Anda di halaman 1dari 17

JEALOUSY

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Karakteristik dan Kompetensi
Individu Populasi Khusus yang diampu Dr. Mamat Supriatna, M.Pd. dan Rina
Nurhudi Ramdhani, M.Pd.

oleh:

Muhammad Irfan Rosyid

1301417082

DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah kepada kita semua sehingga diberi kemudahan untuk segala aktivitas dan
kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam tetap tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa kita tunggu syafaatnya di yaumul
akhir nanti.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen mata kuliah


Karakteristik dan Kompetensi Individu Populasi Khusus Bapak Dr. Mamat Supriatna,
M.Pd. dan Ibu Rina Nurhudi Ramdhani, M.Pd. yang telah sukses dalam
menyampaikan ilmu yang bermanfaat dan telah membimbing penulis dalam
menyelesaikan Makalah ini. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada orang
tua yang memberikan dorongan dan motivasi yang berupa materiil maupun non
materiil.

Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat kepada


penulis, dan khususnya memberikan manfaat kepada pembaca.

Wassalamualaikum, Wr.Wb.

September 2019

penulis
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu hal yang penting dalam kehidupan manusia adalah menjalin suatu
hubungan dan dimana hubungan tersebut adalah hubungan yang sehat. Ketika
seseorang hidup tanpa mempunyai relationship atau hanya sedikit memilikinya atau
mungkin memiliki suatu relasi tetapi tidak sehat, maka ia cenderung menjalani hari-
hari kehidupannya dengan perasaan yang kurang bahagia. Tuhan menciptakan
manusia agar manusia juga bisa berelasi antara satu dengan yang lainnya. Oleh
karena itu menarik untuk diperhatikan bahwa salah satu hubungan yang unik adalah
hubungan tentang cinta kepada pasangan. Sebuah hubungan yang didalamnya
memiliki berbagai macam problem yang perlu untuk dimengerti.

Berbicara mengenai problem – problem dalam hubungan manusia maka akan


ada hal-hal yang ingin disampaikan oleh penulis dalam membuat makalah ini. Suatu
kesempatan yang berharga dimana penulis bisa mengungkapkan mengenai problem
kehidupan yang dialami oleh manusia dalam berhubungan yaitu “Jealousy”. Penulis
perancis La Roschefoucauld mengatakan bahwa cemburu selalu lahir bersamaan
dengan cinta, sedangkan buss (2000) mengatakan bahwa cemburu itu serupa dengan
cinta, dengan kata lain jika tidak ada cemburu maka tidak ada cinta.

Perasaan cemburu yang ada salam hubungan cinta dikenal sebagai bukti cinta
seseorang kepada pasangannya, dapat menjadi bumbu penyedap dalam sebuah
hubungan dan dapat menjadu perekat kembali hubungan yang renggang, biasanya
pasangan yang sebelumnya mengalami cemburu hubungan antara keduanya semakin
mesra, dengan kata lain cemburu dapat memelihara dan meningkatkan cinta, karen ini
adalah Teknik untuk mendapatkan perhatian dari pasangan. Dan ada juga cemburu
membuatnya menjadi hancur dalam menjalin hubungan sesama manusia.

BAB II

JEALOUSY

A. Deskripsi

Menurut Clyde (1981), Cemburu (jealousy) dapat didefinisian sebagai sikap


iri atau dendam terhadap saingan yang lebih sukses. Perasaan cemburu biasanya
merupakan hasil dari frustasi dalam upaya mencapai objek yang diinginkan. Orang
yang cemburu menunjukkan banyak bentuk perilaku yang mengungkapkan
perasaanya yang sebenarnya, seperti: dia berselisih dengan lingkungannya, dia
mungkin curiga dan keras kepala, dia sering menyerang individu yang menjadi objek
kecemburuannya dengan membuat fitnah atau dalam khasus lainnya. Selain
karakteristik perilaku cemburu yang biasa, kasus yang lebih komlpeks sering
menunjukkan gejala malajudjustment. Ini dapat dimanifestasikan dalam berbagai
jenis gangguan tidur dan makan.

Menurut jenisnya, cemburu dapat terbagi dua, yaitu suspicious jealousy dan
realistic jealousy. Suspicious jealousy merupakan bentuk kecemburuan yang kronis,
dimana terjadi ketidakpercayaan dan kecurigaan pada pasangan. Biasanya hal ini
terjadi pada individu yang tidak puas atas kehidupannya sendiri. Kecemburuan ini
terjadi karena mempersepsikan adanya ancaman terhadap hubungan, namun ancaman
tersebut sebenarnya tidak nyata atau tidak ada. Sedangkan realistic jealousy
merupakan bentuk kecemburuan yang muncul ketika individu mempersepsikan
adanya ancaman yang nyata dalam hubungannya dengan pasangan. Kecemburuan ini
dapat memperkuat hubungan romantis yang dimiliki.
Diantara dua jenis cemburu tersebut tentu realistic jealousy lah yang lebih
baik apabila harus terjadi dalam hubungan romantik. Cemburu sebenarnya tidak
selalu negatif, karena cemburu merupakan alarm terhadap adanya ancaman yang akan
datang dalam hubungan. Apabila sudah merasakan adanya ketidakberesan dalam
hubungan, maka dapat dilakukan upaya introspeksi pada hubungan tersebut.
Pasangan dapat saling berkomunikasi untuk secara terbuka mengungkapkan
ketidakpuasan pada hubungan atau pasangan

B. Determinasi

Dasar dari kebanyakan kasus kecemburuan adalah penanganan orang tua dari
hubungan anak-anak sejak dini. Menurut Herron dan Peter (2005), faktor-faktor yang
mempengaruhi cemburu adalah :
1. Merasa tidak nyaman dengan diri sendiri : merasa tidak aman tentang hidup
secara umum, khususnya yang berkaitan dengan hubungan antar sesama,
mungkin juga karena hidup di lingkungan orang-orang yang kurang
menghargai diri orang tersebut. Pencemburu bergantung pada orang lain untuk
bisa merasa berguna dan harus mempunyai seseorang yang mencintainya, jika
orang yang dicintai tidak memberikan perhatian lagi atau memperhatikan
orang lain maka orang yang cemburu akan melakukan sesuatu untuk
mencegah agar orang yang dicintai tidak meninggalkannya.
2. Kemungkinan memiliki pengalaman kehilangan di masa lalu : orang yang
sangat takut ditinggalkan atau kehilangan cinta dan kasih sayang mungkin
dapat berasal dari masa lalu yang pernah kehilangan, seperti kehilangan
orangtua, teman atau orang yang disayangi meninggal. Ketika seseorang
kehilangan orang yang dicintai maka perasaan kehilangan itu tertancap kuat
dalam ingatannya dan hal ini membuatnya tidak ingin mengalaminya lagi,
ketakutan kehilangan tersebut dapat membuat perasaan cemburu menjadi
tidak terkendali.
C. Ilustrasi

Identifikasi : Subjek Jenis kelamin perempuan. Usia 26

Gambaran umum masalah : Wanita ini dan suaminya datang ke konselor pernikahan
untuk terapi. Dia menuduh suaminya tidak setia dalam perkawinan dan dia dengan
tegas membantah tuduhan itu.

Riwayat diri dan keluarga : Subjek dari masalah ini adalah satu dari tujuh anak yang
lahir dalam keluarga dengan status social ekonomi rendah. Dia telah mengalami
banyak kekurangan fisik dan emosional di masa kanak-kanak karena lingkungan
buruk. Kedua orang tuanya harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Di sekolah, saat pelajaran subjek menerima nilai di atas rata-rata. Dia sangat
kompetitif dan ketika dia tidak mendapatkan jalannya sering menjadi mudah marah.
Selama sekolah menengah ia mulai menyalahkan orang lain atas kegagalannya dan
mengkritik temanya. Ia menikah pada 18 tahun setelah berpacaran singkat. Suaminya
memiliki gaji yang baik dan mereka sekarang memiliki tiga anak. Di awal
pernikahannya, dia menunjukkan perasaan cemburu yang kuat. Kapan saja suaminya
terlihat berbicara dengan wanita lain, dia marah dan menuduh tidak mencintainya.
Pola kecemburuan ini berlanjut sampai menjadi sangat ekstrem sehingga dia
menuduh suaminya tidak setia. Akhirnya keduanya sepakat untuk mencari konseling
pernikahan

D. Treatment

Konselor harus memahami penyebab dasar yang menghasilkan perasaan iri


dan tidak mampu. Dalam hal anak-anak orang tua harus berusaha untuk menghapus
favorutusme dan untuk mengakhiri perbandingan yang tidak perlu antara saudara
kandung. Menjanjikan kepada anak bahwa dia mencintai anaknya dan memberikan
waktu luang untuk anaknya, dan memastikan bahwa anak tidak merasa pilih kasih
dari orang tuanya.

Ketika penyebab perasaan cemburu tidak ada, jelas bahwa individu yang
cemburu menderita gangguan kepribadian. Orang seperti itu membutuhkan
serangkaian sesi konseling untuk menentukan penyebab perasaannya dan untuk
menyadari bahwa perasaannya saat ini tidak didasarkan pada informasi yang obyektif
melainkan pada distorsi yang timbul dari pengalaman masa lalunya. Faktor-faktor
spiritual sangat penting dalam bekerja dengan individu yang cemburu
BAB III

PEMBAHASAN

A. Deskripsi

Salah satu hambatan dalam menjalin relasi yang harmonis dengan pasangan
adalah rasa kecemburuan. Hambatan semacam ini sangat berbahaya sehingga begitu
banyak pasangan – pasangan yang hubungannya dipenuhi dengan banyak
pertengkaran oleh sebab tidak adanya rasa cemburu dalam hubungan tersebut. Dan
hambatan ini juga sangat mudah untuk menjadikan sebuah hubungan menjadi tidak
sehat. Permasalahan mengenai jealousy tampak begitu mengerikan dalam sebuah
relasi diantara kedua pasangan. Dimana di dalam hati seseorang yang mempunyai
masalah jealousy tersebut timbul berbagai macam perasaan dan pikiran yang selalu
negatif. Pada hakekatnya jealousy Merupakan sebuah fenomena dalam suatu
hubungan. Oleh karena itu pada setiap hubungan akan mungkin sekali timbul
jealousy di dalam diri pribadi setiap orang, dan itu tidak hanya pada laki-laki dan
perempuan dewasa yang menjalin hubungan, melainkan juga diantara saudara dalam
keluarga. Masalah ini telah menjadi masalah yang umum dalam konteks relasi.
namun demikian setiap orang memiliki kadar jealousy yang berbeda.

Jealousy atau kecemburuan seringkali dimengerti sebagai suatu emosi yang


didalamnya terkandung berbagai macam perasaan seperti ketakutan, amarah,
kecurigaan, dan rasa tidak aman atau gelisah. Perasaan-perasaan tersebut seringkali
mendominasi pribadi yang mengalami masalah jealousy. Dan kalau kita menpunyai
seseorang yang sedang cemburu maka wajar saja kalau kita mendapatinya bertingkah
laku aneh. Ini bisa saja terlihat setara jelas, tetapi kadang-kadang juga tidak. Sebab
tergantung bagaimana cara orang mengekspresikannnya. Pines menyatakan bahwa
jealousy dialami secara internal tetapi diekspresikan secara eksternal. Ia
menambahkan bahwa meskipun jealousy tampak dalam bentuk dan nilai kekuatannya
yang berbeda-beda, itu merupakan hasil dari sebuah interaksi antara kecenderungan –
kecenderungan tertentu dan keadaan yang ditimbulkan.

Kata cemburu berasal dari Yunani yaitu zelos yang berarti persaingan dan
menunjukkan intensitas perasaan. Cemburu merupakan reaksi terhadap ancaman yang
dianggap terjadi dalam suatu hubungan (Pines, 1998).

Salovey (1991) berpendapat cemburu adalah emosi yang dialami ketika


seseorang merasa hubungan dengan pasangan terancam dan mengakibatkan
hilangnya kepemilikan, biasanya ini akan timbul apabila ada pihak ketiga dalam
hubungan tersebut. Mameros (Duma, 2009) menyatakan cemburu merupakan reaksi
yang terjadi pada hubungan romantis yang sedang terancam oleh pihak ketiga,
ancaman ini bersifat subyektif dan nyata. Hal ini biasanya diikuti dengan rasa takut
kehilangan pasangannya. Menurut Surbakti (2009), cemburu timbul karena ingin
memiliki sendiri pasangannya dan perasaan terancam karena kehadiran orang lain
dalam hubungannya. Saat mengalami rasa cemburu biasanya sistem rasionalnya tidak
bekerja sebagaimana mestinya. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa cemburu adalah perasaan terancam oleh kehadiran pihak ketiga
dan takut kehilangan dalam suatu hubungan romantis.

Menurut Dryden dan Gordon (1994), ciri-ciri orang yang cemburu yaitu :

 Merendahkan diri sendiri : Sikap yang paling menonjol dari orang yang
pencemburu adalah rasa kurang menerima diri sendiri. Umumnya memiliki
sedikit atau sama sekali tidak ada penghargaan atau kebanggaan terhadap diri
sendiri.
 Rasa sensitif yang berlebihan, karena orang-orang pencemburu selalu merasa
dikritik orang lain, meski tidak ada orang lain yang bermaksud begitu. Apabila
dikomentari sesuatu akan menimbulkan salah paham dan komentar itu dianggap
sebagai kritik terhadap tingkah lakunya, meskipun orang lain sudah memilih
kata-kata yang baik tetapi tetap saja salah mengartikan kata-kata tersebut.
 Pemerasan emosional adalah seorang pencemburu menganggap tidak cocok dan
tidak mempunyai harga diri, menjadi kurang keyakinan untuk mengungkapkan
dan berbicara apa yang diinginkan sehingga seorang pencemburu berusaha agar
dapat diterima orang lain dengan cara melemparkan perasaan bersalah kepada
orang lain yang menjadi sasaran dari permintaannya sendiri.
 Bersikap terlalu curiga merupakan bagian dari gangguan mental para
pencemburu, tidak hanya terlampau sensitif terhadap setiap kritik dan selalu
menyimpulkan kritikan untuk diri sendiri padahal sebenarnya bukan ditujukan
kepada dirinya. Hal lainnya seperti merasa curiga tanpa kejelasan terhadap
sikap dan motif orang lain.

Herron dan Peter (2005) menjelaskan ciri-ciri cemburu yaitu :

 Merasa kasihan dengan diri sendiri : orang yang cemburu akan merasa kasihan
dengan diri sendiri dan merasa tidak layak diperlakukan dengan baik, kemudian
berpikir bahwa orang lain akan melihat kesedihan yang dirasakan dan merasa
iba (mengharapkan belas kasihan atau simpati orang lain).
 Mudah menyalahkan orang lain : jika terjadi kegagalan dalam hubungan maka
seorang pencemburu memiliki pemikiran kalau orang lain pantas menderita
seperti orang yang pencemburu rasakan.
 Melampiaskan kemarahan : pencemburu melampiaskan kemarahan tanpa
memikirkan apa yang sedang dilakukan, padahal orang yang melakukan ini
sebenarnya menyakiti orang yang dicintai.

Menurut Pfeiffer dan Wong's (Owlett, 2010) menjelaskan bahwa aspek-aspek


kognitif dari kecemburuan romantis terjadi sebelum aspek emosional dan kognitif
serta emosi tersebut terjadi secara berurutan. Guerrero, dkk (Owlett, 2010)
menjelaskan bahwa kecemburuan romantis mencakup afektif, perilaku dan aspek
kognitif. Menurut Pines (1998), aspek cemburu adalah :

 Aspek pikiran, yang terdiri dari perbandingan dengan menyaingi, mengasihani


diri sendiri, menyalahkan diri, sikap kepemilikan, khawatir tentang image,
pemikiran tentang balas dendam, dan pikiran mengalah.
 Aspek emosi, yang terdiri dari sakit, kesedihan, kemarahan, rasa tidak berdaya,
iri hati, takut, dan penghinaaan.
 Aspek perilaku, yang terdiri dari ingin pingsan (shock), gugup dan gemetar,
jantung berdebar kencang, hilang nafsu makan, tangan berkeringat atau
gemetar, konstan pertanyaan dan mencari keyakinan, tindakan agresif, bahkan
kekerasan. Berdasarkan teori-teori tersebut dapat diketahui bahwa aspek-aspek
cemburu adalah pikiran, emosi dan perilaku.

Salovey (1991) menyatakan cemburu dibedakan menjadi dua yaitu :

 Kecemburuan yang sifatnya nyata (normal) adalah cemburu yang dirasakan


ketika ancaman sifatnya jelas dan dapat merusak hubungan (ancamannya
nyata).
 Cemburu curiga (abnormal) adalah ketika ancaman tidak jelas atau hanya
dicurigai, dapat dikatakan bahwa "cemburu mencurigakan", karena hanya
reaksi dari ketakutan dan ketidakpastian. Pines (1998) menyatakan jenis-jenis
cemburu yaitu: Cemburu normal memiliki dasar dalam ancaman nyata untuk
hubungan seseorang dengan yang lain. Paling "normal" orang mengalami
kecemburuan kuat ketika hubungan dinilai terancam. Cemburu abnormal (tidak
normal) adalah karena kurangnya rasa percaya diri atau rasa rendah diri dan
cemburunya cenderung pada kecurigaan serta ancamannya tidak nyata
(mungkin khayalan).

Menurut Marazziti, dkk (2010) tipe cemburu adalah:


 Kecemburuan obsesif / obsessionality: ditandai oleh perasaan cemburu yang
disengaja, individu berlebihan dan tidak realistis.
 Kecemburuan depressive / self-esteem: ditandai oleh perasaan tidak mampu dan
rendah diri bila dibandingkan dengan mitra yang menghasilkan
ketidakmampuan untuk percaya / kesetiaan-Nya dan membuat pengkhianatan
potensial tidak bisa dihindari dengan beberapa saingan.
 Cemburu karena takut kehilangan: ditandai dengan ketidakmampuan untuk
menerima prospek kerugian. Sebagai akibatnya, hubungan menjadi semacam
ketergantungan, dengan subjek selalu membutuhkan kedekatan pasangan dan
menunjukkan tanda-tanda tertekan ketika terpisah.
 Kecemburuan paranoid / suspisciousness: ditandai dengan sifat malumalu
ekstrim dan kecurigaan, serta perilaku interpretatif dan kontrol terhadap
pasangan dan merasakan setiap saingan, meskipun menunjukkan tanda-tanda
pengabdian yang benar, tetapi dianggap miskin moralitas.
 Cemburu terkait sensitivitas / interpersonal: ditandai dengan hipersensitivitas
terhadap pasangan dan reaktivitas yang berlebihan terhadap rangsangan
eksternal dan situasi, sebuah kedekatan umumnya dihindari, meskipun orang
yang sangat desiderable, dan non-akrab atau item dianggap berpotensi agresif.
Berdasarkan teori-teori tersebut maka dapat disimpulkan bahwa jenis
atau tipe cemburu adalah cemburu normal, cemburu abnormal, kecemburuan
depressive, cemburu karena takut kehilangan, dan cemburu sensitivitas.
B. Determinasi
Menurut Surbakti (2009), hal-hal yang dapat mempengaruhi cemburu
yaitu :
1. Kehadiran pihak ketiga yang identitasnya tidak jelas, hal ini merupakan
ancaman bagi pasangannya karena merasa tersaingi. Banyak para remaja yang
mengakhiri masa pacaran karena pihak ketiga yang menimbulkan
kesalahpahaman.
2. Kesetiaan yang meragukan : perasaan cemburu bisa disebabkan oleh kecurigaan
pada pasangan terhadap komitmen bersama. Perasaan cinta para remaja
seringkali timbul akibat daya tarik fisik, sehingga mudah berubah jika ada
pesaing yang secara fisik lebih menarik. Hal ini menimbulkan perasaan
cemburu bagi pihak yang merasa dikhianati.
3. Takut kehilangan : salah satu unsur terbesar yang sering membuat perasaan
cemburu timbul adalah takut kehilangan orang yang dicintai. Kebanyakan
remaja yang sedang berpacaran takut kehilangan pasangannya, seringkali
remaja memaknai kehilangan pacar sebagai kekalahan yang memalukan dan
kehilangan harga diri. Maka dari itu, setiap ancaman yang berpontensi
mengganggu kelanggengan hubungan akan menimbulkan perasaan cemburu.
4. Berkaitan dengan kepribadian : perasaan cemburu berkaitan dengan kepribadian
seseorang, beberapa remaja memiliki kepribadian yang sangat sensitif bahkan
labil, sehingga mudah terpengaruh isu atau kabar yang belum tentu benar.
Situasi ini menimbulkan perasaan cemburu yang berlebihan.
C. Ilustrasi

Ilistrasi ini diambil dari penelitia skripsi oleh Christianti Noviolieta Devi

AB adalah seorang mahasiswi berusia 22 tahun. Ia anak tunggal. AB lahir


pada tanggal 22 Januari 1991. Secara fisik AB bisa dikatakan cantik, kulitnya bersih
dan putih, tinggi badan 165cm dan berat badan 45kg. Ayah AB bekerja di Polres
Sumber-Cirebon, sedangkan ibu AB bekerja di Departemen Agama. Di Yogyakarta,
AB kuliah disalah satu perguruan tinggi swasta. AB tergolong mahasiswi yang cerdas
dengan ipk diatas 3,25 di kampusnya. Di kampus AB berkenalan dengan RH. RH
adalah senior AB di kampusnya. AB dan RH cukup saling mengenal selama 6 bulan
sebelum akhirnya mereka berpacaran. Selama berpacaran dengan RH, AB mengaku
sering memarahi, membentak, menghina bahkan menuduh selingkuh. AB juga
mengaku melakukan hal tersebut karena RH tidak mau menuruti kemauannya, seperti
menjemputnya, mengantarnya kemana-mana serta perasaan cemburu apabila ia
mendapati RH mendapat sms dari teman perempuannya. Setiap AB memarahi
pacarnya, AB merasa bersalah dan malu.
AB juga minta maaf kepada RH atas apa yang dilakukannya dan RH pun
memaafkan. Namun, ketika mendapati permasalahan yang sama, AB secara spontan
kembali memarahi, membentak, menghina serta menuduh RH selingkuh. RH sudah
menjelaskan kepada AB kalau ia tidak selingkuh namun AB tetap tidak percaya. Hal
ini membuat AB 56 bingung mengapa ia seperti itu terhadap RH, karena AB sangat
menyayangi RH begitu juga dengan RH. Dalam lingkungan keluarga AB, ia termasuk
anak yang manja dan semua yang dimintanya selalu dituruti orangtuanya. AB
menceritakan bahwa ia sering melihat ibunya memarahi bapaknya, AB juga
menceritakan bahwa bapaknya sangat nurut sekali dengan ibunya. AB senang dengan
bapaknya yang menuruti ibunya seperti itu dan ia merasa laki-laki memang harus
diperlakukan seperti itu agar nurut, sehingga AB memperlakukan RH seperti itu.
Dampak yang dialami AB setelah melakukan kekerasan kepada RH, ia merasa
bersalah dan malu. AB ingin berubah lebih baik lagi bukan hanya terhadap pacarnya
tetapi untuk dirinya sendiri. Adapun dalam prosesnya AB meminta bantuan kepada
pacarnya dan peneliti.

D. Potensi

Menurut brehm (1992), semburu merupakan suatu proses psikologis kompleks. White
(dalam Brehm, 1992) menjelaskan beberapa komponen dalam proses cemburu, yaitu :

1. Primary appraisal (penilaian awal). Pada tahap ini individu mempersepsikan


adanya ancaman terhadap hubungan yang sedang ia jalani. Proses ini
merupakan permulaan dan ambang terjadinya kecemburuan individu.
2. Secondary appraisal (penilaian kedua). Individu mencoba untuk memahami
lebih baik situasi yang terjadi dan mulai memikirkan cara untuk
mengatasinya. Individu mulai melihat bukti-bukti yang sudah ada bukanlah
suatu ancaman., dan melihat kembali kedekatan pacar dengan dirinya.
3. Emotional reaction (reaksi emosional). Keadaan emosionaldan intensitas
respon emosional saat cemburu sangat beragam dan bermacam-macam.
E. Tantangan

Tantangan dalam berhadapan dengan orang cemburu adalah dengan


membicarakan apa yang menjadi masalahnya secara hati ke hati. Kita perlu mencari
tahu akar permasalahan yang menyebabkan seseorang menjadi cemburu. Orang yang
cemburu cenderung memiliki rasa sensitive yang tinggi. Berbahaya jika orang yang
cemburu sampai dengan melakukan tindakan fisik kepada orang yang dia cemburui.
Maka dari itu orang tua menanamkan sejak usia dini untuk anak-anaknya dengan
tidak membedakan antara anak satu dengan yang lainnya karena akan menyebabkan
kecemburuan dengan yang lainnya. Banyak sekali macam tau tipe jealousy sehingga
kita juga harus mengetahui tipe yang mana orang dengan kecemburuan tersebut.
Seseorang memiliki rasa cemburu karena dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu.
Faktor tersebut yang harus dipahami orang tua ketika ada salah satu anaknya yang
memiliki rasa cemburu. Cemburu akan menjadikan hubungan seseorang menjadi
lebih akrab tetapi tantangannya jika cemburunya cenderung negatif maka akan
menghasilkan suatu tindakan yang kurang mengenakkan yang akan membuat suatu
hubungan menjadi putus.

F. Treatment

Menurut Sarafino (1998:133) coping adalah proses dimana orang mencoba


utk mengatur perbedaan yang dirasakan antara tuntutan-tuntutan dan sumber-sumber
yang mereka nilai dalam sebuah keadaan tertekan. Folkman dan Lazarus
(Sarafino,1998: 136), mengemukakan 8 strategi dan keterampilan pemecahan
masalah:

1. Pemecahan masalah yang penuh rencana Yaitu menganalisa situasi untuk


menghasilkan solusi dan mengambil tindakan langsung untuk membenarkan
atau menyelesaikan masalah.
2. Pemecahan berhadapan Yaitu mengambil tindakan tegas yang seringkali
melibatkan rasa marah.
3. Mencari dukungan sosial Yaitu usaha yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh dukungan ketenangan dan emosi dari lingkungan masyarakat. d.
Menjauhkan atau membuat usaha kognitif Yaitu digunakan untuk melepaskan
seseorang dari situasi.
4. Menghindari untuk melarikan diri Yaitu berfikir dengan penuh harapan
tentang keadaan atau mengambil tindakan untuk menghindarinya.
5. Pengendalian diri Yaitu usaha untuk menyesuaikan perasaan seseorang atau
tindakan yang berhubungan dengan masalah.
6. Tanggung jawab menerima Yaitu mengakui peran seseorang dalam masalah
selagi juga mencoba menempatkan sesuatu dengan benar.
7. Pertimbangan kembali yang positif Yaitu mencoba membentuk sebuah makna
positif dari keadaan dalam hal pertumbuhan personal atau dengan hal-hal
keagamaan.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Cemburu (jealousy) dapat didefinisian sebagai sikap iri atau dendam terhadap
saingan yang lebih sukses. Perasaan cemburu biasanya merupakan hasil dari frustasi
dalam upaya mencapai objek yang diinginkan. Orang yang cemburu menunjukkan
banyak bentuk perilaku yang mengungkapkan perasaanya yang sebenarnya, seperti:
dia berselisih dengan lingkungannya, dia mungkin curiga dan keras kepala, dia sering
menyerang individu yang menjadi objek kecemburuannya dengan membuat fitnah
atau dalam khasus lainnya. Selain karakteristik perilaku cemburu yang biasa, kasus
yang lebih komlpeks sering menunjukkan gejala malajudjustment. Ini dapat
dimanifestasikan dalam berbagai jenis gangguan tidur dan makan.

B. Saran

Bagi keluarga dan kerabat yang memiliki anak cemburu harap berhati-hati
dalam memberikan asuhan kepada anak. Jangan memberikan perbedaan antara anak,
karena akan mengakibatkan cemburu. Apabila mendapati anak anak yang cemburu
maka berikan dia pemahaman, motivasi agar perasaan cemburunya hilang.

Bagi sekolah atau konselor apabila mendapati siswa yang cemburu pada sutau
hubungan, sebaiknya konselor mencari tahu apa penyebab antara hubungan tersebut
menjadikan kecemburuan. Setelah mencari tahu maka berikan pemahaman antara
keduanya agar saling mengerti. Sekolah sebaiknyamendidik siswanya agar tidak
memilii rasa cemburu

DAFTAR PUSTAKA
Narramore. 1981. Encyclopedia of Psychological Problems. Michigan:
Zondervan Publishing House.
Rani Agias. 2015. Cemburu dalam
https://psychology.binus.ac.id/2015/09/02/cemburu/ (diakses pada
11-09-2019).
Putri Arianti. 2017. Hukum Cemburu Antara Pasangan Suami Istri. Fakultas
Syari’ah dan Hukum. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
Medan.
Nilul Muna. 2007. Hubungan Antara Cemburu Dengan Stress Pada Remaja.
Fakultas Psikologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Jakarta.
Christina. 2013. Kekerasan dalam Pacaran. Fakultas Ilmu Pendidikan.
Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Halimatussadiyah. 2004. Cemburu, Agresi dan Penanggulannya. Fakultas
Psikologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Iriyani, E. 2011. BAB II Landasan Teori. (online) diakses dari
http://eprints.ums.ac.id/12392/5/BAB_II.pdf
Gracia dan Michael. 2010. Pengaruh jealousy terhadap relasi kepada
pasangan. (nline) diakses dari
https://www.academia.edu/23607023/PENGARUH_JEALOUSY_TE
RHADAP_RELASI_KEPADA_PASANGAN

Anda mungkin juga menyukai