Anda di halaman 1dari 8

IMPLEMENTASI NILAI TOLERANSI BAGI MAHASISWA DI STIKES

KESEHATAN BARU DOLOK SANGGUL

ABSTRAK
Indonesia merupakan sebuah negara besar yang memiliki ciri khas dengan
kebhinekaannya, yang terdiri dari suku, agama, bahasa, ras, dan adat istiadat. Tercatat pada
sejarah bangsa Indonesia, pernah terjadi konflik yang berkaitan dengan isu agama, suku dan ras.
Salah satu konflik yang nampak di media mainstrem yaitu konflik antar agama seperti pertikaian
antara agama Islam sebagai agama mayoritas dan agama Kristen sebagai salah satu agama
minoritas. Maka untuk meminimalisir munculnya konflik yang berkepanjangan dan berdampak
pada stabilitas bangsa Indonesia, maka dibutuhkan penanaman sikap toleransi antar warga. Salah
satu contoh institusi perguruan tinggi yang telah sukses mengimplementasikan nilai toleransi
yaitu STIKES Kesehatan Baru Dolok Sanggul. Lebih uniknya lagi. Teknik pengumpulan data
mengunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Selanjutnya data yang diperoleh
dari lapangan di olah menggunakan analisis model Miles and Huberman. Adapun hasil penelitian
ini diperoleh bahwa bentuk implementasi nilai toleransi bagi mahasiswa STIKES Kesehatan
Baru Dolok Sanggul meliputi; (1) memahami, menghormati dan menghargai setiap ajaran agama
masing-masing sehingga tidak mudah tersinggung ketika ada perbedaan, (2) menghindari topik
pembicaraan yang mengarah pada prinsip keyakinan, (3) saling mengingatkan agar selalu
mentaati perintah agama masing-masing mahasiswa, (4) memberikan porsi yang sama kepada
setiap mahasiswa baik saat pembelajaran di kelas, kegiatan kemahasiwaan maupun interaksi
mahasiswa yang lain.

Kata Kunci: Implementasi, Toleransi, Mahasiswa


PENDAHULUAN

Manusia merupakan makhluk individu sekaligus juga sebagai makhluk sosial. Sebagai
makhluk sosial manusia diwajibkan mampu berinteraksi dengan individu / manusia lain dalam
rangka memenuhi kebutuhan. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam masyarakat, seorang
individu akan dihadapkan dengan kelompok-kelompok yang berbeda dengannya salah satunya
adalah perbedaan kepercayaan / agama.
Dalam menjalani kehidupan sosial tidak bisa dipungkiri akan ada gesekan-gesekan yang
akan dapat terjadi antar kelompok masyarakat, baik yang berkaitan dengan agama atau ras.
Dalam rangka menjaga persatuan dan kesatuan dalam masyarakat maka diperlukan sikap saling
menghargai dan menghormati, sehingga tidak terjadi gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan
pertikaian.
Dalam pembukaaan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 telah disebutkan bahwa "Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya sendiri-sendiri dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya" Sehigga kita sebagai warga Negara sudah
sewajarnya saling menghormati antar hak dan kewajiban yang ada diantara kita demi menjaga
keutuhan Negara dan menjunjung tinggi sikap saling toleransi antar umat beragama.
Indonesia merupakan sebuah negara besar yang memiliki ciri khas dengan
kebhinekaannya,tidak ada negara di dunia yang mampu menyamai kehebatan Indonesia dalam
menjaga keanekaragamannya. Keanekaragaman yang terdiri dari suku, agama, bahasa, ras, dan
adat istiadat merupakan aset bangsa Indonesia yang harus terus dijaga dari awal kemerdekaan
hingga seterusnya oleh segenap lapisan masyarakat, sebab dalam perjalanan sejarahnya bangsa
Indonesia beberapa kali diintervensi oleh bangsa lain dengan memecah-belah NKRI (Negara
Kesatuan Republik Indonesia) baik secara langsung maupun dengan siasat politik atau ekonomi.
Kejadian tersebutbukanlah sesuatu yang harus dibiarkan dan didiamkan begitu saja sebab akan
berdampak signifikan terhadap persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
kedepannya.
METODE
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu
penelititan yang berusaha menggambarkan suatu fenomena atau masalah aktual yang terjadi
dalam kehidupan mahasiswa yang ada di Stikes Kesehatan Baru Dolok Sanggul berdasarkan
fakta yang tampak di lapangan. Dalam penelitian ini menggunakan model Snowball untuk
menentukan sampel penelitian, selanjutnya untuk memperoleh data akurat dan valid yang dapat
menjawab rumusan masalah penelitian maka diputuskan sampel dalam penelitian ini meliputi 20
mahasiswa muslim dan non muslim serta berbeda ras dan sukunya, mengatakan bahwa sampel
dalam penelitian kualitatif bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis, karena tujuan
penelitiannya adalah untuk menghasilkan teori. Maka dari itu sumber data primer diperoleh
dengan wawancara kepada seluruh mahasiswa yang ada di Stikes Keshatan Baru.
Alur penelitian ini adalah mencari sumber data primer dari seluruh mahasiswa melalui
wawancara, dan observasi peneliti langsung di lapangan. Selain itu data dari orang tua wali
murid juga diambil melalui wawancara juga. Setelah data terkumpul, penulis melakukan reduksi
data. Setelah itu menyajikan data dan terakhir memverivikasi data dalam bentuk kesimpulan
yang diambil dari penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Peneliti hendak mengungkap fakta tentang penanaman nilai toleransi sebagai penguatan
pendidikan.
PEMBAHASAN

Toleransi berasal dari bahasa latin dari kata "Tolerare" yang berarti sabar untuk
membiarkan sesuatu. Jadi pengertian toleransi secara luas adalah suatu perilaku atau sikap
manusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghormati dan menghargai
setiap tindakan yang dilakukan orang lain.
Toleransi juga dapat dikatakan istilah pada konteks agama dan sosial budaya yang berarti
sikap atau perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap golongan yang berbeda atau
tidak dapat diterima oleh mayoritas pada suatu masyarakat. Misalnya toleransi beragama dimana
penganut agama mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama minoritas
lainnya. Jadi toleransi antar umat beragama berarti suatu sikap manusia sebagai umat yang
beragama dan mempunyai keyakinan, untuk menghormati atau menghargai manusia yang
beragama lain.
Istilah toleransi juga dapat digunakan dengan menggunakan definisi "Golongan /
Kelompok" yang lebih luas, misalnya orientasi seksual, partai politik dan lain-lain. Sampai
sekarang masih banyak kontroversi serta kritik mengenai prinsip toleransi baik dari kaum
konservatif atau liberal.
Pada sila pertama dalam Pancasila, disebutkan bahwa bertaqwa kepada tuhan menurut
agama dan kepercayaan masing-masing merupakan hal yang mutlak. Karena Semua agama
menghargai manusia oleh karena itu semua umat beragama juga harus saling menghargai.
Sehingga terbina kerukunan hidup anatar umat beragama.
Toleransi berasal dari bahasa Latin yaitu tolere, yang berarti mengangkat (to lift up).
Dimensi toleransi secara makna leksikal berarti simpati atau senang terhadap keyakinan atau
praktik yang berbeda yang dilakukan oleh orang lain (Spring, Aharoni, Summary, & Elliot,
2010). Toleransi juga merupakan kesediaan seseorang untuk menerima cara pandang, perilaku,
dan kebiasaan orang lain yang tidak sama dengan dirinya. Seseorang yang mempunyai nilai
toleransi artinya memiliki rasa menghargai,memberikan keleluasaan kepada orang lain yang
berbeda cara berpikir,bertindak,dan adat istiadatnya dengan yang dimilikinya. (Yani
&Darmayanti, 2020)
Nilai toleransi sangat relevan menjadi bagian yang integral bagi warga agar semua
individu memiliki kebebasan dan dapat aktualisasi diri secara kreatif serta dapat memberikan
peran positif dalam pergaulan masyarakat. (Syah, 2020)
Menurut Undang-Undang nomor 12 Tahun 2012, mahasiswa adalah peserta didik pada
jenjang Pendidikan Tinggi. Mahasiswa sebagai anggota sivitas akademika diposisikan sebagai
insan dewasa yang memiliki kesadaran sendiri dalam mengembangkan potensi diri di Perguruan
Tinggi untuk menjadi intelektual, ilmuan, praktisi dan profesional. Mahasiswa merupakan objek
sekaligus subjek dalam dunia pendidikan. Posisinya sebagai objek sebab ia adalah manusia yang
sengaja dibentuk karakternya di perguruan tinggi menjadi manusia yang lebih dewasa berpikir
dan bertindak serta disiapkan untuk menjadi pengganti peran orang tua di masa yang akan
datang. Sedangkan posisinya sebagai subjek ia adalah manusia yang aktif melakukan pencarian
jati dirinya, menempa segala kompetensi yang ada dalam dirinya baik dengan ikut aktif
mengikuti pembelajaran di dalam kelas maupun ikut aktif menjadi bagian dari salah satu
organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi, segala upaya yang ia lakukan dalam rangka
mengembangkan pola pikir sekaligus media untuk menjadi orang dewasa dalam menyikapi
segala permasalahan yang dihadapinya. Usia mahasiswa yang masih tergolong remaja kadang
kala belum mampu bersikap bijaksana dalam menghadapi permasalahannya dengan sesame
mahasiswa sebab berpegang teguh dengan prinsip dan idealismenya sehingga tidak jarang dari
mereka berselisih paham hingga mengarah pada pertikaian secara fisik. Maka diperlukan
pendidikan karakter khusus yang mampu menghargai setiap ragam perbedaan yang ada diri
mahasiswa, dan karakter nilai yang harus dimiliki setiap mahasiswa adalah toleransi.
Menurut Bahari yang dikutip oleh Azmi (Azmi & Kumala, 2021) menyatakan bahwa
aspek penting dalam masyarakat dalam menjaga prinsip-prinsip dan munculnya toleransi dalam
kehidupan bermasyarakat adalah generasi muda saat ini yaitu mahasiswa. Mahasiswa memiliki
pemikiran yang idealisme yakni memiliki keyakinan yang kuat dan kokoh atas persoalan dan
permasalahan yang sedang dihadapi, ditangani dan yang akan ditanamkan pengaruhnya.
Mahasiswa merupakan sosok yang dianggap sebagai generasi baru untuk melanjutkan,
meneruskan atau menggantikan pemimpin di masa yang akan datang. Mahasiswa sebagai agent
of change dianggap mampu membawa perubahan baru yang lebih baik di masa yang akan
datang.
Toleransi Umat Beragama Di Indonesia
Pandangan ini muncul dilatarbelakangi oleh semakin meruncingnya hubungan antar umat
beragama di indonesia. Penyebab munculnya ketegangan antar umat beragama tersebut antara
lain Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan agama pihak lain.
Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama serta toleransi dalam kehidupan
masyarakat. Sifat dari setiap agama, yang terkandung dalam misi dakwah dan tugas dakwah.
Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan pendapat. Para pemeluk
agama tidak mampu mengontrol diri, sehingga tidak menghormati bahkan memandang rendah
agama lain. Kecurigaan terhadap pihak lain, baik antar umat beragama, intern umat beragama,
atau antara umat beragama dengan pemerintah Pluralitas agama hanya dapat dicapai masing-
masing kelompok bersikap lapang dada satu sama lain. Sikap lapang dada dalam kehidupan
beragama akan mempunyai makna bagi kemajuan dan kehidupan masyarakat plural, apabila ia
diwujudkan dalam:
• Sikap saling mempercayai atas itikad baik golongan agama lain.
• Sikap saling menghormati hak orang lain yang menganut ajaran agamanya.
• Sikap saling menahan diri terhadap ajaran, keyakinan dan kebiasan kelompok agama lain
yang berbeda, yang mungkin berlawanan dengan ajaran, keyakinan dan kebiasaan sendiri.
Dalam upaya memantapkan kerukunan itu, hal yang harus diperhatikan adalah fungsi pemuka
agama, tokoh masyarakat dan pemerintah. Dalam hal ini pemuka agama, tokoh masyarakat
adalah figur yang dapat diteladani dan dapat membimbing, sehingga apa yang diperbuat mereka
akan dipercayai dan diikuti secara taat. Selain itu mereka sangat berperan dalam membina umat
beragama dengan pengetahuan dan wawasannya dalam pengetahuan agama.
Kemudian pemerintah juga berperan dan bertanggung jawab demi terwujud dan terbinanya
kerukunan hidup umat beragama. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas umat beragama di
Indonesia belum berfungsi seperti seharusnya, yang diajarkan oleh agama masing-masing.
Sehingga ada kemungkinan timbul konflik di antara umat beragama. Oleh karena itu dalam hal
ini, ”pemerintah sebagai pelayan, mediator atau fasilitator merupakan salah satu elemen yang
dapat menentukan kualitas atau persoalan umat beragama tersebut. Pada prinsipnya, umat
beragama perlu dibina melalui pelayanan aparat pemerintah yang memiliki peran dan fungsi
strategis dalam menentukan kualitas kehidupan umat beragama, melalui kebijakannya.
KESIMPULAN
Kerukunan hidup umat beragama yang diharapkan adalah kerukunan antar para pemeluk
agama dalam semangat saling mengerti, memahami antara satu dengan yang lainnya. Dengan
kata lain secara bahasa mengerti artinya memahami, tahu tentang sesuatu hal, dapat diartikan
mengerti keadaan orang lain, tahu serta paham mengenai masalah-masalah sosial
kemasyarakatan, sehingga dapat merasakan apa yang orang lain rasakan.
Dengan semangat saling mengerti, memahami, dan tenggang rasa- maka akan
menumbuhkan sikap dan rasa berempati kepada siapa pun yang sedang mengalami kesulitan dan
dapat memahami bila berada di posisi orang lain. Sehingga akan terwujud dan terpelihara
kerukunan antar umat beragama.
Masa depan bangsa Indonesia berada di tangan anak-anak yang sekarang duduk di
bangku sekolah. Maka penanaman nilai-nilai karakter menjadi hal yang krusial saat ini agar masa
depan bangsa berapa pada genggaman orang-orang yang berbudi luhur. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan di Stikes Kesehatan Baru Dolok Sanggul , proses internalisasi nilai tileransi pada
peserta didik dilakukan dengan model-model seperti tunjukan teladan, model kontinuitas, model
repetition, dan model organisaskan. Terlebih proses penanaman nilai karakter toleransi tersisip
pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung dan pada saat kegiatan yang lain seperti dalam
pemberian tugas antara peserta didik laki-laki dan perempuan, pembagian tempat duduk,
pembagian kelompok kerja, pencotohan penjaga kantin.
REFERENSI
Mhiqbah, 2015 Pancasila dalam kerukunan beragama,
http://mhiqbah.blogspot.co.id/2015/04/pengalaman-nilai-nilai-pancasila-dalam.htmlDety
Nurbaity, 2015 Contoh makalah toleransi,
http://annadewi.note.fisip.uns.ac.id/2015/11/25/contoh-makalah-tentang-toleransi-
beragama/
http://www.markijar.com/2015/11/toleransi-antar-umat-beragama-lengkap.html
Agung, Leo. (2011). Character Education Integration in Social Studies. Historia :
International Journal of History Education, Vol.XII No.2

Badan Pusat Statistik Kota Salatiga. (2019) Kecamatan Sidomukti dalam Angka 2019.
Salatiga: Putra Karya.

Badan Pusat Statistik Kota Salatiga. (2019).Kecamatan Sidorejo dalam Angka 2019.
Salatiga: Putra Karya.

Casram. 2016. Membangun Torensi Beragama dalam Masyarakat Plural, Wawasan:


Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1.2

Agbola, Alex and Kaun Chen Tsai. (2012). Bring character education into classroom.
european journal of education research, Volume 1, Number 2, p.163- 170. San Antonio, USA:
University of the Incarnate Word. AlkitabDeuterokanonika. (2018). Jakarta: LembagaAlkitab
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai