Anda di halaman 1dari 5

Cerita Praktik Baik Terkait Strategi Mengatasi Masalah Peserta Didik Yang Kurang

Membaur Dalam Kelas Melalui Asesmen Diagnostik Non-Kognitif


Damiana Betsy,S.Pd

Masalah yang saya temukan dalam proses pembelajaran di SMA Santo Paulus Pontianak
yaitu masih terdapat Sebagian dari peserta didik yang kurang bisa membaur di kelas.
Masalah latar belakang kurang membaurnya peserta didik di kelas menjadi tantangan saya
sebagai seorang pendidik untuk melakukan sesuatu sebagai wujud peran dan tanggung jawab
dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif dan berdaya guna. Beberapa
faktor yang mungkin berkontribusi terhadap masalah ini antara lain:
1. Keragaman budaya: Peserta didik SMA Santo Paulus Pontianak berasal dari latar
belakang budaya yang berbeda-beda, yakni berasal dari berbagai Sekolah Menengah
Pertama yang berada di wilayah Kalimantan Barat dan luar pulau Kalimantan. Mereka
mungkin menghadapi kesulitan dalam memahami dan berinteraksi dengan teman
sekelas. Perbedaan bahasa, nilai, norma, dan tradisi dapat mempengaruhi tingkat
kepercayaan diri dan keterlibatan mereka dalam pembelajaran.
2. Perbedaan sosial-ekonomi: Peserta didik yang berasal dari latar belakang ekonomi
yang rendah mungkin menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan dasar
mereka, seperti pakaian, makanan, dan alat tulis. Hal ini dapat mempengaruhi fokus
dan partisipasi mereka di kelas.
3. Perbedaan akademik: Peserta didik dengan tingkat kemampuan akademik yang
berbeda-beda dapat mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran di kelas. Mereka
yang merasa tertinggal atau terlalu maju mungkin merasa tidak termotivasi atau tidak
nyaman dalam berinteraksi dengan teman sekelas.
4. Kurangnya interaksi sosial: Jika lingkungan kelas tidak mendorong interaksi sosial
yang positif, seperti kerjasama, saling menghargai, dan saling mendukung, peserta
didik mungkin merasa sulit untuk membangun hubungan dan koneksi dengan teman
sekelas.
Namun yang menjadi tantangan sebagai Pendidik seringkali memiliki keterbatasan waktu dan
sumber daya yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah peserta didik. Dalam
kelas yang padat atau dengan tanggung jawab mengajar yang besar, pendidik mungkin sulit
menemukan waktu yang cukup untuk memperhatikan setiap peserta didik secara individu dan
mengidentifikasi masalah yang mungkin mereka hadapi.
Setelah saya menemukan akar permasalahan kurang membaurnya peserta didik dalam kelas,
langkah yang dapat saya lakukan adalah dengan melakukan asesmen diagnostik non-kognitif.
Asesmen diagnostik non-kognitif adalah proses pengumpulan informasi dan evaluasi yang
dilakukan untuk mengukur aspek-aspek non-kognitif individu, seperti sikap, kepribadian,
emosi, dan motivasi. Tujuan dari asesmen diagnostik non-kognitif adalah untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih lengkap tentang individu dan faktor-faktor non-kognitif yang
mempengaruhi perilaku dan fungsi mereka.

Tahapan saya dalam melaksanakan asesmen diagnostik non-kognitif adalah :


1. Meminta setiap peserta didik untuk menuliskan nilai-nilai luhur dari latar belakang
sosial budaya dimana peserta didik berasal.
Melalui menceritakan latar belakang budaya mereka, peserta didik dapat memperluas
pemahaman mereka tentang warisan budaya mereka sendiri. Mereka dapat belajar
tentang sejarah, tradisi, nilai-nilai, dan norma-norma yang mendasari budaya mereka.
Hal ini membantu mereka menghargai keunikan budaya mereka sendiri dan juga
budaya orang lain.
Setiap budaya memiliki nilai-nilai yang berharga dan menginspirasi, dan penting bagi
peserta didik untuk belajar dan menghargai keberagaman budaya ini. Nilai-nilai luhur
tersebut dapat memberikan panduan dalam menjalani kehidupan dengan bijaksana
dan menghormati orang lain di sekitar kita. Setiap budaya memiliki nilai-nilai luhur
yang memberikan identitas dan fondasi moral bagi masyarakatnya. Nilai-nilai ini
sering diwariskan melalui tradisi, cerita, dan norma sosial, dan mereka membentuk
dasar dari identitas budaya suatu masyarakat.
Dengan menceritakan latar belakang budaya mereka, peserta didik dapat memperkuat
identitas mereka sendiri. Mereka dapat menyadari bahwa budaya mereka merupakan
bagian penting dari siapa mereka sebagai individu. Hal ini juga membantu mereka
mendapatkan pengakuan dari teman-teman sekelas dan masyarakat secara lebih luas.
Dengan menceritakan latar belakang budaya, peserta didik dapat merasa memiliki
budaya mereka sendiri. Mereka dapat merasa bangga dan bertanggung jawab terhadap
menjaga dan mempertahankan warisan budaya mereka. Ini juga dapat meningkatkan
rasa memiliki terhadap komunitas dan negara mereka.
Peserta didik juga dapat belajar tentang budaya-budaya lain yang ada di sekitar
mereka. Mereka dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang perbedaan
budaya dan menghargai keragaman manusia. Ini membantu memupuk toleransi,
mengurangi prasangka, dan membangun hubungan antarbudaya yang lebih baik.
2. Meminta peseta didik mempresentasikan atau mencerita kembali di depan kelas
terkait dengan tulisan mereka tentang nilai-nilai luhur dari latar belakang sosial yang
mereka tulis.
Dengan mempresentasikan hasil tulisan mereka, peserta didik akan belajar untuk
berkomunikasi secara efektif di depan umum. Mereka akan belajar bagaimana
menyampaikan informasi dengan jelas, menggunakan bahasa tubuh yang tepat, dan
menarik perhatian audiens. Kemampuan berkomunikasi yang baik sangat penting
dalam kehidupan pribadi dan profesional.
Dalam proses mempresentasikan hasil tulisan, peserta didik akan ditantang untuk
berpikir secara kritis tentang konten tulisan mereka. Mereka harus menganalisis
informasi yang mereka sajikan, membuat argumen yang kuat, dan merespons
pertanyaan dari audiens. Hal ini akan membantu meningkatkan kemampuan mereka
dalam berpikir kritis dan memahami sudut pandang yang berbeda.
Dengan demikian, presentasi hasil tulisan dari peserta didik sangat penting dalam
mengembangkan keterampilan komunikasi, pemikiran kritis, dan presentasi yang
essensial dalam kehidupan mereka.
3. Peserta didik diminta menganalisis dampak contoh kasus konflik suku/etnis yang
terjadi di masyarakat.
Melalui analisis, tujuan utamanya adalah untuk memahami akar perbedaan sosial
budaya yang menjadi penyebab konflik. Ini melibatkan identifikasi nilai-nilai,
kepercayaan, tradisi, dan praktik yang berbeda antara kelompok masyarakat yang
terlibat dalam konflik.
Analisis dampak konflik sosial budaya juga dapat membantu membangun
pemahaman dan toleransi antara kelompok masyarakat yang berbeda. Dengan
menyadari dampak negatif yang dialami oleh semua pihak dalam konflik, dapat
tercipta pemahaman yang lebih baik tentang perspektif dan kebutuhan masing-masing
kelompok. Hal ini dapat membantu mempromosikan penghargaan terhadap
keanekaragaman budaya, pengakuan terhadap hak asasi manusia, dan perdamaian
sosial.
4. Peserta didik diminta untuk merancang upaya untuk mengatasi konflik yang timbul
dari perbedaan latar belakang sosial budaya.
Dengan menganalisis dampak konflik perbedaan sosial budaya, tujuannya adalah
untuk merancang solusi yang tepat untuk mengatasi konflik tersebut. Analisis dapat
membantu mengidentifikasi langkah-langkah yang diperlukan, termasuk dialog antar
kelompok, pendekatan rekonsiliasi, pendidikan tentang keragaman budaya.
5. Peserta didik diminta untuk menuliskan keinginan serta harapan mereka dalam
pergaulan baik di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah.
Dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengekspresikan
keinginan dan harapan mereka, hal ini dapat meningkatkan rasa keterlibatan mereka
dalam proses belajar-mengajar dan lingkungan sekolah. Peserta didik merasa dihargai
dan didengarkan, yang dapat membantu memotivasi mereka untuk berpartisipasi aktif
dalam kegiatan sekolah.
Dengan mengetahui apa yang diharapkan oleh peserta didik, guru dapat
menyesuaikan pendekatan mereka dalam pengajaran dan membantu memenuhi
kebutuhan individu. Selain itu, hal ini juga dapat membantu peserta didik dalam
mengungkapkan kekhawatiran, masalah, atau saran yang mereka miliki.

Dari Langkah-langkah yang dilakukan dalam diagnostif non-kognitif terkait perbedaan latar
sosial budaya, beberapa hasil refleksi yang mungkin timbul:
Memeparkan perbedaan sosial budaya peserta didik dapat meningkatkan kesadaran mereka
tentang keragaman yang ada di dalam masyarakat. Mereka dapat melihat betapa beragamnya
nilai-nilai, norma, dan praktik yang ada di antara sesama teman sekelas mereka. Hal ini dapat
membantu mereka memperluas wawasan dan memperdalam pemahaman tentang dunia di
sekitar mereka.

Melalui paparan terhadap perbedaan sosial budaya, peserta didik dapat mengembangkan rasa
penghargaan terhadap keberagaman. Mereka dapat menyadari bahwa tidak ada satu
kelompok budaya yang lebih baik atau lebih buruk dari yang lain, melainkan bahwa setiap
kelompok memiliki kontribusi dan keunikan yang berharga bagi masyarakat. Ini dapat
memupuk sikap toleransi, saling menghormati, dan penghargaan terhadap perbedaan.

Memeparkan perbedaan sosial budaya peserta didik dapat membantu meningkatkan


keterampilan komunikasi mereka. Mereka akan belajar bagaimana berinteraksi dengan orang-
orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Ini dapat melibatkan memahami
perbedaan bahasa, gaya komunikasi, dan norma-norma budaya yang berlaku. Dengan berlatih
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda, peserta didik dapat mengembangkan
kemampuan berkomunikasi lintas budaya yang lebih baik.
Memahami perbedaan sosial budaya juga dapat memfasilitasi kerjasama dan kolaborasi yang
lebih baik di antara peserta didik. Mereka akan belajar bagaimana bekerja sama dengan
orang-orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda dan menghargai kontribusi
yang mereka bawa.

Paparan terhadap perbedaan sosial budaya dapat membantu mengatasi prasangka dan
stereotipe yang mungkin ada di antara peserta didik. Ketika mereka berinteraksi langsung
dengan orang-orang dari berbagai latar belakang budaya, mereka dapat melihat bahwa
stereotipe seringkali tidak akurat dan menyederhanakan realitas yang kompleks. Hal ini dapat
membantu mengurangi prasangka dan membangun hubungan yang lebih inklusif dan
berempati.

Harapan saya dengan melaksanakan praktik baik ini tidak hanya akan membantu peserta
didik berbeda latar belakang sosial budaya untuk membaur di kelas, tetapi juga menciptakan
lingkungan yang menyambut dan mendukung bagi semua peserta didik.
Dengan menerapkan langkah-langkah tersebut, diharapkan peserta didik dengan latar
belakang sosial budaya yang berbeda akan merasa lebih nyaman berinteraksi dan belajar
bersama di kelas. Selain itu, lingkungan pembelajaran yang inklusif dan beragam juga akan
memberikan manfaat jangka panjang bagi peserta didik dalam memahami dunia yang
semakin global dan beragam.

Anda mungkin juga menyukai