Anda di halaman 1dari 27

Pertemuan 1 :

INTERAKSI SOSIAL SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN

A. Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah proses di mana orang - orang yang menjalin kontak dan
berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Interaksi sosial
terjadi antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, dan antara kelompok
dengan kelompok. Yang terpenting dalam interaksi sosial adalah pengaruh timbal balik.

Interaksi dapat berlangsung jika kontak sosial dan komunikasi kita lakukan dengan
makhluk hidup. Jadi kontak sosial terjadi bila melibatkan antarmanusia dan antarmanusia
tersebut saling memberikan aksi dan reaksi. Kontak sosial tidak dapat terjadi antara manusia
dengan benda mati. Kontak sosial dapat berlangsung melalui dua bentuk, yaitu: kontak sosial
secara langsung (face to face) dan secara tidak langsung (melalui media perantara).

Kontak sosial saja belum cukup untuk menjalin interaksi sosial dengan orang lain, masih
dibutuhkan syarat lain yaitu: adanya komunikasi. Dalam menjalin kontak sosial diharapkan
orang lain mengerti dan memahami pesan yang disampaikan. Agar orang lain mengerti dan
memahami pesan yang disampaikan dibutuhkan apa yang disebut dengan komunikasi. Tanpa
sadar ketika ditanya oleh orangtua, apakah kalian mau dimasakkan nasi goreng ? Kalian
menjawabnya dengan anggukan kepala atau menggelengkan kepala. Pada masa kecil tentu kalian
pernah menangis dan sampai sekarangpun tentu kalian pernah tertawa atau tersenyum. Kalian
mungkin juga pernah menyaksikan orang mengepalkan tangan dengan wajah memerah yang
diarahkan kepada orang lain. Menganggukkan dan menggelengkan kepala, menangis, tertawa,
tersenyum, dan mengepalkan tangan adalah contoh - contoh bahasa isyarat yang dikembangkan
oleh manusia dalam melakukan komunikasi. Komunikasi dengan menggunakan bahasa - bahasa
isyarat tersebut disebut dengan komunikasi nonverbal.

B. Bentuk Bentuk Interaksi Sosial

Secara umum bentuk interaksi sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bentuk interaksi
sosial yang menghasilkan kerjasama (Asosiatif), dan bentuk interaksi sosial yang menghasilkan
perpecahan (Disasosiatif)

Bentuk Interaksi Sosial yang Menghasilkan Kerjasama


a. Kerjasama

Kerjasama adalah bentuk utama proses interaksi sosial. Pada masyarakat pedesaan
kerjasama sudah sangat mendarah daging. Hampir setiap pekerjaan besar umumnya dikerjakan
secara bergotongroyong, seperti memperbaiki jalan, membuat rumah, memperbaiki bendungan,
dan lain - lain. Pada masyarakat perkotaan pun masih ada juga bentuk kerjasama, misal menjaga
keamanan wilayah, membersihkan lingkungan, membersihkan tempat ibadah, dan lain - lain.

b. Akomodasi
Akomodasi adalah proses penyesuaian sosial untuk meredakan pertentangan. Dalam
akomodasi masing - masing kelompok yang betentangan berusaha berakomodasi menghilangkan
gap atau jarak yang menjadi pangkal pertentangan. Contoh, dua kampung yang sebelumnya
berseteru, kemudian mengadakan perdamaian.

c. Akulturasi
Akulturasi adalah proses sosial di mana suatu kebudayaan menerima unsur - unsur dari
suatu kebudayaan lain tanpa menyebabkan hilangnya bentuk kepribadian sendiri. Contoh,
arsitektur candi di Indonesia pada dasarnya adalah bentuk punden berundak yang merupakan
budaya asli Indonesia. Kenduri, upacara selamatan kematian dan lain - lain juga merupakan
bentuk akulturasi antara Hindu dan Islam.

Bentuk Interaksi Sosial Yang Menghasilkan Perpecahan


a. Persaingan
Persaingan adalah bentuk usaha yang dilakukan agar memperoleh kemenangan atau hasil
yang lebih tanpa menimbulkan benturan fisik. Bentuknya, misal persaingan usaha, persaingan
untuk menjadi kepala desa, kepala daerah, menjadi presiden. Secara garis besar, persaingan
dibedakan antara persaingan sehat dengan persaingan tidak sehat. Contoh persaingan sehat
adalah persaingan mendapatkan prestasi atau rangking tertinggi di kelasnya. Sedangkan contoh
persaingan tidak sehat adalah menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kemenangan. Nah,
kalian coba mencari contoh bentuk persaingan sehat dan tidak sehat yang lain.

b. Kontroversi
Kontroversi merupakan bentuk interaksi sosial yang berada di antara persaingan dan
konfl ik. Wujudnya antara lain, rasa tidak senang, kebencian.

c. Konflik
Konflik adalah interaksi sosial akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang
mendasar, sehingga menimbulkan jarak yang tas di antara mereka yang berkonflik. Mereka yang
berkonflik umumnya melakukan sesuatu yang tidak wajar bahkan saling menjatuhkan. Perebutan
wilayah antar negara juga dapat dikategorikan dalam konflik.
C. Sosialisasi

Sosialisasi adalah suatu proses belajar yang seseorang menghayati (internalisasi) norma-
norma sosial di mana ia hidup sehingga menjadi individu yang baik. Atau sosialisasi adalah
suatu proses mempelajari kebiasaan dan tata kelakukan untuk menjadi bagian dari suatu
masyarakat.
Proses sosialisasi sering terjadi secara tidak disengaja karna sesuai jalur kehdupan yang kita
lalui. Proses sosialisasi yang disengaja terjadi apabila seorang individu (yang disosialisasi)
mengikuti pengajaran dan pendidikan yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik - pendidik
yang mewakili masyarakat, dengan tujuan yang disadari agar norma - norma sosial bisa dipahami
individu yang disosialisasi tersebut dan bisa tertanam baik - baik dalam batinnya.

a. Konsep dasar sosialisasi


 sosialisasi adalah proses pengenalan, belajar nilai dan aturan dalam sebuah
kelompok atau masyarakat
 sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan
aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau
masyarakat.

Kata kunci sosialisasi: belajar nilai dan norma

Sosialisasi primer, adalah sosialisasi yang dijalani oleh individu semasa


kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat/keluarga. Sosialisasi
berlangsung sejak anak berumur 1 sampai dengan 5 tahun.

Bentuk sosialisasi

Sosialisasi sekunder, adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah


sosialisasi primer.

Sosialisasi sekunder dibagi menjadi 2:


a. informal
terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan seperti antara
teman, sahabat, sesame anggota club dan kelompok social yang ada dalam masyarakat.
b. Formal
Terjadi melalui lembaga-lembaga yg berwenang menurut ketentuan yg berlaku dalam
sebuah Negara, seperti pendidikan sekolah dan pendidikan militer.
Pembentukan Kepribadian

a. Pengertian Kepribadian
Kalian sering mendengar kata kepribadian. Apa itu kepribadian?. Kepribadian adalah ciri
atau watak yang khas dan konsisten sebagai identitas seorang individu.

b. Faktor Pembentuk Kepribadian


Kepribadian seseorang terbentuk melalui sebuah proses yang panjang. Paling tidak ada 4
faktor yang membentuk kepribadian seseorang, yaitu pembawaan, lingkungan fisik, kelompok
dan kebudayaan.

c. Pembawaan
Faktor pembawaan adalah faktor yang dibawa sejak lahir. Faktor ini menjadi fondasi bagi
terbentuknya kepribadian seseorang. Faktor pembawaan ini dapat berupa bentuk fisik, warna
kulit, bentuk rambut, raut wajah, postur tubuh, karakter, bakat dan IQ. Faktor pembawaan ini
bisa didominasi dari ibu, ayah ataupun kombinasi keduanya. Faktor pembawaan itu misalnya
pemarah, periang, suka menolong dan sebagainya

d. Lingkungan Fisik
Faktor lingkungan fisik juga dpat membawa pengaruh terhadap kepribadian seseorang.
Masyarakat yang tinggal di derah pedesaan yang subur umumnya memiliki sifat ramah, suka
menolong, sederhana, tenang dan sabar. Orang yang tinggal di daerah tandus dan gersang, karena
lingkungan fisdiknya yang keras menjadikan mereka cenderung bersifat rakus, egois, tamak,
serakah,

e. Kelompok
Kelompok dapat mempengaruhi kepribadian seseorang. Misalnya, kelompok bermain.
Kelompok bermain ini dapat membawa pengaruh yang positif maupun negatif. Apabila
kelompok bermain umumnya anak yang memiliki kepribadian baik, akan membawa pengaruh
yang baik pula. Namun apabila kelompok bermain itu umumnya memiliki kepribadian yang
kurang baik, akan membawa pengaruh yang kurang baik pula.

f. Kebudayaan
Kebudayaan suatu daerah dapat membawa pengaruh terhadap pembentukan kepribadian
seseorang. Masyarakat pedesaan umumnya memiliki kebudayaan sederhana, tidak ambisius,
sabar, terikat pada tradisi. Sementara masyarakat perkotaan umumnya suka kemewahan,
ambisius, suka bekerja keras. Semua itu akan membawa pengaruh kepada masyarakatnya masing
- masing.
Pertemuan 2

NILAI, NORMA, LEMBAGA SOSIAL

A. NILAI

Nilai sosial adalah sekelompok ukuran, patokan-patokan, keyakinan, atau anggapan yang
hidup dan berkembang di dalam kehidupan masyarakat tertentu. sekelompok keyakinan-
keyakinan tersebut dianut oleh banyak orang di dalam komunitasnya, dan memuat mengenai apa
yang beanr, apa yang salah, dan apa yang pantas untuk dilakukan serta yang tidak pantas untuk
dilakukan di dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai sosial sebenarnya merupakan proses pembenaran daripada kehendak masyarakat di
dalam kelompok hidupnya mengenai sesuatu yang dianggap benar dan baik untuk dijalankan.
Nilai-nilai sosial yang berkembang di dalam kehidupan masyarakat Indonesia berasal dari 3
aspek, yaitu agama (Tuhan), masyarakat, dan individu.

Bentuk Bentuk Nilai Sosial


Sebenarnya, para ahli berbeda persepsi mengenai bentuk-bentuk nilai sosial yang
berkembang di kehidupan masyarakat akhir-akhir ini. Terdapat beberapa macam bentuk nilai
sosial yang dikemukakan oleh satu ahli, sedangkan ahli lainnya ada yang menambahkan bentuk
da nada yang mengurangi bentuk-bentuk nilai sosial tersebut. Berikut merupakan bentuk nilai
sosial menurut beberapa ahli, yaitu :

1. Prof. DR. Notonegoro membagi bentuk nilai sosial menjadi 3 macam, yaitu :
a) Nilai Material, yaitu suatu keyakinan atau anggapan yang berguna bagi unsur fisik dan
jasmani manusia atau masyarakat
b) Nilai Vital, yaitu segala keyakinan yang berkembang yang berguna di dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari
c) Nilai Kerohanian, yaitu sekelompok keyakinan dalam masyarakat yang berkembang tentang
apa yang berguna bagi batin manusia. Nilai kerohanian sendiri dibagi lagi menjadi 4 macam :
 Nilai Kebenaran, yaitu nilai rohani yang bersumber dari akal dan pikiran masyarakt
yang menjalaninya
 Nilai Keindahan, yaitu nilai yang bersumber dari perasaan masyarakat yang
menjalaninya (unsur estetika)
 Nilai Moral, yaitu nilai rohani yang bersumber pada unsur kehendak dan kemauan, atau
etika
 Nilai Religius, yaitu nilai rohani yang bersifat mutlak dan tidak pernah salah, yang
bersumber langsung dari Tuhan
A. NORMA

Norma sosial adalah patokan perilaku yang memuat nilai-nilai sosial dalam kelompok
masyarakat tertentu. norma sosial bisa disebut dengan peraturan sosial yang bersifat memaksa
individu untuk menjalaninya, sehingga dalam menjalankan interaksi sosial, mereka tetap di
dalam ruang lingkup nilai sosial yang telah berlaku.

Berdasarkan tingkatan daya ikat yang memaksa individu untuk berbuat sesuai dengan nilai
yeng berlaku, maka norma dapat dibedakan menjadi :

1. Cara (Usage)
Bentuk norma ini merupakan cara mengikat yang paling lemah di dalam norma sosial.
Bentuk ini adalah suatu perbuatan tertentu yang dilakukan oleh individu dalam kehidupan
masyarakat. Maka karena bentuk ini merupakan cara mengikat yang paling lemah, sehingga jika
seseorang yang melanggar norma ini tidak akan dikenakan sanksi sosial. Contoh : bersendawa
setelah makan dalam satu kelompok masyarakat dianggap tidak sopan, namun tidak diberikan
sanksi tegas

2. Kebiasaan (Folkways)
Kebiasaan merupkaan bentuk kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan dan
dilakukan secar asadar untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dianggap baik oleh
masyarakat. Contoh : sifat disiplin yang ditanamkan dalam pribadi anak-anak sejak kecil

3. Tata Kelakuan (Mores)


Tata kelakuan adalah sekumpulan perbuatan yang mencerminkan sikap-sikap hodup
dalam masyarakat yang dilakukan secara sadar sehingga dapat berfungsi sebagai alat untuk
melakukan pengawasan terhadap anggota kelompok masyarakat. Contoh : melarang berbuat
criminal pada setiap anggota masyarakat, sehingga jika ada indovidu yang tidak patuh, akan
dikenakan sanksi sosial yang tegas.

4. Adat Istiadat (Customs)


Adat istiadat merupakan cara mengikat yang paling kuat diantara 3 car amengikat di
dalam norma-norma sosial masyarakat. Adat istiadat merupakan kebiasaan baik yang telah
dilakukan secara turun temurun, sehingga memiliki hubungan yang paling kuat dalam kehidupan
masyarakat.
B. LEMBAGA SOSIAL

Lembaga Sosial adalah lembaga yang anggotanya terdiri dari masyarakat yang berkumpul
menjadi satu kesatuan karena adanya satu kesamaan visi dan misi. Lembaga Sosial sering disebut
juga sebagai lembaga kemasyarakatan.

Selain visi dan misi, dalam Lembaga Sosial juga terdapat nilai-nilai, norma, adat dan unsur
kemasyarakatan yang dianut oleh masyarakat yang sama. Dalam Lembaga Sosial tersebut
nantinya juga terdapat aturan yang disepakati bersama sehingga ia dapat berjalan sesuai dengan
keinginan bersama.

Menurut Koentjaraningrat – Lembaga sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan
hubungan yang berpusat kepada aktivitas untuk memenuhi kompleksitas kebutuhan khusus
dalam kehidupan manusia.

Lembaga sosial tentu saja memiliki beragam fungsi dan beberapa diantaranya adalah;

1. Memberi pedoman pada anggota masyarakat. bagaimana mereka harus bertingkah laku
atau bersikap dalam menghadapi masalah yang berkembang atau muncul di lingkungan
masyarakat.
2. Menjaga keutuhan masyarakat.
3. Memberikan pengarahan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian
sosial.

Jenis-Jenis Lembaga Sosial

Tentunya sebagai suatu lembaga yang ada dalam masyarakat maka Lembaga Sosial ini juga
memiliki beberapa jenis, diantaranya adalah :

 Lembaga Keluarga

Bisa dikatakan bahwa Lembaga Sosial yang paling dasar adalah lembaga keluarga yang terdiri
dari keluarga inti dengan anggotanya ayah, ibu dan anak-anak. Ayah dalam hal ini bertugas
sebagai kepala dari lembaga keluarga tersebut. Sedangkan ibu merangkap tugas sebagai
sekretaris, bendahara dan wakil kepala, dengan anak-anak sebagai anggotanya. Lembaga
keluarga adalah lembaga sosial pertama yang akan dimasuki setiap orang sejak lahir. Oleh
karena itu suksesnya seseorang itu juga dilihat dari lembaga keluarganya.
 Lembaga Pendidikan

Lembaga ini adalah lembaga yang berorientasi pada pendidikan, tempat belajar dan mengajar,
dimana anggotanya bisa belajar untuk menjadi lebih baik lagi dalam satu bidang. Dengan adanya
interaksi dari para anggotanya juga kemudian membuat anggota yang tergabung dalam lembaga
pendidikan itu bisa menjadi lebih baik lagi.

 Lembaga Agama

Lembaga ini adalah lembaga yang berkaitan dengan agama tertentu dan anggotanya memiliki
keyakinan terhadap agama yang sama. Di dalamnya para anggotanya bisa berbagi ilmu dan
melakukan kegiatan bersama yang bermanfaat atas nama keyakinannya. Dengan adanya
Lembaga agama ini juga bertujuan untuk mempererat persatuan bagi umat beragama.

 Lembaga Kesehatan

Lembaga ini berorientasi pada pelayanan kesehatan dan tujuannya untuk menjadikan seluruh
masyarakat bisa selalu sehat secara mental maupun fisik. Terkadang ada banyak kegiatan yang
berkaitan dengan kesehatan yang akan dilaksanakan oleh lembaga kesehatan ini secara Cuma-
Cuma untuk masyarakat yang tentunya sangat direspons dengan baik oleh masyarakat.

 Lembaga Politik

Lembaga politik biasanya adalah lembaga di dalam masyarakat yang berkaitan dalam menangani
masalah yang berkaitan dengan tata tertib, aturan dan administrasi tertentu. Lembaga politik juga
membantu masyarakat dalam berbagai hal dan menjadi tempat berkumpulnya orang-orang yang
memiliki visi dan misi yang sama dalam hal politik.

 Lembaga Budaya

Lembaga ini di masyarakat termasuk lembaga yang penting karena membantu masyarakat untuk
mengembangkan dan melestarikan budaya yang ada, seni serta lingkungan yang ada di
sekitarnya. Lembaga budaya adalah lembaga yang juga membantu Anda untuk mengenal
berbagai macam adat yang ada dalam masyarakat.

Di Indonesia yang memiliki ragam budaya yang sangat banyak ini tentu lembaga budaya yang
ada juga sangat banyak untuk dapat menjaga semua keutuhan budaya yang ada.

 Lembaga Ekonomi

Lembaga ekonomi adalah lembaga dalam masyarakat yang berkaitan dengan masalah ekonomi
dan memiliki tujuan agar kebutuhan ekonomi dalam masyarakat bisa terpenuhi dengan baik.
Lembaga ekonomi ini juga tentunya menjadi pedoman dan solusi untuk menjaga kehidupan
ekonomi masyarakat tetap stabil.

 Lembaga Hukum

Lembaga hukum adalah lembaga yang mengatur tentang tata tertib dalam masyarakat dan
memberikan bantuan dalam bidang hukum kepada masyarakat yang membutuhkan. Karena tidak
semua anggota masyarakat mengerti tentang hukum dan ketika berhubungan dengan hukum lalu
mengalami kesulitan maka lembaga hukum yang ada siap membantu.
Pertemuan 3

PENYIMPANGAN SOSIAL DAN PENGENDALIAN SOSIAL

A. Penyimpangan Sosial

Penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang
berlaku di suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari pihak berwenang dalam sistem itu
untuk memperbaiki perilaku menyimpang tersebut. Penyimpangan dalam suatu masyarakat tidak
berarti merupakan penyimpangan dalam masyarakat lain karena adanya perbedaan standar atau
ukuran tentang nilai dan norma.

Jenis-Jenis Penyimpangan Sosial/Perilaku Menyimpang

a. Jenis-Jenis Penyimpangan Sosial Berdasarkan Kekerapananya

 Penyimpangan Sosial Primer: Pengertian penyimpangan sosial primer adalah


penyimpangan yang bersifat sementara (temporer). Orang yang melakukannya masih
tetap dapat diterima oleh kelompok sosialnya karena tidak terus menerus melanggar
aturan. Seperti biasanya melanggar rambu lalu lintas atau pernah meminum minuman
keras di suatu pesta.
 Penyimapangan Sosial Sekunder: Pengertian penyimpangan sosial sekunder adalah
penyimpangan sosial yang dilakukan oleh pelakunya secara terus menerus walaupuntelah
diberikan sanksi-sanksi. Oleh karena itu, setiap pelaku secara umum dikenal sebagai
orang yang berperilaku menyimpang. Seperti, seseorang yang setiap hari minum
minuman keras, siswa SMA/MA yang terus menyontek teman kelasnya.

b. Jenis-Jenis Penyimpangan Sosial Berdasarkan Jumlah Orang Yang Terlibat

 Penyimpangan Individu: Pengertian penyimpangan individu adalah penyimpangan


yang dilakukan sendiri tanpa dengan orang lain. Hanya satu individu saja yang
melakukan belawanan dengan norma-norma yang berlaku.
 Penyimpangan Kelompok: Pengertian penyimpangan kelompok adalah penyimpangan
yang terjadi jika individu perilaku menyimpang tersebut dilakukan secara bersama-sama
di suatu kelompok tertentu.

c. Jenis-Jenis Penyimpangan Sosial Berdasarkan Sifatnya

 Penyimpangan Bersifat Negatif: Pengertian penyimpangan bersifat negatif adalah


penyimpangan sosial yang berwujud dari tindakan ke arah nilai-nilai sosial yang
dianggap rendah dan tercela karena tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
 Penyimpangan Bersifat Positif: Pengertian penyimpangan bersifat positif adalah
penyimpangan sosial yang memiliki dampak positif terhadap sistem sosial karena
dianggap ideal dalam masyarakat.

Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang/Penyimpangan Sosial

 Penyalahgunaan Narkoba
 Perkelahian pelajar
 Penyimpangan seksual
 Tindakan kriminal atau kejahatan

Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang

 Faktor Internal: Penyebab perilaku menyimpang dalam faktor internal adalah


intelegensi atau tingkat kecerdasan, usia, jenis kelamin dan kedudukan seseorang dalam
keluarga. Contohnya: seseorang ang tidak normal dan pertambahan usia
 Faktor Eksternal: Penyebab perilaku menyimpang dalam faktor eksternal adalah
kehidupan rumah tangga, atau keluarga, pendidikan di sekolah, pergaulan dan media
massa. Contohnya: seorang anak yang biasa melihat orang tuanya bertengkar dapat
melarikan diri pada obat-obatan, atau narkoba. Pergaulan individu yang berhubungan
dengan teman-temannya, media massa, media cetak, media eletkronik.

Pencegahan Penyimpangan Sosial

Pencegahan dalam terjadi perilaku penyimpangan sosial dilakukan seseorang agar tidak
beradadalam penyimpangan sosial yang lebih merugikan atau bersifat negatif. Faktor-faktor
pencegahan dalam perilaku penyimpangan sosial adalah sebagai berikut..

 Faktor Keluarga: Pencegahan penyimpangan sosial dalam faktor keluarga adalah


merupakan awal dari proses sosialisasi dalam pembentukan kepribadian seseorang.
Kepribadian seseorang mulai terbentuk dengan baik jika lahir dan tumbuh berkembang
dengan lingkungan keluarga yang baik, begitu juga dengan sebaliknya.
 Faktor Sekolah: Pencegahan penyimpangan sosial dalam faktor sekolah adalah tempat
menimba ilmu yang memberikan pendidikan moral selain dari pendidikan umum.
 Faktor Lingkungan dan Teman: Pencegahan penyimpangan sosial dalam faktor
lingkungan dan teman adalah tempat yang sangat mempengaruhi watak seseorang karna
dalam pergaulan seseorang dituntut agar dapat berdaptasi/menyesuaikan diri dengan
lingkungan tempat tinggal dan temannya.
 Faktor Media Massa: Pencegahan penyimpangan sosial dalam faktor media massa
adalah suatu wadah sosialisasi yang mempengaruhi kehidupan seseorang. Maka setiap
orang harus dapat memilah media massa yang berisi informasi yang baik dan bersifat
positif untuk terhindari dari penyimpangan sosial.

B. Pengendalian Sosial

Pengendalian sosial. Kontrolisasi sosial adalah suatu konfigurasi untuk mencegah


penyimpangansosial serta mengajak dan mengarahkan masyarakat untuk berperilaku dan
bersikap sesuai norma dan nilai yang berlaku.

Pengendalian sosial itu perlu disebabkan adanya atau terjadinya perilaku menyimpang
dari anggota atau kelompok dalam masyarakat. Apabila penyimpangan ini tidak dikendalikan,
maka akan menyebar dan mengakibatkan kerusakan pada sistem nilai dan norma sosial yang ada
dalam masyarakat. Perbedaan perbedaan tersebut kelak akan menimbulkan konflik dalam
masyarakat dan kemudian kekacauan.

Lalu apa yang menyebabkan terjadinya perilaku menyimpang dalam masyarakat. Berikut
diantaranya:

1. Kaidah kaidah sosial yang digunakan saat ini tidak menyenangkan atau memuaskan
bagi anggota ataupun pihak tertentu atau karena tidak dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya.
2. Kaidah sosial yang ada saat itu menimbulkan banyak tafsir (multitafsir) yang
diakibatkan ketidakmampuan pihak tersebut dan juga kurang jelasnya kaidah sosial
tersebut.
3. Adanya konflik dalam masyarakat akibat peranan peranan yang ada dalam masyarakat
4. Kelemahan dan ketidakmungkinan mengatur seluruh kepentingan warga masyarakat
secara merata.

Sifat – sifat pengendalian social

a. Pengendalian sosial preventif

Pengertian pengendalian sosial preventif adalah segala bentuk pengendalian sosial yang
berupa pencegahan atas perilaku menyimpang (deviation) sehingga dalam kehidupan sosial
bermasyarakat tetap aman dan kondusif (konformis). Tindakan pengendalian sosial preventif
lebih mengarah ke pemberian ancaman, pengetahuan dan materi terhadap apa pelanggarannya
dan bagaimana hukumannya serta pernyataaan sikap dari lembaga pengendalian sosial negara
akan kesigapan mereka terhadap aturan tersebut

.
b. Pengendalian Sosial Represif

Pengertian pengendalian sosial represif adalah segala bentuk pengendalian sosial yang
bertujuan untuk mengembalikan kekacauan sosial atau mengembalikan situasi yang menyimpang
(deviasi) kembali ke keadaan yang kondusif atau konformis dalam masyarakat. Dengan kata lain,
apabila tindakan pengendalian sosial preventif itu sebelum kejadian atau mencegah kejadian
berulang, maka tindakan pengendalian sosial represif itu setelah terjadinya penyimpangan sosial.

Fungsi Pengendalian Sosial

Fungsi dari pengendalian sosial Ditanggapi oleh Koentjoroningrat, sekurang kurangnya ada lima
fungsi pengendalian sosial yaitu:

1. Menambah keyakinan para anggota masyarakat akan kebaikan norma norma


kemasyarakatan.
2. Memberikan penghargaan kepada anggota masyarakat yang menaati norma
kemasyarakatan
3. Mengembangkan rasa malu dalam diri anggota masyarakat apabila mereka melakukan
perilaku menyimpang atau melakukan tindakan yang melanggar norma dan nilai
sosial yang berlaku dalam masyarakatnya.
4. Menimbulkan rasa takut kepada para anggota ataupun kelompok dalam masyarakat
untuk tidak melakukan atau menghindari perilaku menyimpang
5. Terciptanya sistem hukum atau sistem tata tertib yang menghadirkan sanksi untuk
setiap pelanggaran.

Lembaga Pengendalian Sosial

Jenis jenis lembaga pengendalian sosial dibedakan atas dua macam yaitu lembaga
pengendalian sosial resmi atau formal dan lembaga pengendalian sosial tidak resmi atau
informal. Keduanya memiliki fungsi dan peran dalam mengendalikan kehidupan sosial serta nilai
dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.

Jenis jenis lembaga pengendalian sosial formal terdiri atas


1. Lembaga kepolisian
2. Lembaga pengadilan dan perangkat perangkat pengadilan
3. Lembaga pendidikan tempat pemasukan pengendalian sosial preventif.
Adapun jenis jenis dan macam macam lembaga pengendalian sosial informal seperti
1. Lembaga adat contohnya tokoh tokoh adat
2. Lembaga keagamaan (contohnya FPI, lembaga dakwah)
3. Tokoh masyarakat atau panutan
4. LSM
5. Pers dan lembaga penyiaran.
Pertemuan 4

STRUKTUR SOSIAL DAN MOBILITAS SOSIAL

A. Struktur Sosial
struktur sosial adalah suatu bangunan sosial yang tersusun atas pelbagai unsur pembentuk
masyarakat. Unsur unsur tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya secara fungsional.
Berkaitan fungsional artinya apabila terjadi perubahan pada salah satu unsur tersebut maka unsur
yang lain akan mengalami perubahan. Unsur pembentuk masyarakat seperti manusia atau
individu yang menjadi anggota masyarakat, tempat tinggal atau lingkungan kawasan tempat
masyarakat berada, serta kebudayaan (baca pengertian kebudayaan) dan nilai (baca pengertian
nilai) dan norma (baca pengertian norma) yang mengatur kehidupan bersama tersebut.
Pengertian stuktur sosial menurut Bapak Koentjaraningrat bahwa struktur sosial adalah
kerangka yang dapat menggambarkan kaitan antara pelbagai elemen dalam masyarakat.

bentuk struktur sosial

Bentuk struktur sosial ada dua macam, yaitu :


a. Stratifikasi sosial
Struktur dalam masyarakat yang memisahkan masyarakat menjadi tingkatan-tingkatan
tertentu dengan kriteria tingkat pendidikan, kekayaan, dan kekuasaan. Stratifikasi sosial meliputi
stratifikasi sosial tertutup, stratifikasi sosial terbuka, dan stratifikasi sosial campuran.
b. Diferensiasi Sosial
Penggolongan masyarakat didasarkan pada perbedaan tertentu yang sifatnya sejajar.
Beberapa jenis diferensiasi sosial didasarkan pada ras, suku, klen, profesi, agama, dan juga jenis
kelamin.

Cirri-ciristruktur sosial
1. Sifatnya abstrak.
2. Terdiri dari dimensi vertikal dan dimensi horizontal.
3. Meliputi seluruh kebudayaan dalam masyarakat.
4. Struktur sosial tersebut selalu berkembang dan dapat berubah.
5. Digunakan sebagai landasan dalam sebuah proses sosial di masyarakat.
6. Mencakup seluruh bentuk hubungan sosial antara individu pada suatu waktu tertentu.
7. Mengacu pada interaksi sosial yang pokok yang memberikan bentuk-bentuk khusus pada
masyarakat.
8. Realitas sosial yang sifatnya statis dan punya kerangka yang dapat menciptakan suatu tatanan
tertentu.
Fungsi struktur social
1. Sebagai pengawas sosial.
2. Sebagai ciri ataupun karakteristik dalam suatu kelompok masyarakat tertentu.
3. Sebagai rantai sistem yang menghubungkan tiap aspek dalam kehidupan sehingga terlihat lebih
teratur.
4. Sebagai dasar penanaman disiplin untuk tiap individu dalam suatu kelompok masyarakat.
5. Sebagai instrumen masyarakat yang mempunyai peran sebagai penyelenggara dalam penataan
kehidupan secara menyeluruh dalam setiap aspek kehidupan di masyarakat.

Contoh struktur social


1. Ascribed status, diberikan tanpa melihat karakteristik seseorang atau otomatis diperoleh dari
keturunan, contohnya kasta.
2. Achieved status, diperoleh karena usaha pribadi, contohnya guru, dokter, hakim.
3. Assigned status, diberikan karena seseorang telah berjasa pada masyarakat, contohnya pahlawan,
peraih nobel, dan lain sebagainya.

B. Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan seseorang atau kelompok anggota
masyarakat dari status sosial yang satu ke status sosial yang lainnya dalam suatu struktur sosial
pada masyarakat. Mobilitas sosial mempunyai kaitan yang erat dengan stratifikasi sosial atau
pelapisan sosial, mengingat mobilitas sosial merupakan gerak pindah dari suatu lapisan ke
lapisan yang lainnya, baik dari bawah ke atas maupun dari atas ke bawah.

Bentuk-bentuk mobilitas sosial, yang bisa anda ketahui beberapa bentuknya sebagai berikut:

1. Mobilitas Sosial Horizontal


Mobilitas sosial horizontal adalah peralihan dari individu atau objek sosial lain, ataupun
sesuatu kelompok sosial menuju kelompok sosial lainnya yang sederajat. Tidak ada perubahahan
yang terjadi di dalam derajat kedudukan seseorang di dalam mobilitas sosialnyua. Misalnya saja
peralihan status kewarganegaraan ataupun pekerjaan. Pak nano awalnya merupakan seorang
Guru IPS di SMA. Namun karena merasa tidak cocok dengan lingkungan pekerjaannya, maka
dirinya memutuskan untuk pindah menjadi guru IPS di SMP. Mobilitas horizontal sering sekali
terjadi di dalam lingkungan masyarakat.

2. Mobilitas Sosial Vertikal


Mobilitas sosial vertikal dapat diartikan sebagai bentuk perpindahahn individu maupun
objek sosial lainnya serta kedudukan sosial menuju kedudukan sosial lainnya yang kurang atau
tidak sederajat. Ada beberapa unsur-unsur yang masih terkait di dalam bentuk-bentuk mobilitas
sosial vertikal, antara lain adalah:
 Kekayaan, faktor kekayaan dapat mengubah posisi maupun kedudukan sosial dari seseorang.
Dapat mungkin menjadi lebih kaya maupun sebaliknya dapat menjadi lebih miskin.
 Kekuasaan, faktor kekuasaan pun juga dapat mengubah status serta kedudukan seseorang. Orang
yang mengalami kenaikan jabatan akan membuat kekuasaannya menjadi bertambah.
Berkebalikan dengan orang yang mengalami penurunan jabatan juga akan menyebabkan
kekusaaannya menjadi turun. (baca juga: Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Manusia)
 Pendidikan, faktor pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan seseorang. Dengan
adanya pendidikan maka membuat seseorang dapat mengalami kenaikan kedudukan maupun
status sosialnya. Melalui pendidikan formal, maka akan sangat mudah bagi seseorang untuk bisa
mengenali tingkatan pendidikan dari seseorang. Dampak positif dan negatif urbanisasi yang
menyebabkan pengaruh pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA kurang hingga perguran tinggi.

3. Mobilitas Antar Generasi


Secara umum, mobilitas antar generasi dapat diartikan sebagai mobilitas 2 generasi
maupun lebih. Semisal generasi ayah-ibu, generasi anak, dan lainnya. Mobilitas ini ditandai
dengan adanya perkembangan taraf hidup dalam kehidupan. Entah itu meningkat maupun
menurun. Penekanan dari mobilitas ini bukan kepada perkembangan keturunannya tersebut
namun perpindahan status sosial yang terjadi dari generasi ke generasi lainnya. Misalnya saja
pak Tarjo merupakan tukang becak. Status pendidikannya pun hanya sampai ke tingkat sekolah
dasar. Namun kemudian beliau berhasil membiayai pendidikan anak-anaknya hingga ke jenjang
perguruan tinggi. Hal ini lah yang kemudian dinamakan mobilitas antar generasi.

4. Mobilitas Intragerasi

Jenis mobilitas ini merupakan peralihan dari status sosial yang terjadi di dalam sebuah
generasi yang sama. Dapat dikatakan pula contoh perubahan sosial budaya jika mobilitas
intragenerasi merupakan mobilitas yang terjadi di sebuah kelompok dengan generasi yang sama.
Contoh dari bentuk mobilitas intragenerasi ini antara lain adalah:

 Banyak mantan-mantan penjuang kemerdekaan Indonesia yang berganti profesi menjadi pebisnis
maupun pengusaha.
 Remaja angkata 90an memiliki kesempatan yang cukup luas untuk dapat mengembangkan ilmu
iptek dikarenakan hidup di era industrialisasi dan globalisasi.

5. Gerak Sosial Geografis


Merupakan perpindahan individu maupun kelompok serta satu daerah menuju daerah lainnya,
semisal migrasi, urbanisasi, ataupun transmigrasi. Contoh dari gerak sosial geografis ini antara
lain adalah:

 Banyak warga desa yang dulunya berprofesi sebagai petani dan kemudian datang mengadu nasib
ke kota besar dan menjadi pedagang, supir, dan lainnya.
 Perpindahan penduduk yang disebabkan adanya bencana alam, seperti gunung meletus, banjir,
gempa bumi dan lainnya.
Pertemuan 5

KELOMPOK SOSIAL, MASYARAKAT MAJEMUK, DAN KONFLIK SOSIAL

A. Kelompok Sosial
Kelompok sosial adalah kumpulan manusia yang saling berinteraksi dan memiliki
kesadaran bersama akan keanggotaannya dalam suatu kelompok. Kelompok sosial terbentuk
karena tumbuhnya perasaan bersama akibat interaksi yang sering terjadi diantara mereka.
Kelompok sosial di dalam kehidupan bermasyarakat sangat banyak jumlahnya, dasar
pembentukan kelompok tersebut pun berbeda – beda. Sejak dilahirkan manusia telah
memiliki dua hasrat pokok dalam dirinya, yaitu keinginan untuk menjadi satu dengan
manusia lain dan keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam disekitarnya.
Pembentukan kelompok sosial merupakan salah satu usaha manusia dalam memenuhi
kebutuhannya tersebut.

Ciri – Ciri Kelompok Sosial


1. Memiliki motif yang sama antara satu individu dengan individu lainnya sehingga
kerjasama dan interaksi untuk mencapai tujuan yang sama lebih mudah terjadi.
2. Anggota kelompok memiliki kesadaran bahwa ia adalah bagian dari kelompok
yang bersangkutan.
3. Terdapat hubungan timbal balik antar anggota.
4. Mempunyai struktur sosial sehingga kelangsungan hidup kelompok tergantung
kepada kesungguhan anggotanya dalam menjalan peran mereka.
5. Memiliki norma dan aturan yang mengatur hubungan antar anggota.
6. Merupakan satu kesatuan yang nyata sehingga dapat dibedakan dengan kelompok
lainnya.
Syarat Terbentuknya Kelompok Sosial
1. Setiap anggota memiliki kesadaran bahwa dirinya merupakan bagian dari
kelompok yang bersangkutan.
2. Ada kesamaan faktor yang dimiliki oleh anggota kelompok tersebut sehingga
hubungan mereka bertambah eratm beberapa kesamaan tersebut antara lain adalah
: Persamaan Nasib, Persamaan Kepentingan, Persamaan Tujuan, Persamaan
Ideologi, Persamaan Fisik, atau Persamaan lainnya
3. Kelompok sosial memiliki struktur, kaidah dan pola perilaku tertentu
4. Kelompok sosial ini bersistem dan berproses

B. Masyarakat Majemuk
Masyarakat majemuk terbentuk dari dipersatukannya masyarakat-masyarakat suku
bangsa oleh sistem nasional, yang biasanya dilakukan secara paksa (by force) menjadi
sebuah bangsa dalam wadah negara. Sebelum Perang Dunia kedua, masyarakat-
masyarakat negara jajahan adalah contoh dari masyarakat majemuk. Sedangkan setelah
Perang Dunia kedua contoh-contoh dari masyarakat majemuk antara lain, Indonesia,
Malaysia, Afrika Selatan, dan Suriname.
Menurut Nasikun masyarakat majemuk adalah merupakan masyarakat yang
menganut berbagai sistem nilai yang dianut oleh berbagai kesatuan sosial yang menjadi
bagian-bagiannya adalah sedemikian rupa sehinggan para anggota masyarakat kurang
memiliki loyalitas terhadap masyarakat sebagai suatu keseluruhan, kurang memiliki
homogenitas kebudayaan, atau bahkan kurang memiliki dasar-dasar untuk saling
memahami satu sama lain.
Parsudi Suparlan mengungkapkan bahwa, “masyarakat majemuk terbentuk dari
dipersatukannya masyarakat-masyarakat suku bangsa oleh sistem nasional yang biasa
dilakukan secara paksa (coercy by force) menjadi sebuah bangsa dalam bentuk nasional”.
Ciri yang paling terlihat dari sebuah masyarakat mejemuk adalah adanya sistem nasional
yang menghubungkan sistem nasional atau pemerintahaan nesional dengan suku bangsa
yang ada di masyarakat dan hubungannya antar masyarakat suku bangsa.

Karakteristik Masyarakat majemuk


1. Terjadi segmentasi ke dalam bentuk-bentuk kelompok subkebudayaan yang berbeda satu
dengan yang lain.
2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi kedalam lembaga-lembaga yang bersifat
nonkomplomenter.
3. Kurang mengembangkan konsensus diantar para anggota-anggotanya terhadap nilai-nilai
yang bersifat dasar.
4. Secara relatif seringkali mengalami konflik diantara kelompok yang satu dengan
kelompok yang lain.
5. Secara relatif, integrasi sosial tumbuh diatas paksaan (coercion) dan saling
ketergantungan di dalam bidang ekonomi
6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok lain.

C. Konflik Sosial
Konflik social adalah sebagai suatu proses sosial antara dua pihak atau lebih ketika
pihak yang satu berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau
membuatnya tidak berdaya. Latar belakang adanya konflik adalah adanya perbedaan
yang sulit ditemukan kesamaannya atau didamaikan baik itu perbedaan kepandaian, ciri
fisik, pengetahuan, keyakinan, dan adat istiadat.
Konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat. Bahkan, tidak ada
satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik. Tiap masyarakat pasti pernah
mengalami konflik, baik konflik dalam cakupan kecil atau konflik berskala besar.
Konflik yang cakupannya kecil, seperti konflik dalam keluarga, teman, dan
atasan/bawahan. Sementara itu, konflik dalam cakupan besar, seperti konflik
antargolongan atau antarkampung.

Faktor-Faktor Penyebab Konflik

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik dalam masyarakat adalah sebagai berikut…
 Perbedaan indvidu; perbedaan pendirian dan perasaan
 Adanya perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi yang berbeda-beda
pula. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola pemikiran dan pendirian
kelompoknya
 Adanya perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok bisa menyangkut bidan ekonomi,
politik dan juga sosial.
 Terdapat perubahan nilai yang cepat secara tiba-tiba dalam masyarakat

C. Macam-Macam Konflik

Terdapat berbagai macam konflik yang dikelompokkan dalam beberapa jenis antara lain sebagai
berikut…
1. Macam-Macam Konflik Berdasarkan Pihak Yang Terlibat Di Dalamnya
 Konflik dalam diri individu (conflik within the individual), adalah konflik yang terjadi karena
memilih tujuan yang saling bertentangan, atau karena tuntutan tugas yang terlampau banyak
untuk di tinggalkan.
 Konflik antar-individu (conflik among individual), adalah konflik yang terjadi karena adanya
perbedaan kepribadian antara individu yang satu dengan individu yang lainnya.
 Konflik antar individu dan kelompok (conflik among individual and groups), adalah konflik
yang terjadi karena terdapat individu yang gagal beradaptasi dengan norma-norma kelompok
dimana tempat ia bekerja.
 Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama (conflik among groups in the same
organization) adalah konflik yang terjadi karena setiap kelompok memiliki tujuan tersendiri dan
berbeda yang ingin di capai.
 Konflik antar organisasi (conflik among organization), adalah konflik yang terjadi karena
tindakan yang dilakukan oleh anggota organisasi yang menimbulkan dampak negatif bagi
anggota organisasi lain.
 Konflik antar individu dalam organisasi yang berbeda (conflik among individual in different
organization), adalah konflik yang terjadi karena sikap atau perilaku anggota organisasi yang
berdampak negatif anggota organisasi lain.
2. Macam-Macam Konflik Berdasarkan Fungsinya
 Konflik konstruktif, adalah konflik yang mempunyai nilai positif kepada pengembangan
organisasi.
 Konflik destruktif, adalah konflik yang memiliki dampak negatif kepada pengembangan
organisasi.
3. Macam-Macam Konflik Berdasarkan Posisi Seseorang dalam Struktur Organisasi
 Konflik vertikal, adalah konflik yang terjadi antara karyawan yang memiliki jabatan yang tidak
sama dengan dalam organisasi.
 Konflik horizontal, adalah konflik yang terjadi karena memiliki kedudukan/jabatan yang sama
atau setingkat dalam organisasi.
 Konflik garis staf, adalah konflik yang terjadi karyawan yang memegang posisi komando,
dengan pejabat staf sebagai penasehat dalam organisasi.
 Konflik peran, adalah konflik yang terjadi karena individu memiliki peran yang lebih dari satu.
4. Macam-Macam Konflik Berdasarkan Dampak Yang Timbul
 Konflik fungsional, adalah konflik yang memberikan manfaat atau keuntungan bagi organisasi
yang dapat dikelola dan dikendalikan dengan baik.
 Konflik Infungsional, adalah konflik yang dampaknya merugikan orang lain.
5. Macam-Macam Konflik Berdasarkan Sumber Konflik
 Konflik tujuan, adalah konflik yang terjadi karena adanya perbedaan individu, organisasi atau
kelompok yang memunculkan konflik
 Konflik peranan, adalah konflik yang terjadi karena terdapat peran yang lebih dari satu.
 Konflik nilai, adalah konflik yang terjadi karena adanya perbedaan nilai yang dianut oleh
seseorang berbeda dengan nilai yang dianut oleh organisasi atau kelompok.
 Konflik kebijakan, adalah konflik yang terjadi karena individu atau kelompok tidak sependapat
dengan kebijakan yang diambil oleh organisasi.
6. Macam-Macam Konflik Berdasarkan Bentuknya
 Konflik realistis, adalah konflik yang terjadi karena kekecewaan individu atau kelompok atas
tuntutannya.
 Konflik nonrealistif, adalah konflik yang terjadi karena kebutuhan yang meredakan ketegangan.
7. Macam-Macam Konflik Berdasarkan Tempat Terjadinya
 Konflik in-group, adalah konflik yang terjadi dalam kelompok atau masyarakat sendiri
 Konflik out-group, adalah konflik yang terjadi antara suatu kelompok atau masyarakat dengan
suatu kelompok atau masyarakat lain.
8. Macam-Macam Konflik Berdasarkan Pendapat Dahrendorf
 Konflik antara atau dalam peran sosial, seperti antara peran seseorang dalam keluarga dan peran
dalam pekerjaan (profesi).
 Konflik antara kelompok-kelompok sosial,
 Konflik antara kelompok yang terorgansiasi dengan kelompok yang tidak terorganisasi,
 Konflik antara satuan nasional, seperti konflik antara KPK dan Porli dalam menangani kasus
tertentu.
 Konflik antarnegara atau antara negara dan organisasi internasional,
D. Dampak Positif dan Negatif Konflik

Konflik tidak hanya memberikan hasil yang berakibat negatif bagi masyarakat, namun konflik
juga memberika dampak yang berakibat positif yang bermanfaat bagi masyarakat. Macam-
macam dampak positif dan negatif konflik adalah sebagai berikut…
a. Dampak Positif Konflik
 Adanya yang memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau belum tuntas dipelajari
 Adanya penyesuaian kembali norma dan nilai yang diserta dengan hubungan sosial dalam
kelompok yang bersangkutan.
 Jalan untuk mengurangi ketegangan antarindividu dan antarkelompok
 Untuk mengurangi atau menekan adanya pertentangan yang terjadi dalam masyarakat
 Membantu menghidupkan kembali norma lama dan menciptakan norma baru
b. Dampak Negatif Konflik
 Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang mengalami konflik dengan kelompok
lain.
 Keretakan hubungan antar anggota kelompok, seperti akibat konflik antarsuku
 Menimbulkan perubahan kebribadian pada individu, seperti adanya rasa benci dan saling curiga
akibat perang
 Adanya kerusakan harta benda dan hilangnya nyawa manusia
 Terdapat domoniasi, juga penaklukan, yang terjadi pada salah satu pihak yang terlibat dalam
konflik
Pertemuan 6

SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN SOSIAL

A. Sosiologi Sebagai Ilmu Pengetahuan

Bicara tentang sosiologi sebagai ilmu pengetahuan, Soerjono Soekanto berpendapat


bahwa Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi – segi kemasyarakatan yang
bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola – pola umum kehidupan masyarakat.
Sedangkan ilmu dapat diartikan sebagai kumpulan pengetahuan – pengetahuan yang tersusun
secara sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran (logika). Pengetahuan muncul
karena ada rasa ingin tahu manusia tentang hal – hal tertentu. Namun hanya pengetahuan yang
secara sistematis dan teruji kebenarannya yang termasuk ilmu.

Sosiologi dapat dikatakan sibagai ilmu selama sosiologi mendaasarkan penelaahannya pada
bukti – bukti ilmiah dan metode – metode ilmiah. Suatu ilmu sekurang – kurangnya dapat
dirumuskna dengan 2 cara, yaitu :

1. Suatu ilmu adalah suatu kerangka pengetahuan yang tersusun dan teruji yang diperoleh
melalui suatu penelitian ilmiah
2. Suatu ilmu adalah suatu metode untuk menemukan suatu kerangka pengetahuan yang
tersusun dan teruji.

Sosiologi dapat dikatakan sebagai ilmu karena didukung beberapa syarat, antara lain :

1. Bersifat empiris, artinya sosiologi didasarkan pada observasi (pengamatan) terhadap


kenyataan dan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif (memperkirakan) tetapi
objektif
2. Bersifat teoritis, yaitu selalu berusaha menyusun observsasi dari hasil – hasil observasi,
yang merupakan unsur – unsur yang tersusun secara logis serta bertujuan untuk
menjelaskan antar hubungan dan sebab akibat sehingga menjadi teori.
3. Bersifat komulatif artinya teori – teori sosiologi telah ada sebelumnya, dalam arti
memperbaiki, diperluas dan diperluas teori – teori tersebut
4. Bersifat non etis yang artinya sosiologi menjelaskan fakta – fakta secara analitis dalam
masyarakat.

Konsep Dasar Sosiologi Masyarakat


Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari jaringan hubungan antar manusia
dalam hidup bermasyarakat. Secara singkat sosiologi bisa diartikan sebagai ilmu pengetahuan
tentang masyarakat dimana sosiologi mempelajari masyarakat sebagai kompleks kekuatan,
hubungan, jaringan interlasi, serta sebagai kompleks lembaga/pranata. Sosiologi juga melihat
individu – individu yang saling berhubungan dan membentuk kelompok – kelompok yang
pengaruhnya besar terhadap kelakuan dan pola kelakuan bagi individunya. Secara singkat konsep
– konsep dasar sosiologi di masyarakat antara lain:

 Perubahan sosial
 Ketertiban dan pengendalian sosial
 Sosialisasi
 Organisasi sosial
 Mobilitas sosial
 Masalah – masalah sosial

Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan mempunyai sifat hakikat antara lain sebagai berikut :

 Sosiologi merupakan ilmu sosial (bukan ilmu alam atau ilmu kerohanian)
 Sosiologi bersifat ketegoris artinya sosiologi membatasi diri dengan apa yang terjadi di
masyarakat.
 Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan murni bukan ilmu terapan
 Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak artinya yang diperhatikan adalah
pola dari peristiwa yang terjadi dalam masyarakat
 Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian – pengertian dan pola – pola umum.
Sosiologi meneliti dan mencaria apa yang menjadi prinsip/hukum – hukum dari interaksi
manusia dan perilaku sifat, hakikat isi dan struktur masyarakat
 Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan umum bukan ilmu pengetahuan khusus yang
artinya sosiologi mengamati dan mempelajari gejala – gejala umum yang ada pada setiap
interaksi dalam masyarakat secara empiris.

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan untuk mengungkapkan realitas sosial budaya yang ada
dalam masyarakat dengan prosedur dan teori yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Oleh sebab itu dalam pengetahuan sosiologi menggunakan metode ilmiah dalam
penalaran/observasinya.

Menurut Paul B. Horton teknik riser sosiologi antara lain :

1. Studi cros-sectional dan longitudinal, yaitu pengamatan yang meliputi suatu daerah yang
luas dan jangka waktu tertentu. Sedangkan studi longitudinal yaitu studi yang
berlangsung sepanjang waktu yang menggambarkan suatu kecenderungan atau
serangkaian pengamatan sebelum dan sesudahnya.
2. Eksperimen laboratorium dan eksperimen lapangan, yang kemudian dicatat dan ditarik
kesimpulan
3. Penelitian pengamatan, dalam penelitian ini tidak mempengaruhi terjadinya suatu
kejadian.
4. Menurut Soerjono Soekanto, metode sosiologi yang digunakan adalah :
5. Metode kualitatif yaitu suatu metode yang cara kerjanya adalah dengan mendeskripsikan
hasil penelitian dan tidak dapat diukur dengan angka. Yang termasuk metode kualitatif
adalah metode historis, metode komperatif dan metode studi kasus.
6. Metode kuantitatif, yaitu metode yang mengutamakan keterangan dengan angka atau
gejala – gejala yang teliti dan dapat diukur dengan skala, indeks, tabel, dan formula.
Yang termasuk metode kuantitatif adalah metode statistik dimana gejala – gejalan
masyarakat sebelum dianalisis dikuantifikasi terlebih dahulu.

B. Penelitian Sosial

Penelitian atau riset secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha-usaha ilmiah yang
dilakukan oleh peneliti untuk menangkap suatu fenomena. Oleh karena di sini penelitian yang
dimaksud adalah penelitian sosial, maka fenomenanya fenomena sosial. Beberapa ahli ilmu
sosial mendeskripsikan penelitian sebagai berikut:

Soerjono Soekanto mengatakan penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang bertujuan untuk
mengungkapkan kebenaran sebagai salah satu manifestasi hasrat manusia untuk mengetahui apa
yang sebenarnya sedang dihadapinya.

Hill Way mengartikan penelitian sebagai suatu metode studi yang diterapkan dengan hati-hati
dan mendalam untuk mengungkap fakta dari masalah-masalah yang yang diyakini agar dapat
menyelesaikan masalah-masalah tersebut.

Metode Penelitian Sosial

a. Metode kuantitatif

Metode penelitian sosial kuantitatif menggunakan data numerik atau dalam bentuk angka.
Sekalipun menggunakan wawancara terbuka, metode kuantitatif mengubah narasi ke dalam
angka melalui proses kuantifikasi atau koding.

Proses dalam penelitian kuantitatif dimulai dengan pembuatan variabel. Misal, penelitian
tentang pengaruh pendapatan bulanan keluarga terhadap tingkat pendidikan anak. Pendapatan
bulanan keluarga merupakan variabel. Begitu pula tingkat pendidikan anak. Kedua variabel
tersebut diasumsikan berhubungan dalam bentuk hipotesis. Sebagai contoh, hipotesis yang
dimiliki peneliti adalah, semakin tinggi pendapatan bulanan keluarga, semakin tinggi pula
tingkat pendidikan anak. Sampai di sini, maka peneliti selain membuat variabel juga menyusun
hipotesis.
Dalam proses pengumpulan data, metode penelitian kuantitatif menggunakan instrumen
diluar diri peneliti, seperti kuesioner, formulir survei, alat polling, dan sebagainya yang sudah
disusun rapi sebelum turun lapangan. Selama proses pengumpulan data, peneliti fokus pada isi
instrumen penelitian yang telah disusun. Artinya, tidak perlu atau sedikit sekali memerlukan
unsur subjektivitas. Data yang diisi dalam instrumen penelitian merupakan data objektif.

Penelitian menggunakan metode kuantitatif menonjolkan unsur objektivitas. Responden


mengisi formulir atau keusioner yang disebarkan sesuai dengan petunjuk yang diberikan.
Beberapa contoh metode penelitian kuantitatif yang banyak digunakan misalnya, penelitian
survei, penelitian longitudinal, penelitian cross-sectional.

b. Metode kualitatif

Metode penelitian kualitatif menggunakan data naratif atau kata-kata. Narasi yang
diperoleh selama proses pengumpulan data diinterpretasi oleh peneliti. Kendatipun demikian,
proses pengolahan data juga bisa dilakukan melalui koding. Namun bukan dalam rangka menilai,
melainkan melihat pola jawaban informan.

Berbeda dengan penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif dimulai dengan meninggalkan


asumsi-asumsi teoritis, meskipun ada pula penelitian kualitatif yang berangkat dari asumsi
teoritis. Salah satu perbedaan yang jeas adalah penelitian kualitatif tidak memerlukan hipotesis
dalam rancangan penelitiannya. Sebagai contoh, penelitian tentang perkembangan budaya pop di
Indonesia. Peneliti tidak perlu menuliskan dalam proposalnya sebuah hipotesis, misal, internet
telah menjadi mediautama pembentuk selera anak muda terhadap budaya pop kekinian. Asumsi
demikian boleh saja ada dalam pikiran peneliti, namun tidak dalam proposal

Dalam proses pengumpulan data, metode yang jamak digunakan adalah observasi dan
wawancara. Konten analisis media juga bisa digunakan dalam penelitian analisis wacana.
Melalui observasi dan wawancara, peneliti mengumpulkan data naratif berupa koleksi cerita
yang diberikan oleh informan dan kondisi di lapangan. Dalam proses pengumpulan data, unsur
subjektif memainkan peranan penting karena peneliti menginterpretasi cerita yang diperoleh
ketika pengumpulan data.

Penelitian kualitatif bisa menggunakan panduan wawancara, buku harian, atau apapun
yang bisa digunakan untuk mencatat narasi yang ada dilapangan sebagai instrumen penelitian.
Satu lagi instrumen yang dimiliki oleh penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Peneliti
merangkap sebagai instrumena, data naratif yang dikumpulkan akan diinterpretasi oleh peneliti
itu sendiri. Beberapa macam penelitian yang menggunakan metode kualitatif misalnya, studi
kasus, etnografi, fenomenologi.

Anda mungkin juga menyukai