Anda di halaman 1dari 10

Sosiologi

Masyarakat dan Kehidupan Beragama


1

MEMAHAMI DINAMIKA KONFLIK DAN UPAYA TOLERANSI


ANTARAGAMA DARI PENGALAMAN DAN SUDUT PANDANG
AKTIVIS SOSIAL
Indra Maulana1, Nayla Malika Azhar2, Devi Hatriani3, Intan Nuraeni4, Syeira Adinda
Maulana5, Sidqi Al Ghifari6
1,2,3,4,5,6 Universitas
Garut Fakultas Ilmu Komunikasi dan Informmasi
Email: indramau77@gmail.com1, malikaazharnayla@gmail.com2, devihatriani@gmail.com3,
intannuraeni1425@gmail.com4, adindasyeira0@gmail.com5, sidqitribunjabar@gmail.com6

Abstrak
Konflik agama muncul ketika perbedaan keyakinan menyebabkan ketegangan, dikriminasi, bahkan
kekerasan dalam masyarakat. Makalah ini mengeksplorasi dinamika konflik dan upaya-upaya yang dilakukan oleh
aktivis sosial untuk mempromosikan toleransi dalam konteks perbedaan keagamaan di masyarakat. Melalui
wawancara (Interview) dengan aktivis sosial dari berbagai latar belakang, riset ini menyelidiki pengalaman mereka
dalam mengatasi konflik antaragama dan strategi yang mereka gunakan untuk membangun toleransi.
Hasil penelitian menyoroti tantangan utama yang dihadapi oleh aktivis sosial, serta keberhasilan dan
kegagalan mereka dalam mempromosikan perdamaian dan kerukunan antaragama. Makalah ini menawarkan
wawasan penting tentang peran dan pentingnya upaya aktivis sosial dalam mengatasi konflik dan memperkuat
toleransi dalam masyarakat yang multikultural dan multireligius. Dengan menyoroti pengalaman aktivis sosial,
makalah ini menggarisbawahi pentingnya kolaborasi lintas-agama dalam membangun pemahaman yang lebih baik
dan menyelesaikan konflik yang berakar pada perbedaan keagamaan.

Kata kunci : Konflik, Aktivis Sosial, Toleransi, Masyarakat.

I. PENDAHULUAN
Agama merupakan suatu pedoman atau pandangan untuk menjalani kehidupan.
Indonesia merupakan negara dengan beragam agama, kepercayaan dan juga budaya yang
berbeda-beda di setiap daerahnya. Semua agama besar yang ada di Indonesia mempunyai visi
dan misi dasar yakni mengajarkan kedamaian dan keselamatan bagi pemeluknya. Peran agama
sangat penting bagi manusia untuk hidup di dunia ini, untuk mewujudkan kebahagiaan dalam
hidup ini dan kebahagiaan di akhirat. Agama dalam kehidupan manusia berfungsi sebagai
koordinator hidup dan pedoman hidup, dan dalam perubahan sosial yang dialami masyarakat.

Dosen Pengampu:
Dr. Hadiati, M.Si., Dr., Msi
Sosiologi
Masyarakat dan Kehidupan Beragama
2

Agama memiliki dua fungsi yang saling bertentangan. Di satu sisi berperan sebagai
perekat sosial yang mempererat hubungan antar individu dan kelompok dengan latar belakang
etnis, bahasa, dan ekonomi yang berbeda. Agama juga menjadi sumber inspirasi dan memberi
motivasi tindak kepahlawanan atau membangkitkan semangat pengorbanan. Akan tetapi di sisi
yang lain, setiap agama juga memiliki fungsi yang amat problematis ketika agama dikaitkan
dengan fenomena kekerasan. Atas nama agama, orang bisa semena-mena memperlakukan orang
lain. Agama dipakai untuk melakukan diskriminasi, dijadikan alasan tindak kekerasan, bahkan
sampai pada pembunuhan. Eksistensi agama yang berfungsi sebagai penegak keadilan dan
kedamaian sering mendapat sorotan tajam ketika muncul berbagai konflik sosial yang seolah-
olah bernuansa agama. Agama dituding sebagai penyebab utama dari setiap konflik sosial yang
pernah terjadi dalam ziarah peradapan bangsa Indonesia. Hal itu tampak dalam konflik-konflik
di mana faktor agama memainkan peran yang tidak kecil. Perbedaan tajam antar-agama dapat
dengan mudah menyebabkan konflik terutama dalam kondisi krisis untuk tujuan politik dan
ekonomi yang sangat bertentangan dengan semangat etis dari agama-agama.

II. METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan
pendekatan studi kasus. teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada
generalisasi. Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena tertentu melalui sudut
pandang narasumber melalui pertanyaan-pertanyaan tertentu.
2. Objek dan Sasaran Penelitian
a. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, objek yang akan diteliti adalah konflik-konflik yang terjadi pada
masyarakat karena peberbedaan agama, serta sikap toleransi sebagai upaya dalam penaganan
konflik antaragama.

Dosen Pengampu:
Dr. Hadiati, M.Si., Dr., Msi
Sosiologi
Masyarakat dan Kehidupan Beragama
3

b. Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian ini ditujukan kepada aktivis sosial dari berbagai latar belakang untuk
mempromosikan toleransi dalam konteks perbedaan keagamaan di masyarakat. Riset ini
menyelidiki pengalaman mereka dalam mengatasi konflik antaragama dan strategi yang mereka
gunakan untuk membangun toleransi.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data yang lengkap dan sesuai dengan penelitian, kami
menggunakan teknik wawancara (Interview). Wawancara dilakukan dengan menggunakan
aplikasi Zoom meeting, kami akan memberikan link Zoom meeting kepada narasumber,
selanjutnya kami mengajukan beberapa pertanyaan kepada narasumber, dimana narasumber
akan memberikan jawaban secara lisan dan jujur. Dalam pelaksanaannya data hasil wawancara
yang didapatkan merupakan data primer.
Dalam pengumpulan data, kami membuat beberapape pertanyaan untuk diajukan kepada
responden. Kami menggunakan pertanyaan yang sama kepada responden. Berikut adalah
pertanyaan-pertanyaan yang telah kami buat :
1. Bagaimana Anda melihat peran agama dalam mempengaruhi hubungan antarindividu
dalam masyarakat?
2. Menurut Anda, apa yang menjadi penyebab utama konflik antaragama?
3. Bagaimana pengalaman pribadi Anda dalam berinteraksi dengan individu dari latar
belakang keagamaan yang berbeda?
4. Apa pendapat Anda jika ada pendidikan khusus untuk membangun toleransi antaragama
di masyarakat?
5. Apakah Anda pernah melihat / menemukan kerjasama antaragama yang berhasil
menyelesaikan konflik dan menciptakan harmoni dalam suatu komunitas?
Penelitian ini mencoba untuk meminta narasumber mengungkapkan berbagai pemikiran
maupun persepsi mereka mengenai perilaku mereka terhadap konflik dan upaya toleransi
antaragama tanpa memberi mereka banyak arahan/pedoman bagaimana harus menjawab setiap
pertanyaan yang diajukan. Dan jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Dosen Pengampu:
Dr. Hadiati, M.Si., Dr., Msi
Sosiologi
Masyarakat dan Kehidupan Beragama
4

wawancara terbuka, dimana tiap urutan pertanyaan maupun cara penyajiannya akan sama bagi
setiap narasumber.

III. Hasil Dan Pembahasan


1. Hasil Riset
Dengan pertanyaan yang telah kami ajukan, terdapat 3 narasumber yang kami wawancarai,
berikut identitas dan hasil wawancara narasumber :
Narasumber 1 Narasumber 2
Nama : Rahma Mekar Muharram (19) Nama : Immanuel Gesael Gultom (19)
Alamat : Kp. Cukangkawung, Desa.Sirnajaya, Alamat : Perum Cibunar
Kec. Tarogong Kaler Agama : Kristen
Agama : Islam
Narasumber 3
Nama : Johan Hau (27)
Alamat : Jl. Untung Saropati, Kec. Alak, Kota
Kupang
Agama : Kristen Protestan

Setelah kami mengajukan beberapa pertanyaan kepada narasumber yang kami wawancarai,
maka didapatkanlah hasil wawancara sebagai berikut :
Menurut narasumber 1, Rahma Mekar Muharram: Peran agama untuk zaman sekarang
tidak terlalu mempengaruhi antarindividu. Karena nyatanya, agama semakin kesini semakin
jauh terutama kalangan anak muda. Tetapi untuk kalangan orang tua peran agama masih erat,
contohnya seperti tetap melakukan pengajian rutin setiap hari dengan berbeda-beda tempat.
Selanjutnya yang menjadi penyebab utama konflik antaragama adalah perbedaan pendapat atau
anutan masing-masing kelompok, padahal pada dasarnya yang mereka anut adalah sama dan
kurangnya toleransi maupun sikap saling membantu.

Dosen Pengampu:
Dr. Hadiati, M.Si., Dr., Msi
Sosiologi
Masyarakat dan Kehidupan Beragama
5

Dia sendiri belum pernah berinteraksi dengan individu yang berbeda agama. Namun dia
pernah beberapa kali berpapasan di koridor sekolah dan saling melempar senyum. Lalu dia juga
setuju bila terdapat pendidikan khusus untuk membangun sikap toleransi antaragama di
masyarakat. Karena baginya toleransi dalam hidup ini adalah hal yang terpenting, membangun
toleransi antaragama sendiri memiliki manfaat lebih bagi kita semua untuk menciptakan
masyarakat yang lebih harmonis. Bahkan dia juga mengajukan saran sebagai berikut : “ciptakan
pendidikan membangun toleransi seagama terlebih dahulu, karena untuk seagama saja
toleransinya masih kurang.” Ujarnya. Dan dia juga belum pernah melihat / menemukan
kerjasama antaragama yang berhasil menyelesaikan konflik dan menciptakan keharmonisan
dalam suatu komunitas.
Lalu menurut narasumber 2, Immanuel Gesael Gultom: Peran agama sangat penting
dalam kehidupan seseorang. Dimana karakter seseorang dibentuk dengan baik dalam agama,
maupun pengetahuannya. Karakter dapat dilihat bagaimana cara/sikap individu berinteraksi
dengan individu lainnya. Seseorang akan tau cara bersikap dan mengambil keputusan dalam
kehidupan bermasyarakat. Dan yang menjadi penyebab utama konflik antaragama menurut dia
adalah kurangnya toleransi, saling menyalahkan dan saling menganggap agama yang
dipeluknya adalah agama paling benar. Dia juga pernah beberapa kali berinteraksi dengan
individu yang berbeda agama dengannya. “Kita selalu menghargai perbedaan antara kita dan
tidak mempermasalahkan nya.” Ujarnya. Dia juga setuju bila terdapat pendidikan khusus untuk
membangun sikap toleransi antaragama di masyarakat. Karena akan membantu dan
mempermudah kita dalam pendekatan antaragama. Dan gotong royong adalah salah satu
kegiatan kerjasama antaragama yang pernah dia lihat tanpa menciptakan konflik antarindividu.
Disisi lain, narasumber 3 (Johan Hau): Peran agama dalam lingkup kehidupan sangat
penting sebagai pedoman. Agama juga bisa mempengaruhi moral dan tingkah laku kita dalam
lingkungan bermasyarakat. Dan yang menjadi penyebab utama konflik antaragama menurut dia
adalah mungkin antarindividu-nya sendiri belum benar-benar paham akan sesuatu ajaran agama,
mereka mungkin bisa paham tentang suatu agama tapi lebih mementingkan diri sendiri atau
pihak tertentu dari pada ajaran agama yang di anutnya. Bahkan masih banyak yang berbuat

Dosen Pengampu:
Dr. Hadiati, M.Si., Dr., Msi
Sosiologi
Masyarakat dan Kehidupan Beragama
6

seenaknya hingga tidak memikirkan apa dampak yang akan terjadi kedepannya. Contonya
bentrok antara Israel dengan Palestine, dimana pada media sosial khususnya, itu dampak dari
hinaan agama. Padahal yang sebenarnya terjadi itu bukan tentang agama, tapi tentang wilayah.
Lalu pengalaman dia dalam berinteraksi dengan individu yang berbeda agama juga
sangat baik. “Pengalaman aku si baik, nggak ada masalah tentang itu. Teman aku banyak yang
nonkristen tapi kita bisa nongkrong, makan bareng, bahkan seperti saudara kandung. Yang
penting kita bisa menjaga bahasa, selalu menunjukan rasa peduli kita, dan juga tingkah laku
yang baik agar tidak menghilangkan rasa toleransi kita dan dapat menjalin kerja sama yang
baik. Intinya hanya satu, kita harus saling menghargai dan menghormati agama lain.” Ujarnya.
Selain itu, dia juga setuju bila terdapat pendidikan khusus untuk membangun sikap
toleransi antaragama di masyarakat. Karena menurutnya masih banyak warga yang perlu
dibimbing untuk membangun kehidupan bertoleransi antaragama. Kalau perlu pendidikan
khusus ini diterapkan/ diajarkan mulai dari SMP, SMA dan kuliah. Dan baginya, dengan adanya
pendidikan khusus itu, tidak ada lagi berita tentang pembubaran umat yang sedang ibadah /
penutupan tempat ibadah di Indonesia dan tidak ada lagi yang menghina agama lain di media
sosial. Dan dia juga pernah melihat / menemukan kerjasama antaragama yang berhasil
menyelesaikan konflik dan menciptakan keharmonisan dalam suatu komunitas, diantaranya
gotong royong, dan membuat lomba pada saat memeriakan hari kemerdekaan 17 Agustus. Dan
semuanya berjalan dengan lancar hingga selesai.
2. Pembahasaan
Agama memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan
masyarakat, karena agama memberikan sebuah sistem nilai yang memiliki derivasi pada norma-
norma masyarakat untuk memberikan pengabsahan dan pembenaran dalam mengatur pola
perilaku manusia, baik di level individu maupun masyarakat. Agama dapat dilihat dari dua sudut
pandang. Pertama, nilai agama dilihat dari sudut intelektual yang menjadikan nilai agama
sebagai norma atau prinsip. Kedua, nilai agama dirasakan di sudut pandang emosional yang
menyebabkan adanya sebuah dorongan rasa dalam diri yang disebut mistisme.

Dosen Pengampu:
Dr. Hadiati, M.Si., Dr., Msi
Sosiologi
Masyarakat dan Kehidupan Beragama
7

Toleransi antar umat beragama merupakan suatu sarana yang penting dalam
mewujudkan kerukunan antar individu, sekaligus merupakan kebutuhan dalam rangka
menciptakan stabilitas yang diperlukan bagi proses pencapaian kehidupan masyarakat yang
bersatu dan damai. Toleransi yang baik dapat terjadi apabila diantara individu merasa saling
membutuhkan, saling menghargai perbedaan, saling tolong menolong, saling membantu dan
mampu menyatukan perbedaan yang terjadi di masyarakat. Kasus-kasus antar umat beragama
tidak akan terjadi jika antar umat beragama dapat saling menghargai dan menghormati
kebebasan orang lain dan menyadari bahwa perbedaan itu bukan suatu penghalang dalam
mewujudkan persaudaraan diantara mereka. Mereka dapat hidup membaur menjadi satu secara
berdampingan dengan saling bertoleransi satu dengan yang lain yang kemudian mendorong
tumbuhnya interaksi sosial yang baik diantara dua kelompok umat beragama tersebut.
Dapat diketahui bahwa Bangsa Indonesia telah banyak mengalami perubahan sosial pada
masyarakatnya.

Gillin dan Gillin (dalam Laning, 2009:4) menyatakan bahwa perubahan sosial
merupakan perubahan yang terjadi sebagai akibat dari variasi cara hidup yang
telah diterima oleh masyarakat karena adanya perubahan kondisi geografis,
kebudayaan, komposisi penduduk, ideologi yang terus berkembang maupun
adanya penemuan-penemuan baru di masyarakat.

Fenomena-fenomena perubahan sosial di masyarakat seperti contoh perubahan pola


pikir terhadap norma sosial, nilai-nilai sosial, tingkah laku, dan lain sebagainya juga turut andil
membawa timbulnya sebuah konflik baru di masyarakat. Konflik tersebut dapat bermula dari
antar individu yang kemudian bisa meluas menjadi antar kelompok di masyarakat. Jika hal ini
terjadi tentunya akan berakibat buruk bagi masyarakat itu sendiri.
Berkaitan dengan kenyataan di atas, maka muncul pertanyaan yang menggugat
eksistensi agama yakni benarkah agama memang merupakan sumber konflik sosial? Ataukah
konflik sosial ini semata-mata lahir karena ulah umat beragama yang mempolitisasi agama
demi kepentingan tertentu? Pertanyaan ini begitu urgen karena kita semua mengetahui bahwa

Dosen Pengampu:
Dr. Hadiati, M.Si., Dr., Msi
Sosiologi
Masyarakat dan Kehidupan Beragama
8

citra dasar semua agama adalah menginginkan keselamatan, kedamaian. Semua umat beragama
mengakui bahwa agama manapun tidak pernah mendorong lahirnya kekerasan. Bagaimana
mungkin ikhwal tujuan keselamatan bisa menjadi sumber konflik sosial atau kekerasan
(Susetyo, 2002:82).

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa agama memiliki
dampak yang besar terhadap kehidupan individu dan perubahan pada masyarakat. Agama
berperan dalam mewujudkan kerukunan dan perjuangan di mata masyarakat, juga mewujudkan
keharmonisan. Agama memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan
masyarakat, karena agama memberikan sebuah sistem nilai yang memiliki derivasi pada norma-
norma masyarakat untuk memberikan pengabsahan dan pembenaran dalam mengatur pola
perilaku manusia, baik di level individu dan masyarakat. Agama juga digunakan oleh
masyarakat sebagai pedoman hidup. Dan perubahan sosial adalah gejala umum dalam
kehidupan masyarakat dan terjadi sepanjang masa. Perubahan dilakukan sesuai sifat manusia,
yang selalu ingin mengubah sesuatu. Oleh karena itu, perubahan sosial itu wajar dan hal itu juga
mengingatkan kita bahwa dalam kehidupan manusia mempunyai sesuatu kebutuhan tak ada
batasnya. Peran agama sangat penting bagi masyarakat dalam mengelola perubahan sosial.
Kita semua mengakui bahwa konflik karena perbedaan pendapat sering terjadi dalam
kehidupan bermasyarakat. Bahkan perbedaan pendapat itu sangat dibutuhkan dalam kehidupan
bermasyarakat untuk mencapai kedewasaan berpikir dan bertindak. Tanpa perbedaan pendapat,
hidup manusia menjadi statis. Hal yang perlu diperhatikan adalah konflik yang muncul karena
perbedaan pendapat mesti diolah secara baik sehingga menjadi roh yang menjamin dinamika
atau dialektika kehidupan bersama. Oleh karena itu, perlu ada ruang dan wacana di mana
masyarakat dapat menyalurkan ide atau gagasan, mengungkapkan kebingungan, ketidakpuasan
dan ketakberdayaan hidupnya. Dengan itu, perbedaan pendapat yang berujung kekerasan tidak
mungkin terjadi karena masyarakat menyalurkan pendapat secara lebih terbuka.

Dosen Pengampu:
Dr. Hadiati, M.Si., Dr., Msi
Sosiologi
Masyarakat dan Kehidupan Beragama
9

Toleransi antar umat beragama merupakan suatu mekanisme sosial yang dilakukan
manusia dalam menyikapi keragaman dan pluralitas agama. Toleransi antar umat beragama
merupakan penentu kerukunan dan keharmonisan kehidupan masyarakat dimana tercipta
hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan orang perorang maupun antar
kelompok masyarakat. Dalam hal ini, toleransi agama diperlukan dalam sebuah yang
masyarakatnya heterogen, sehingga diperlukan sebuah usaha yang saling menghargai
antaragama, tidak mengganggu dan menyinggung keyakinan masing-masing. Dan pluralisme
agama dapat dipahami melalui proses interaksi sosial yang harmonis dalam kehidupan sehari-
hari. dalam masyarakat multikultural interaksi merupakan kunci dari semua kehidupan sosial
karena merupakan dasar proses sosial yang menunjukkan hubungan hubungan atau interaksi
sosial yang dinamis.
Oleh karena itu, Bangsa Indonesia memiliki dasar negara yaitu Pancasila. Pancasila
digunakan oleh bangsa Indonesia sebagai pandangan hidup bangsa. Pancasila sendiri sudah
menjadi dasar hidup bangsa Indonesia sejak bangsa ini memperoleh kemerdekaannya. Sehingga
dasar-dasar negara baik itu norma ataupun undang-undang harus berpedoman pada nilai-nilai
pancasila tersebut. Dalam kehidupan bermasyarakat, maka setiap individu haruslah berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai ajaran Pancasila agar tercipta lingkungan bermasyarakat yang aman,
tertib dan penuh toleransi serta menghormati satu sama lain.

V. DAFTAR PUSTAKA
Attabik dan Sumiarti. 2008. Pluralisme Agama: Studi Tentang Kearifan Lokal di Desa
Karangbenda Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap. Jurnal Peneltian Agama.Vol.9
Jul-Des:271-291.
Amran, A. (2015). Peranan agama dalam perubahan sosial masyarakat. HIKMAH: Jurnal Ilmu
Dakwah Dan Komunikasi Islam, 2(1), 23-39.
Faridah, I. F. (2013). Toleransi Antarumat Beragama Masyarakat Perumahan. Komunitas, 5(1).
Irawan, D. (2022). Fungsi Dan Peran Agama Dalam Perubahan Sosial Individu,
Masyarakat. Borneo: Journal of Islamic Studies, 2(2), 125-135.

Dosen Pengampu:
Dr. Hadiati, M.Si., Dr., Msi
Sosiologi
Masyarakat dan Kehidupan Beragama
10

Mubit, R. (2016). Peran Agama dalam Multikulturalisme Masyarakat Indonesia. Epistemé:


Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman, 11(1), 163-184.
Rahardjo, M. (2011). Metode pengumpulan data penelitian kualitatif.
Rahmat, S. T. (2016). Agama dan Konflik Sosial. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan
Missio, 8(1), 132-143.
Rizak, M. (2018). Peran pola komunikasi antarbudaya dalam mencegah konflik antar kelompok
agama. Islamic Communication Journal, 3(1), 88-104.
Rosyid, M. (2015). Mewujudkan Pendidikan Toleransi Antar-Umat Beragama Di Kudus:
Belajar Dari Konflik Tolikara Papua 1 Syawal 1436 H/2015 M. Quality, 3(2), 369-409.
Setyorini, W. (2020). Interaksi Sosial Masyarakat Dalam Menjaga Toleransi Antar Umat
Beragama (Desa Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar). Kajian Moral
Dan Kewarganegaraan, 8(3), 1078-1093.
Soegijono, M. S. (1993). Wawancara sebagai salah satu metode pengumpulan data. Media
Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, 3(1), 157152.
Susetyo, B. 2002. Membuka Mata Hati Indonesia. Malang: Averoes Press.
SUTRISNO, C. W., NAJIB, A., & Kartika, S. (2023). Penerapan Toleransi Beragama dalam
Konteks Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Konteks Agama Islam. Islamic
Education, 1(3), 930-937.

Dosen Pengampu:
Dr. Hadiati, M.Si., Dr., Msi

Anda mungkin juga menyukai