KALANGAN REMAJA
Asti Syafitri, Berlian Ishma Zhafira Sujana, Shofy Pramesti Putri Guruh, Aditia
Muhammad Noor, M.Pd,
Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
Email : astisyaf@gmail.com, berlianishma08@gmail.com, shofyputri2004@gmail.com,
maditia608@ub.ac.id
Abstrak
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia diterangkan bahwa toleransi bernilai sifat atau sikap
menenggang dan menghargai kelakuan yang berbeda dengan pendirian kita. Bertakwa kepada tuhan
adalah mutlak menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Bahkan dapat dipastikan semua agama
mengutamakan kemanusiaan untuk saling menghargai. Makalah ini bertujuan untuk menjabarkan
toleransi terutama dalam prespektif islam. Bahwasanya di Al-Quran juga menyebutkan tentang cara
bersikap pada yang berbeda dengan kita terutama dalam hal kepercayaan atau agama. Sedangkan di
Indonesia sendiri masih krisis toleransi, berselimut kasus tentang intoleran yang mengancam persatuan
dan integritas bangsa. Sudah seharusnya pendidikan di negeri ini haruslah diintegrasikan dengan sisi
keberagaman nya. Diharapkan generasi yang akan datang mendapatkan suatu arahan mengenai perilaku
toleransi yang benar, bagaimana pelaksanaan toleransi dan bagaimana cara menerapkan nilai-nilai
toleransi sehingga dipahami semua kalangan.
Pendahuluan
Toleransi terinspirasi dari bahasa latin yaitu “tolerare” yang memiliki makna bersabar yaitu
menahan diri serta menghargai pendapat orang lain . Secara kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan
bahwa toleransi memiliki sifat atau bersikap menenggang yaitu dapat menghargai,dapat membiarkan,
atau membolehkan perkara mengenai pendirian pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dan
kelakuan yang berbeda atau berbeda dengan pendiriannya sendiri(Yasir, 2014).Selanjutnya, dalam
masyarakat madani yang berdasarkan pancasila terutama sila pertama, beriman dan beribadah kepada
tuhan menurut agama dan kepercayaan masing-masing adalah keputusan yang mutlak. Semua manusia
dihargai oleh agama, karena hal tersebut semua umat beragama juga wajib saling menghargai satu sama
lain. Dengan demikian antar umat beragama yang berbeda akan terbangun toleransi.
Bahkan kegiatan beragama dalam negara telah memiliki undang- undang dalam Pasal 29 UUD
1945 “(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-
tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu” (UUD 1945 dan Amandemennya:2005). Dalam negara Indonesia telah tercatat 5
agama resmi dapat dilihat di pasal 1 UU PNPS No 1 Tahun 1965 membahas mengenai pencegahan,
penyalahgunaan, serta penodaan agama yang menyatakan bahwa "Agama- agama yang dipeluk oleh
penduduk di Indonesia ialah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khong Hu Cu (Confusius)".
Selanjutnya membahas mengenai toleransi dimata agama islam, sebagaimana Allah berfirman
pada Surat Al-Kafirun ayat 1-6:
"Katakanlah (Muhammad): ‘Wahai orang-orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang
kamu sembah, dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah, dan aku tidak pernah menjadi
penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku
sembah, untukmu agamamu, dan untukku agamaku’.” (QS Al-Kaafirun: 1-6).
Rumusan masalah yang akan dibahas berupa permasalahan intoleransi dalam kalangan remaja
serta penyelesaian akan kasus tersebut. Selain itu permasalahan yang akan dibahas merupakan
peningkatan toleransi di kalangan remaja melalui pendidikan. Metode penelitian yang dilakukan pada
artikel ini merupakan Kajian Pustaka atau studi pustaka, metode pengolahan kajian pustaka atau juga
studi kepustakaan berisi teori-teori yang signifikan menggunakan masalah-masalah penelitian.
Sedangkan metode pemerolehan data yang digunakan dalam tinjauan Pustaka artikel ini adalah metode
Kualitatif, yaitu metode melalui prosedur riset dari artikel, berita, lisan , dan data deskriptif lainnya.
Hasil dan Pembahasan
Kasus intoleransi dalam kalangan remaja
Setahun yang lalu, telah viral sebuah kasus intoleransi setelah wali dari seorang siswi
nonmuslim di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2 Padang, Sumatera Barat yang memiliki
nama Jeni Cahyani Hia, akrab dipanggil Jeni mengunggah video yang berisi perbincangannya dengan
perwakilan sekolah melalui akun media sosial Facebook bernama Elianu Hia pada Kamis (21/1/2021).
Dalam deskripsi singkat video tersebut, wali tersebut menulis “Lagi di sekolah SMKN 2 Padang . Saya
dipanggil karena anak saya tidak pakai jilbab. Kita tunggu saja hasil akhirnya. Saya mohon didoakan
ya.”.
Di dalam unggahan video tersebut, sang wali, Elianu, terlihat sedang berdebat dengan salah satu
pihak sekolah. Elianu merasa keberatan jika anaknya tetap diharuskan untuk mengenakan jilbab selama
bersekolah, dan Ia menyayangkan fakta bahwa sekolah ini berstatus sekolah negeri, bukan sekolah
Yayasan.
Pada hari Jumat (22/1/2021), tepat sehari setelah video unggahan Elianu viral, Dinas Pendidikan
Sumatera Barat dan pihak sekolah langsung mengadakan konferensi pers yang dihadiri oleh para juru
media Kota Padang. Rusmadi, Kepala SMKN 2 Padang, memaparkan eksplanasi yang berhubungan
dengan peristiwa pemaksaan seorang siswi nonmuslim untuk mengenakan hijab selama pembelajaran
dalam sekolah yang dipimpin olehnya. Atas pemaksaan tersebut, Rusmadi menyampaikan permintaan
maaf atas kasus tersebut. (Chandra, 2021)
Kasus berketerbalikan justru menimpa seorang siswi Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN)
2 Denpasar, Anita Wardhana. Anita dilarang memakai jilbab selama pembelajaran di dekolah. Anita
menentang larangan tersebut yang mengakibatkan pihak sekolah memberikan pilihan kepada Anita,
yaitu melepas jilbabnya atau pindah dari SMAN 2 Denpasar.
Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia Bali, atau yang biasa dikenal dengan PW PII Bali,
membentuk Tim Advokasi yang ditugaskan untuk mendampingi dan menyalurkan dukungan kepada
Anita agar pantang menyerah dalam mempertahankan jilbabnya, baik saat di luar sekolah maupun saat
di dalam sekolah. Helmi, Tim Advokasi PW PII Bali, berpendapat bahwa pelarangan siswi dalam
mengenakan jilbab di sekolah cukup sering disebabkan oleh kekeliruan pemahaman pihak sekolah
terkait jilbab. (Baraas, 2014)
Kasus-kasus di atas menunjukkan bahwa Indonesia masih dalam krisis toleransi. Seperti yang
kita ketahui bersama, Indonesia adalah rumah dengan ragam kesatuan yang harmonis. Bahkan kegiatan
beragama dalam negara telah memiliki undang- undang dalam Bab XI Agama Pasal 29 “(1) Negara
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu” .
Dalam negara Indonesia telah tercatat lima agama resmi dapat dilihat di pasal 1 UU PNPS No 1 Tahun
1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama, yang di dalamnya dinyatakan
"Agama- agama yang dipeluk oleh penduduk di Indonesia ialah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha
dan Khong Hu Cu (Confusius)".
Daftar Pustaka
Araniri, 2020; Pendidikan Toleransi Beragama Berbasis Multikultural Di Sma Nasional 3 Bahasa
Putera Harapan (Pu Hua School) Purwokerto Kabupaten Banyumas Skripsi, N.D.
Baraas A dan Sadewo, Joko “Larangan Jilbab, SMAN 2 Denpasar Berlindung dengan Aturan Sekolah”
https://www.republika.co.id/berita/myz8y6/larangan-jilbab-sman-2-denpasar-berlindung-
dengan-aturan-sekolah Diakses ketika tanggal 20 September 2022.
Chandra, R. (2021) “Kronologi Lengkap Kasus Siswi Nonmuslim SMKN 2 Padang Dipaksa
Berjilbab”https://sumbar.suara.com/read/2021/01/25/110203/kronologi-lengkap-kasus-siswi-
nonmuslim-smkn-2-padang-dipaksa-berjilbab diakses ketika tanggal 20 september 2022.
Pasal 1 UU PNPS No 1 Tahun 1965 tentang agama. Diakses 20 September 2022.
Pasal 29 UUD 1945 tentang agama. Diakses 20 September 2022.