Anda di halaman 1dari 12

TUGAS AKHIR MATA KULIAH PANCASILA DAN LANDASAN

MORAL PROFESI PSIKOLOGI


“ KONSEP SRIMEP”
Diajukan untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Pancasila Dan Landasan
Moral Profesi Psikologi yang diampu oleh:
Elisa Kurniadewi M. Si

Disusun Oleh
Madina Fikriprima Aufannisa 1708015059

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA

2021
Konsep SRIMEP Madina Fikriprima Aufannisa

A. Stress
Sebagai sebuah makhluk hidup yang dikaruniai akal sehat oleh Allah SWT,
mustahil jika saya terlahir sempurna karena tentulah Dzat yang sempurna di semesta
ini hanyalah Allah semata. Saya, Aufa tentu saja hanya manusia biasa yang membawa
beban stress dipundak, mungkin tak banyak namun ketahanan orang memikul beban
tentu saja berbeda-beda. Alhamdulillah, saya masih ada di taraf bisa menahan beban
stress saya. Disini, saya akan berusaha menjabarkan stress yang saya miliki,
keresahan yang berputar diotak saya, dan potensi negatif yang masih ada di dalam diri
saya.
Saya adalah orang yang perfectionist sekaligus sering overthinking. Kedua
kombinasi ini membuat saya stress dan menjadi masalah karena kedua hal ini yang
memberatkan saya ketika saya berada di situasi tertentu, misalnya mengerjakan tugas.
Saya jadi menuntut diri saya untuk menampilkan sisi terbaik saya dalam mengerjakan
tugas tersebut, karena kalau saya tidak melakukannya saya pasti akan terbayang-
bayang dan sulit tidur karena kepikiran terus soal tugas tersebut. Misalnya,
seharusnya saya bisa membedah satu jurnal lagi untuk kelengkapan tugas saya, namun
saya memilih tidak, nah hal-hal seperti ini yang kadang membuat saya lelah. Tentu
saja saya punya sisi malas dari dalam diri saya, bahkan saya pernah melakukan
prokrastinasi. Namun, kalau sedang sungguh-sungguh mengerjakan tugas, pasti sisi
perfectionist saya muncul. Itu yang menyebabkan mengapa kalau saya mengerjakan
tugas, durasinya butuh lebih lama daripada kawan-kawan saya yang lain. Karena saya
menuntut diri saya mengecek ulang sumber-sumber validitas data, saya akan mencari
jurnal sebanyak-banyaknya, saya berusaha mendapatkan intisari pembelajaran dan
mengubah kata-katanya sesuai apa yang saya pahami dan sebagainya. Karena kalau
tidak melakukan serangkaian kegiatan tersebut, ya kembali lagi saya akan
overthinking memikirkannya.
Kedua hal tadi tidak hanya terjadi pada saat saya mengerjakan tugas saja,
kedua hal tadi juga terjadi di kehidupan sosial saya di mana jika saya berkelompok
lalu akan melakukan presentasi, maka saya akan betul-betul mengecek bagian-bagian
presentasi, materi presentasi, dan mendiskusikannya dengan teman sekelompok.
Namun, jelas ada kalanya sifat ini membuat saya berpikir bagaimana teman-teman
saya memandang saya? Saya kadang gugup sendiri membayangkannya, saya takut di
cap terlalu rigid juga oleh teman saya, walaupun saya tahu apa yang saya lakukan
adalah hal yang benar; yaitu mendiskusikan dulu bagian-bagian presentasi dengan
teman sekelompok.
Di lingkungan pergaulan sosial saya termasuk orang yang kurang pandai
bergaul, bukan tipe yang membuka percakapan terlebih dahulu dan agak tidak
terampil untuk menjalin percakapan basa-basi karena saya lebih condong ke tipe
pendengar yang akan mendengarkan keluh kesah orang-orang di sekitar saya. Karena
itu pula lah saya terlihat sebagai orang yang tertutup juga menjadi orang yang
gampang gugup jika harus berbicara di depan orang banyak, walaupun di dalam diri
saya sebenarnya saya ingin untuk terampil dan mahir berbicara di depan orang banyak
tanpa harus merasakan jantung berdegup kencang atau merasakan banyaknya keringat
dan peluh yang bercucuran akibat gugup. Selain itu, saya orangnya tidak bisa berkata
“tidak” pada orang lain karena merasa tidak enak untuk menolak. Walaupun keadaan
saya saat itu sibuk, saya akan mengiyakan permintaan orang tersebut, hal itu lah yang
membuat saya kerepotan sendiri karena pekerjaan saya jadi terganggu dengan adanya
kegiatan lain yang juga harus saya bereskan.

B. Revitalisasi Potensi
Selain keresahan dan stress yang ada didalam diri saya, saya juga mempunyai
potensi-potensi positif. Allah adalah Sang Maha Adil, bukan? Dengan kekurangan
yang saya miliki, keresahan yang saya punya, kegundahan yang selalu berputar-putar
di otak saya, maupun hal-hal negatif yang bersarang di dalam diri saya, tentu Allah
telah mengimbanginya dengan memberikan saya potensi positif juga.
Saya anak yang rajin dalam bidang akademik, rajin disini artinya saya dengan
senang hati mencatat pelajaran yang dipaparkan oleh dosen plus saya juga menemui
fakta bahwa saya senang membagikan ilmu yang saya tahu kepada teman-teman yang
bertanya. Tidak tahu mengapa, seperti ada kebahagiaan tersendiri buat saya ketika
ilmu yang saya tahu bisa saya bagikan kepada teman-teman saya. Itulah mengapa,
selain rumah saya sering dijadikan basecamp, saya juga sering membantu teman-
teman saya me-review materi pelajaran yang tadi disampaikan. Ketiga hal ini
bersinambungan bukan? Pas sekali saya senang mencatat dan saya senang
membagikan apa yang saya mengerti terkait materi pelajaran yang disampaikan
kepada teman-teman, dan kebetulan pula rumah saya sering dijadikan tempat singgah
teman-teman sebelum mereka pulang ke rumah masing-masing. Tentu saja ini masih
menjadi potensi mentah yang belum saya kembangkan dengan serius, saya belum tahu
kiat-kiat mengajar orang lain dan semacamnya, namun saya berpikir bahwa saya ada
ketertarikan ke arah sana dan mungkin akan segera mencari tahu dan mengeksplor hal
tersebut lebih jauh.
Saya juga mempunyai potensi positif yaitu ada passion dibidang menggambar,
saya tidak memutuskan untuk menjadi professional dibidang tersebut tapi saya
menekuni menggambar dengan media cat air atau dengan nama lain watercolor. Saya
bukan orang yang kreatif dan bisa berpikir out of the box, tapi saya menyukai
keindahan. Saya senang melukis pemandangan (scenery) dengan watercolor kit saya,
saya ingin mengeksplor bakat saya yang satu ini lebih jauh lagi namun akhir-akhir ini
saya belum menemukan waktu untuk melakukannya.
Potensi positif saya yang lain adalah saya merupakan pendengar yang baik,
dari dulu saya kecil hingga sekarang tak jarang teman akan datang pada saya untuk
menyampaikan keluh kesah sulitnya hidup menjadi manusia dewasa ini. Makanya,
saya susah untuk memulai percakapan yang ringan-ringan namun saya akan setia
mendengarkan setiap masalah yang teman-teman saya alami, berangkat dari situ saya
juga merupakan teman yang loyal, setia dan bisa diajak berteman dalam jangka waktu
yang panjang.

C. Internalisasi Nilai-Nilai
Saya mendapatkan nilai rajin dari orangtua saya terutama ibu saya, orangtua
saya benar-benar menomorsatukan pendidikan. Ibu saya adalah guru yang hebat,
beliau bisa mengajarkan saya hal ini dan hal itu, beliau pula lah yang memasukkan
berbagai macam ilmu pengetahuan yang ada di dunia ini kepada sel-sel memori yang
ada di otak saya serta mencontohkannya agar bisa saya terapkan secara langsung di
kehidupan nyata. Begitulah, saya tumbuh menjadi anak yang pintar dan cepat belajar.
Saya sudah lancar calistung pada usia 3 tahun 9 bulan, lalu saya juga sudah selesai
Iqra pada usia TK, saya juga sudah belajar perkalian saat duduk di kelas 1 SD. Saya
menjelma menjadi anak yang gemar belajar terutama mata pelajaran matematika, yap,
pelajaran yang dinobatkan sebagai musuh bagi sebagian besar siswa di Indonesia.
Namun, saya merasa makin lama pelajaran yang saya pelajari di bangku
sekolah sangat susah untuk saya cerna. Kendati demikian, orangtua saya menasehati
saya dan menyemangati saya bahwa diatas orang pintar masih ada orang rajin di mana
orang pintar namun malas-malasan bisa jadi akan kalah dengan orang rajin yang tekun
serta konsisten mengerjakan tugasnya. Hal itu benar-benar tertanam dalam diri saya,
bahkan saya makin semangat menjadi orang yang rajin setelah masuk kuliah. Catatan
saya rapi dan lengkap dengan hiasan warna warni yang bertabur di sana-sini tanpa
kehilangan esensi dari materi pelajaran yang dosen sampaikan.
Berbicara tentang catatan, saya menemukan komunitas “studyblr”, yaitu
perkumpulan orang-orang yang senang mencatat hal-hal yang ada di sekolah atau
kuliah, menulis catatannya dengan tulisan yang indah, serta menghias catatannya
dengan rapi dan highlighter disana-sini. Sangat apik dan indah dipandang, tentu saja,
kehadiran “studyblr” ini bisa menjadi salah satu alternatif cara belajar yang unik dan
berbeda. Disitu lah saya mendapatkan nilai-nilai dan insight terkait cara belajar yang
baru dan menyenangkan, saya makin rajin mencatat ulang pelajaran yang sudah saya
dapatkan dari dosen secara konsisten pertemuan demi pertemuan, mata kuliah demi
mata kuliah. Ini pun juga bisa menjadi pilihan jawaban untuk tidak melakukan
prokrastinasi. Kenapa? Karena mencatat pelajaran sesungguhnya seasyik itu!
Kebetulan, seperti yang sudah saya sebutkan diatas, saya senang menggambar dengan
media cat air yang sering disebut watercolor, koneksi antara 2 hal tersebut yakni
menggambar dengan media cat air plus adanya kegiatan studyblr membuat saya lebih
bersemangat dalam menekuni pembelajaran dengan metode yang menyenangkan itu,
karena saya pikir ‘oh ini lah cara saya belajar’. Saya menemukan cara yang cocok
bagi diri saya untuk mencerna pelajaran. Lanjut lebih jauh lagi, sepertinya berita
tentang saya yang rajin mencatat semua pertemuan kuliah terdengar seantero fakultas
sehingga tak jarang saya menemui orang-orang yang meminta salinan dari catatan
saya.
Selain itu, di keluarga saya juga menerapkan nilai saling terbuka satu sama
lain, saling bercerita dan jujur sesama anggota keluarga. Saya diajarkan bahwa kami
punya satu sama lain, dan saya sudah terbiasa dengan itu. Mulai dari saya duduk di
kelas 1 SD, sepulang sekolah ibu saya pasti akan bertanya review atau resume dari
hari ini seperti apa dan saya akan menjawabnya dengan jujur tentang apa yang saya
lakukan seharian di sekolah, bagaimana perasaan saya, dan apa saja yang telah saya
pelajari di sekolah. Hal tersebut tentu saja berlanjut hingga detik ini, di mana setiap
pulang kuliah saya akan bercerita apa saja yang saya pelajari di kampus, bagaimana
gaya mengajar dosen saya saat itu, atau bagaimana saya memuji makanan di kantin
karena rasanya sangat enak dan cocok melepas penat seusai belajar di kelas. Saya juga
dengan kooperatif selalu menceritakan bagaimana keluh kesah saya di kampus, tugas-
tugas saya pun sering saya diskusikan dengan orang tua saya, bahkan orangtua saya
tahu dengan detail bagaimana perjalanan lika-liku kehidupan saya dan naik-turunnya
IP saya di kampus. Dengan perlakuan orangtua saya yang seperti itu, saya justru
sungkan jika harus menyembunyikan fakta kepada orangtua saya, saya benar-benar
terbuka dan itu yang saya bawa ke pergaulan sosial saya. Saya akan menyampaikan
pendapat saya jika pendapat saya dibutuhkan, dan saya akan mengatakannya secara
jujur apa yang saya pikirkan tentang sesuatu. Hal itu juga terjadi ketika saya
berorganisasi, saya akan mengutarakan apa yang saya rasakan dengan jujur dan
terbuka kepada rekan-rekan seorganisasi yang lainnya.

D. Mandirikan Watak Kepribadian Bangsa Indonesia


Cara saya mengembangkan potensi yang ada di dalam diri saya secara mandiri
adalah dengan mengikuti organisasi BEM Fakultas. Saya ingin mengatasi rasa gugup
berbicara di depan umum sekaligus menggali potensi positif saya misalnya rajin,
tekun, jujur, dan terbuka. Sebelumnya saat masih menjadi mahasiswa baru, saya
termasuk mahasiswa yang aktif mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh BEM
dan IMM diantaranya adalah seminar, talkshow, mengikuti kepanitiaan maupun acara
pengkaderan. Namun karena saya lebih aktif condong mengikuti acara-acara BEM,
saya akhirnya memilih untuk menjadi bagian dari BEM. Pada tahun 2018 saya
akhirnya menjadi anggota Bidang IV Komunikasi dan Informasi.
Tentu saja ketika sudah menjadi anggota BEM, saya membawa nilai-nilai
yang orangtua saya ajarkan kepada saya. Saya akan berperilaku terbuka dan jujur
kepada teman-teman BEM yang lain, saya mengutarakan pendapat saya ketika rapat
berlangsung seperti mendiskusikan template tema pamflet yang bagus dan lain
sebagainya, saya juga bisa dengan bangga mengatakan bahwa saya adalah yang paling
rajin mencatat pembahasan perkembangan divisi selama rapat berjalan. Saya tentu
pernah menjelaskan diatas bahwa saya ada potensi di bidang menggambar, bukan?
Dengan masuknya saya di bidang IV Komunikasi dan Informasi, saya sedikit banyak
membantu anggota bidang yang lain untuk memberi saran hal-hal apa yang sebaiknya
dimasukkan ke dalam foto template yang akan diterbitkan di Instagram atau media
sosial lainnya. Tentu saja membaca selera mahasiswa Psikologi, menampung kritik
dan saran, dan membuat postingan yang menarik adalah hal yang menjadi tanggung
jawab kami. Karena, media sosial berikut Bidang IV Komunikasi dan Informasi bisa
diibaratkan sebagai wajah BEM periode kami, yaitu periode 2018-2019.
Selama menjabat di organisasi, saya mendapatkan pengalaman yang begitu
banyak, misalnya saja ikut secara aktif berperan di kehidupan bermasyarakat karena
kami mengadakan kegiatan Psikologi Bagimu, di mana di kegiatan ini kami selaku
mahasiswa Psikologi datang untuk membantu warga salah satu desa di daerah Bogor
untuk mengolah hasil tanaman mereka dan membantu mengajarkan anak-anak di desa
tersebut pelajaran sekolah. Cara yang menyenangkan untuk ikut berbakti kepada Ibu
Pertiwi, benar bukan?
Pada sisi diri saya yang rajin dan tekun, saya mengaplikasikannya di
kehidupan sehari-hari selama saya mengerjakan tugas yang diberikan dari dosen.
Seperti yang saya bilang diatas, butuh waktu lebih lama bagi saya untuk
menyelesaikan suatu tugas karena saya benar-benar teliti mencantumkan sumber,
tidak melakukan plagiarisme karena saya akan melakukan verbatim, dan lain
sebagainya. Nah, sisi perfectionist saya bisa menjadi potensi positif jika sedang
berkolaborasi dengan sisi rajin saya, dengan begitu hasil tugas saya yang diberikan
oleh dosen bisa dengan bangga saya serahkan sebelum deadline menyapa.
Salah satu tugas yang saya ingat saya benar-benar kerjakan hingga pusing
tujuh keliling adalah tugas di mata kuliah ini yaitu membuat teks reporter tentang
pemilu di Amerika Serikat. Wah, itu benar-benar pengalaman yang tak bisa saya
lupakan. Saya ingat betul bahwa waktu itu teman-teman yang saya kenal sudah
merampungkan tugas mereka, namun saya masih kurang puas dengan hasil pekerjaan
saya sehingga saya memutuskan untuk melakukan riset lanjutan. Saya bukan orang
yang senang dengan dunia politik bahkan bisa dikatakan hamper buta tentang politik,
namun karena ada tugas ini, saya benar-benar bekerja dan berusaha keras. Saya tekun
sekali melakukan riset, karena saya tidak mau data yang saya dapatkan itu salah dan
tidak bisa dipertanggungjawabkan. Saya bahkan menghubungi teman yang berkuliah
di Fakultas FISIP untuk menjelaskan ke saya tentang sistem pemilu di Amerika
Serikat yang mempunyai perbedaan dengan sistem pemilu di Indonesia, agar data
tersebut bisa saya masukkan ke dalam paper tugas saya. Walau saya jadi terkesan
capek sendiri dan ribet sendiri, namun saya puas dengan hasil pekerjaan saya karena
saya benar-benar melakukan riset, melakukan cek ke sana sini, dan sebagainya. Itu
cara saya memandirikan potensi positif saya yaitu tekun, rajin, dan perfectionist.

E. Etos tentang Prima


Banyak cara untuk mengembangkan potensi positif yang ada di dalam diri
saya, mengurangi stress yang saya bawa serta memperbaiki potensi negatif yang saya
miliki, Cara yang saya lakukan ialah dengan mengikuti kegiatan organisasi, mengikuti
komunitas dan mengikuti lomba. Dengan 3 cara tersebut juga lah saya mengetahui
dimana potensi saya sendiri dan mengukur dimana posisi saya berada karena saya
memiliki mitra tanding yang saling berfastabiqul khairat.
Dalam dunia pendidikan, bagi saya penting untuk rajin mencatat apa yang
dosen sampaikan di setiap pertemuan tatap muka di kelas. Tahap saya dalam rajin
mencatat apa yang dosen sampaikan sudah menyamai verbatim karena saya sebisa
mungkin tidak melepaskan satu detik pun momen dalam mencatat setiap ucapan yang
keluar dari mulut dosen. Komunitas studyblr adalah sebuah komunitas dimana para
member di dalamnya adalah orang-orang yang senang mempercantik catatan sekolah /
kuliah mereka. Bergabung di komunitas studyblr bukanlah soal catatan siapa yang
paling heboh, paling indah, atau paling enak dipandang mata. Namun, bagaimana kita
mampu lebih cepat dan lebih nyaman dalam menyerap materi pembelajaran yang
dicatat dengan cara yang estetik daripada catatan biasa yang terkesan plain.
Di sini, saya mendapatkan mitra tanding berupa member-member komunitas
studbyblr yang punya segudang cara untuk membuat catatan mereka indah dipandang
namun tidak kehilangan esensi belajar sesungguhnya yaitu “mengerti materi yang
disampaikan guru atau dosen”. Disini, saya bisa melihat dimana posisi saya berada,
apa gaya yang saya sukai saat mencatat dan seberapa kreatif saya. Saya sadar saya
belum sekreatif teman-teman lain di komunitas ini, saya juga masih sering mencari
inspirasi dari teman-teman lain. Namun, saya sudah menemukan warna saya alias
gaya yang saya sukai dalam mencatat. Saya cenderung mencatat dengan
menggunakan warna-warna pastel yang menyejukkan mata, kemudian saya juga
bukan tipe yang heboh dalam menaruh aksen-aksen hiasan di dalam catatan saya. saya
tipe yang simple dan menggunakan warna pastel yang senada. Disitu lah saya tahu
dimana posisi saya berada di antara teman-teman lain sesama member komunitas ini.
Kedua, cara saya mengembangkan potensi positif saya ialah dengan mengikuti
lomba. Mungkin tidak banyak orang yang tahu bahwa saya pernah diminta untuk
mewakilan Fakultas Psikologi UHAMKA saat ada lomba di Lampung yang digelar
oleh Asosiasi Psikologi Perguruan Tinggi Muhammadiyah, kala itu saya mewakilkan
Fakultas Psikologi UHAMKA dalam kategori lomba desain souvenir plakat bersama
seorang rekan lainnya. Ditengah-tengah jadwal kuliah dan jadwal rapat BEM yang
padat, saya menyanggupinya, saya pikir saya juga harus tahu dimana batas
kemampuan saya. Benar, kan? Apalagi saya suka menggambar, saya ada ketertarikan
dalam mengambar dan saya juga adalah anggota Bidang IV Komunikasi dan
Informasi BEM Fakultas Psikologi UHAMKA yang bertanggungjawab untuk
mengunggah informasi-informasi kepada publik melalui akun media sosial kami.
Anggota kami banyak yang mahir menggunakan software – software yang digunakan
untuk mendesain, meskipun saya tidak mahir, saya bisa meminta tolong diajarkan
untuk mengerjakan desain plakat untuk lomba ini.
Pada akhirnya tiba lah hari Senin, 12 November 2018 di mana saya berangkat
ke Lampung untuk lomba. Lomba desain souvenir berbentuk plakat yang saya ikuti
ini ada 2 bentuk yaitu bentuk digital desain plakatnya yang terlebih dahulu dikirimkan
via email, dan yang kedua adalah bentuk fisik alias plakat yang sudah jadinya. Saya
dengar-dengar bahwa pemenang desain souvenir plakat ini, desain plakatnya akan
digunakan sebagai tropi pemenang di kategori lomba lainnya. Sebelum presentasi
plakat dimulai, saya sudah berjalan-jalan melihat desain plakat dari perwakilan
universitas lain, wah saya kehilangan kata-kata, kalau begini sih pikir saya desain
saya tidak ada apa-apanya. Pada akhirnya, saya tidak memenangkan perlombaan
desain souvenir plakat tersebut, walaupun begitum tapi saya jadi tahu dan
mempelajari bahwa saya sudah sampai ditahap ini. Dan orang yang memenangkan
lomba desain souvenir plakat ini pantas menang karena desain plakatnya yang unik,
kompleks, kental akan kreativitas dan menggunakan bahan plakat yang unik juga
yaitu kayu. Saya sadar saya belum ada di titik itu sekarang tapi saya yakin saya akan
ada di titik itu suatu saat nanti, saya akan mengembangkan diri saya di dunia desain di
kemudian hari.
Mari kita berpindah dengan cara ketiga yaitu di kehidupan organisasi BEM,
walaupun jabatan saya hanya anggota, tapi saya juga mengerjakan tugas-tugas yang
sekretaris bidang saya lakukan karena sekretaris bidang saya pada saat itu sering
menghilang dan lepas tanggung jawab pada tugasnya, tugas beliau yang sering saya
kerjakan misalnya membuat rekapan berita acara sosial media, mencatat postingan
yang akan dibuat dan dipost di Instagram atau sosial media lainnya. Hingga pada
akhirnya sekretaris bidang saya menghilang dan saya lah yang dinobatkan menjadi
sekretaris bidang di hanya 1 bulan sebelum kelengseran jabatan BEM periode kami
yaitu 2018-2019. Karena jabatan sekretaris sudah tersemat pada diri saya, saya tidak
bisa bermain-main lagi memainkan peran sekretaris seperti sebelumnya karena kini
saya benar-benar menjabat sebagai sekretaris. Saya benar-benar dituntut untuk
merampungkan berita-berita acara yang keteteran hingga menyelesaikan laporan LPJ
(Laporan Pertanggungjawaban) BEM yang akan dipakai sebagai bahan sidang dan
evaluasi kinerja BEM saya selama satu periode menjabat sebelum akhirnya lengser
dari kepengurusan organisasi ini.
Di organisasi pula lah saya belajar public speaking, kebetulan saya memiliki
ketua bidang (kabid) yang sangat amat percaya diri, dia sangat hebat. Seringkali
ketika kita berdua berada di satu divisi yang sama, ia akan mendorong saya untuk
tampil dan maju berbicara kepada audiens yang akan mendengarkan pemaparan dari
kami. Dengannya, saya juga diajarkan bahwa saya tidak perlu malu dan tidak perlu
memikirkan pandangan orang. Saya juga diingatkan terus oleh beliau bahwa saya
harus membuang jauh negative thoughts saya ketika sedang berbicara di depan orang
banyak, memang saya sering mengeluh bahwa banyak pikiran negatif yang bersarang
di otak saya ketika saya akan melakukan speech di depan orang-orang kepada ketua
bidang saya, dan itu lah yang ia katakana kepada saya.
Disini, saya bisa melihat posisi saya dalam berani public speaking
dibandingkan ketua bidang saya sangatlah jauh. Saya mengerti bahwa saya masih ada
di bawah beliau, masih ada di titik ini di mana saya kagum dengan orang-orang yang
dengan santai berbicara di depan publik. Tapi saya juga berterimakasih kepadanya,
karena dengan banyaknya wejangan yang beliau berikan, saya sudah berkembang
hingga di titik ini. Dulu saat awal menjabat di BEM saya betul-betul gugup dan tidak
berani menatap mata audiens walaupun audiens disini adalah anggota BEM lain dan
para kakak-kakak DPM. Namun, berkat bantuan ketua bidang saya, saya berhasil
mengembangkan diri hingga di titik di mana saya tidak lagi merasa deg-degan untuk
tampil di depan orang banyak, kalaupun saya gugup, saya juga bisa mengatur ritme
napas saya agar tenang sekaligus tetap melanjutkan pemaparan saya di depan publik.
Saya tahu posisi saya ada dimana terkait keberanian berbicara di depan umum dan
mengatasi kegugupan saya itu.

F. Pantau Umpan Balik Kemajuan Diri dan Berani Self-Assesment (SWOT)

Analisis SWOT
Sesuai dengan pembahasan diatas, saya akan melakukan Analisa SWOT
1. Strengths
Strengths (Kekuatan) dalam Analisa SWOT adalah kekuatan yang berasal dari
dalam diri sendiri, atau bisa dibilang potensi positif dalam diri saya sendiri. Dalam
konsep srimep yang sudah panjang lebar saya jabarkan secara naratif diatas, saya
menulis bahwa potensi positif yang saya miliki adalah rajin, tekun, pendengar yang
baik, jujur, dan terbuka. Saya juga memiliki potensi positif yang belum benar-benar
saya eksplor lebih jauh, yaitu ketertarikan dalam dunia menggambar terutama
menggambar dengan media watercolor, lalu saya juga memiliki ketertarikan lain
berupa ketertarikan dalam mengajarkan atau memberikan ilmu yang saya ketahui
kepada teman-teman saya.

2. Weaknesses
Weaknesses (kelemahan) dalam Analisa SWOT adalah kelemahan yang
datang dari dalam diri sendiri. Saya menyadari kelemahan saya adalah gugup saat
berbicara di depan banyak orang, sering mengalami overthinking atau tiba-tiba
memikirkan hal buruk (negative thoughts) yang sebetulnya belum tentu pikiran
negatif saya itu terbukti benar adanya. Sisi perfectionist yang saya miliki juga kadang
menjadi bumerang untuk saya, dimana ketika saya mengerjakan tugas maka saya
membutuhkan waktu yang lebih panjang karena saya ingin laporan atau tugas yang
saya kerjakan itu mendekati sempurna minimal saya sendiri puas dengan hasilnya.
Saya juga termasuk tipe orang yang sulit menolak orang lain dan berkata “tidak” pada
mereka, saya cenderung mengiyakan dan menyanggupi permintaan tolong mereka
meskipun saya sendiri sedang ketar-ketir dengan urusan yang saya miliki.

3. Opportunities
Opportunities (peluang) dalam Analisa SWOT adalah hal positif yang
bersumber dari luar yang dapat memengaruhi diri kita, membantu kita
mengembangkan diri menuju versi diri kita yang lebih baik lagi. Disini, saya
menyadari bahwa keluarga saya benar-benar berperan penting dalam memasukkan
nilai-nilai kemanusiaan serta membantu saya mengaplikasikannya di kehidupan
sebelum saya bertemu dengan lingkungan sosial yang luas ini. Dengan potensi-
potensi positif yang juga sudah saya cantumkan dibagian strengths, saya menyadari
bahwa potensi saya bisa membantu saya mencapai peluang untuk salah satunya bisa
menapaki dunia organisasi dan mengantarkan saya kepada teman-teman yang dari
segi kuantitas memang sedikit namun valuenya sangat dalam dari segi kualitas karena
saya loyal terhadap teman-teman saya.

4. Threats
Threats (ancaman) dalam Analisa SWOT adalah hal negatif yang berasal dari
eksternal yang dapat memengaruhi diri kita. Buat saya, dari sifat negatif atau stress
yang saya miliki, saya bisa tertinggal dari orang lain karena pengerjaan tugas saya
yang lambat karena ada tuntutan untuk menjadi sempurna didalamnya, selain itu saya
juga bisa jadi kehilangan kesempatan-kesempatan emas lainnya jika saya masih
gugup berbicara di depan umum. Misalnya, jika ada tawaran yang menarik namun
harus melakukan public speaking, bisa jadi saya melepasnya karena tidak mau merasa
gugup berbicara di depan khalayak.

Anda mungkin juga menyukai