikan pola komunikasi keluarga, yang
merupakan cara anggota keluarga berinteraksi satu sama lain, sangatlah penting.
Menurut Fitzpatrick dan Ritchie (2000) bahwa dimensi orientasi percakapan dan
orientasi kesesuaian menentukan sejauh mana anggota keluarga berbicara tentang
pemikiran tentang perasaan mereka dan membagikannya.
3. Pola kommunikasi Keluarga adalah keluarga bertindak sebagai unit utama sosialisasi
dan komunikasi untuk anak-anak, di mana skema untuk komunikasi anak terbentuk
dan belajar pertama kalinya(Schrodt et al., 2008 ). Dua dimensi dari teori FCP, yaitu :
percakapan dan orientasi kesesuaian. Orientasi percakapan, sebelumnya disebut
sebagai orientasi konsep (McLeod & Chaffee, 1973 ), yang mengacu pada sejauh
mana anggota keluarga bebas untuk berkomunikasi tentang berbagai topik, bahkan
jika mereka tidak setuju (Koerner & Fitzpatrick, 2006 ). sedangkan Orientasi
kesesuaian, aslinya diberi label sosio-orientasi (McLeod & Chaffee, 1973 ), mengacu
pada homogenitas keluarga dalam hal sikap dan tingkat kontrol orang tua.
7. keluarga adalah sekumpulan orang yang mempunyai hubungan atas dasar pernikahan,
keturunan, atau adopsi dan hidup bersama dalam rumah tangga. Fungsi keluarga
berkaitan dengan orientasi tugas yang dilakukan dan fungsi keluarga yang diharapkan,
sedangkan masalah interaksi berkaitan dengan proses komunikasi yang
menghubungkan individu sebagai anggota keluarga. Pola komunikasi keluarga adalah
salah satu dari banyak teori yang mungkin dianggap sebagai teori utama komunikasi
keluarga dan berlaku untuk berbagai interaksi dalam keluarga. dan Ketika anak
tumbuh dan berkembang, pemahaman mereka tentang realitas sosial dipengaruhi oleh
keluarga. Melalui komunikasi keluarga, orang tua dapat menyampaikan kepada
anaknya tentang berbagai pengetahuan tentang permasalahan. Proses ini mencakup
pemeliharaan dan sosialisasi dalam sistem nilai-nilai dan keyakinan tertentu (Maulana
Rezi Ramadhana, 2019)
8. Zohar dan Marshal (2000) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kemampuan
untuk menghadapi dan memecahkan masalah kehidupan. Dan Kecerdasan spiritual
pada dasarnya adalah kemampuan untuk menghadapi masalah makna atau nilai.
Kecerdasan spiritual dapat digunakan ketika menghadapi situasi krisis yang membuat
kita mengalami kehilangan tatanan diri dan mampu menghadapi pilihan dan
kenyataan yang ada serta untuk mencapai kedewasaan pribadi. Menurut Zohar dan
Marshal aspek kecerdasan spiritual meliputi: 1) kemampuan bersikap fleksibel, 2)
kesadaran tingkat tinggi, 3) kemampuan menghadapi dan memanfaatkan penderitaan,
4) kemampuan menghadapi dan melampaui rasa sakit 5) Kualitas hidup terinspirasi
oleh visi dan nilai-nilai, 6)Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak
perlu, 7) pemikiran holistik 8) Kecenderungan untuk bertanya mengapa dan
bagaimana, 9) mandiri.
9. Kecerdasan Rohani (spiritual) adalah semua yang diyakini orang, dan itu meliputi
peran keyakinan, norma, keyakinan, dan nilai-nilai dalam aktivitas yang mereka
lakukan. Menggunakan spiritual sebagai sumber daya dalam memecahkan masalah
kehidupan. spiritualitas juga sangat berkorelasi dengan peningkatan kesehatan fisik
dan mental fungsi sosial, mengurangi kekuatan stres psikologis untuk menghadapi
obat-obatan, rasa sakit dan kegagalan, kemampuan untuk menahan diri dari
pengendalian diri, kesadaran diri yang tinggi dan mencegah perilaku berisiko tinggi
seperti merokok, minum alkohol, dan obat-obatan lain. Selain itu, religiusitas dan
spiritualitas mengurangi dampak tekanan hidup pada penggunaan narkoba dan seiring
berjalannya waktu menciptakan kekuatan ini pada masyarakat yang akan lebih mudah
untuk mengurangi jumlahnya (Raisi, 2020)
10. Dalam psikologi, kecerdasan spiritual ('' SQ '') adalah istilah yang menunjukkan
keadaan kecerdasan tertinggi yang muncul setelah IQ (kecerdasan kecerdasan) dan
EQ (kecerdasan emosional). Kecerdasan spiritual memfasilitasi dialog antara akal dan
emosi, dan antara pikiran dan tubuh. Ini memungkinkan kita untuk mengintegrasikan
intrapersonal dan interpersonal, dan untuk mengatasi kesenjangan antara diri dan
orang lain. Vaughan ( 2002 ) mengatakan bahwa: '' Kecerdasan spiritual berkaitan
dengan kehidupan batin pikiran dan jiwa dan hubungannya dengan keberadaan di
dunia. Kecerdasan spiritual membuat kita mengajukan pertanyaan besar: Mengapa
saya lahir? Apa arti hidup saya? Mengapa saya mengabdikan hidup saya untuk
hubungan ini atau pekerjaan ini atau tujuan ini? Apa yang sebenarnya ingin saya capai
dengan proyek ini atau dengan hidup saya? (Zohar dan Marshall, 2004 ).
11. Menurut Christina Puchalski (2009), spiritualitas adalah aspek kemanusiaan yang
mengacu pada cara individu mencari dan mengungkapkan makna dan tujuan serta
cara mereka mengalami keterhubungan mereka dengan saat ini, dengan diri sendiri,
dengan orang lain, dengan alam, dan dengan yang penting atau sacral”. Spiritualitas
berarti setiap pengalaman yang dianggap membawa yang mengalami kontak dengan
yang ilahi (Mario Beauregard dan Denyse O'Leary (2007). Ini adalah pencarian
makna dalam peristiwa kehidupan dan kerinduan akan keterhubungan dengan alam
semesta (Coles 1990). Kecerdasan spiritual mewakili seperangkat kemampuan,
kemampuan dan sumber daya spiritual yang digunakan untuk meningkatkan
kemampuan beradaptasi dan sebagai hasilnya, kesehatan mental pada karyawan
(King, 2008; Zohar dan Marshall, 2000).Menurut Vaughan, kecerdasan spiritual
diperlukan untuk mengidentifikasi pilihan yang memainkan peran penting dalam
kesejahteraan dan kesehatan psikologis manusia.Kecerdasan spiritual (juga dikenal
sebagai kecerdasan baru atau kecerdasan quantic) dibangun di atas koordinat seperti
memastikan koherensi diri dan penggabungan & harmonisasi berbagai aspek dari
realisme terdekat. Menurut Vaughan (2002), kecerdasan spiritual mengintegrasikan
kehidupan batin dan spiritual dengan kehidupan luar dan lingkungan kerja.
Kecerdasan spiritual adalah versi kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional
yang ditingkatkan dan lebih efisien (Zohar dan Marshall, 2000). Mike George (2006)
menganggap kecerdasan spiritual sangat penting untuk menumbuhkan kebijaksanaan
individualitas yang mantap & bersemangat, penggunaan sumber daya terdalam yang
sungguh-sungguh, mengenali & menyelaraskan moral individu dari diri individu
seseorang.
12. Hubungan komunikasi yang dimiliki anggota keluarga dapat membantu dalam
membentuk perilaku, kepribadian, sikap, kecerdasan anggota. Keluarga dengan
berbagi hubungan yang berbeda seperti kakek-nenek, orang tua, paman dan bibi,
saudara kandung, sepupu dll. hubungan komunikasi antara orang tua dan anak yang
positif akan menjadikan landasan pembelajaran Anak untuk mengembangkan
berbagai keterampilan yang mereka butuhkan dalam hidup mereka. Selain itu,
hubungan antara komunikasi orang tua dengan anak juga akan mengembangkan sikap
pemecahan masalah dan hubungan masa depan mereka. (Lerner & Castellino).
Previous Studies:
1. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Marzieh Mashalpoure Fard (2020) dengan
judul Research Paper: The Relationship Between Family Communication
Patterns and Adjustment With Resiliency in Children. Fokus dalam penelitian ini
untuk mengetahui hubungan antara pola komunikasi keluarga dan penyesuaian diri
dengan resiliensi pada anak. Partisipan penelitiannya adalah siswa sekolah dasar
kelas enam di Kota Ahvaz, Iran pada tahun ajaran 2016-2017. Metode yang
digunakan adalah kuantitatif. Yang bersifat deskriptif-korelasional dan multi stage
cluster sampling. Instrumen (alat ukur) pada penelitian ini adalah instrumen pola
komunikasi keluarga yang direvisi dari Koerner dan Fitzpatrick, skala ketahanan
Connor-Davidson, dan skala penyesuaian multidimensi. hasil penelitian menunjukkan
bahwa pola komunikasi keluarga dan penyesuaian adalah prediktor terbaik dari
ketahanan siswa. Namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara resiliensi dan
penyesuaian dengan orientasi kesesuaian. Penelitian ini memiliki beberapa
keterbatasan. Pertama, alat laporan diri yang digunakan untuk analisis, menimbulkan
beberapa bias. Dan di dalam penelitian ini sampel penelitian hanya terdiri dari anak
perempuan kelas enam dan itu merupakan batasan untuk generalisasi hasil. Dan
Rekomendasi untuk peneliti dimasa depan yaitu untuk bisa menggunakan sampel
penelitian lainnya yang lebih optimal agar hasilnya lebih general yang tidak hanya
terdiri dari anak perempuan kelas enam aja.
2. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Shelly R. Hovick, Sarah N. Thomas, Judy
Watts & Naomi QP Tan. (2019) dengan judul The Influence of Family
Communication Patterns on the Processing of Messages to Increase Family
Health History Seeking Intentions. Fokus dalam penelitian ini Untuk mengetahui
bagaimana skema pola komunikasi keluarga (percakapan dan dimensi orientasi
kesesuaian) mempengaruhi proses sistematis dari permohonan kesehatan yang
dimaksudkan untuk membujuk individu dalam mencari informasi riwayat kesehatan
keluarga, yang menekankan konseptualisasi yang diperbarui dari kesesuaian keluarga
(yaitu, skala orientasi kesesuaian yang diperluas). Partisipan penelitian ini yaitu terdiri
dari 508 orang dengan Usia rata-rata peserta adalah 51,1 tahun. Partispan berjenis
kelamin perempuan, dan mayoritas berkulit putih, (memiliki setidaknya pendidikan
perguruan tinggi. memiliki pendapatan rumah tangga tahunan sebesar $ 50.000 atau
lebih. Ukuran rumah tangga rata-rata adalah 2,71 tidak memiliki anak yang tinggal di
rumah. dan orang-orang dalam kesehatan yang buruk atau sedang. Metode yang
digunakan adalah kuantitatif dengan desain penelitian survei online. Instrumen (Alat
Ukur) yang digunakan yaitu skala pola komunikasi keluarga (Fitzpatrick & Ritchie,
1994). Semua item FCP diukur pada skala 1 (sangat tidak setuju) sampai 5 (sangat
setuju). Dan kesesuaian diukur menggunakan subset item dari ECOS (Horstman et al.,
2018 ). Tiga item yang mengukur masing-masing dari empat dimensi kesesuaian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orientasi percakapan dan dimensi kesesuaian
kontrol orang tua adalah pendorong utama pemrosesan sistematis pesan riwayat
kesehatan keluarga. Pemrosesan sistematis, pada gilirannya, secara signifikan
dikaitkan dengan sikap yang lebih positif dan niat yang lebih besar untuk mencari
informasi kesehatan dari anggota keluarga. Batasan penelitian ini yaitu dari Desain
penelitiannya yang bersifat cross-sectional, dan kemampuan dalam mengeneralisasi
studi. Rekomenadasinya yaitu diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat
menggunakan desain penelitian longitudinal.
3. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Qin Zhang (2007) dengan judul Family
Communication Patterns and Conflict Styles in Chinese Parent-Child
Relationships. Fokus dalam penelitian ini untuk menyelidiki pola komunikasi
keluarga Cina,dan pengaruhnya terhadap gaya konflik anak-anak, dan persepsi anak-
anak tentang kepuasan hubungan orang tua-anak. Partisipan berjumlah 340 siswa
terdiri dari 123 pria, 213 wanita, dan 4 tidak teridentifikasi berasal dari universitas
besar di China daratan tengah. Dan Para peserta direkrut melalui kursus bahasa
Inggris. Usia rata-rata peserta adalah 19,22 tahun. Mereka adalah mahasiswa baru dan
mahasiswa tingkat dua. Dengan kriteria orang tua mereka menikah, orang tua mereka
bercerai, dan orang tua mereka tidak melaporkan status perkawinannya, anak tunggal,
dan memiliki satu atau lebih saudara kandung. Metode penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif dengan desain deskriptif korelasional. alat ukur (instrumen)
penelitian menggunakan beberapa alat ukur yaitu, (1) Revisi Family Communication
Pattern Instrument (RFCP) (Ritchie & Fitzpatrick, 1990), yang didasarkan pada skala
asli Chaffee, McLeod dan Atkin (1971). 26 item RFCP mengukur dua dimensi pola
komunikasi keluarga: percakapan dan orientasi kesesuaian. Skala tersebut telah
dilaporkan memiliki keandalan yang baik (Dumlao & Botta, 2000; Koerner &
Fitzpatrick, 1997 & 2002,Koesten, 2004; Ritchie, 1991; Ritchie & Fitzpatrick, 1990).
(2) Rahim Organizational Conflict Inventory-II (ROCI-II) (Rahim, 1983). Instrumen
terdiri dari 28 item tipe likert yang menilai lima gaya konflik: mendominasi ,
bersaing, mengintegrasikan/berkolaborasi, berkompromi, dan menghindari. Studi
sebelumnya menunjukkan bahwa skala memiliki keandalan yang stabil dan memadai,
mulai dari 0,75 hingga 0,89 (Cai & Fink, 2002; Dumlao & Botta, 2000). (3) Untuk
mengukur Kepuasan hubungan diukur dengan menggunakan skala tipe Likert lima
item yang secara khusus dibangun untuk memanfaatkan hubungan orangtua-anak
(Sillars, Koerner, & Fitzpatrick, 2005). Sillars dan rekan (2005) menemukan bahwa
skala memiliki keandalan yang cukup. Alpha untuk penelitian ini adalah 0,89. Hasil
penelitiannya menunjukan bahwa pola komunikasi keluarga Tionghoa lebih
berorientasi pada percakapan daripada berorientasi pada kesesuaian. Pemisahan rata-
rata menunjukkan bahwa keluarga majemuk (33%) merupakan jenis keluarga yang
paling umum, diikuti menurut jenis keluarga pelindung (26%), laissez-faire (22%),
dan suka sama suka (19%). Dan Anak-anak Tionghoa paling menyukai gaya konflik
berkolaborasi dan mengakomodasi, diikuti dengan gaya menghindari dan
berkompromi secara setara, dan gaya bersaing adalah gaya konflik yang paling tidak
disukai. Penelitian ini memiliki dua batasan Pertama, penelitian ini mengandalkan
tanggapan laporan sendiri untuk mengumpulkan data yang bisa menjadi ancaman bagi
validitas penelitian, Kedua, penggunaan skala menggunakan skala yang dihasilkan
atau dibuat di AS ( Cai & Fink, 2002). Rekomendasinya Untuk peneliti masa depan
dapat melakukan peneltian penyelidikan mengenai Hubungan pola komunikasi
keluarga dengan konflik keluarga di lintas budaya atau negara lainya.
4. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mina Zarnaghash, Maryam Zarnaghash,
dan Narges Zarnaghash (2014) dengan judul The Relationship Between Family
communication Patterns and Mental Health. Fokus dalam penelitian ini untuk
mengetahui hubungan antara pola komunikasi keluarga dengan kesehatan mental.
Partisipan terdiri dari 114 individu yang telah diambil sampelnya dari dua kelas dari
tiga sekolah menengah dengan cluster random sampling. Metode penelitian yang
digunakan adalah penelitian kuantitaitif deskriptif korelasi. Alat ukur yang digunakan
adalah General Health Questionnaire (Goldberg, 1972) dan skala pola komunikasi
keluarga (Fitzpatrick & Ritchie, 1994). hasil yang diperoleh dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa meskipun tidak ada hubungan antara pola komunikasi keluarga
dan kesehatan mental. Dan meskipun pola komunikasi keluarga dan kesehatan mental
adalah dua hal yang berbeda, tetapi keduanya merupakan faktor penting dalam
tahapan kehidupan yang berbeda. Rekomendasi untuk peneliti selanjutnya yaitu harus
lebih berusaha keras untuk perbaikan yang optimal dari kedua komponennya.
5. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Eric M. Fife dan C. Leigh Nelson (2014)
dengan judul The Influence of Family Communication Patterns on Religious
Orientation Among College Students. Fokus dalam penelitian ini untuk menentukan
apakah skala Revisi Pola Komunikasi Keluarga (RFCP) memprediksi variabel
dependen terkait dengan religiusitas beragama. Partisipan sebanyak 215 peserta yang
diperoleh dari empat mata kuliah tingkat atas dan bawah instruktur komunikasi. terdiri
dari 60 laki-laki (27,91%) dan 155 perempuan (72,09%), dengan usia rata-rata 19,36,
125 siswa tahun pertama (58,14%), 12 mahasiswa tahun kedua (5,58%), 53 junior
(24,65%) , dan 25 senior (11,63%). Metode menggunakan kuantitatif deskriptif
korelasi. Alat ukur penelitian ini menggunakan : (1) Instrumen Pola Komunikasi
Keluarga Revisi (Versi Anak-anak) oleh Koerner dan Fitzpatrick (2002) digunakan
untuk mengukur orientasi percakapan (15 item) dan orientasi kesesuaian (11 item)
dalam keluarga. Tanggapan sangat tidak setuju (diberi kode 1) hingga sangat setuju
(diberi kode 5). (2) Kekuatan keyakinan religius diukur dengan 10 item Santa Clara
Strength of Religious Faith Questionnaire (SCSORF) karya Plante dan Boccaccini
(1997). Tanggapan sangat tidak setuju (diberi kode 1) untuk sangat setuju (diberi kode
5) dan termasuk pertanyaan seperti "Iman saya adalah bagian penting dari siapa saya
sebagai pribadi" dan "Hubungan saya dengan Tuhan sangat penting bagi saya”. (3)
Skala Orientasi Agama Universal Umur oleh Gorsuch dan Venable (1983) digunakan
untuk mengukur orientasi ekstrinsik (12 item) dan intrinsik (8 item) terhadap agama.
Tanggapan sangat tidak setuju (diberi kode 1) hingga sangat setuju (diberi kode 5).
Alpha Cronbach untuk subskala ekstrinsik adalah 0,76 dan menyertakan item seperti
“Saya senang membaca tentang agama saya” dan “Saya pergi ke gereja karena itu
membantu saya untuk berteman. hasil penelitian menunjukkann bahwa kedua
dimensi RFCP secara signifikan memprediksi kekuatan iman religius, orientasi
intrinsik dan orientasi ekstrinsik di luar jumlah varians yang diprediksi oleh variabel
demografis dan kehadiran di gereja dalam keluarga asal. Implikasi pola komunikasi
keluarga untuk sosialisasi nilai-nilai agama dipertimbangkan. keterbatasan penelitian
ini adalah kurangnya keragaman sampel. Para peserta didominasi oleh perempuan dan
sebagian besar adalah siswa tahun pertama. Rekomendasi Penelitian di masa depan
untuk bisa mendapat menggunakan variabel dependen lain yang terkait dengan
religiusitas misalnya seperti kecerdasan spiritualitas.
6. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Maulana Rezi Ramadhana, Ravik Karsidi,
Prahastiwi Utari, Drajat Tri Kartono (2019) dengan judul Research on Adolescent
Perception of Family Communication and Family Religious Functions. Fokus
dalam penelitian ini untuk menguji hubungan antara persepsi remaja tentang pola
komunikasi keluarga dan fungsi spiritualitas dalam keluarga. Partisipan adalah siswa
SMA di Bandung yang berjumlah 213 siswa. terdiri dari 78 laki-laki (36,6%) dan 135
perempuan (63,4%), dengan usia rata-rata 17,2. Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif korelasi. Alat-alat ukur yang digunakan
(1) Instrumen Revisi Pola Komunikasi Keluarga (FCPR) (versi anak-anak) yang
diprakarsai oleh Koerner dan Fitzpatrick digunakan untuk mengukur dimensi
percakapan (total 15 item) dan dimensi kesesuaian (total 11 item), menggunakan 5
skala (likert), tanggapan yang sangat tidak setuju (diberi kode sebagai 1) sangat setuju
(diberi kode 5). (2)Instrumen Fungsi Religi Keluarga (FRF) diukur dengan 11 item
yang dimodifikasi dari aspek penerapan nilai-nilai moral fungsi keagamaan dalam
keluarga, yang terdiri dari indikator-indikator pelaksanaan nilai-nilai moral seperti
Iman, Jujur (Berbicara ),Toleransi, Usaha yang gigih, Moral / etika, Bertanggung
jawab, Membantu,Kepatuhan pada Aturan, Sikap Sopan, Sabar dengan kesulitan dan
Cintai satu sama lain. Hasil menunjukan bahwa komunikasi keluarga yang
dipersepsikan remaja berhubungan negatif dengan nilai-nilai moral keimanan, sikap
santun dan kepatuhan aturan, hal ini melengkapi temuan penelitian sebelumnya
tentang nilai keimanan individu yang tidak dapat dibakukan, makna santun yang
berbeda. dan aturan peraturan yang disepakati oleh orang tua dan remaja. Sedangkan
komunikasi keluarga yang dipersepsikan oleh remaja memiliki hubungan positif yang
signifikan dengan toleransi, hal ini dapat menjadi masukan dan intervensi bagi orang
tua dalam keluarga untuk dapat memberikan perbincangan dan keseragaman wawasan
untuk menghargai keberagaman dan kesetaraan. keterbatasan penelitian berupa
percakapan dan konformitas. rekomendasinya untuk peneliti masa depan dapat
menyelidiki lebih lanjut tentang percakapan dan konformitas.
7. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yusuf Hamdani, Lisnawati, dan Fitriana
Widyastuti. (2020) dengan judul The Roles of Spiritual Intelligence and Social
Comparison Over Career Anxiety of Final Year Students. Fokus dalam penelitian
ini untuk menguji peran kecerdasan spiritual dan perbandingan sosial terhadap
kecemasan karir pada mahasiswa tingkat akhir. Partisipan berjumlah 80 peserta dari
Fakultas "X". Ciri-ciri peserta ini adalah mahasiswa tingkat akhir. Metode yang
digunakan yaitu kuantitatif. Alat-alat ukur dalam penelitian ini : (1) Skala Karir
Kecemasan. Skala tersebut diadaptasi dari skala kecemasan karir yang dikembangkan
oleh Fatmawati berdasarkan empat aspek yang dikemukakan oleh Haber dan Runyon
yang terdiri dari aspek kognitif, aspek motorik, dan aspek somatik. Skala ini terdiri
dari 21 item. Skala yang digunakan adalah skala tipe likert yang terdiri dari 5 pilihan,
mulai dari "sangat sesuai", "sesuai", "netral", "tidak sesuai", dan "sangat tidak sesuai".
(2) Skala Kecerdasan Spiritual. Untuk mengukur variabel kecerdasan spiritual,
peneliti menggunakan alat ukur kecerdasan spiritualitas yang disusun oleh Rante et al.
berdasarkan 9 aspek yang dikemukakan oleh Zohar dan Marsekal. Sembilan aspek
tersebut adalah; fleksibilitas, kesadaran tinggi, menghadapi dan memanfaatkan
penderitaan, menghadapi dan mengatasi rasa sakit, keengganan untuk menyakiti,
kualitas hidup, pandangan holistik, kecenderungan untuk bertanya, bidang mandiri.
Dengan total 21 item. Skala yang digunakan adalah skala tipe likert yang terdiri dari 4
pilihan, mulai dari "sangat sesuai", "sesuai", "tidak sesuai", dan "sangat tidak sesuai".
Nilai skala kecerdasan spiritualitas Alpha Cronbach adalah α = 0.854. Hal ini
menunjukkan bahwa skala kecerdasan spiritualitas yang digunakan dalam penelitian
ini reliabel. (3) Perbandingan sosial diukur dengan mengadaptasi skala yang disusun
oleh Monika berdasarkan Lowa-Natherland Comparisson Orientation Measure
(INCOM). Skala ini disusun oleh Gibsons dan Bunk berdasarkan aspek-aspek yang
diungkapkan oleh Festinger, yaitu aspek opini dan aspek kemampuan. Skala ini
merupakan skala likert dengan 11 item 5 alternatif jawaban yaitu “sangat tidak
setuju”, “tidak setuju”, “netral”, “setuju”, dan “sangat setuju”. Hasil penelitian :
kecerdasan spiritual berhubungan negatif dengan tingkat kecemasan karir, tidak ada
korelasi perbandingan sosial dengan kecemasan karir pada mahasiswa tingkat akhir,
faktor internal seperti kecerdasan spiritual memiliki peran yang lebih menonjol
terhadap kecemasan karir dibandingkan dengan faktor eksternal. Batasan
penelitiannya yaitu Tidak ada intervensi potensial yang dibahas. Rekomendasinya
Penelitian selanjutnya diharapkan untuk bisa membahas tentang intervensi potensial.
8. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Raiisi F.PhD, Tehranizadeh M. PhD, dan
Amini F. MSc (2020) dengan judul Determining the Contribution of Quality of
Life for Addicts based on Family Communication Pattern and Spiritual
Intelligence. Fokus dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara model
komunikasi keluarga dan kecerdasan spiritual dan kualitas hidup para pecandu, serta
memprediksi kualitas hidup mereka berdasarkan model komunikasi keluarga dan
kecerdasan spiritual. partisipan terdiri dari 150 pecandu yang dirujuk ke pusat
perawatan kecanduan. Dengan usia rata-rata 25-55 tahun. Metode Penelitian ini
kuantitatif bersifat korelasi. Alat-alat ukur penelitiannya : (1) Kuesioner demografis:
yang mencakup jenis kelamin, usia, lamanya penggunaan narkoba, dan sebagainya.
(2) Skor kualitas hidup organisasi kesehatan dunia: Organisasi Kesehatan Dunia telah
mengembangkan tes WHO.QOL-100 untuk kualitas hidup karena kebutuhan akan alat
penilaian kualitas internasional. Dalam kerangka konseptual untuk konstruksi skala
ini, 24 dimensi ini ditempatkan dalam 6 domain dan untuk setiap dimensi, 4
pertanyaan dipertimbangkan. Skala ini mempelajari empat domain kualitas hidup
individu termasuk kesehatan fisik, kesehatan mental, lingkungan hidup, dan hubungan
dengan orang lain. (3) Kuesioner kecerdasan spiritual yang dikembangkan oleh King
pada tahun 2008, yang memiliki 24 pertanyaan dan 5 opsi Likert. (4) Kuesioner pola
hubungan keluarga (Fitzpatrick & Ritchie, 1994) Alat ini adalah skala penilaian yang
mengukur derajat persetujuan atau ketidaksepakatan responden dalam rentang 5
derajat pada 26 pernyataan terkait keluarga. Itu skor 4 adalah "Saya sangat setuju" dan
skor nol adalah "sangat tidak setuju." Alat ini mengukur dimensi dialog dan
konsistensi, sehingga 15 pernyataan pertama terkait dengan dimensi dialog dan 11
proposisi berikutnya terkait dengan dimensi kongruitas. Hasil bahwa ada hubungan
yang signifikan antara pola komunikasi keluarga, kecerdasan spiritual, dan
komponennya dengan kualitas hidup dan komponennya. 16,8% varians variabel
kualitas hidup dijelaskan oleh dua variabel pola komunikasi keluarga dan kecerdasan
spiritual. Rekomendasi untuk Peneliti selanjutnya diperlukan untuk memakai sampel
partisipan yang berbeda.
9. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Raiisi F.PhD, Tehranizadeh M. PhD, dan
Amini F. MSc (2020) dengan judul The Impact of Spiritual Intelligence, Gender
and Educational Background on Mental Health Among College Students. Fokus
dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat kecerdasan spiritual dan kesehatan
mental, untuk melihat hubungan antara kedua variabel tersebut dan juga untuk
mengidentifikasi perbedaan kecerdasan spiritual dan kesehatan mental dengan lintas
gender dan latar belakang pendidikan (seni dan sains). Partisipan untuk penelitian ini
adalah 300 mahasiswa PG terdi dari 150 jurusan seni dan 150 jurusan sains dengan
kriteria jenis kelamin 75 laki-laki dan 75 perempuan. Semua data dikumpulkan dari
empat perguruan tinggi / kampus tingkat pemerintah yang berbeda di Distrik
Haridwar di Uttarakhand (India) yang berusia 20–30 tahun. Metode Penelitian ini
adalah kuantitatif dengan desain korelasional. Alat ukur yang digunakan dalam
penelitian ini adalah: (1) Lembar biodata pribadi Ini adalah halaman depan dari
keseluruhan buklet kuesioner, di informasi pribadi peserta mana yang hanya diisi oleh
individu tersebut. Ini termasuk instruksi, nama, jenis kelamin, usia dan detail
pendidikan. (2) Kecerdasan Spiritual Terpadu (ISIS) Instrumen laporan mandiri 83-
item ini dikembangkan oleh Amram dan Pengering ( 2008 ) memberikan ukuran
tunggal, keseluruhan kecerdasan spiritual (SI), serta skor untuk 5 domain luas dan 22
kemampuan khusus. (3) Mithila Mental Health Status Inventory (MMHSI) Skala ini
berisi 50 item dengan 5 sub-skala, dengan kata-kata positif dan negatif. MMHSI
adalah versi adaptasi Hindi oleh Kumar dan Thakur ( 1986 ). Hasil Temuan penelitian
ini mengungkapkan bahwa kecerdasan spiritual dan kesehatan mental berhubungan
secara signifikan antara siswa seni, dan siswa seni laki-laki dan perempuan secara
terpisah memiliki hubungan yang signifikan antara kecerdasan spiritual dan kesehatan
mental. Batasan penelitian ini yaitu, Wilayah sampel dibatasi dengan Kota Haridwar,
Sampel penelitian diambil dari populasi umum mahasiswa saja, Skala kesehatan
mental Mithila Mental Health Status Inventory (MMHSI), tidak begitu baik untuk
skenario saat ini, karena beberapa item membingungkan dalam skala tersebut. Studi
dibatasi dengan eksplorasi. Rekomendasinya yaitu Memakai sampel lain dengan
dipilih dari distrik dan negara bagian lain di negara tersebut, memilih sampel dari
populasi yang telah berlatih spiritual juga untuk jenis penelitian selanjutnya akan
lebih berharga jika studi tersebut akan berjalan dengan tujuan prediksi.
10. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Richa Banerjeea, Ravindra Pathaka,
Sanjeet Yadav (2019) dengan judul Family Relationship and Spiritual Intelligence:
With Reference to Students of Professional Courses. Fokus dalam penelitian ini
untuk mengetahui hubungan keluarga dengan kecerdasan spiritual mahasiswa
program studi profesi (MBA, BBA dan BE). Partisipan dalam penelitian ini adalah
seluruh mahasiswa yang sedang menempuh mata kuliah profesi dari jurusan
administrasi bisnis, teknik, administrasi bisnis di berbagai institut wilayah Gwalior
wilayah Gwalior dengan jumlah 216 partsipan. Metode penelitian menggunakan
kuantitatif korelasi. Alat ukur penelitian: kecerdasan spiritual menggunakan alat ukur
dari The Spiritual Intelligence Self-report Inventory (SISRI-24) yang dirancang oleh
King (2008) termasuk 24 pertanyaan dalam Skala Likert lima item. Skala ini
mengevaluasi kemampuan mental dari kecerdasan spiritual. Bagian dari skala
kecerdasan spiritual digunakan untuk mengukur dan untuk mengukur skala hubungan
keluarga digunakan Moos dan Moos (1994). pada skala Likert 5 poin mulai dari 1
(sangat tidak setuju) hingga 5 (sangat setuju). hasil penelitian menunjukkan hubungan
keluarga berpengaruh signifikan positif terhadap kecerdasan spiritual.
Rekomendasinya yaitu diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat Melakukan sebuah
pelatihan esensial untuk orang tua dalam mengajari komunikasi yang efisien dengan
anak-anak mereka.
Fard Marzieh Marshalpoure., (2020). Research Paper: The Relationship Between Family
Communication Patterns and Adjustment With Resiliency in Children. Jurnal : Riset &
Kesehatan. Vol. 10(4). Hal: 267-274. Doi : http://dx.doi.org/10.32598/JRH.10.4.1484.1
Tan Naomi Qp et.al., (2019). The Influence of Family Communication Patterns on the
Processing of Messages to Increase Family Health History Seeking Intentions. Jurnal:
Communication Health. doi: https://doi.org/10.1080/10410236.2019.1693129
Zhang Qin., (2007). Family Communication Patterns and Conflict Styles in Chinese Parent-
Child Relationships. Jurnal:Communication Quartely. Vol. 55(1). Hal: 113-128. doi:
https://doi.org/10.1080/01463370600998681
Zarnaghas Mina, Zarnaghas Maryam, Zarnaghas Narges., (2014) The Relationship Between
Family communication Patterns and Mental Health. Jurnal:Procedia – Social and
Behavioral. Vol.84. Hal: 405-410. doi: https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.06.575
Nelson C Leigh, Fife Eric M., (2014). The Influence of Family Communication Patterns on
Religious Orientation Among College Students. Jurnal:Communication Family.
Vol.14. Hal: 72-84. doi : https://doi.org/10.1080/15267431.2013.857326
Hamdani Yusuf, Lisnawati, Widyastuti Fitriana. (2020). The Roles of Spiritual Intelligence
and Social Comparison Over Career Anxiety of Final Year Students. Jurnal: dvances
in Social Science, Education and Humanities Research. Vol.452. doi:
https://dx.doi.org/10.2991/assehr.k.200728.031
Benerjee Richa dkk., (2019). Family Relationship and Spiritual Intelligence: With Reference
to Students of Professional Courses. Jurnal: Proceedings of 10th International
Conference on Digital Strategies for Organizational Success. doi:
10.2139/ssrn.3307724
No Author(s) Focus Theoretical Context/ Methods and Findings Limitations and
(Year) participants data collecting Recommendatio
instruments ns
Nama-nama Fokus Teori-teori yang Penjelasan tentang Metode dan alat Hasil penelitian Keterbatasan dan
peneliti penelitian yang disampaikan sesuai partisipan ukur yang rekomendasi
dijelaskan dengan variabel yang penelitian digunakan dalam penelitian
pada atikel dan diangkat pada penelitian
variabel yang penelitian
diajukan dalam
penelitian
tersebut
1 Hubungan Fokus Keluarga adalah salah Partisipan: Metode: Hasil penelitian: keterbatasan :
Pola penelitian : satu lingkungan siswa sekolah dasar kuantitatif. Yang menunjukkan bahwa 1. alat
Komunikasi pendidikan terpenting kelas enam di Kota bersifat pola komunikasi laporan
Keluarga dan untuk yang memainkan Ahvaz, Iran pada deskriptif- keluarga dan diri yang
Penyesuaian mengetahui peran penting dalam tahun ajaran 2016- korelasional dan penyesuaian adalah digunakan
dengan hubungan memelihara kesehatan 2017. multi stage prediktor terbaik dari untuk
Ketahanan antara pola mental, sosial, dan cluster sampling. ketahanan siswa. analisis,
pada Anak komunikasi fisik. Keluarga Namun tidak terdapat menimbul
(Research keluarga dan menciptakan realitas Instrumen (alat hubungan yang kan
Paper: The penyesuaian bersama ukur) : signifikan antara beberapa
Relationship diri dengan menggunakan instrumen pola resiliensi dan bias.
Between resiliensi pada kombinasi dari dua komunikasi penyesuaian dengan 2. di dalam
Family Com- anak. orientasi yaitu keluarga yang orientasi kesesuaian. penelitian
munication Variabelnya orientasi percakapan, direvisi dari ini sampel
Patterns and pola dan orientasi Koerner dan penelitian
Adjustment komunikasi kesesuaian. Ak- bari Fitzpatrick, skala hanya
With keluarga dan Booreng (2017) ketahanan terdiri dari
Resiliency in penyesuaian menyatakan bahwa Connor- anak
Children) diri komunikasi keluarga Davidson, dan perempua
juga sangat penting skala penyesuaian n kelas
Marzieh karena komunikasi multidimensi. enam dan
Mashalpoure yang salah itu
Fard Tahun menimbulkan merupaka
2020 ketegangan dalam n batasan
keluarga dan untuk
mempengaruhi anak. generalisa
pola komunikasi si hasil.
keluarga merupakan
cara anggota keluarga
berinteraksi satu sama
lain. Menurut
Fitzpatrick dan
Ritchie bahwa
dimensi orientasi
percakapan dan
orientasi kesesuaian
menentukan sejauh
mana anggota
keluarga berbicara
tentang pemikiran
tentang perasaan
mereka dan
membagikannya.
2 Pengaruh Pola Fokus Pola kommunikasi Partisipan: Metode: Hasil penelitian : Batasan
Komunikasi penelitian : Keluarga adalah terdiri dari 508 kuantitatif dengan menunjukkan bahwa penelitian:
Keluarga pada Untuk keluarga bertindak orang dengan Usia desain penelitian orientasi percakapan dari Desain
Pemrosesan mengetahui rata-rata peserta survei online. dan dimensi penelitiannya
sebagai unit utama
Pesan untuk bagaimana adalah 51,1 tahun. kesesuaian kontrol yang bersifat
Meningkatkan skema pola sosialisasi dan Partispan berjenis Instrumen (Alat orang tua adalah cross-sectional,
Niat Mencari komunikasi komunikasi untuk kelamin Ukur) : pendorong utama dan kemampuan
Riwayat keluarga anak-anak, di mana perempuan, dan pemrosesan sistematis dalam
Kesehatan (percakapan skema untuk mayoritas berkulit skala pola pesan riwayat mengeneralisasi
Keluarga (The dan dimensi komunikasi anak putih, (memiliki komunikasi kesehatan keluarga. studi.
Influence of orientasi terbentuk dan belajar setidaknya keluarga Pemrosesan sistematis, Rekomenadasi:
Family kesesuaian) pertama pendidikan (Fitzpatrick & pada gilirannya, secara diharapkan untuk
Communicatio mempengaruhi kalinya(Schrodt et al., perguruan tinggi. Ritchie, 1994). signifikan dikaitkan peneliti
n Patterns proses memiliki Semua item FCP dengan sikap yang selanjutnya dapat
2008 ). Dua dimensi
on the sistematis dari pendapatan rumah diukur pada skala lebih positif dan niat menggunakan
Processing of permohonan dari teori FCP, yaitu : tangga tahunan 1 (sangat tidak yang lebih besar untuk desain penelitian
Messages to kesehatan yang percakapan dan sebesar $ 50.000 setuju) sampai 5 mencari informasi longitudinal.
Increase dimaksudkan orientasi kesesuaian. atau lebih. Ukuran (sangat setuju). kesehatan dari anggota
Family untuk Orientasi percakapan, rumah tangga rata- Orientasi keluarga.
Health Historymembujuk sebelumnya disebut rata adalah 2,71. kesesuaian diukur
Seeking individu dalam sebagai orientasi tidak memiliki menggunakan
Intentions) mencari anak yang tinggal subset item dari
konsep (McLeod &
informasi di rumah. dan ECOS (Horstman
Shelly R. riwayat Chaffee, 1973 ), yang orang-orang dalam et al., 2018 ).
Hovick, Sarah kesehatan mengacu pada sejauh kesehatan yang Tiga item yang
N. Thomas, keluarga, yang mana anggota buruk atau sedang. mengukur
Judy Watts & menekankan keluarga bebas untuk masing-masing
Naomi QP konseptualisasi berkomunikasi dari empat
Tan. yang diperbarui tentang berbagai dimensi
Tahun 2019 dari kesesuaian kesesuaian.
topik, bahkan jika
keluarga (yaitu,
skala orientasi mereka tidak setuju
kesesuaian (Koerner &
yang diperluas) Fitzpatrick, 2006 ).
sedangkan Orientasi
kesesuaian, aslinya
diberi label sosio-
orientasi (McLeod &
Chaffee, 1973 ),
mengacu pada
homogenitas keluarga
dalam hal sikap dan
tingkat kontrol orang
tua.
5. Pengaruh Pola Fokus Ketika anak-anak Partisipan : Metode hasil penelitian : Keterbatasan :
Komunikasi penelitian : tumbuh dan 215 peserta yang menggunakan : menunjukkann bahwa kurangnya
Keluarga pada untuk berkembang, diperoleh dari kuantitatif kedua dimensi RFCP keragaman
Orientasi menentukan pemahaman mereka empat mata kuliah deskriptif secara signifikan sampel. Para
Keagamaan di apakah skala tentang realitas sosial tingkat atas dan korelasi. memprediksi kekuatan peserta
Kalangan Revisi Pola dipengaruhi oleh bawah instruktur iman religius, orientasi didominasi oleh
Mahasiswa Komunikasi orang-orang di sekitar komunikasi. terdiri Alat ukur: intrinsik dan orientasi perempuan dan
(The Influence Keluarga mereka, dan dari 60 laki-laki 1. Instrumen ekstrinsik di luar sebagian besar
of Family (RFCP) kebanyakan dari (27,91%) dan 155 Pola jumlah varians yang adalah siswa
Communicatio memprediksi mereka membentuk perempuan Komunika diprediksi oleh tahun pertama.
n Patterns on variabel pemahaman tersebut (72,09%), dengan si variabel demografis Lebih lanjut,
Religious dependen paling adalah dengan usia rata-rata 19,36, Keluarga dan kehadiran di mungkin menjadi
Orientation terkait dengan anggota keluarga. dengan 125 siswa Revisi gereja dalam keluarga tantangan bagi
Among religiusitas Melalui Komunikasi tahun pertama asal. Implikasi pola peserta nonagama
(Versi
College beragama. antargenerasi yang (58,14%), 12 komunikasi keluarga untuk menjawab
Anak-
Students) berulang, orang tua mahasiswa tahun untuk sosialisasi nilai- beberapa
Variabelnya menyampaikan kedua (5,58%), 53 anak) oleh nilai agama pertanyaan.
Eric M. Fife nya yaitu Pola kepada anak-anak junior (24,65%) , Koerner dipertimbangkan.
dan C. Leigh komunikasi mereka pengetahuan dan 25 senior dan Rekomendasi :
Nelson Keluarga dan dan paparan tentang (11,63%). Fitzpatric Penelitian di masa
Tahun 2014 Religiusitas. berbagai masalah. k (2002a) depan untuk bisa
Proses ini termasuk digunakan mendapat
mensosialisasikan untuk menggunakan
generasi berikutnya ke mengukur variabel dependen
dalam nilai spesifik orientasi lain yang terkait
dan sistem dengan
percakapa
kepercayaan (Koerner religiusitas
n (15
& Fitzpatrick, 2002). misalnya seperti
item) dan kecerdasan
Salah satu tempat di
mana komunikasi orientasi spiritualitas.
keluarga dapat kesesuaia
memiliki pengaruh n (11
yang kuat adalah saat item)
menanamkan nilai- dalam
nilai bersifat agama. keluarga.
Tanggapa
n sangat
tidak
setuju
(diberi
kode 1)
hingga
sangat
setuju
(diberi
kode 5).
2. Kekuatan
keyakinan
religius
diukur
dengan 10
item Santa
Clara
Strength
of
Religious
Faith
Questionn
aire
(SCSORF
) karya
Plante dan
Boccaccin
i (1997).
Tanggapa
n sangat
tidak
setuju
(diberi
kode 1)
untuk
sangat
setuju
(diberi
kode 5)
dan
termasuk
pertanyaa
n seperti
"Iman
saya
adalah
bagian
penting
dari siapa
saya
sebagai
pribadi"
dan
"Hubunga
n saya
dengan
Tuhan
sangat
penting
bagi saya”
3. Skala
Orientasi
Agama
Universal
Umur
oleh
Gorsuch
dan
Venable
(1983)
digunakan
untuk
mengukur
orientasi
ekstrinsik
(12 item)
dan
intrinsik
(8 item)
terhadap
agama.
Tanggapa
n sangat
tidak
setuju
(diberi
kode 1)
hingga
sangat
setuju
(diberi
kode 5).
Alpha
Cronbach
untuk
subskala
ekstrinsik
adalah
0,76 dan
menyertak
an item
seperti
“Saya
senang
membaca
tentang
agama
saya” dan
“Saya
pergi ke
gereja
karena itu
membantu
saya
untuk
berteman”
6. Penelitian Fokus keluarga adalah Partisipan : Metode Hasil Penelitian : keterbatasan
tentang penelitian : sekumpulan orang siswa SMA di penelitian: menunjukan bahwa penelitian :
Persepsi untuk menguji yang mempunyai Bandung yang metode komunikasi keluarga berupa
Remaja hubungan hubungan atas dasar berjumlah 213 kuantitatif yang dipersepsikan percakapan dan
tentang antara persepsi pernikahan, siswa. terdiri dari korelasi. remaja berhubungan konformitas
Komunikasi remaja tentang keturunan, atau adopsi 78 laki-laki negatif dengan nilai- Rekomendasi :
Keluarga dan pola dan hidup bersama (36,6%) dan 135 Alat ukur : nilai moral keimanan, peneliti masa
Fungsi komunikasi dalam rumah tangga. perempuan 1. Instrumen sikap santun dan depan dapat
Religius keluarga dan Fungsi keluarga (63,4%), dengan Revisi kepatuhan aturan, hal menyelidiki lebih
Keluarga fungsi berkaitan dengan usia rata-rata 17,2 Pola ini melengkapi temuan lanjut tentang
(Research on spiritualitas orientasi tugas yang Komunika penelitian sebelumnya percakapan dan
Adolescent dalam dilakukan dan fungsi si tentang nilai keimanan konformitas.
Perception of keluarga. keluarga yang Keluarga individu yang tidak
Family diharapkan, dapat dibakukan,
(FCPR)
Communicatio sedangkan masalah makna santun yang
(versi
n and Family interaksi berkaitan berbeda. dan aturan
Religious dengan proses anak- peraturan yang
Functions) komunikasi yang anak) disepakati oleh orang
menghubungkan yang tua dan remaja.
Maulana Rezi individu sebagai diprakarsa Sedangkan
Ramadhana, anggota keluarga. i oleh komunikasi keluarga
Ravik Pola komunikasi Koerner yang dipersepsikan
Karsidi, keluarga adalah salah dan oleh remaja memiliki
Prahastiwi satu dari banyak teori Fitzpatric hubungan positif yang
Utari, Drajat yang mungkin k signifikan dengan
Tri Kartono dianggap sebagai teori toleransi, hal ini dapat
digunakan
Tahun 2019 utama komunikasi menjadi masukan dan
untuk
keluarga dan berlaku intervensi bagi orang
mengukur
untuk berbagai tua dalam keluarga
interaksi dalam dimensi untuk dapat
keluarga. Pola percakapa memberikan
komunikasi orang tua n (total 15 perbincangan dan
mempengaruhi item) dan keseragaman wawasan
perkembangan dimensi untuk menghargai
spiritualitas anak. kesesuaia keberagaman dan
Ketika anak tumbuh n (total 11 kesetaraan.
dan berkembang, item),
pemahaman mereka mengguna
tentang realitas sosial kan 5
dipengaruhi oleh skala
keluarga. Melalui (likert),
komunikasi keluarga, tanggapan
orang tua dapat yang
menyampaikan sangat
kepada anaknya tidak
tentang berbagai
setuju
pengetahuan tentang
(diberi
permasalahan. Proses
ini mencakup kode
pemeliharaan dan sebagai 1)
sosialisasi dalam sangat
sistem nilai dan setuju
keyakinan tertentu. (diberi
kode 5).
2. Instrumen
Fungsi
Religi
Keluarga
(FRF)
diukur
dengan 11
item yang
dimodifik
asi dari
aspek
penerapan
nilai-nilai
moral
fungsi
keagamaa
n dalam
keluarga
[3], yang
terdiri dari
indikator-
indikator
pelaksana
an nilai-
nilai
moral
seperti
Iman,
Jujur
(Berbicara
),Tolerans
i, Usaha
yang
gigih,
Moral /
etika,
Bertanggu
ng jawab,
Membant
u,Kepatuh
an pada
Aturan,
Sikap
Sopan,
Sabar
dengan
kesulitan
dan Cintai
satu sama
lain.
7. Peran Fokus Kecemasan Karir : Partisipan : Metode : Hasil penelitian : Batasan :
Kecerdasan penelitian: Remaja yang berusia berjumlah 80 kuantitatif untuk 1. kecerdasan Tidak ada
Spiritual dan untuk menguji 15-24 tahun berada peserta dari menguji peran spiritual intervensi
Sosial peran pada tahap eksplorasi Fakultas "X". Ciri- kecerdasan berhubungan potensial yang
Perbandingan kecerdasan karier. Pada tahap ini ciri peserta ini spiritual dan negatif dengan dibahas.
Kecemasan spiritual dan remaja mencari adalah mahasiswa perbandingan tingkat Rekomendasi :
Karir perbandingan informasi tentang tingkat akhir. sosial terhadap kecemasan Penelitian
Mahasiswa sosial terhadap dirinya dan Alasan pemilihan kecemasan karir karir. selanjutnya
tingkat akhir kecemasan lingkungan sekitarnya. partisipan tersebut dengan teknik 2. tidak ada diharapkan untuk
(The Roles of karir pada Mereka dapat didasarkan pada regresi linier korelasi bisa membahas
Spiritual mahasiswa mengidentifikasi studi pendahuluan berganda perbandingan tentang intervensi
Intelligence tingkat akhir. minat dan kemampuan yang dilakukan sosial dengan potensial.
and Social mereka, serta nilai- oleh peneliti, Alat ukur dalam kecemasan
Comparison nilai mereka dalam dimana ternyata penelitian ini : karir pada
Over Career masyarakat yang mahasiswa 1. Skala mahasiswa
Anxiety of dapat membantu Fakultas “X” Karir tingkat akhir.
Final Year mereka memutuskan memiliki tingkat Kecemasa 3. Hasil
Students). pilihan karir mereka kecemasan karir n. Skala penelitian
dan berkomitmen tertinggi. tersebut menunjukkan
Yusuf pada jalur karir diadaptasi bahwa faktor
Hamdani, mereka.Tahapan internal seperti
dari skala
Lisnawati, eksplorasi karir kecerdasan
kecemasa
Fitriana membutuhkan spiritual
Widyastuti. n karir
penyesuaian, memiliki
Tahun 2020 sedangkan kegagalan yang peran yang
dalam proses ini dikemban lebih menonjol
berdampak pada gkan oleh terhadap
masalah psikologis. Fatmawati kecemasan
Salah satu berdasark karir
pengalaman siswa an empat dibandingkan
dalam masalah aspek dengan faktor
penyesuaian adalah yang eksternal.
penyesuaian kejuruan, dikemuka
yaitu penyesuaian di kan oleh
bidang pendidikan dan
Haber dan
karir. Kegagalan
Runyon
dalam penyesuaian ini
menyebabkan yang
pengalaman terdiri dari
kecemasan karir. aspek
Kecemasan karir kognitif,
merupakan kecemasan aspek
yang realistis, yaitu motorik,
kecemasan atau dan aspek
ketakutan akan somatik.
ketidakpastian masa Skala ini
depan dalam terdiri dari
mencapai suatu 21 item.
pekerjaan yang
Skala
diharapkan.
Kecemasan karir yang yang
dialami siswa digunakan
menimbulkan adalah
implikasi skala tipe
negative.Haber dan likert
Runyon yang
mengungkapkan terdiri dari
bahwa kecemasan 5 pilihan,
karir adalah perasaan mulai dari
cemas, gugup, atau "sangat
tegang yang dialami sesuai",
individu dalam "sesuai",
menghadapi sesuatu "netral",
yang tidak pasti. "tidak
Prawirohusudo sesuai",
menyatakan bahwa dan
kecemasan karir dapat
"sangat
menghambat
tidak
penampilan,
menimbulkan sesuai".
hambatan, dan Uji
menghalangi reliabilitas
keinginan individu dilakukan
untuk berprestasi. pada 75
Salah satu faktor mahasisw
internal yang berperan a tingkat
dalam kecemasan akhir UIN
karir adalah tingkat Sunan
kecerdasan dalam Kalijaga
menghadapi suatu Yogyakart
krisis. Beberapa
a dengan
kecerdasan yang ada
pada individu adalah nilai
kecerdasan Cronbach'
intelektual, s Alpha α
kecerdasan emosional, = 0,921.
dan kecerdasan 2. Skala
spiritualitas. . Kecerdasa
Penelitian yang n
dilakukan oleh Spiritual.
Indrayani menemukan Untuk
faktor-faktor mengukur
penyebab kecemasan variabel
dalam menghadapi kecerdasa
karir adalah masalah n
pribadi, masalah spiritual,
dengan orang tua, peneliti
tuntutan berprestasi, mengguna
dan persaingan antar
kan alat
teman.
ukur
Kecerdasan
Spiritual: kecerdasa
Zohar dan Marshal n
mendefinisikan spiritualit
kecerdasan spiritual as yang
sebagai kemampuan disusun
untuk menghadapi dan oleh
memecahkan masalah Rante et
kehidupan. Dan al.
Kecerdasan spiritual berdasark
pada dasarnya adalah an 9 aspek
kemampuan untuk yang
menghadapi masalah
dikemuka
makna atau nilai.
Kecerdasan spiritual kan oleh
dapat digunakan Zohar dan
ketika menghadapi Marsekal
situasi krisis yang Sembilan
membuat kita aspek
mengalami kehilangan tersebut
tatanan diri dan adalah;
mampu menghadapi fleksibilit
pilihan dan kenyataan as,
yang ada serta untuk kesadaran
mencapai kedewasaan tinggi,
pribadi. menghada
Menurut Zohar dan pi dan
Marshal aspek memanfaa
kecerdasan spiritual tkan
meliputi: penderitaa
1) kemampuan
n,
bersikap fleksibel, 2)
menghada
kesadaran tingkat
tinggi, 3) kemampuan pi dan
menghadapi dan mengatasi
memanfaatkan rasa sakit,
penderitaan, 4) keenggan
kemampuan an untuk
menghadapi dan menyakiti,
melampaui rasa sakit kualitas
5) Kualitas hidup hidup,
terinspirasi oleh visi pandanga
dan nilai-nilai, n holistik,
6)Keengganan untuk kecenderu
menyebabkan
ngan
kerugian yang tidak
perlu, 7) pemikiran untuk
holistik 8) bertanya,
Kecenderungan untuk bidang
bertanya mengapa dan mandiri.
bagaimana, 9) Dengan
mandiri. total 21
item.
Skala
yang
digunakan
adalah
skala tipe
likert
yang
terdiri dari
4 pilihan,
mulai dari
"sangat
sesuai",
"sesuai",
"tidak
sesuai",
dan
"sangat
tidak
sesuai".
Nilai
skala
kecerdasa
n
spiritualit
as Alpha
Cronbach
adalah α =
0.854. Hal
ini
menunjuk
kan
bahwa
skala
kecerdasa
n
spiritualit
as yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
reliabel.
3. Skala
Perbandin
gan
Sosial.
Perbandin
gan sosial
diukur
dengan
mengadap
tasi skala
yang
disusun
oleh
Monika
berdasark
an Lowa-
Natherlan
d
Comparis
son
Orientatio
n Measure
(INCOM).
Skala ini
disusun
oleh
Gibsons
dan Bunk
berdasark
an aspek-
aspek
yang
diungkapk
an oleh
Festinger,
yaitu
aspek
opini dan
aspek
kemampu
an. Skala
ini
merupaka
n skala
likert
dengan 11
item 5
alternatif
jawaban
yaitu
“sangat
tidak
setuju”,
“tidak
setuju”,
“netral”,
“setuju”,
dan
“sangat
setuju”.
8. Menentukan Fokus Kecerdasan Spiritual partisipan : Metode Hasil penelitian : Rekomendasi :
Kontribusi penelitian: Kecerdasan Rohani terdiri dari 150 Penelitian: bahwa ada hubungan Peneliti
Kualitas Hidup untuk (spiritual) adalah pecandu yang kuantitatif yang signifikan antara selanjutnya
Pecandu mengetahui semua yang diyakini dirujuk ke pusat bersifat korelasi. pola komunikasi diperlukan untuk
Berdasarkan hubungan orang, dan itu meliputi perawatan keluarga, kecerdasan memakai sampel
Pola antara model peran keyakinan, kecanduan. Dengan Instrumennya spiritual, dan partisipan yang
Komunikasi komunikasi norma, keyakinan, dan usia rata-rata 25- adalah sebagai komponennya dengan berbeda.
Keluarga dan keluarga nilai-nilai dalam 55 tahun. berikut: kualitas hidup dan
kecerdasan dan kecerdasan aktivitas yang mereka 1- Kuesioner komponennya. 16,8%
Spiritual spiritual dan lakukan. demografis: yang varians variabel
(Determining kualitas hidup Menggunakan mencakup kualitas hidup
the para pecandu, spiritual sumber daya jenis kelamin, dijelaskan oleh dua
Contribution serta dalam memecahkan usia, lamanya variabel pola
of Quality of memprediksi masalah kehidupan. penggunaan komunikasi keluarga
Life for kualitas hidup spiritualitas juga narkoba, dan dan kecerdasan
Addicts mereka sangat berkorelasi sebagainya. spiritual.
based on berdasarkan dengan peningkatan
Family model kesehatan fisik dan 2- Skor kualitas
Communicatio komunikasi mental fungsi sosial, hidup organisasi
n Pattern and keluarga dan mengurangi kekuatan kesehatan dunia:
Spiritual kecerdasan stres psikologis untuk Organisasi
Intelligence) spiritual. menghadapi obat- Kesehatan Dunia
telah
obatan, rasa sakit dan mengembangkan
Raiisi F.PhD, kegagalan, tes WHO.QOL-
Tehranizadeh kemampuan untuk 100 untuk
M. PhD menahan diri dari kualitas hidup
Amini F. MSc pengendalian diri, karena kebutuhan
Tahun 2020 kesadaran diri yang akan alat
tinggi dan mencegah penilaian kualitas
perilaku berisiko internasional.
tinggi seperti Dalam kerangka
merokok, minum konseptual untuk
alkohol, dan obat- konstruksi skala
obatan lain. Selain itu, ini, 24 dimensi
religiusitas dan ini ditempatkan
spiritualitas dalam 6 domain
mengurangi dampak dan untuk setiap
tekanan hidup pada dimensi, 4
penggunaan narkoba pertanyaan
dan seiring dipertimbangkan.
berjalannya waktu Skala ini
menciptakan kekuatan mempelajari
ini pada masyarakat empat domain
yang akan lebih kualitas hidup
mudah untuk individu termasuk
mengurangi kesehatan fisik,
jumlahnya. kesehatan mental,
lingkungan
Pola Komunikasi hidup, dan
Keluarga : hubungan dengan
Terdapat Empat jenis orang lain.
pola komunikasi
keluarga, yaitu : 3- Kuesioner
keluarga bersyarat, kecerdasan
keluarga pluralis, spiritual:
keluarga suportif, dan inventaris
keluarga tanpa syarat pelaporan diri
(santai). intelijen
dari hubungan dikembangkan
keluarga adalah itu oleh King pada
anak-anak belajar tahun 2008, yang
pertamakali nya memiliki 24
tentang spiritualitas pertanyaan dan 5
dari dalam keluarga, opsi Likert.
menafsirkan perilaku 4- Kuesioner pola
orang lain, hubungan
pengalaman perasaan keluarga
dan berkomunikasi (Fitzpatrick &
dengan orang lain Ritchie, 1994):
Fitzpatrick dengan Alat ini adalah
konseptualisasi dan skala penilaian
kritik McLeod dan yang mengukur
teori Chaffee, telah derajat
mengidentifikasi dua persetujuan atau
dimensi dari orientasi ketidaksepakatan
dialog dan keselarasan responden dalam
orientasi dalam pola 5- rentang derajat
komunikasi keluarga. pada 26
pernyataan terkait
keluarga. Itu skor
4 adalah "Saya
sangat setuju"
dan skor nol
adalah "setara"
dengan "sangat
tidak setuju."
Alat ini
mengukur
dimensi dialog
dan konsistensi,
sehingga 15
pernyataan
pertama terkait
dengan dimensi
dialog dan 11
proposisi
berikutnya terkait
dengan dimensi
kongruitas.
Dengan
demikian, rentang
skor pasca-skor
mulai 0-60 dan
berikutnya adalah
0-44. Menurut
Koerner dan
Fitzpatrick
(2002b), alat ini
memiliki validitas
konten mengingat
alat ini
memperhitungka
n semua perilaku
dua dimensi dari
dialog dan
kesesuaian.
9. Dampak Fokus Kecerdasan Partisipan : Metode Hasil Temuan Batasan :
Kecerdasan penelitian : Spiritual: Berjumlah 300 Penelitian : penelitian: 1. Wilayah
Spiritual, untuk Dalam psikologi, mahasiswa PG dari kuantitatif dengan mengungkapkan sampel
Gender mengetahui kecerdasan spiritual ('' kedua disiplin (150 desain bahwa kecerdasan dibatasi
dan Latar tingkat SQ '') adalah istilah seni dan 150 sains) korelasional. spiritual dan kesehatan dengan
Belakang ( The kecerdasan yang menunjukkan dan jenis kelamin mental berhubungan Kota
Impact of spiritual dan keadaan kecerdasan (75 laki-laki dan 75 Alat ukur yang secara signifikan Haridwar.
Spiritual kesehatan tertinggi yang muncul perempuan). digunakan dalam antara siswa seni, dan 2. Sampel
Intelligence, mental, untuk setelah IQ (kecerdasan Semua data penelitian ini siswa seni laki-laki penelitian
Gender melihat kecerdasan) dan EQ dikumpulkan dari adalah: dan perempuan secara diambil
and hubungan (kecerdasan empat perguruan 1. Lembar terpisah memiliki dari
Educational antara kedua emosional). tinggi / kampus biodata pribadi hubungan yang populasi
Background on variabel Kecerdasan spiritual tingkat pemerintah Ini adalah signifikan antara umum
Mental Health tersebut dan memfasilitasi dialog yang berbeda di halaman depan kecerdasan spiritual mahasisw
Among juga untuk antara akal dan emosi, Distrik Haridwar di dari keseluruhan dan kesehatan mental. a saja.
College mengidentifika dan antara pikiran dan Uttarakhand buklet kuesioner, 3. Skala
Students) si perbedaan tubuh. Ini (India). Semua di informasi kesehatan
kecerdasan memungkinkan kita siswa yang berusia pribadi peserta mental,
Naveen Pant, spiritual dan untuk 20–30 tahun. mana yang hanya Mithila
SK Srivastava kesehatan mengintegrasikan diisi oleh Mental
Tahun 2017 mental intrapersonal dan individu tersebut. Health
lintas gender interpersonal, dan Ini termasuk Status
dan latar untuk mengatasi instruksi, nama, Inventory
belakang kesenjangan antara jenis kelamin, (MMHSI),
pendidikan diri dan orang lain. usia dan detail tidak
(seni dan Vaughan ( 2002 ) pendidikan. Skala begitu
sains). menawarkan deskripsi 2. Kecerdasan baik untuk
bahwa: '' Kecerdasan Spiritual Terpadu skenario
spiritual berkaitan (ISIS) Instrumen saat ini,
dengan kehidupan laporan mandiri karena
batin pikiran dan jiwa 83-item ini beberapa
dan hubungannya dikembangkan item
dengan keberadaan di oleh Amram dan membingu
dunia. Pengering ngkan
Sedangkan menurut ( 2008 ) dalam
Zohar and Marshall memberikan skala
(2000 ) kecerdasan ukuran tunggal, tersebut.
spiritual (SQ), keseluruhan 4. Studi
kemampuan kecerdasan dibatasi
memecahkan masalah spiritual (SI), dengan
makna dan nilai dalam serta skor untuk 5 eksplorasi
hidup. Kecerdasan domain luas dan Rekomendasi :
spiritual membuat kita 22 kemampuan 1. Memakai
mengajukan khusus. sampel
pertanyaan besar: 3. Mithila Mental lain
Mengapa saya lahir? Health Status dengan
Apa arti hidup saya? Inventory dipilih
Mengapa saya (MMHSI) Skala dari distrik
mengabdikan hidup ini berisi 50 item dan negara
saya untuk hubungan dengan 5 sub- bagian
ini atau pekerjaan ini skala, dengan lain di
atau tujuan ini? Apa kata-kata positif negara
yang sebenarnya ingin dan negatif. tersebut.
saya capai dengan MMHSI adalah 2. memilih
proyek ini atau versi adaptasi sampel
dengan hidup saya? Hindi oleh dari
Ini memungkinkan Kumar dan populasi
kita untuk melihat Thakur ( 1986 ). yang telah
konteks yang lebih berlatih
luas di mana spiritual
peristiwa-peristiwa juga untuk
terjadi dan untuk jenis
melihat gambaran penelitian
besarnya. Itu memberi selanjutny
hidup kita kanopi a
makna dan nilai yang 3. akan lebih
menyeluruh (Zohar berharga
dan Marshall 2004 ). jika studi
Kesehatan Mental : tersebut
Organisasi Kesehatan akan
Dunia mendefinisikan berjalan
kesehatan mental dengan
sebagai '' keadaan tujuan
kesejahteraan di mana prediksi.
individu menyadari
kemampuannya
sendiri, dapat
mengatasi tekanan
hidup normal, dapat
bekerja secara
produktif dan
bermanfaat, dan
mampu memberikan
kontribusi untuk
komunitasnya ''
(Wikipedia). Menurut
The American
Heritage Dictionary of
the English language (
2009 ), kesehatan
mental adalah '' Suatu
keadaan emosional
dan psikologis di
mana seseorang dapat
menggunakan
kemampuan kognitif
dan emosionalnya,
berfungsi dalam
masyarakat, dan
memenuhi tuntutan
sehari-hari. '' Sejauh
ini, istilah penyakit
mental yang
bersangkutan
kemudian penyakit
mental secara luas
didefinisikan sebagai
gangguan yang
mempengaruhi
keadaan atau
10. Hubungan Fokus Kecerdasan Partisipan : Metode : hasil penelitian : Rekomendasi :
Keluarga dan Penelitian : Spiritual: seluruh mahasiswa kuantitatif hubungan keluarga diharapkan untuk
Kecerdasan untuk Menurut Christina yang sedang korelasi. berpengaruh signifikan peneliti
Spiritual: mengetahui Puchalski (2009), menempuh mata positif terhadap selanjutnya dapat
Dengan hubungan spiritualitas adalah kuliah profesi Alat ukur: kecerdasan spiritual. Melakukan
Referensi hubungan aspek kemanusiaan seperti sarjana kecerdasan sebuah pelatihan
untuk keluarga yang mengacu pada administrasi bisnis, spiritual esensial untuk
Mahasiswa dengan cara individu mencari sarjana teknik, menggunakan orang tua dalam
Kursus kecerdasan dan mengungkapkan magister alat ukur dari The mengajari
Profesional spiritual makna dan tujuan administrasi bisnis Spiritual komunikasi yang
( Family mahasiswa serta cara mereka di berbagai institut Intelligence Self- efisien dengan
Relationship program studi mengalami wilayah Gwalior report Inventory anak-anak
and Spiritual profesi (MBA, keterhubungan wilayah Gwalior (SISRI-24) mereka.
Intelligence: BBA dan BE). mereka dengan saat dengan jumlah 216. yang dirancang
With ini, dengan diri oleh King (2008)
Reference to sendiri, dengan orang termasuk 24
Students of lain, dengan alam, dan pertanyaan dalam
Professional dengan yang penting Skala Likert lima
Courses) atau sakral. " item. Skala ini
Richa Spiritualitas berarti mengevaluasi
Banerjeea setiap pengalaman kemampuan
, Ravindra yang dianggap mental dari
Pathaka membawa yang kecerdasan
, Sanjeet mengalami kontak spiritual. Bagian
Yadav dengan yang ilahi dari skala
Tahun 2019 (Mario Beauregard kecerdasan
dan Denyse O'Leary spiritual
(2007). Ini adalah digunakan untuk
pencarian makna mengukur
dalam peristiwa dan untuk
kehidupan dan mengukur skala
kerinduan akan hubungan
keterhubungan dengan keluarga
alam semesta (Coles digunakan Moos
1990). Namun, dan Moos (1994).
Kecerdasan dalam pada skala Likert
pengertian normalnya 5 poin mulai dari
mengacu pada 1 (sangat tidak
kemampuan untuk setuju) hingga 5
memahami informasi (sangat
dan kapasitas setuju)
seseorang untuk
memahami perilaku
lingkungan luar &
dalam diri kita sendiri.
Kecerdasan spiritual
mewakili seperangkat
kemampuan,
kemampuan dan
sumber daya spiritual
yang digunakan untuk
meningkatkan
kemampuan
beradaptasi dan
sebagai hasilnya,
kesehatan mental pada
karyawan (King,
2008; Zohar dan
Marshall,
2000).Menurut
Vaughan, kecerdasan
spiritual diperlukan
untuk
mengidentifikasi
pilihan yang
memainkan peran
penting dalam
kesejahteraan dan
kesehatan psikologis
manusia.Kecerdasan
spiritual (juga dikenal
sebagai kecerdasan
baru atau kecerdasan
quantic) dibangun di
atas koordinat seperti
memastikan koherensi
diri dan
penggabungan &
harmonisasi berbagai
aspek dari realisme
terdekat. Mereka
selanjutnya
menyarankan bahwa
administrator harus
cerdas secara
emosional bersama
dengan kemampuan
profesional (Mircea
Aurel
NI•Ă1,2015).Menurut
Vaughan (2002),
kecerdasan spiritual
mengintegrasikan
kehidupan batin dan
spiritual dengan
kehidupan luar dan
lingkungan kerja.
Pengalaman spiritual,
yang mungkin efektif
dalam pengembangan
kecerdasan spiritual,
bergantung pada
lingkungan dan
tekstur kehidupan
seseorang. Kecerdasan
spiritual adalah versi
kecerdasan intelektual
dan kecerdasan
emosional yang
ditingkatkan dan lebih
efisien (Zohar dan
Marshall, 2000).
Vaughan (2003)
mendefinisikan
kecerdasan spiritual
sebagai salah satu dari
berbagai jenis
kecerdasan yang dapat
dikembangkan secara
mandiri. Ini pada
akhirnya
membutuhkan
berbagai cara untuk
mengetahui dan
mengintegrasikan
pikiran batin dan jiwa
seseorang dengan
kehidupan pinggiran
atau pekerjaan dunia.
Itu adalah bagian tak
terpisahkan dari sifat
manusia (Charles
Handy, 2005). Mike
George (2006)
menganggap
kecerdasan spiritual
sangat penting untuk
menumbuhkan
kebijaksanaan
individualitas yang
mantap &
bersemangat,
penggunaan sumber
daya terdalam yang
sungguh-sungguh,
mengenali &
menyelaraskan moral
individu dari diri
individu seseorang.
Hubungan
Keluarga:
Keluarga adalah
lembaga terpenting
masyarakat yang
beradab. Ini adalah
unit yang bertindak
sebagai tempat
pelatihan juga bagi
semua anggota
keluarga untuk
bekerja di dunia nyata.
Hubungan komunikasi
yang dimiliki anggota
keluarga dapat
membantu mereka
dalam membentuk
perilaku, kepribadian,
sikap, kecerdasan
anggota. Keluarga
berbagi hubungan
yang berbeda seperti
kakek-nenek, orang
tua, paman dan bibi,
saudara kandung,
sepupu dll.
hubungan komunikasi
antara orang tua dan
anak yang positif akan
menjadikan landasan
pembelajaran. Anak
mengembangkan
berbagai keterampilan
yang mereka butuhkan
dalam hidup mereka
dengan bantuan
komunikasi, pola asuh
yang bijaksana,
perilaku responsif,
dan perhatian orang
tua. Perilaku ini juga
menentukan
kesejahteraan
emosional anak dan
hubungan antara
komunikasi orang tua
dengan anak juga
mengembangkan
sikap pemecahan
masalah dan
hubungan masa depan
mereka. (Lerner &
Castellino)
Lampiran 2. Alat ukur
Instrument Revised Family Communication Pattenrns scale (RFCP) oleh koener dan fitzpatrick
(2002)
Instructions:
We would like to learn more about how you communicate in your family. Please use
this scale to indicate your agreement with the following statements.
1 2 -3 4 -5
Conversation Orientation
1) In our family we often talk about topics like politics and religion where some
2) My parents often say something like “Every member of the family should
3) My parents often ask my opinion when the family is talking about something.
5) My parents often say something like “You should always look at both
sides of an issue.”
9) My parents and I often have long, relaxed conversations about nothing in particular.
13) We often talk as a family about things we have done during the day.
14) In our family, we often talk about our plans and hopes for the future.
15) My parents like to hear my opinion, even when I don’t agree with them.
Conformity Orientation
The Spiritual Intelligence Self-report Inventory Scale (SISRI-24) oleh D.B King (2008)
Note. Left-hand column indicates corresponding subscales and should not be included in
formal use. CET = Critical Existential Thinking; PMP = Personal Meaning Production; TA =
Transcendental Awareness; CET = Conscious State Expansion. A total Spiritual Intelligence
score is calculated by summing all subscale scores. Blank lines should be provided for
participant responding.
* Item is reverse-scored.
Lampiran 3. Bukti Pustaka 10 artikel dari anotasi
Daftar Pustaka
Fard Marzieh Marshalpoure., (2020). Research Paper: The Relationship Between Family Communication Patterns
and Adjustment With Resiliency in Children. Jurnal : Riset & Kesehatan. Vol. 10(4). Hal: 267-274. Doi :
http://dx.doi.org/10.32598/JRH.10.4.1484.1
Tan Naomi Qp et.al., (2019). The Influence of Family Communication Patterns on the Processing of Messages to
Increase Family Health History Seeking Intentions. Jurnal: Communication Health. doi:
https://doi.org/10.1080/10410236.2019.1693129
Zhang Qin., (2007). Family Communication Patterns and Conflict Styles in Chinese Parent-Child Relationships.
Jurnal:Communication Quartely. Vol. 55(1). Hal: 113-128. doi:
https://doi.org/10.1080/01463370600998681
Zarnaghas Mina, Zarnaghas Maryam, Zarnaghas Narges., (2014) The Relationship Between Family
communication Patterns and Mental Health. Jurnal:Procedia – Social and Behavioral. Vol.84. Hal: 405-
410. doi: https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.06.575
Nelson C Leigh, Fife Eric M., (2014). The Influence of Family Communication Patterns on Religious Orientation
Among College Students. Jurnal:Communication Family. Vol.14. Hal: 72-84. doi :
https://doi.org/10.1080/15267431.2013.857326
Ramadhana Maulana Rezi dkk., (2019). Research on Adolescent Perception of Family Communication and Family
Religious Functions. Jurnal: Advances in Social Science, Education and Humanities Research. Vol. 339.
doi: https://dx.doi.org/10.2991/aicosh-19.2019.21
Hamdani Yusuf, Lisnawati, Widyastuti Fitriana. (2020). The Roles of Spiritual Intelligence and Social
Comparison Over Career Anxiety of Final Year Students. Jurnal: dvances in Social Science, Education and
Humanities Research. Vol.452. doi: https://dx.doi.org/10.2991/assehr.k.200728.031
F. Raisi, M. Tehranizadeh, F.Amini., (2020). Determining the Contribution of Quality of Life for Addicts based on
Family Communication Pattern and Spiritual Intelligence. Jurnal: Determining the Contribution of Quality
of Life for Addicts based on Family Communication Pattern and Spiritual Intelligence. Vol. 8(3). Hal: 155-
160.
Pant Naveen, Srivastava SK., (2019). The Impact of Spiritual Intelligence, Gender and Educational Background on
Mental Health Among College Students. Jurnal:J Relig Health. Vol. 58. Hal: 57-108. doi:
https://doi.org/10.1007/s10943-017-0529-3
Benerjee Richa dkk., (2019). Family Relationship and Spiritual Intelligence: With Reference to Students of
Professional Courses. Jurnal: Proceedings of 10th International Conference on Digital Strategies for
Organizational Success. doi: 10.2139/ssrn.3307724
Lampiran 3.
Bukti Pustaka 10 artikel dari anotasi
Jurnal 1.