NIM : D511911001
Jurusan : Konstruksi Bangunan
Kesimpulan Pendapat
Menurut saya, Survei tahun 2017 oleh Setara Institute terhadap 171 siswa SMA
Negeri di Jakarta dan Bandung menemukan bahwa 60% dari mereka mempraktikkan atau
berperilaku toleran dalam kehidupan sehari-hari, tetapi sekitar 40% menunjukkan sikap
intoleran, dengan 35,7% menunjukkan intoleransi pasif dan 2,4% menunjukkan intoleransi
aktif, termasuk 0,3% yang terpapar ideologi teroris. Survei tersebut juga menemukan bahwa
sekitar 8,5% responden setuju bahwa Pancasila, ideologi dasar negara, harus diganti dengan
dasar agama tertentu.
Pada tahun 2019, Setara Institute melakukan survei yang sama terhadap mahasiswa di
10 universitas negeri dan menemukan masalah intoleransi yang serius, terutama di antara
mereka yang menunjukkan formalisme agama tingkat tinggi, yang dapat mengancam
kebhinekaan Indonesia dan ideologi nasional, Pancasila. Survei menunjukkan bahwa 8,1%
siswa sangat formalistik, sedangkan 24% menunjukkan kecenderungan formalistik. Halili
Hasan selaku Direktur Riset Setara Institute, menekankan perlunya meningkatkan kesadaran
tentang masalah ini, khususnya di kalangan mahasiswa, dan mengatasi masalah formalisme
keagamaan. Survei tersebut juga menemukan bahwa ada kecenderungan eksklusivisme yakni
sikap yang mengeksklusikan atau menolak keberadaan orang atau kelompok yang berbeda
pandangan atau keyakinan dengan dirinya sendiri. Dimana ini berkembang di kalangan siswa
di kelas sosial ekonomi yang cukup memprihatinkan.
Oleh karena itu, kondisi pelajar dan mahasiswa sebagai generasi muda bangsa yang
kurang menghargai keberagaman dapat mengancam iklim kebinekaan yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia. Namun, ada upaya yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk
mengembangkan iklim kebinekaan dan inklusivitas. Kebijakan Merdeka Belajar menjadi
salah satu solusi untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) unggul Indonesia dengan
profil pelajar Pancasila yang memiliki karakter baik dan menghargai keberagaman. Oleh
karena itu, pendidikan karakter menjadi salah satu prioritas dalam kebijakan tersebut.
Pemerintah diharapkan dapat memperkuat peran pendidikan dalam melawan intoleransi dan
mencintai keberagaman sebagai dasar untuk memperkuat iklim kebinekaan di Indonesia.
Maka, untuk melawan intoleransi dalam pendidikan, ada beberapa cara yang menurut
saya dapat dilakukan yaitu