Putri Aisyah Nur Adilah, Karine Asna Parawansa, Nisrina Aizha Hikaru
ABSTRAK
PENDAHULUAN
1
tidak pernah ada manusia yang mampu menjalani kehidupan ini tanpa bantuan orang lain. Di
dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan
untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Sebagai makhluk sosial dan hidup berkelompok
dalam kehidupan sehari-hari, tentu tidak luput dari yang namanya interaksi atau komunikasi.
Tidak ada satu manusiapun yang tidak membutuhkan komunikasi. Komunikasi itu tidak
mudah, terkadang komunikasi pasti ada yang gagal.
Situasi konflik dipicu adanya perbedaan prinsip hidup yang mendasar pada individu
berupa perbedaan agama. Dengan demikian, penting bagi pasangan dalam relasi cinta beda
agama untuk mampu penyesuaian diri agar dapat mempertahankan hubungannya. Penelitian
2
ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penyesuaian diri yang dimiliki oleh individu dalam
relasi pacaran beda agama. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, dengan
pendekatan penelitian fenomenologi. Pada penelitian ini terdapat dua narasumber primer dan
empat narasumber sekunder. Hasil penelitian ini yaitu pada narasumber primer pertama,
keyakinan diri menjadi faktor penting agar dapat menyesuaikan diri sehingga mampu
mempertahankan relasi cinta beda agamanya saat ini. Pada narasumber kedua, faktor adanya
penerimaan diri membantunya untuk dapat menyesuaikan diri sehingga bertahan dalam relasi
pacaran beda agama. Oleh karena itu, kedua narasumber primer dalam penelitian ini mampu
mempertahankan hubungannya dengan cara memiliki keyakinan diri dan penerimaan diri
agar dapat menyesuaikan diri terhadap pasangannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja hambatan- hambatan yang terjadi
akibat konflik dalam aktivitas komunikasi dengan perbedaan agama. Mengetahui gambaran
caranya berkomunikasi dengan perbedaan agama tanpa ada yang tersinggung. Memahami
mengapa pasangan berbeda agama memutuskan untuk menjalin suatu hubungan walaupun
berbeda agama. Hambatan-hambatan yang muncul adalah masalah keluarga, masalah ibadah,
masalah kehidupan sehari-hari menyangkut aturan dari agama masing-masing dan masalah
3
saat menghadapi waktu atau masa-masa sulit. Penyesuaian yang dilakukan oleh setiap subjek
berbeda-beda untuk setiap masalah.
METODOLOGI
4
Pangeran. Juliet sebal karena rencana yang sudah ia susun untuk pergi bersama Pangeran di
hari Minggu selalu batal karena hal tersebut. Pangeran berusaha menjelaskan bahwa Juliet
tetap harus menghargai Agama Pangeran sama seperti bagaimana Pangeran bisa menghargai
urusan Juliet dengan Tuhannya. Pangeran selalu memberikan waktu untuk Juliet berbibadah
lalu mengapa Juliet tidak bisa melakukan hal yang sama. Juliet tersadar bahwa Pangeran
selalu menghargai waktunya ketika ia sedang punya jadwal beribadah, sedangkan dirinya
tidak bisa melakukan hal yang sama seperti Pangeran. Pada akhirnya Juliet meminta maaf
pada Pangeran, ia tidak sadar bahwa yang ia lakukan dapat merugikan Pangeran. Juliet
berjanji tak akan mengulangi kesalahannya lagi dan Pangeran pun memaafkannya.
Pada dasarnya hubungan beda agama memang lebih rumit. Mereka yang akan
menjalani hubungan beda keyakinan harus mengerti konsekuensi yang akan di hadapi, seperti
5
perbedaan nilai, kebudayaan, kemungkinan pertentangan dari lingkungan terdekat, sampai isu
perpindahan agama. Mungkin benar adanya kalau perbedaan keyakinan selalu menjadi
halanga dua insan untuk saling mencinta. Bahkan tidak sedikit juga pasangan yang akhirnya
memutuskan berpisah karena perbedaan ini. Menjalani hubungan dengan perbedaan agama
memang bukan perkara mudah. Akan tetapi, bukan berarti tidak bisa untuk dijalani. Di dalam
hubungan beda agama ada baiknya mengetahui sisi positifnya dari hubungan beda agama.
Diantaranya adalah lebih menghargai perbedaan, mengerti caranya berjuang tanpa dukungan,
pikiran jadi lebih terbuka. Terntunya, akan banyak jalan terjal yang akan pasangan berbeda
agama lalui dalam menjalani hubungan ini. Menghindari pembicaraan soal perbedaan
keyakinan masing-masing pasangan yang ada hanya menunda masalah saja. Cepat atau
lambat, masing-masing pasangan harus mengakui kalau mereka memiliki latar belakang
kepercayaan yang berbeda dalam hidup.
Dalam konflik ini, Juliet tidak mencerminkan manusia yang mempunyai Norma
Agama yang baik, seharusnya Juliet harus menghargai Pangeran yang ingin beribadah dengan
Tuhannya. Ia tidak boleh dengan seenaknya menyuruh Pangeran tidak beribadah untuk
menuruti keinginannya kencan jogging pagi saat acara Car Free Day di hari Minggu pagi.
Juliet harusnya sudah paham bahwa setiap hari Minggu pagi adalah jadwal Pangeran
beribadah. Juliet juga tidak mencerminkan manusia yang mempunyai Norma Kemanusiaan
karena Juliet tidak bertoleransi dengan Pangeran, seharusnya Juliet bertoleransi pada
Pangeran sama seperti Pangeran lakukan untuk dirinya.
Pendapat dari Kami bertiga tentang konflik komunikasi yang dialami Pangeran dan
Juliet adalah sesama umat yang beragama seharusnya Pangeran dan Juliet bisa lebih
menghargai dan menghormati ketentuan-ketentuan atau ajaran-ajaran dari Agamanya masing-
masing. Mau bagaimanapun urusan dengan Tuhan itu nomor satu, tidak bisa dinomor duakan.
Pangeran dan Juliet seharusnya bisa saling terbuka. Apa yang diinginkan dan dibutuhkan
masing-masing pihak bisa saling diungkapkan dengan menggunakan kata-kata yang tidak
menyinggung perasaan satu sama lain. Sebaiknya konflik ini dihadapi dengan terbuka dengan
saling mendengarkan dan mengungkapkan keinginan pasangan guna mencapai kesepakatan
bersama, sehingga konflik yang menyangkut dengan agama tidak menjadi ancaman bagi
kelangsungan hubungan mereka.
6
KESIMPULAN
Komunikasi dalam hubungan itu sangat penting, supaya tidak ada orang yang salah
paham atau salah mengartkan. Semua orang membutuhkan komunikasi. Di kasus ini Juliet
salah mengartikan penolakan dari isi chat whatsapp Pangeran. Jadi Pangeran harus
menjelaskan semuanya dengan detail kepada Juliet secara bertemu langsung, dan pada
akhirnya Juliet sadar akan kesalahannya. Sebaiknya konflik ini dihadapi dengan terbuka
dengan saling mendengarkan dan mengungkapkan keinginan pasangan guna mencapai
kesepakatan bersama, sehingga konflik yang menyangkut dengan agama tidak menjadi
ancaman bagi kelangsungan hubungan mereka.
7
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, A.E. (2020). Kedudukan Manusia Sebagai Makhluk Sosial. Binus.ac.id. Diakses dari
https://binus.ac.id/character-building/2020/12/kedudukan-manusia-sebagai-makhluk-
sosial/#:~:text=Manusia%20sebagai%20makhluk%20sosial%20artinya,dia%20selalu
%20membutuhkan%20manusia%20lain pada 29 September 2022 jam 20.00
Yasa, S.P.K. Pratiwi, P.C. (2020). Intuisi. Jurnal UNNES. Diakses dari
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/INTUISI/article/viewFile/27289/pdf pada 29
September 2022 jam 21.00
Inayati, R. (2013). Gambaran Masalah dan Tipe Penyesuaian Diri Terhadap Perkawinan Pada
Pasangan Yang Menikah Beda Agama. Digilib Esa Unggul. Diakses dari
https://digilib.esaunggul.ac.id/gambaran-masalah-dan-tipe-penyesuaian-diri-
terhadap-perkawinan-pada-pasangan-yang-menikah-beda-agama-902.html Pada 30
September 2022 jam 11.00
Ibnu. (2022). Miskomunikasi Adalah Kesalahan Memaknai Pesan. Accurate. Diakses dari
https://accurate.id/lifestyle/miskomunikasi/ Pada 19 Oktober 2022 jam 19.30