Disusun Oleh
Madina Fikriprima Aufannisa 1708015059
2021
Konsep SRIMEP Madina Fikriprima Aufannisa
A. Stress
Sebagai sebuah makhluk hidup yang dikaruniai akal sehat oleh Allah SWT,
mustahil jika saya terlahir sempurna karena tentulah Dzat yang sempurna di semesta
ini hanyalah Allah semata. Saya, Aufa tentu saja hanya manusia biasa yang membawa
beban stress dipundak, mungkin tak banyak namun ketahanan orang memikul beban
tentu saja berbeda-beda. Alhamdulillah, saya masih ada di taraf bisa menahan beban
stress saya. Disini, saya akan berusaha menjabarkan stress yang saya miliki,
keresahan yang berputar diotak saya, dan potensi negatif yang masih ada di dalam diri
saya.
Saya adalah orang yang perfectionist sekaligus sering overthinking. Kedua
kombinasi ini membuat saya stress dan menjadi masalah karena kedua hal ini yang
memberatkan saya ketika saya berada di situasi tertentu, misalnya mengerjakan tugas.
Saya jadi menuntut diri saya untuk menampilkan sisi terbaik saya dalam mengerjakan
tugas tersebut, karena kalau saya tidak melakukannya saya pasti akan terbayang-
bayang dan sulit tidur karena kepikiran terus soal tugas tersebut. Misalnya,
seharusnya saya bisa membedah satu jurnal lagi untuk kelengkapan tugas saya, namun
saya memilih tidak, nah hal-hal seperti ini yang kadang membuat saya lelah. Tentu
saja saya punya sisi malas dari dalam diri saya, bahkan saya pernah melakukan
prokrastinasi. Namun, kalau sedang sungguh-sungguh mengerjakan tugas, pasti sisi
perfectionist saya muncul. Itu yang menyebabkan mengapa kalau saya mengerjakan
tugas, durasinya butuh lebih lama daripada kawan-kawan saya yang lain. Karena saya
menuntut diri saya mengecek ulang sumber-sumber validitas data, saya akan mencari
jurnal sebanyak-banyaknya, saya berusaha mendapatkan intisari pembelajaran dan
mengubah kata-katanya sesuai apa yang saya pahami dan sebagainya. Karena kalau
tidak melakukan serangkaian kegiatan tersebut, ya kembali lagi saya akan
overthinking memikirkannya.
Kedua hal tadi tidak hanya terjadi pada saat saya mengerjakan tugas saja,
kedua hal tadi juga terjadi di kehidupan sosial saya di mana jika saya berkelompok
lalu akan melakukan presentasi, maka saya akan betul-betul mengecek bagian-bagian
presentasi, materi presentasi, dan mendiskusikannya dengan teman sekelompok.
Namun, jelas ada kalanya sifat ini membuat saya berpikir bagaimana teman-teman
saya memandang saya? Saya kadang gugup sendiri membayangkannya, saya takut di
cap terlalu rigid juga oleh teman saya, walaupun saya tahu apa yang saya lakukan
adalah hal yang benar; yaitu mendiskusikan dulu bagian-bagian presentasi dengan
teman sekelompok.
Di lingkungan pergaulan sosial saya termasuk orang yang kurang pandai
bergaul, bukan tipe yang membuka percakapan terlebih dahulu dan agak tidak
terampil untuk menjalin percakapan basa-basi karena saya lebih condong ke tipe
pendengar yang akan mendengarkan keluh kesah orang-orang di sekitar saya. Karena
itu pula lah saya terlihat sebagai orang yang tertutup juga menjadi orang yang
gampang gugup jika harus berbicara di depan orang banyak, walaupun di dalam diri
saya sebenarnya saya ingin untuk terampil dan mahir berbicara di depan orang banyak
tanpa harus merasakan jantung berdegup kencang atau merasakan banyaknya keringat
dan peluh yang bercucuran akibat gugup. Selain itu, saya orangnya tidak bisa berkata
“tidak” pada orang lain karena merasa tidak enak untuk menolak. Walaupun keadaan
saya saat itu sibuk, saya akan mengiyakan permintaan orang tersebut, hal itu lah yang
membuat saya kerepotan sendiri karena pekerjaan saya jadi terganggu dengan adanya
kegiatan lain yang juga harus saya bereskan.
B. Revitalisasi Potensi
Selain keresahan dan stress yang ada didalam diri saya, saya juga mempunyai
potensi-potensi positif. Allah adalah Sang Maha Adil, bukan? Dengan kekurangan
yang saya miliki, keresahan yang saya punya, kegundahan yang selalu berputar-putar
di otak saya, maupun hal-hal negatif yang bersarang di dalam diri saya, tentu Allah
telah mengimbanginya dengan memberikan saya potensi positif juga.
Saya anak yang rajin dalam bidang akademik, rajin disini artinya saya dengan
senang hati mencatat pelajaran yang dipaparkan oleh dosen plus saya juga menemui
fakta bahwa saya senang membagikan ilmu yang saya tahu kepada teman-teman yang
bertanya. Tidak tahu mengapa, seperti ada kebahagiaan tersendiri buat saya ketika
ilmu yang saya tahu bisa saya bagikan kepada teman-teman saya. Itulah mengapa,
selain rumah saya sering dijadikan basecamp, saya juga sering membantu teman-
teman saya me-review materi pelajaran yang tadi disampaikan. Ketiga hal ini
bersinambungan bukan? Pas sekali saya senang mencatat dan saya senang
membagikan apa yang saya mengerti terkait materi pelajaran yang disampaikan
kepada teman-teman, dan kebetulan pula rumah saya sering dijadikan tempat singgah
teman-teman sebelum mereka pulang ke rumah masing-masing. Tentu saja ini masih
menjadi potensi mentah yang belum saya kembangkan dengan serius, saya belum tahu
kiat-kiat mengajar orang lain dan semacamnya, namun saya berpikir bahwa saya ada
ketertarikan ke arah sana dan mungkin akan segera mencari tahu dan mengeksplor hal
tersebut lebih jauh.
Saya juga mempunyai potensi positif yaitu ada passion dibidang menggambar,
saya tidak memutuskan untuk menjadi professional dibidang tersebut tapi saya
menekuni menggambar dengan media cat air atau dengan nama lain watercolor. Saya
bukan orang yang kreatif dan bisa berpikir out of the box, tapi saya menyukai
keindahan. Saya senang melukis pemandangan (scenery) dengan watercolor kit saya,
saya ingin mengeksplor bakat saya yang satu ini lebih jauh lagi namun akhir-akhir ini
saya belum menemukan waktu untuk melakukannya.
Potensi positif saya yang lain adalah saya merupakan pendengar yang baik,
dari dulu saya kecil hingga sekarang tak jarang teman akan datang pada saya untuk
menyampaikan keluh kesah sulitnya hidup menjadi manusia dewasa ini. Makanya,
saya susah untuk memulai percakapan yang ringan-ringan namun saya akan setia
mendengarkan setiap masalah yang teman-teman saya alami, berangkat dari situ saya
juga merupakan teman yang loyal, setia dan bisa diajak berteman dalam jangka waktu
yang panjang.
C. Internalisasi Nilai-Nilai
Saya mendapatkan nilai rajin dari orangtua saya terutama ibu saya, orangtua
saya benar-benar menomorsatukan pendidikan. Ibu saya adalah guru yang hebat,
beliau bisa mengajarkan saya hal ini dan hal itu, beliau pula lah yang memasukkan
berbagai macam ilmu pengetahuan yang ada di dunia ini kepada sel-sel memori yang
ada di otak saya serta mencontohkannya agar bisa saya terapkan secara langsung di
kehidupan nyata. Begitulah, saya tumbuh menjadi anak yang pintar dan cepat belajar.
Saya sudah lancar calistung pada usia 3 tahun 9 bulan, lalu saya juga sudah selesai
Iqra pada usia TK, saya juga sudah belajar perkalian saat duduk di kelas 1 SD. Saya
menjelma menjadi anak yang gemar belajar terutama mata pelajaran matematika, yap,
pelajaran yang dinobatkan sebagai musuh bagi sebagian besar siswa di Indonesia.
Namun, saya merasa makin lama pelajaran yang saya pelajari di bangku
sekolah sangat susah untuk saya cerna. Kendati demikian, orangtua saya menasehati
saya dan menyemangati saya bahwa diatas orang pintar masih ada orang rajin di mana
orang pintar namun malas-malasan bisa jadi akan kalah dengan orang rajin yang tekun
serta konsisten mengerjakan tugasnya. Hal itu benar-benar tertanam dalam diri saya,
bahkan saya makin semangat menjadi orang yang rajin setelah masuk kuliah. Catatan
saya rapi dan lengkap dengan hiasan warna warni yang bertabur di sana-sini tanpa
kehilangan esensi dari materi pelajaran yang dosen sampaikan.
Berbicara tentang catatan, saya menemukan komunitas “studyblr”, yaitu
perkumpulan orang-orang yang senang mencatat hal-hal yang ada di sekolah atau
kuliah, menulis catatannya dengan tulisan yang indah, serta menghias catatannya
dengan rapi dan highlighter disana-sini. Sangat apik dan indah dipandang, tentu saja,
kehadiran “studyblr” ini bisa menjadi salah satu alternatif cara belajar yang unik dan
berbeda. Disitu lah saya mendapatkan nilai-nilai dan insight terkait cara belajar yang
baru dan menyenangkan, saya makin rajin mencatat ulang pelajaran yang sudah saya
dapatkan dari dosen secara konsisten pertemuan demi pertemuan, mata kuliah demi
mata kuliah. Ini pun juga bisa menjadi pilihan jawaban untuk tidak melakukan
prokrastinasi. Kenapa? Karena mencatat pelajaran sesungguhnya seasyik itu!
Kebetulan, seperti yang sudah saya sebutkan diatas, saya senang menggambar dengan
media cat air yang sering disebut watercolor, koneksi antara 2 hal tersebut yakni
menggambar dengan media cat air plus adanya kegiatan studyblr membuat saya lebih
bersemangat dalam menekuni pembelajaran dengan metode yang menyenangkan itu,
karena saya pikir ‘oh ini lah cara saya belajar’. Saya menemukan cara yang cocok
bagi diri saya untuk mencerna pelajaran. Lanjut lebih jauh lagi, sepertinya berita
tentang saya yang rajin mencatat semua pertemuan kuliah terdengar seantero fakultas
sehingga tak jarang saya menemui orang-orang yang meminta salinan dari catatan
saya.
Selain itu, di keluarga saya juga menerapkan nilai saling terbuka satu sama
lain, saling bercerita dan jujur sesama anggota keluarga. Saya diajarkan bahwa kami
punya satu sama lain, dan saya sudah terbiasa dengan itu. Mulai dari saya duduk di
kelas 1 SD, sepulang sekolah ibu saya pasti akan bertanya review atau resume dari
hari ini seperti apa dan saya akan menjawabnya dengan jujur tentang apa yang saya
lakukan seharian di sekolah, bagaimana perasaan saya, dan apa saja yang telah saya
pelajari di sekolah. Hal tersebut tentu saja berlanjut hingga detik ini, di mana setiap
pulang kuliah saya akan bercerita apa saja yang saya pelajari di kampus, bagaimana
gaya mengajar dosen saya saat itu, atau bagaimana saya memuji makanan di kantin
karena rasanya sangat enak dan cocok melepas penat seusai belajar di kelas. Saya juga
dengan kooperatif selalu menceritakan bagaimana keluh kesah saya di kampus, tugas-
tugas saya pun sering saya diskusikan dengan orang tua saya, bahkan orangtua saya
tahu dengan detail bagaimana perjalanan lika-liku kehidupan saya dan naik-turunnya
IP saya di kampus. Dengan perlakuan orangtua saya yang seperti itu, saya justru
sungkan jika harus menyembunyikan fakta kepada orangtua saya, saya benar-benar
terbuka dan itu yang saya bawa ke pergaulan sosial saya. Saya akan menyampaikan
pendapat saya jika pendapat saya dibutuhkan, dan saya akan mengatakannya secara
jujur apa yang saya pikirkan tentang sesuatu. Hal itu juga terjadi ketika saya
berorganisasi, saya akan mengutarakan apa yang saya rasakan dengan jujur dan
terbuka kepada rekan-rekan seorganisasi yang lainnya.
Analisis SWOT
Sesuai dengan pembahasan diatas, saya akan melakukan Analisa SWOT
1. Strengths
Strengths (Kekuatan) dalam Analisa SWOT adalah kekuatan yang berasal dari
dalam diri sendiri, atau bisa dibilang potensi positif dalam diri saya sendiri. Dalam
konsep srimep yang sudah panjang lebar saya jabarkan secara naratif diatas, saya
menulis bahwa potensi positif yang saya miliki adalah rajin, tekun, pendengar yang
baik, jujur, dan terbuka. Saya juga memiliki potensi positif yang belum benar-benar
saya eksplor lebih jauh, yaitu ketertarikan dalam dunia menggambar terutama
menggambar dengan media watercolor, lalu saya juga memiliki ketertarikan lain
berupa ketertarikan dalam mengajarkan atau memberikan ilmu yang saya ketahui
kepada teman-teman saya.
2. Weaknesses
Weaknesses (kelemahan) dalam Analisa SWOT adalah kelemahan yang
datang dari dalam diri sendiri. Saya menyadari kelemahan saya adalah gugup saat
berbicara di depan banyak orang, sering mengalami overthinking atau tiba-tiba
memikirkan hal buruk (negative thoughts) yang sebetulnya belum tentu pikiran
negatif saya itu terbukti benar adanya. Sisi perfectionist yang saya miliki juga kadang
menjadi bumerang untuk saya, dimana ketika saya mengerjakan tugas maka saya
membutuhkan waktu yang lebih panjang karena saya ingin laporan atau tugas yang
saya kerjakan itu mendekati sempurna minimal saya sendiri puas dengan hasilnya.
Saya juga termasuk tipe orang yang sulit menolak orang lain dan berkata “tidak” pada
mereka, saya cenderung mengiyakan dan menyanggupi permintaan tolong mereka
meskipun saya sendiri sedang ketar-ketir dengan urusan yang saya miliki.
3. Opportunities
Opportunities (peluang) dalam Analisa SWOT adalah hal positif yang
bersumber dari luar yang dapat memengaruhi diri kita, membantu kita
mengembangkan diri menuju versi diri kita yang lebih baik lagi. Disini, saya
menyadari bahwa keluarga saya benar-benar berperan penting dalam memasukkan
nilai-nilai kemanusiaan serta membantu saya mengaplikasikannya di kehidupan
sebelum saya bertemu dengan lingkungan sosial yang luas ini. Dengan potensi-
potensi positif yang juga sudah saya cantumkan dibagian strengths, saya menyadari
bahwa potensi saya bisa membantu saya mencapai peluang untuk salah satunya bisa
menapaki dunia organisasi dan mengantarkan saya kepada teman-teman yang dari
segi kuantitas memang sedikit namun valuenya sangat dalam dari segi kualitas karena
saya loyal terhadap teman-teman saya.
4. Threats
Threats (ancaman) dalam Analisa SWOT adalah hal negatif yang berasal dari
eksternal yang dapat memengaruhi diri kita. Buat saya, dari sifat negatif atau stress
yang saya miliki, saya bisa tertinggal dari orang lain karena pengerjaan tugas saya
yang lambat karena ada tuntutan untuk menjadi sempurna didalamnya, selain itu saya
juga bisa jadi kehilangan kesempatan-kesempatan emas lainnya jika saya masih
gugup berbicara di depan umum. Misalnya, jika ada tawaran yang menarik namun
harus melakukan public speaking, bisa jadi saya melepasnya karena tidak mau merasa
gugup berbicara di depan khalayak.