Anda di halaman 1dari 17

SENI DALAM BERGAUL

DAN SUMBER ALKITAB TENTANG PERGAULAN

DOSEN PENGAMPU : LAMRIA PURBA , S.TH

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK VI

1. A
2. B
3. A
4. D

POLITEKNIK NEGERI

MEDAN

2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk sosial. Jadi manusia tidak dapat


hidup tanpa orang lain. Dalam menjalankan kehidupannya,
seorang manusia selalu membutuhkan pergaulan dengan manusia
lainnya agar dapat mencapai taraf tingkah laku sebagai manusia.

Tak jarang pada saat ini banyak manusia yang mengabaikan cara
bergaulnya dengan sesamanya, sehingga banyak manusia yang
mengalami permasalahan dalam berinteraksi sosial. Awalnya manusia
dilahirkan dengan keadaan suci, tetapi akibat pergaulan yang salah,
semakin dia dewasa maka ia semakin mengenal dosa. Disebutkan
didalam Alkitab dalam Injil 1 Korintus 15 ayat ke 33 yaitu bahwa “….

Untuk menghindari permasalahan dalam beriteraksi (bergaul)


kepada sesama manusia dibutuhkan sebuah teknik atau cara untuk
bergaul yang baik agar dapat bergaul dengan benar. Oleh karena itu,
kami membahas topik ini untuk tugas mata kuliah pendidikan agama
dengan judul makalah yaitu “seni dalam bergaul dan sumber alkitab
tentang pergaulan.”

2. Rumusan Masalah

Bagaimana cara bergaul dengan baik diera modern sekarang ini agar dapat
terhindar dari masalah pergaulan yang buruk?

3. Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:


1. Mengetahui bagaimana cara bergaul dengan baik.
2. Mengetahui seni dalam bergaul
3. Mengetahui bagaimana menurut pandangan alkitab tentang pergaulan yang
baik.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Menelusuri Konsep Seni Bergaul

Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa hubungan dengan orang


lain. Oleh sebab itu, adanya individu-individu lain merupakan suatu
keharusan. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang selalu akan
hidup dalam suatu hubungan keterikatan dengan individu lainnya.
Seorang manusia selalu membutuhkan pergaulan dengan manusia
lainnya agar dapat mencapai taraf tingkah laku manusia.Dalam
perkembangan usia, pola hubungan seseorang juga berkembang. Pola
itu jelas pada usia remaja dan terus bertahan sampai usia lanjut. Pola itu
terdiri atas lima dimensi (Ismail 2007, 109).

1. Dimensi persamaan.
Kita memilih teman yang mempunyai persamaan dalam kepribadian, nilai-
nilai hidup, perilaku, minat dan latar belakang.
2. Dimensi timbal balik.
Kita mencari teman yang bisa saling mengerti, saling percaya,
saling tolong, saling mengakui keunggulan dan saling memaklumi
kelemahan masing- masing.
3. Dimensi kecocokan.
Kita berteman karena merasa cocok dan senang berada bersama dia.
4. Dimensi struktur.
Kita mencari teman yang berjarak dekat, mudah dihubungi dan bisa
bertahan.
5. Dimensi model.
Kita berteman karena kita respek dan mengagumi kualitas kepribadiannya.

Dengan teman segolongan usia, kita bisa saling ikut merasakan


dan saling menopang dalam suka maupun duka. Sedangkan dengan
teman yang lebih muda, kita bisa menjadi sumber hikmat dan bijak
dalam menghadapi persoalan sehari- hari, karena kita telah mengalami
semua Itu. Ada pergaulan yang menggambarkan
hubungan reaktif saja, seolah-olah antara dua individu atau lebih
hanya terjalin hubungan bagaikan tanya jawab saja. Ada pula
pergaulan yang individu- individunya aktif dan kreatif menciptakan
hubungan, masing-masing individu saling memajukan taraf
kehidupannya, dan saling menyempurnakan martabatnya.

Seni bergaul adalah cara bagaimana membuat diri kita disukai oleh
sesama (Selan 1991, 103). Keinginan untuk disukai merupakan kodrat
manusia. Oleh sebab itu, manusia mencurahkan segenap akal budinya
untuk menemukan cara-cara yang jitu agar dirinya disukai oleh banyak
orang. Faktor utama dalam memupuk seni bergaul adalah pengertian
dari kita sendiri tentang pribadi orang lain. Sering terjadi kita tidak
menyenangi seseorang, karena kita salah mengerti motif, kemampuan,
sikap dan kepribadian orang tersebut. Hubungan antar pribadi yang
baik akan meningkatkan nilai dan arti dari seseorang. Hubungan tersebut
akan menghasilkan kepuasan bagi mereka yang tahu seni bergaul.

Untuk meningkatkan seni bergaul, Anda perlu memerhatikan empat belas


pedoman berikut ini (Selan 1991, 104-105).

1. Dalam pergaulan pada setiap individu perlu adanya keterbukaan diri


melalui pertimbangan menerima apa yang diberikan oleh orang
lain dalam bentuk pendapat dan pandangan. Keterbukaan
mengharuskan kita berhubungan dengan orang lain tanpa
bersembunyi di balik topeng. Keterbukaan merupakan kunci menuju
persahabatan (Kesler 1994, 975).
2. Melihat seseorang sebagaimana Tuhan memandangnya.
3. Mengenal individu lain sebagai seorang individu yang lain yang
tidak sama dengan diri kita sendiri. Mengenal individu lain berarti
berusaha mengetahui sifat-sifat, sikap, pandangan dan latar
belakangnya yang telah membentuk individu lain itu dan yang
mendasari kepribadiannya maupun tingkah lakunya.
4. Mengerti bahwa individu lain memiliki ciri khas, sifat khusus dan
latar belakang masing-masing. Adanya perbedaan ini tidak berarti
bahwa perbedaan tersebut perlu diubah dengan maksud agar
orang lain dipaksa menyamakan dirinya dengan diri kita.
5. Memerhatikan orang lain dalam berbagai keadaan.
6. Ambillah waktu untuk bersahabat dengan dia dan membiarkan dia
berbicara tentang hobinya serta problemnya, teman temannya dan
pokok-pokok yang menarik baginya.
7. Memahami faktor psikologis yang mendorong kelakuannya. Dengan
mengerti keadaan psikologisnya, kita lebih dapat menerima orang
lain sebagaimana adanya.
8. Berusaha untuk menghindari sifat atau sikap yang kurang menyenangkan
seseorang.
9. Perbuatlah apa yang menurut pendapat Anda harus diperbuat orang lain kepada
Anda.
10. Setiap orang mendambakan pujian. Usaha manusia yang terbesar
adalah untuk mendapatkan pujian. Alasannya, tentu saja, adalah
bahwa pujian yang tulus membuat kita merasa diterima, menambah
keyakinan diri kita dan membantu menghilangkan keragu-raguan kita.
Pujian adalah ungkapan penghargaan yang diberikan secara tulus,
tanpa pamrih untuk kepentingan pribadi. Memberikan pujian selalu
lebih efektif daripada kritik. Pujian menghasilkan banyak
perbuatan baik daripada keluhan.
11. Hindarilah perbantahan. Anda terlalu bijaksana untuk terseret dalam
perbantahan yang sia-sia, yang tidak seorang pun akan menang.
12. Jangan merusak kesenangan orang lain. Salam yang hangat,
pujian atau penghargaan dapat memberikan kesenangan dan
membuat seseorang merasa enak sepanjang hari.
13. Bersahabatlah dengan pemuda atau pemudi yang akan membawa Anda ke
hidup yang baik, jangan yang jahat.
14. Pupuklah rasa humor. Rasa humor dapat membuat suasana gembira
dan santai. Banyak konflik dan ketegangan dalam pergaulan dapat
diatasi dengan sikap yang suka humor. Humor haruslah yang sopan,
dan tidak berkesan menghina, menyindir, atau mengejek orang lain.

Berikut ini ada beberapa hal praktis yang dapat menolong Anda mendapatkan
sahabat dengan mudah:
1. Memusatkan perhatian Anda pada orang lain. Pikirkanlah tentang
bagaimanakah Anda dapat menolong mereka. Jika berbicara dengan
orang lain, janganlah berbicara tentang diri Anda. Tunjukkanlah
bahwa Anda menikmati kehadiran mereka.
2. Menghargai orang lain. Belajarlah untuk membuat orang lain
berharga. Perlakukanlah mereka sebagai gambar dan rupa Allah yang
sama dengan Anda. Penampilan, kedudukan sosial dan keadaan
ekonomi bukanlah dasar penghargaan kita. Hargailah mereka
sebagai ciptaan Allah.
3. Mengubah cara berpikir tentang orang lain. Kecurigaan adalah
senjata yang ampuh untuk melumpuhkan atau memutuskan tali
persahabatan. Berpikiran negatif tentang orang lain akan mendorong
tindakan yang negatif pula.
4. Mencari orang yang terlantar dan sedih. Dunia penuh dengan orang
yang tidak mempunyai teman, orang yang menderita kesakitan dan
yang menjadi korban kekejian orang lain sehingga mereka penuh
dengan dendam.

3. Menggali Sumber Alkitab Tentang Pergaulan

Dalam 1 Korintus 5:9-11 tersebut, Paulus melarang jemaat di


Korintus untuk bergaul dengan orang cabul, kikir, penyembah berhala,
pemfitnah, pemabuk atau penipu. Apa maksud dan makna perkataan
Paulus yang terdapat dalam 1 Korintus
5:9-11 “Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu, supaya kamu jangan
bergaul dengan orang-orang cabul. Yang aku maksudkan bukanlah
dengan semua orang cabul pada umumnya dari dunia ini atau dengan
semua orang kikir dan penipu atau dengan semua penyembah berhala,
karena jika demikian kamu harus meninggalkan dunia ini. Tetapi yang
kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan
orang yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir,
penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang
yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama.”

Ada dua bahaya yang menyangkut hubungan kita dengan


teman-teman kita. Bahaya pertama adalah keeksklusifan, yaitu
kecenderungan untuk menolak orang- orang dari kalangan tertentu.
Mungkin orang itu ditolak karena suku bangsanya, kemiskinannya,
dianggap bodoh atau terlalu pintar, atau karena alasan yang lain.
Sikap itu mengembangkan kesombongan dalam hati orang-orang yang
menolak. Kesombongan itu merusak kepribadian seseorang. Karena
kesombongannya, orang yang lemah lembut dapat menjadi keras hati
dan kejam. Allah bekerja untuk mempersatukan orang-orang. Ia
mengasihi semua orang. Kasih kita perlu mencerminkan kasih Allah
yang sangat inklusif itu.

Kedua, yang menyangkut hubungan kita dengan teman-teman ialah


tekanan untuk menyesuaikan diri dengan pendapat dan perbuatan yang
tidak baik. Sering orang-orang membenarkan suatu perbuatan yang
diragukan benar salahnya dengan berkata, “Semua orang berbuat
demikian.” Kalau kebanyakan orang dalam kalangan kita sudah
berbuat demikian, seseorang akan dianggap kolot bila ia berkata,
“Aku tidak boleh berbuat demikian”. Kalau kebanyakan orang dalam suatu
kelas menyontek, orang yang tidak menyontek dianggap aneh. Kalau
semua orang di kantor menerima suap, orang yang tidak menerima suap
dihindari. Sering orang- orang menyerah kepada dorongan-dorongan
dari teman-temannya, walaupun dorongan-dorongan itu bertentangan
dengan suara hati mereka. Kalau demikian, kebutuhan untuk diterima
oleh teman-teman menjadi lebih penting daripada iman dan pendirian
diri sendiri. Pemuda-pemuda yang memiliki kebebasan untuk
mengambil keputusannya sendiri tanpa tekanan dari orang tua atau
lembaga- lembaga sering dengan rela membuang kebebasan itu untuk
mengikuti keinginan teman-temannya. Penyesuaian dengan orang lain
dapat menjadi ganti bagi pikiran.

Di dalam Amsal 18:24 dikatakan, “Ada teman yang mendatangkan


kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib daripada seorang
saudara.” Ada sahabat yang lebih baik daripada saudara sendiri. Ayat di
atas bukan mengajak kita hanya bersahabat dengan orang Kristen saja.
Siapa saja boleh menjadi sahabat kita. Dengan kata lain, pergaulan
Kristen bukanlah eksklusif pada orang Kristen saja. Sebaliknya,
pergaulan Kristen juga bukan “asal bergaul” sehingga dapat merusak
kehidupan dan kesaksian kita, melainkan harus memerhatikan prinsip
bergaul yang benar. Pergaulan yang berprinsip bukan pergaulan yang
eksklusif. Tetapi pergaulan yang bertanggung jawab, beretiket dan
pergaulan yang sesuai dengan prinsip Firman Tuhan.
Motif dalam pergaulan Kristen adalah “kasih yang sudah kita
terima dari Kristus, bukan ‘kasih yang sekuler’.” misalnya kasih yang
dikuasai oleh hawa nafsu, kasih yang materialistis atau kasih yang
egoistis. Beberapa prinsip pergaulan yang berdasarkan kasih Kristus dan
yang sesuai dengan kebenaran Alkitab adalah sebagai berikut.

1. Kemuliaan bagi Allah


Motif tertinggi yang patut dimiliki orang yang menyebut dirinya
anak anak Allah ialah melakukan segala sesuatu demi kemuliaan
Allah. Hanya Dialah yang layak beroleh pujian tertinggi. Di dalam 1
Korintus 10:31 dikatakan, .”.. Jika engkau melakukan sesuatu yang
lain, lakukanlah semua itu untuk kemuliaan Allah.” Selain itu, di
dalam Kolose 3:23 dikatakan,“Apapun juga yang kamu perbuat,
perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan
untuk manusia.”
2. Demi kebaikan orang lain
Dalam 1 Korintus 10:24 dikatakan, “Jangan seorang pun yang
mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap- tiap orang
mencari keuntungan orang lain.” Jadi dalam pergaulan kita tidak
boleh merugikan sesama, melainkan melakukan sesuatu yang
mendatangkan berkat bagi sesama.
3. Kebaikan bagi diri sendiri
Dalam 1 Korintus 10:23 dikatakan, “Segala sesuatu diperbolehkan.
Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. Segala sesuatu
diperbolehkan. Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun.”
Manusia memang diberi Tuhan kebebasan, tetapi harus diingat
bahwa tidak semua yang boleh dan dapat kita lakukan, berguna
bagi sesama dan diri kita sendiri. Oleh karena itu, kalau hendak
melakukan sesuatu hendaklah yang bermanfaat bagi manusia.
4. Saling mempercayai
Sikap saling mempercayai ini akan membangun persahabatan
yang baik. Sebaliknya, sikap saling mencurigai akan menghancurkan
persahabatan. Sikap “saling curiga” membuat seseorang menjadi
terlalu sensitif, cemburu buta, penyebar gosip, atau tidak jujur.
Hindarilah sikap saling curiga.
5. Saling menghargai
Sikap saling menghargai menghasilkan sifat suka menghormati
orang lain, lebih banyak mendengar daripada berbicara, toleransi,
berani menerima pendapat orang lain dan tidak suka memperalat
orang lain. Sebaliknya, orang yang “suka menghina” akan terlihat
dari sifatnya yang kurang menghargai pribadi orang lain, suka
mencela, emosinya tidak stabil, ceroboh, kasar, pemarah, dan
terlalu agresif.
6. Saling mengasihi
Kasih yang benar adalah kasih yang berasal dari Kristus. Kasih
yang seperti itu terlihat dari sifat tenggang rasa, tidak suka perhitungan
dengan teman, tahan diri untuk tidak selalu membicarakan diri
sendiri, rela berkorban dan suka mengalah untuk menang. Kasih
yang seperti itu mendasari pergaulan yang menjadi sahabat lebih
baik daripada saudara, karena orang yang seperti itu rela menerima
sahabatnya sebagaimana dia adanya. Dalam keadaan bagaimanapun,
pada saat kapanpun dan di mana pun tempatnya, dia tetap
menjadi “sahabat yang baik.”
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Manusia diciptakan sebagai mahluk sosial dimana manusia itu


tidak dapat hidup sendirian. Oleh sebab itu, manusia membutuhkan
pergaulan. Pergaulan itu sendiri merupakan hubungan antara dua orang
atau lebih yang biasanya terbentuk oleh beberapa faktor, seperti faktor
kesamaan. Dalam membangun pergaulan hendaklah kita tidak
memandang orang dari luarnya saja, sama seperti Tuhan yang mengasihi
semua manusia tanpa pandang bulu.

Tak hanya itu saja, pergaulan umat kristen bukanlah pergaulan yang
eksklusif dengan orang kristen saja. Kita boleh bergaul dengan
semua orang asalkan pergaulan itu merupakan pergaulan yang benar
dan bertanggungjawab. Pergaulan itulah yang akan menjadi hubungan
persahabatan yang sejati. Persahabatan sejati adalah persahabatan
yang teguh sama seperti hubungan Tuhan dan manusia. Hubungan
Tuhan dan manusia adalah perwujudan dari persahabatan sejati. Dan kita
sebagai mahluk sosial hendaklah dapat membangun pergaulan yang
baik yang nantinya dapat menjadi hubungan persahabatan yang sejati.

2. Saran

Sebagai Mahasiswa dan Pengikut Kristus, kita boleh bergaul


dengan semua orang, tetapi dengan pergaulan yang benar sesuai
Firman Tuhan serta pergaulan yang bertanggung jawab.

Anda mungkin juga menyukai