Anda di halaman 1dari 6

PSIKOLOGI SOSIAL

CINTA
Disusun Oleh :
Amalia Rahma Adinda 202101500831
Naisya Qisthi Sutantri 202201500321
Novi Damayanti Paling Runggih 20221500410

PROGAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah “Perkembangan
Pada Awal Masa Remaja” ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki Kami sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas terdapat kekurangan – kekurangan dan
jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang , mengingatkan tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
sarana yang membangun.
Akhirnya, tiada suatu usaha yang besar akan berhasil tanpa dimulai dari usaha yang kecil.
Semoga makalah ini bermanfaat. Kami harapkan kritik saran dari pembaca apabila terdapat
banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini demi kesempurnaan dimasa mendatang

Jakarta, 7 Mei 2023

Kelompok 10
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Cinta adalah suatu emosi dari afeksi yang kuat dan ketertarikan pribadi. Cinta juga dapat
diartikan sebagai suatu perasaan dalam diri seseorang akibat faktor pembentuknya. Dalam
konteks filosofi, cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas
kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang
dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih
sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang
diinginkan dari objek tersebut.
Dalam psikologi sosial, terdapat berbagai konsep dan teori yang dapat digunakan untuk
memahami cinta, seperti teori perspektif sosial, teori ketergantungan, teori pertukaran sosial,
dan teori afiliasi. Dalam konteks ini, cinta dianggap sebagai salah satu bentuk hubungan
interpersonal kompleks yang melibatkan aspek-aspek seperti komunikasi, interaksi, persepsi,
dan dinamika kekuasaan antar individu.
2. Rumusan Masalah
a. Apa itu pengertian cinta?
b. Apa saja jenis-jenis cinta?
c. Apa yang dimaksud kepuasaan dalam hubungan?
d. Apa yang dimaksud pemutusan hubungan?
3. Tujuan
a. Untuk mengetahui tentang cinta.
b. Untuk mengetahui jenis-jenis cinta.
c. Untuk mengetahui kepuasan dalam hubungan.
d. Untuk mengetahui pemutusan hubungan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Cinta
Cinta adalah suatu perasaan emosional yang sangat kuat yang dapat dirasakan
oleh manusia terhadap orang atau benda tertentu. Cinta biasanya melibatkan rasa kasih
sayang, penghargaan, dan keinginan berada dekat dengan orang yang dicintai. Cinta
dapat mempengaruhi perilaku, pikiran, dan emosi seseorang. Cinta sering kali menjadi
dasar dari hubungan romantis dan merupakan elemen penting dalam kehidupan manusia.
Dalam KBBI, cinta diartikan sebagai perasaan kasih sayang yang sangat kuat
terhadap seseorang atau sesuatu yang dianggap penting dan berharga. Cinta juga dapat
diartikan sebagai keinginan untuk selalu dekat dengan orang yang dicintai dan memiliki
rasa sayang, perhatian, dan penghargaan dihadapannya.
Menurut Masters, W.H., dkk. Cinta merupakan suatu tugas yang sulit, artinya
setiap manusia tidak hanya mencintai laki-laki maupun perempuan. Manusia dapat
mencintai yang lainnya seperti Tuhan, orang tua, saudara, hewan peliharaan, makanan
kesukaan, negara, dan kegiatannya sehari-hari.

B. Jenis-Jenis Cinta
a. Companionate Love (Cinta Persahabatan)
Cinta yang berawal dari persahabatan dan intensitas bertemu yang tinggi,
sehingga timbul rasa saling memahami antar satu sama lain yang menyebabkan
rasa saling berempati pada kedua belah pihak.
b. Passionate/Romantic Love (Cinta yang Membara)
Perasaan yang timbul saat pertama kali bertemu, karena telah memiliki ikatan
batin yang kuat antara kedua belah pihak.
c. Romantic Love
Cinta romantis dapat tumbuh melalui rasa suka dan kasih sayang atau hasrat fisik
karena dorongan seksual. Seseorang yang merasakan romantic love, biasanya
terikat dalam sebuah komitmen hubungan jangka panjang.
d. Infatuation
Tergila-gila atau terobsesi kepada seseorang adalah jenis cinta yang melibatkan
perasaan ketertarikan secara kuat disebut infatuation. Bentuk cinta ini sering
terjadi di fase awal suatu hubungan. Rasa cintanya seakan meluap dan bergairah.
e. Unrequited Love
Kebalikan dari passionate love, unrequited love adalah jenis cinta tak berbalas
atau cinta bertepuk sebelah tangan. Anda bisa saja menyukai dan mencintai
seseorang, tetapi orang yang dicintai itu tidak membalas perasaan yang sama.
f. Friendship
Prinsip cinta persahabatan tumbuh berdasarkan unsur kepercayaan, penerimaan,
serta saling pengertian.
g. Nonlove
Sama sekali tidak ada gairah yang timbul. Biasanya hubungan dengan orang
dalam lingkungan sehari-hari karena interaksinya hanya bersifat sepintas saja,
tidak memiliki komponen gairah, keintiman, dan komitmen.
h. Empty Love (Cinta Kosong)
Ada unsur komitmen tetapi kurang intim dan kurang gairah. Hubungan yang lama
akan semakin membosankan. Biasanya terjadi pada suami-istri yang tidak bisa
menjaga keharmonisan, kemesraan bersama pasangannya. Mereka hanya bertahan
karena aspek komitmen menjaga pernikahan tetap utuh, tapi keintiman mereka
semakin menipis, gairah mereka pun semakin berkurang dari hari ke hari. Cinta
jenis ini berbahaya, karena menyimpan bom waktu. Lama kelamaan apa yang
dijalani serasa hambar bak masakan tanpa garam. Hidup jadi terasa kering dan
tidak lagi bisa dinikmati.
i. Fatous Love (Cinta Buta)
Mempunyai gairah dan komitmen tetapi kurang intim, di mana cinta ini sulit
dipertahankan karena kurang adanya aspek emosi. Mudah diterpa godaan dan
mudah disapu angin topan. Kekurang-intiman bisa disebabkan banyak hal, salah
satunya mungkin pada aspek banyaknya ketidakcocokan antara kedua belah
pihak.
j. Consummate Love (Cinta yang Sempurna)
Cinta yang tersusun atas komponen keintiman, gairah, dan komitmen. Cinta ini
komplit, lengkap, dan paling sempurna. Ketiga unsurnya telah bersatu dan
menjadi sebuah kekuatan sendiri.

C. Kepuasan Dalam Hubungan


Hendrick (1988), menyatakan bahwa kepuasan hubungan adalah penilaian
subjektif dari masing-masing pasangan dalam hubungan yang sedang dijalani saat ini.
Kepuasan dalam suatu hubungan dialami ketika sebuah tujuan yang ingin dicapai dari
hubungan tersebut tercapai. Kepuasan dalam hubungan merujuk pada perasaan senang
atau puas yang dirasakan oleh seseorang terhadap hubungan yang dimilikinya dengan
pasangannya. Hal ini mencakup kepuasan emosional, fisik, dan seksual dalam hubungan
tersebut.
Kepuasan dalam hubungan sangat penting untuk memperkuat dan
mempertahankan hubungan yang sehat. Ketika seseorang merasa puas dalam hubungan,
ia cenderung lebih bahagia dan lebih mungkin untuk mempertahankan hubungan
tersebut. Sebaliknya, ketidakpuasan dalam hubungan dapat menyebabkan
ketidakbahagiaan dan dapat menyebabkan keretakan dalam hubungan.
Kepuasan dalam hubungan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti komunikasi
yang baik, kepercayaan, dukungan emosional, kesetiaan, dan kecocokan pasangan.
Ketika pasangan merasa didukung dan dipahami, mereka cenderung merasa lebih puas
dalam hubungan. Kepuasaan dalam hubungan dapat terdiri dari beberapa aspek :
a. Kepuasan Emosional : terkait dengan kebahagiaan dan kepuasan emosional yang
dirasakan dalam hubungan, seperti merasa dicintai, dihargai, dihormati, dan
didukung.
b. Kepuasan Fisik : terkait dengan kepuasan fisik dalam hubungan, seperti merasa
nyaman secara fisik dengan pasangan, adanya sentuhan fisik dan kontak mata
yang positif.
c. Kepuasan Sosial : terkait dengan kepuasan yang dirasakan dalam hubungan sosial
dengan pasangan, seperti merasa bahwa pasangan memperlakukan dengan baik
dalam situasi sosial dan mampu menjalin hubungan yang baik dengan teman dan
keluarga pasangan.
d. Kepuasan Intelektual : terkait dengan kepuasan dalam berdiskusi dan berbagi
pikiran dengan pasangan, merasa terlibat dalam kegiatan intelektual bersama, dan
merasa saling mendukung dalam pengembangan diri masing-masing.

D. Pemutusan Hubungan
Dalam psikologi sosial, pemutusan hubungan atau disebut juga break up, adalah
proses berakhirnya suatu hubungan interpersonal antara dua individu. Pemutusan
hubungan dapat terjadi karena berbagai alasan, seperti perbedaan nilai, perbedaan
pendapat, ketidakcocokan, perselingkuhan, kecemburuan, atau adanya masalah keuangan.
Pemutusan hubungan dapat memicu reaksi emosional yang kuat, seperti
kesedihan, kemarahan, kekecewaan, dan rasa kehilangan. Beberapa individu dapat
merasakan stres dan depresi selama proses pemutusan hubungan. Pemutusan hubungan
juga dapat mempengaruhi hubungan interpersonal dan kesehatan mental individu dalam
jangka panjang.
Psikologi sosial mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi pemutusan
hubungan, seperti faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan untuk mengakhiri
hubungan, respons emosional terhadap pemutusan hubungan, dan cara individu
mengatasi pemutusan hubungan. Beberapa teori juga menekankan pentingnya dukungan
sosial dan strategi coping yang efektif dalam mengatasi pemutusan hubungan.

Anda mungkin juga menyukai