Anda di halaman 1dari 3

KETELADANAN YANG NYATA

TEMA : GURU INSPIRASIKU


SUB TEMA : HAL BAIK SEGERA LAKUKAN
Oleh : Nurwanto, S.Pd.

Guru era tahun 90-an dimana tempatku menimba ilmu tentu memiliki sosok yang
diteladani dalam keseharian guru-guru kami, dalam tutur kata bahkan dalam bersikap maupun
mengambil keputusan ketika saya bersekolah dahulu. Perihal sosok teladan teringat dengan guru
saya waktu kelas 4 madrasah dahulu. Guru saya dahulu yang mengajar matematika pernah
bercerita tentang pengalaman beliau sewaktu kecil, yaitu tentang kebiasaan beretika ketika
makan. Apa yang beliau bilang? Beliau pernah menerima tamparan dari tangan sang ayah gara-
gara berkecap ketika makan, ya bagi beliau itu pengalaman yang luar biasa karena bagi beliau
etika makan sangat penting yaitu dilarang berkecap. Nah dari pengalaman itu ternyata beliau
memiliki tabiat dan karakter yang diturunkan mungkin dari sang ayah beliau yaitu berwatak
keras (kalau menurut saya) terlepas dari itu memang bagi kami dan sebagian banyak orang sudah
mengetahui bahkan menyetujui tentang sikap atahu etika ketika makan dan minum.
Nah kita kembali pada tabiat keras guru saya yang beliau terapkan pada saat
pembelajaran yaitu bahwa telah disepakati ketika pelajaran beliau yaitu matematika jangan
sampai berani mendapatkan nilai dibawah 50 ketika latihan bahkan ulangan karena resikonya
adalah akan mendapat kejutan dari beliau yang lumayan akan diingat sampai kapanpun,
termasuk saya sebagai muridnya. Ya beliau selalu menghadiahi siswa yang nilai dibawah 50
yaitu rambut pelipis akan ditarik berlawanan arah dengan tumbuhnya rambu. Tentu bisa
dibayangkan rasanya bukan? Nah dari itu tentu para siswa dipastikan mengalami trauma
tersendiri ketika berhadapan dengan beliau. Tetapi ketika itu seingat saya tidak ada siswa beliau
yang mengadukan bahkan berani tidak masuk ketika jam pelajaan beliau. Tentu tidak tanggung-
tanggung ancamannya tentu tidak naik kelas. Ya itu kita bicara guru jaman dahulu ketika saya
yang sekarang ini duduk pula diposisi beliau menyambung estafet perjuangan beliau dengan
kondisi budaya, karakter dan kondisi zaman yang tentu berbeda.
Saya sekarang bedinas di SDN Cipinang Besar Selatan 02 Pagi bersama kawan-kawan
seperjuangan melanjutka estafet tanggung jawab, berjuang mencerdaskan kehidupan bangsa,
mendidik generasi di era yang tidak mudah, yaitu era keterbukaan dan berhadapan dengan
generasi Z dengan segala keterbukaan, kecepatan akses informasi dan keleluasaan menjelajah
dunia tanpa batas, mengapa? tentu kita tahu dunia tanpa batas dari menjelajah luar angkasa,
dunia dan ilmu bumi yang nyata sampai yang tidak nyata (dunia ghaib) semua bisa kita saksikan,
bisa dipelajari tentunya meskipun bagi kita yang tahu semua ilmu tentu harus memiliki nasab
jelas yaitu dari gurunya guru turun ke guru lalu turun ke kita. Dengan demikian tanpa penjelasan
panjang lebar tentunya kita, saya, kami tahu fungsinya sebagai apa?
Kembali pada tema guruku inspirasiku dengan subtema hal baik segera lakukan.
Mengapa mengambil tema ini? Ya tentu ada alasannya yaitu selain bukan hayalan tentu harapan
penulis semua pembaca esai ini mengambil hikmah dan nilai teladan dari sikap, perilaku dan
keteladanan sosok baik yang akan saya ulas berikut ini. Tanpa panjang lebar sosok yang akan
saya bahas pada tulisan esai ini yaitu atasan saya sendiri ibu Narini, S.Pd. dengan gelar S2 yang
beliau peroleh sehingga seharusnya menjadi Narini, S.Pd. M.Pd. tetapi kami lebih familiar
dengan menyebut beliau ibu Narini.
Lalu contoh baik apa yang harus saya ulas pada esai ini? Banyak dan disini hanya akan
saya bahas sebagian saja, apa itu?
Kebiasaan, ya beliau sejauh yang saya tahu memiliki kebiasaan hadir disekolah lebih
pagi dibanding guru dan karyawan tempat beliau berdinas, sejauh saya tahu selama berdinas
bersama beliau tentu itu kebiasaan yang real dilakukan, tetapi yang perlu digaris bawahi adalah
beliau tidak pernah menuntut seluruh anak buah beliau untuk hadir seperti apa yang beliau
lakukan, tentu bukan berarti kesiangan seperti contoh beliau hadir pukul 06.10 sudah hadir
selang 5-10 menit baru guru dan karyawan berdatangan karena bel masuk pukul 06.30 tetapi hal
ini tentu bagi kami menjadi momok yang meresahkan apa itu? Masa iya kita selalu belakangan
dari pada atasan? Sedangkan kita tahu rumah atasan ada di Bekasi yang notabenya ya macet lah
ya jauhlah. Nah bagian itu yang tentu sekarang saya pribadi sejak diangkat menjadi tenaga PNS
berkontrak atahu lebih dikenal dengan P3K yang memiliki hak dan tunjangan sama dengan
beliau tentu harus mencotoh kebiasaan beliau, dan Alhamdulillah sejauh ini berhasil meniru
kebiasaan beliau.
Nah ada lagi nih kebiasaan beliau yang bisa menjadi contoh baik lagi, salah satunya
adalah beliau tidak segan-segan mengambil sampah yang ada dihadapan beliau. Lantas kemana
penjaga sekolahnya? Eit jangan ditanya kembali pada sub tema, mengapa demikian? Ya, karena
beliau telah secara langsung memberikan wejangan kepada saya bahwa “Ketika kita bisa
melakukannya, maka jangan menunggu” apalagi berfikir bahwa bagian itu bukan pekerjaan
apalagi tupoksi saya. Tentu hal itu menjadi contoh baik, seorang atasan langsung bergerak
sendiri tanpa “hey….pak…si anu…tolong ini disapu bagian ini kotor!” beliau tidak seperti itu,
jauh dari sikap dan kebiasaan itu saya katakan. Sehingga apa yang beliau lakukan terkadang
membuat kami apa lagi saya secara pribadi merasa risih atau dalam bahasa jawa “pakewuh” kan
ibu atasan, bisa manggil kami, bisa manggil penjaga sekolah. Nah lagi-lagi kami diberi contoh
baik terkait kebersihan.
Ada kebiasaan lagi yang menurut saya juga menarik dan tentu akan saya jadikan contoh
sikap dan kebiasaan baik mana kala saya mungkin diamanati tanggung jawab yang sama atahu
dimanapun terhadap siapapun dalam bersikap. Apa itu? Mematahkan steatmen atahu pendapat
yang kurang baik terlebih terhadap kinerja kawan sejawat, bahkan terhadap siswa. Apa yang
beliau lakukan? Beliau selalu memberikan konfrirmasi hal baik setelah adanya steatmen negatif.
Sebagai contoh jika ada informasi, steatmen atahu pendapat tidak baik bahwa si anu begini-
begitu langsung beliau patahkan dengan kata “tapi…” dengan segudang prestasi yang tentunya
telah beliau tahu yang akhirnya secara otomatis non sen, dan percuma untuk mengadukan hal
negatif. Dalam hal ini apa yang bisa dipetik ? bahwa atasan telah memberi contoh secara tidak
langsung untuk tidak mencari, mengorek tentang hal negatif dari teman seperjuangan bahkan
meskipun itu terlihat didepan mata, tetap kita harus mengambil sikap di sisi baiknya,
sebagaimana bahwa kita tidak perlu berprasangka buruk dan tentu sebagai atasan telah
memberikan contoh untuk tidak mudah menerima informasi hanya dari satu sisi terlebih tentang
ketidak baikan atahu hal-hal negatif. Lagi-lagi saya diberikan contoh oleh atasan untuk tidak
mudah menyakiti hati bawahan dengan cara extrim dan langsung berkata tidak ketika ada
informasi tetapi dengan menyuguhkan pembanding, padahal tujuannya saya yakin mendidik
bawahan untuk tetap kembali kepada tujuan awal sebagai tim pencerdas kehidupan bangsa.
Memang sudah terdapa 3 kebiasaan beliau yang urgen dan menjadi contoh baik bagi saya
selaku penulis dan masih banyak lagi kebiasaan-kebiasaan beliau yang lain dan akan saya bahas
secara singkat saja diantaranya yaitu, beliau selalu mengedepankan komunikasi, baik atasan ke
bawahan, bawahan ke sesama, guru terhadap murid bahkan guru terhadap orang tua/ wali dari
siswa apa yang beliau ajarkan terkait ilmu komunikasi tersebut? Yaitu bahwa “orang tua atahu
bahkan siswa jika bertanya itu sunnah tetapi kita sebagai guru menjawab itu wajib” dan harus
dengan bahasa yang baik, santun serta mencerminkan nilai luhur sebagai seorang guru, yang di
gugu dan ditiru. Meskipun guru juga manusia yang tentu sebagian berpendapat bahwa sabar ada
batasnya tetapi dalam hal ini beliau mengajarkah bahwa guru dimanapun ya guru yang
omongannya harus dipertanggunjawabkan, akurat, santun, dan tentu menjadi tolak ukur bahwa
guru benar-benar menjadi profesi yang bernilai ibadah luhur. Semua orang bisa mengajar tetapi
tidak semua orang bisa menjadi guru yang bisa digugu dan ditiru.
Selain itu juga beliau ternyata memang memiliki keahlian yang memang pas dan cocok
pada jabatannya sebagai administrator, supervisor, manajerial bahkan motivator. Atas dasar apa
saya selaku penulis menyuguhkan hal itu? Tentu banyak contoh yang penulis jalani selama
berdinas bersama beliau yang dimana benar-benar beliau kuasai bidang tersebut. Sebagai contoh
saja susunan soal yang saya buat pasti tidak lepas dari telaah beliau, yang tentunya saya rasa
sudah sempurna ternyata ada saja keteledoran dari bahasa, penggunaan kata kerja bahkan
pengetikan soal. Sebuah kombinasi keahlian yang memang dibutuhkan sebagai atasan dan yang
penulis ketahui banyak atasan-atasan lainpun memang memiliki itu, tetapi tidak semua bisa
mengkolaborasikan bahkan menerapkan semua itu dalam satu karakter yang cantik dan benar-
benar terlaksana, ya disini lagi-lagi saya sebagai bawahan disuguhkan sosok teladan contoh real
guru inspirasi nyata didepan mata, terimakasi atasanku yang tak segan dan terus memberi contoh
baik dalam keseharian, Tuhan memberkati semoga kesehatan selalu diberikan kepada engkau
hormat saya dari bawahanmu.

Penulis,

Nurwanto, S.Pd.

Anda mungkin juga menyukai