Anda di halaman 1dari 27

Pertemuan 4

Kompetensi :
Mahasiswa dapat :

• Menjelaskan konsep marital


satisfaction
• Menjelaskan tentang family happiness
Tidak Puas
(Dissatisfied)

Perkawinan

Puas
(Satisfied)
Sternberg’s Triangle of Love

Intimacy • Cinta memiliki 3 komponen

Commitment
Passion
Komponen Cinta
• Intimacy: Perasaan dekat, dapat berbagi perasaan dengan orang
lain/pasangan
• Passion: hasrat seksual yang kuat, ketertarikan fisik
• Commitment: hasrat untuk membangun relasi yang bersifat jangka
panjang
Liking (Intimacy alone)

Romantic Companionate
Love (i+p) Love (i+c)
Consummate
Love (i+p+c)

Infatuation Empty Love


Fatuous Love (p+c)
(Passion alone) (commitment
alone)
Macam Hubungan
• Liking: merasa terhubung satu sama
lain, nyaman berada di dekat orang
tersebut dll
• Infatuation: ketertarikan fisik yang
kuat tanpa disertai dengan
komunikasi. Bisa terjadi ada
ketertarikan fisik dan komitmen
tetapi tidak ada intimacy (fatuous
love)
Hubungan yang Jangka Panjang
• Companionate Love: diawali
dari suka (liking), kemudian
muncul ketertarikan fisik
(passion), dan masih terus intim
untuk membagi perasaan dan
pikiran
• Romantic Love: terdiri dari
intimacy dan passion, tetapi
minim komitmen sehingga
harus senantiasa diperbarui
komitmennya.
Mempertahankan Hubungan Demi Anak-anak
• Empty Love: hanya ada komitmen
• Tetap hidup bersama – lebih seperti teman sekamar daripada
sepasang kekasih.
Consummate Love
• Terdapat ketiga komponen secara
seimbang; Intimacy, passion and
commitment.
• Grafik kekuatan bisa berubah tetapi
kemudian kembali ke titik tengah
keseimbangan OR
Sternberg’s 8 Components of Love

Intimacy Passion Commitment


Non-Love x x x
Liking  x x
Infatuated x  x
Empty x x 
Romantic   x
Companionate  x 
Fatuous x  
Consummate   
Apa saja yang Bisa Membangun
Kepuasan Perkawinan
▪ Dasar perasaan/afeksi dan pertemanan
▪ Kemampuan mengatasi ketidaksamaan dan ketidaksepakatan
▪ “positive sentiment override”
• a Rasio antara compliment dan critisism 5 banding 1 atau lebih untuk kategori optimal. Semakin
menurun rasio, semakin menurun pula tingkat kepuasan perkawinan
▪ Konflik yang terjadi relatif bukan pada masalah-masalah yang prinsipil
▪ Kemampuan memaafkan (forgiveness)
Faktor Pendukung Kebahagiaan
• Sakinah → menenangkan, nyambung
• Mawaddah → saling melindungi
• Rahmah → cinta tanpa syarat
• Komunikasi sehat
• Keturunan yang baik
• Kecukupan materi
Gaya Interaksi Pasangan (Gottman)

• 3 cara memahami gaya interaksi pasangan menurut Gottman:


• Validating (optimal)
• Rasio 5 banding 1 untuk pujian dan kritikan
• Menghormati pendapat dan emosi pasangan
• Sering melaukan kompromi dengan pasangan
• Menyelesaikan masalah dengan prinsip win-win solution atau
mutual satisfaction
• Volatile
• Beradu argument, konflik bisa terselesaikan bisa juga tidak
• Bimbang antara mempertahankan argument atau melakukan
rekonsiliasi
• Avoiding
– Tidak menyelesaikan masalah sama sekali

• Kesesuaian dan keseimbangan antara ketiga gaya hubungan


yang digunakan sangat mempengaruhi relasi pasangan.
Pasangan yang Menyedihkan :
(Gottman)
• Sering menggunakan teknik komunikasi
pasangan yang destruktif, seperti :
• Menyerang pribadi/personal pasangan
(Personal attacks), misalnya dari nama
panggilan
• Sering mengungkit masa lalu
• Kehilangan focus komunikasi, melebar
kemana-mana yang cenderung negatif
• Pasangan yang cenderung melakukan
:
• Criticism
• Defensiveness
• Menghindar dari penyelesaikan masalah
• Memendam masalah sendiri
empat pola perkawinan yaitu :
• a. Owner Property
Dalam pola ini suami sebagai pencari nafkah, dan istri sebagai ibu rumah tangga yang harus tunduk kepada keputusan
suami. Status sosial istri bergantung pada status sosial suami. Istri bukan dianggap sebagai pribadi tetapi sebagai barang
milik si suami yang harus selalu siap melayani suami walaupun ia tidak menginginkannya.
• b. Senior Junior Partner
Suami dan istri sama-sama bekerja, sehingga si istri tidak sepenuhnya bergantung pada suami meskipun dalam pola ini
penghasilan dan karir si suami tetap diatas istrinya.
• c. Head Complement
Dalam pola ini walau suami tetap sebagai pencari nafkah, dan si istri mengurus rumah tangga, namun kehidupan
perkawinan diatur secara bersama. Istri memiliki hak suara, sehingga hubungan yang terjadi adalah saling melengkapi,
berbagi masalah, dan melakukan kegiatan bersama.
• d. Equal Partner
Suami dan istri dalam posisi duduk sama rendah, berdiri sama tinggi. Tidak ada pihak yang lebih tinggi atau lebih rendah.
Setiap individu memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk mengembangkan diri dan melakukan tugas rumah tangga.
Keputusan diambil secara bersama dan selalu mempertimbangkan kepuasan masing-masing pihak.
Tipe perkawinan
• Hasil riset Cuber dan Haroff (dalam Bird dan Melville,1994) terhadap 211 pasangan yang telah menginjak
usia perkawinan 10 tahun dan tidak bercerai, menyatakan adanya 5 tipe perkawinan yaitu :
a. Conflict Habituated, bercirikan mereka yang selalu bertengkar namun tidak bermaksud untuk pisah.
Mereka hampir selalu dalam keadaan tegang, dan tidak cocok satu sama lain namun ingin tetap bersama.
b. Devitalized, perkawinan yang meredup. Kebersamaan perkawinan hanya rutinitas semata, karena
tanggung jawab dan tugas.
c. Passive Congenials, perkawinan yang berlangsung aman dan tertib tanpa atau jarang diisi dengan
pertengkaran. Pasangan berbagi minat bersama, terlibat dalam kegiatan sosial bersama, mengasuh anak,
mengembangkan karir namun tidak mementingkan hubungan romantik.
d. Vitals, perkawinan yang diisi dengan kegiatan dan kebersamaan secara intens. Pasangan terikat dalam
semua persoalan kehidupan.
e. Totals, sama halnya dengan Vitals namun dalam derajat yang lebih dimana sebanyak mungkin semua
kegiatan dan persoalan kehidupan dinikmati bersama.
Faktor ketidakpuasan dalam pernikahan-→
perceraian
Kepuasan pernikahan
• sejumlah faktor yang berperan secara konsisten dalam kepuasan perkawinan yakni,
komunikasi efektif, komunikasi problem solving, kesepahaman pengelolaan keuangan dan
kepuasaan seksual.
• dua faktor prediktif kebahagiaan perkawinan yang berkait erat dengan masa sebelum dan
selama perkawinan, yaitu :
1. Faktor- faktor sebelum perkawinan : Perkawinan orang tua yang bahagia, Kebahagiaan di
masa kanak-kanak, Disiplin lembut dan tegas dari ortu, Ada restu dari orang tua, Kesamaan
minat
Pandangan yang optimistik tentang kehidupan, Stabilitas emosional, Sikap yang simpatik,
Kemiripan latar belakang budaya, Kesesuaian keyakinan agama, Kondisi pekerjaan dan karir
memuaskan, Hubungan cinta karena persahabatan bukan nafsu, Kesadaran akan kebutuhan
pasangan, Keterampilan interspersonal dan sosial, Identitas diri positif, Memegang nilai-nilai
umum, Kemampuan mencari jalan keluar dari masalah, Kemampuan pemahaman dan
penerimaan diri baik
Kepuasan pernikahan
2. Faktor-faktor selama perkawinan :
• Kemampuan komunikasi yang baik
• Hubungan yang setara
• Hubungan yang baik dengan mertua dan ipar
• Minat dibidang yang sama
• Menginginkan hadirnya anak
• Cinta yang bertanggung jawab, saling hormat dan persahabatan
• Menikmati waktu luang bersama
• Hubungan yang penuh afeksi dan kebersamaan
• Kemampuan untuk menerima sekaligus memberi
(David dan Mace) Perkawinan
dianggap berhasil jika mampu
melalui:
• • Mutual Enjoyment, yang dialami pada saat pasangan
menjalani bulan madu bersama.
• • Mutual Adjustment,yang dialami dalam waktu relatif
lama dimana masing-masing saling mengenal satu sama
lain dengan lebih baik.
• • Mutual Fulfillment, yang terjadi setelah pasangan
melampaui dua tahap sebelumnya dengan berhasil.
Dalam tahap ini suami dan istri telah menjadi satu
kesatuan yang saling mengisi dan melengkapi. Oleh
karenanya konflik-konflik besar akan jarang ditemukan.
• Bagi laki-laki, faktor kepuasan seksual dan aktivitas yang
menyenangkan yang dilakukan bersama pasangan, memiliki pasangan
yang atraktif, mendapatkan dukungan keluarga, dikagumi oleh istri
merupakan fakor-faktor penting dalam kepuasan perkawinan.
• Bagi perempuan, aspek kualitas dan kuantitas komunikasi serta afeksi
dengan pasangan merupakan hal yang penting. Perempuan merasa
puas jika suaminya menunjukkan afeksi, dapat bercakap-cakap
dengan suami, suami menunjukkan kejujuran, keterbukaan, dan
komitmen terhadap keluarga dan memperoleh support secara
finansial.
Formula Kesuksesan Pernikahan
• Memiliki komitmen tentang pernikahan
• Komunikasi asertif
• Masing-masing harus mandiri dan matang
• Selalu Berpikir Objektif
• Fokus pada kelebihan pasangan
• Mapan dalam pekerjaan
• Mengenal baik pasangan masing-masing
• Menjaga romantisme
• Pasangan adalah teman sekaligus lovers
• Jaga spiritualitas rumah tangga
CHARACTERISTICS OF STRONG FAMILIES
• Appreciation – notice the less obvious things, express
appreciation often.

• Kindness –tends to be catching.

• Communication – listen so others will talk, talk so


others will listen.

• Time Together – plan it, don’t wait to find it, need


quantity to have quality.
CHARACTERISTICS OF STRONG FAMILIES (cont.)
• Values and Standards – communicate them clearly,
follow them consistently.
• Strictness & Permissiveness – firm, fair, and friendly.
• Problem Solving – look for solutions, not for blame.
• Traditions –give a sense of identity.
• Fun & laughter – plan it, use props, bring home jokes.
THE BEST FOUNDATION OF EVERYTHING
IS
A GOOD FAMILY
Tugas Terstruktur
Dalam kelompok (2 orang), carilah :
• Artikel Jurnal tentang kepuasan perkawinan (marital satisfaction) atau
kebahagiaan perkawinan (marital happiness). Bikinlah resensi dari
artikel tersebut
• Paper diketik dan dikirimkan ke email, paling lambat Rabu, 10 Nov
2020 pukul 09.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai