Anda di halaman 1dari 3

Solusi agar tidak terjadi kenakalan remaja:

Didik anak di dalam takut akan Tuhan. Dalam Ulangan 6:7 Tuhan memberikan perintah
untuk mengajarkan FirmanNya kepada anak-anak secara terus menerus. Hal ini akan membawa
anak pada pengenalan akan Tuhan. Pengenalan akan Tuhan sejak dini memberikan motivasi
kepada anak untuk menerapkan kehidupan yang baik, yang berkenan kepada Tuhan. Kebiasaan
mengajak anak berkumpul dan berdoa bersama mendukung anak untuk mengembangkan nilai-
nilai positif dalam hidup, mengajarkannya hidup bergantung kepada Tuhan dan hidup dalam
penyerahan sepenuhnya kepada Tuhan. Bila anak menyerahkan hidupnya dengan sungguh-
sungguh pada Tuhan dia tidak akan menyerahkan dirinya untuk melakukan dosa.

Berikan anak keteladanan. Pendampingan orang tua melalui keteladanan sangat penting dalam
kehidupan anak. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah
dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-
orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil
memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.

Berikan anak kepercayaan. Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga
tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi anak.Memberikan kepercayaan
pada anak dengan tidak bersikap overprotektif memberi peluang bagi anak untuk menggunakan
kepercayaan itu dengan baik. Orang tua perlu menghindari sikap curiga dan selalu berpikiran
negatif yang terkadang membuat anak merasa terkekang dan cenderung bertindak negatif.

Berikan anak pelukan. Kasih sayang bukan hanya diucapkan dengan kata-kata melainkan harus
sejalan dengan tindakan. Ketika anak masih kecil kita seringkali mengungkapkan kasih dengan
memeluknya, ketika mereka remaja seringkali intensitas pelukan itu berkurang bahkan terkadang
hilang. Pelukan membuatnya merasa nyaman dan mampu menimbulkan efek tenang yang sangat
mempengaruhi kepribadiannya.

Ajarkan anak memilih komunitas. Penting sekali mengajarkan anak memilih komunitas yang
baik dalam pergaulan. Dalam I Korintus 15: 33 dikatakan “Janganlah kamu sesat: Pergaulan
yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” Orang tua perlu memberi arahan sehingga pandai
memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di
komunitas mana anak harus bergaul. Dalam diri anak diperlukan ketahanan diri agar tidak
mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan
harapan. (Shanty)

BEBERAPA CONTOH KASUS MACETNYA KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA,


KOMUNIKASI EMPATIK DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA YANG EFEKTIF

Lalu setelah kita memahami bahwa dalam melakukan atau mengatasi adanya beda budaya tidak
berarti kita kemudian menutup diri rapat-rapat dan juga membuka lebar-lebar diri kita terhadap
gerusan untuk penyeragaman budaya tetapi paling tidak ada alternatif solusi yaitu memilki
kecakapan empatik dalam mengahadapi segala hal tersebut. Dalam hal ini empati adalah sebagai
kemampuan melakukan persepsi sosial, adalah ketika seorang individu mampu memprediksi
reaksi atau respon orang lain. Detilnya adalah kemampuan seseorang---katakanlah A--- dalam
melaporkan keadaan emosional orang lain---misalnya B. Bila penilaian A tentang B sesuai
dengan penilaian B tentang dirinya, maka A memiliki empati yang tinggi terhadap B.Adapun
langkah yang dapat ditempuh antara lain seperti yang dinyatakan De Vito menyatakan
(1)Menahan godaan untuk mengevaluasi, menilai, menafsirkan, dan mengkritik.Karena focusnya
supaya terjadi pemahaman.(2)makin banyak kita mengenal seseoramng-keinginannya,
pengalamnnay, kemampuannya,ketakutannya, dan lain sebagainya-makin mampu melihat apa
yang dilihat orang lain itu dan kita makin bisa merasakan apa yang dirasakannya. (3)cobalah
merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain dari sudut pandangnya. Sehingga sangat
memungkinkan bahwa kita terhindar dari komunikasi yang terpolarisasi. Polarized
Communication / komunikasi yang terpolarisasi. Komunikasi terpolarisasi terjadi ketika
komunikator tidak memiliki kemampuan untuk mempercayai dan mempertimbangkan
pandangan seseorang sebagai kesalahan yang serius dan opini-opini yang lain sebagai kebenaran.
Komunikasi dengan komunitas manusia menjadi ditipekan dengan adanya retorika yaitu bahwa
kita yang benar dan mereka yang salah. Komunikasi polarisasi ada ketika kelompok-kelompok
atau para individu melihat kepentingan mereka sendiri dan tidak concern pada kepentingan orang
lain.

Penghormatan terhadap masing-masing keunikan budaya yang dimilki sekaligusnya disikapi


secara manusiawi.Kita tidak melihat dengan kacamata etnosentrisme. Etnosentrisme cenderung
memandang rendah orang-orang yang dianggap asing, etnosentrisme memandang dan mengukur
budaya asing dengan budayanya sendiri. “ ( The Random House Dictionary ).

REFLEKSI

Setelah kita pahami tentang komunikasi antarbudaya yang efektif maka perlu kita melakukan
refleksi pada diri kita masing-masing bahwa ternyata masih banyak pekerjaan rumah kita
terutama untuk lebih mendukung atau sekaligus melakukan kecakapan empatik yang ternyata
tidak mudah. Perlu kertramnpilan yang dipelajari dengan sangat serius guna memperoleh
harapan harapan terciptanya manusia antarbudaya

Salah satu konsekuensi adanya interaksi budaya tersebut menimbulkan pertemuan budaya yang
memungkinkan terjadinya perubahan orientasi pada nilai-nilai yang pada akhirnya mewujud
pada apa yang kita sebut sebagai pergeseran, perbenturan (clash) ataupun konflik.

Dan sumber utama penyebabnya adalah komunikasi antar budaya yang tersumbat. Dalam
konteks komunikasi antar budaya penyebab spesifik dari konflik tergantung situasi, namun
demikian semua peristiwa yang terjadi terbagi dalam satu kebiasaan yang disebut Polarized
Communication / komunikasi yang terpolarisasi. Komunikasi terpolarisasi terjadi ketika
komunikator tidak memiliki kemampuan untuk mempercayai dan mempertimbangkan
pandangan seseorang sebagai kesalahan yang serius dan opini-opini yang lain sebagai kebenaran.
Komunikasi dengan komunitas manusia menjadi ditipekan dengan adanya retorika yaitu bahwa
kita yang benar dan mereka yang salah. Komunikasi polarisasi ada ketika kelompok-kelompok
atau para individu melihat kepentingan mereka sendiri dan tidak concern pada kepentingan orang
lain.
Penghormatan terhadap masing-masing keunikan budaya yang dimilki sekaligusnya disikapi
secara manusiawi. Maka dapat digambarkan bahwa salah satu konsekuensi dan terjadinya
pentemuan antar-budaya ialah kemungkinan tenjadinya perubahan onientasi pada nilai-nilai yang
selanjutnya berpengaruh pada terjadinya perubahan norma-norma peradaban sebagai tolokukun
penilaku warga masyanakat sebagai satuan budaya. Perubahan onientasi nilai yang benlanjut
dengan penubahan norma penilaku itu bisa menjelma dalam wujud pergeseran (shft,),
persengketaan (conflict), atau perbenturan (clash). Perubahan dalam wujud yang pertama
biasanya tenjadi karena negatif mudahnya adaptasi atau asimilasi antara nilai dan norma lama
dengan yang barn dikenal; yang kedua merupakan wujud yang paling sening menggejala dan
biasanya memenlukan masa peralihan sebelum dihadapi dengan sikap positif (acceptance) atau
negatif (rejection). Biasanya wujud yang kedua menunjukkan adanya ambivalensi dalam
masyarakat ybs, sehingga ada sebagian warga masyanakat yang menenima perubahan yang
terjadi pada onientasi nilai dan norma penilaku, tapi ada pula sebagian lainnya yang menolaknya.

“ … Etnosentrisme cenderung memandang rendah orang-orang yang dianggap asing,


etnosentrisme memandang dan mengukur budaya asing dengan budayanya sendiri. “ ( The
Random House Dictionary ).

Sehingga harapan kita yang terakhir adalah bahwa perbedaan itu adalah sebuah seni untuk
membuat persatuab dan keanekaragaman menjadi tetap hidup berdampingan dan terhindar dari
konflik. Semoga…..

Anda mungkin juga menyukai