Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL DISERTASI

PENERAPAN TOLERANSI ANTAR PEMELUK AGAMA


DI PROPINSI D. I. YOGYAKARTA

Oleh :
Endra Harsaya

Proposal untuk
Program Doktoral Studi Antar Iman Pascasarjana
UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta
2023

1
PENERAPAN TOLERANSI ANTAR PEMELUK AGAMA
DI PROPINSI D.I. YOGYAKARTA
A. Pendahuluan
a) Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang majemuk, bentuk dari
kemajemukan tersebut ditandai oleh berbagai hal seperti perbedaan dalam hal politik,
sosial budaya, suku bangsa, adat istiadat dan bahkan agama. Keberagaman agama yang
diakui oleh negara menjadi penyebab timbulnya kebebasan bagi setiap individu untuk
memeluk agama yang diyakini sesuai dengan dasar negara dalam Undang-Undang
Dasar 1945 Pasal 29 ayat (2) yang berbunyi “Negara menjamin kemerdekaan bagi tiap-
tiap penduduknya untuk memeluk agama masing-masing dan untuk beribadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya itu”. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa
setiap individu yang ada memiliki kebebasan dalam memeluk agama untuk
melaksanakan ajaran agama yang sesuai dengan keyakinannya. Sesuai dengan pendapat
dari Crell bahwa kebebasan beragama harus diberlakukan melalui hukum publik,
karena dengan cara ini kebebasan beragama benar-benar efektif dan dapat menjamin
keamanan bagi seluruh warga negara dalam penelitian (Quatrini, 2023).
Berbagai bentuk keberagaman yang ada di Indonesia ini yang merupakan sebuah
bentuk nyata adanya perbedaan dalam kehidupan bermasyarakat, tentunya dapat
memicu timbulnya sebuah konflik jika tidak diseimbangi dengan ilmu pengetahuan dan
pemahaman yang luas tentang sikap toleransi. Dalam ilmu pengetahuan Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan yang merupakan salah satu cabang ilmu pendidikan
yang mengarahkan pembinaan bagi masyarakat Indonesia untuk mewujudkan cita-cita
bangsa. Salah satu pelajaran terpenting dalam Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan adalah toleransi, termasuk toleransi antar pemeluk agama.
Namun, toleransi dan kebebasan adalah dua hal yang seharusnya dapat berjalan
berdampingan. Dalam merealisasikan keduanya agar dapat berjalan berdampingan
diperlukan pemahaman yang tepat tentang kebebasan memeluk agama dan toleransi
terhadap pemeluk agama yang berbeda, karena agama merupakan komponen paling
penting dari timbulnya interkasi sosial di kehidupan bermasyarakat. Interaksi sosial
adalah hubungan sosial masyarakat yang bergerak secara dinamis. Toleransi dalam
beragama menjadi sangat penting karena dapat meningkatkan perdamaian dan rasa
persaudaraan hingga menciptakan kerukunan antar pemeluk agama.

2
Toleransi antar pemeluk agama merupakan salah satu upaya dalam penentuan
tercapai tidaknya dalam mempertahankan persatuan Bangsa Indonesia yang
multikulturalisme. Sebagai penduduk yang multikultural, menuntut kita untuk tetap
mampu menjalankan sikap toleransi dalam kehidupan bermasyarakat agar cita-cita
bangsa dapat terwujud. Tanpa adanya penerapan sikap toleransi, maka tidak menutup
kemungkinan akan timbul permasalahan atau konflik yang dapat merusak persatuan
bangsa. Peristiwa intoleransi yang berkembang di berbagai masyarakat ini perlu adanya
pengembangan nilai-nilai toleransi, seperti sikap saling menghormati, saling
menghargai terkait keberagaman yang ada, serta mindset dan sikap kritis untuk
menghadapi keberagaman tersebut. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Grossman et
al. pada tahun (2023) menjelaskan bahwa dengan menggunakan eksperimen survei,
ditemukan sedikit bukti bahwa pesan agama pro-perdamaian memengaruhi sikap atau
perilaku yang dilaporkan terhadap ekstremisme agama dan sebaliknya menemukan
bahwa hal itu dapat memiliki efek yang tidak diinginkan berupa peningkatan intoleransi
terhadap etnis lain. Temuan tersebut membawa pelajaran tentang priming identitas etnis
yang tidak disengaja yang dapat mengakibatkan efek reaksi di antara segmen
masyarakat tertentu.
Sikap tersebut tidak dapat muncul dengan sendirinya tanpa didasari dengan
pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal serta moral dan adab yang baik.
Dalam sebuah wilayah yang memiliki keberagaman keyakinan atau agama dan
memiliki penerapan sikap toleransi baik tentu ada penyebabnya.
Adapun penyebab yang dapat menimbulkan baik-buruknya penerapan sikap
toleransi antar pemeluk agama diberbagai wilayah yang bersumber dari beberapa aspek
berikut ini:
a. Baik tidaknya sifat masing-masing individu;
b. Tinggi rendahnya pengetahuan dan pemahaman para pemeluk agama akan
agamanya sendiri dan agama orang lain;
c. Pandangan pemeluk agama satu terhadap pemeluk agama lainnya;
d. Hilangnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan beragama dan
toleransi dalam bermasyarakat;
e. Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi perbedaan.
Penerapan toleransi beragama di daerah Yogyakarta terlihat sangat baik sesuai
dengan pernyataan dari kapolda DIY Irjen Pol Suwondo Nainggolan yang menyebutkan
bahwa toleransi umat beragama di tengah masyarakat Kabupaten dan Kota di Provinsi

3
tersebut selama ini berjalan dengan baik. Upaya dalam menjaga toleransi umat
beragama di wilayah tersebut Kapolda DIY mengingatkan agar masyarakat selalu
menjaga kondusifitas dan kerukunan umat beragama yang sudah berjalan dengan baik.
Selain itu, Kapolda DIY juga menyatakan bahwa kebebasan masyarakat dalam
menjalankan beribadah itu dijamin oleh konstitusi, sehingga semua pihak wajib
menjaga toleransi.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti
“Penerapan Toleransi Antar Pemeluk Agama di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”.
Salah satu hal yang membuat penulis tertarik meneliti hal tersebut adalah penulis ingin
mengungkap apa saja penyebab atau faktor-faktor yang mempengaruhi adanya toleransi
yang baik di wilayah tersebut selain peraturan dan tindak tegas dari pemerintah dan apa
manfaat yang bisa ditimbulkan adanya penerapan toleransi yang baik tersebut secara
spesifik atau lebih mendalam. Sesuai dengan judul, penelitian ini akan dilakukan
dengan metode campuran, yaitu kuantitatif dan kualitatif. Dengan metode tersebut
diharapkan mampu memahami berbagai macam hal yang sebenarnya terjadi
berdasarkan data-data yang diperoleh.
b) Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah diatas, penulis perlu merumuskan
suatu permasalahan yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan toleransi antar pemeluk agama di Provinsi DIY?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi terciptanya penerapan toleransi di Provinsi
DIY?
3. Bagaimana manfaat dari penerapan toleransi antar pemeluk agama di Provinsi
DIY dalam rangka menciptakan rasa persaudaraan dan kerukunan hidup antar
umat beragama?
c) Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan toleransi antar pemeluk agama di
Provinsi DIY.
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi adanya penerapan toleransi di
Provinsi DIY.
3. Untuk mengetahui bagaimana manfaat dari adanya penerapan toleransi antar
pemeluk agama di Provinsi DIY dalam rangka menciptakan rasa persaudaraan
dan kerukunan hidup antar umat beragama.

4
B. Kajian Literatur
Toleransi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berasal dari kata toleran yang
memiliki makna menghargai, membiarkan dan membolehkan. Dilihat secara etimologi,
toleransi merupakan bentuk dari kesabaran, ketahanan dalam emosional dan kelapangan
dada yang dimiliki oleh individu. Secara meluas toleransi merupakan sikap perilaku atau
tingkah laku individu yang sesuai dengan aturan yang ada dan berlaku, dimana individu
tersebut selalu berupaya untuk menghormati dan menghargai setiap tindakan yang
dilakukan oleh individu lainnya. Dalam hal beragama, toleransi sendiri berarti sikap
perilaku atau tingkah laku individu yang tidak mendiskriminasikan suatu golongan yang
memiliki perbedaan dalam beragama. Kemudian, hal tersebut dikenal dengan toleransi
antar pemeluk agama.
Penerapan toleransi antar pemeluk agama juga dapat diartikan sebagai sikap
menghormati dan menghargai adanya keyakinan atau kepercayaan lainnya, dimana
keyakinan dan kepercayaan tersebut berbeda dari golongan satu dengan yang lainnya.
Menurut Michael Walzer ada beberapa hal yang dapat mendorong terciptanya sikap
toleransi, diantaranya:
a. Terbuka dalam menerima perbedaan;
b. Menjadikan perbedaan sebagai wujud keberagaman;
c. Memupuk moral stoisisme;
d. Memberikan pandangan positif terhadap perbedaan;
e. Menghargai antar individu satu dengan yang lainnya.
Karena pada hakikatnya sebuah perbedaan merupakan anugrah dan karunia dari Allah
SWT yang indah, dengan adanya perbedaan tersebut membuat manusia menjadi makhluk
yang dapat saling menghargai perbedaan untuk hidup toleran. Berada di negara hukum
maka segala sesuatu yang ada didalamnya pasti ada dasar hukum yang dapat dijadikan
sebagai landasan dalam bermasyarakat. Adapun landasan atau dasar hukum tentang
toleransi antar pemeluk agama, diantaranya adalah:
a. Pancasila pada sila pertama;
b. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 29 ayat (1) dan (2);
c. Undang-Undang No.1/PNPS/1965 tentang Larangan dan Pencegahan Penodaan
dan Penghinaan Agama.
Pada sebuah penelitian menyatakan bahwa setiap pemeluk suatu agama dituntut tidak
semata-mata untuk mengakui keberadaan agama yang berbeda-beda, akan tetapi secara
efektif terlibat dalam upaya memahami perbedaan dan persamaan untuk mencapai

5
keselarasan dalam hidup bersama dan pengaruh pelaksanaan penerapan toleransi antar
umat beragama di wilayah Batusitanduk mempengaruhi terbentuknya sikap saling
mengenal, sikap saling mengerti dan sikap saling membantu antar umat beragama oleh
(Nur, 2019).
Selanjutnya penelitian lain menyatakan bahwa pengimplementasian pendidikan
karakter toleransi dalam beragama yang tegas terhadap budaya pluralisme di Cigugur, Jawa
Barat berjalan positif, karena pemerintah daerah dan pelopor mampu bersikap tegas.
Umumnya berupaya untuk memajukan solidaritas dan menjadikan perbedaan yang ada
sebagai kekayaan sosial budaya bagi masyarakat Cigugur oleh (Djuniasih & Kosasih,
2019).
Kemudian dalam penelitian lain menyebutkan bahwa pengaplikasian nilai toleransi
masyarakat Desa Pancasila terlihat dari kegiatan sehari-hari, misalnya cara hidup
bergotong-royong, pengembangan tempat beribadah dan peringatan peristiwa-peristiwa
besar keagamaan. Wujud dari kerukunan dan keharmonisan di wilayah tersebut adalah
bertamu dengan sopan, menumbuhkan toleransi sejak dini dan tidak membedakan instansi
pendidikan berlandaskan latar belakang agama. Penerapan toleransi di Desa Pancasila
didorong oleh para tokoh agama yang tegas, pemimpin daerah, pemerintah kota dan
pemuda yang saling menghimbau untuk menciptakan kerukunan di kehidupan masyarakat
oleh (Shofa, 2022).
Kondisi kehidupan keagamaan di Desa Jajar, Daerah Wonosalam, Kabupaten Jombang
bisa dikatakan terjalin sangat rukun dan damai dengan setiap penganutnya dapat
melaksanakan rutinitas keagamaannya dengan tenang serta tidak saling mengganggu atau
meremehkan antar pemeluk agama yang berbeda. Warga masyarakat menciptakan nilai
toleransi dengan saling membantu dan bekerja sama dalam berbagai kegiatan sosial-
keagamaan, serta semua orang dari daerah juga dapat menghargai dan menghargai satu
sama lain merupakan penelitian yang dilakukan oleh (Kartika et al., 2023).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Barth et al. pada tahun (2023), menyatakan
bahwa dalam kegiatan wawancara yang dilakukan pada 50 pemuda Muslim Turki yang
tinggal di jerman dapat memberikan wawasan penting tentang kesulitan mengalami
pengucilan dan berjuang untuk toleransi terhadap ambiguitas. Dijelaskan disini bahwa
setiap individu memiliki kemampuan berbeda dalam mentolerir ambiguitas, jika
lingkungan memungkinkan pengalaman pertama hubungan yang harmonis, konsisten dan
baik maka keberadaan orang asing dapat ditoleransi dan tidak dieksploitasi sebagai sesuatu

6
yang negatif. Sebaliknya, maka hal tersebut dapat dijadikan sumber inspirasi untuk
mengembangkan diri.
Dari berbagai karya penelitian diatas banyak menguraikan terkait dengan penerapan
toleransi antar umat beragama menjadi bukti bahwa topik ini sangat menarik para
akademisi untuk menelitinya, namun dari banyaknya penelitian diatas belum ada yang
membahas hubungan adanya penerapan toleransi antar pemeluk agama beserta faktor yang
mempengaruhi adanya penerapan toleransi yang baik dan manfaat yang ditimbulkan secara
spesifik.
C. Kerangka Konseptual
Kajian terkait penerapan toleransi sudah banyak dilakukan, pada penelitian ini
memahami penerapan toleransi dalam hubungan antar pemeluk agama sebagai masalah
adanya rasa persaudaraan dan terciptanya kerukuan antar pemeluk agama. Maka, variabel
penerapan toleransi dibagi menjadi tiga (3) indikator yaitu persepsi, sikap dan kerjasama.
a. Persepsi dalam kehidupan di suatu wilayah merupakan penilaian sosial dari
pemeluk agama satu terhadap pemeluk agama lainnya. Tindakan tersebut biasanya
terjadi sebelum adanya sikap yang ditimbulkan oleh pemeluk agama lain, maka
persepsi atau penilaian sosial ini dikatakan sebagai sesuatu yang mendorong
timbulnya sikap. Dengan kata lain, persepsi dapat mendorong perkembangan sikap
dan bahkan tindakan. Persepsi individu terhadap pemeluk agama juga dipengaruhi
oleh pandangan hidup atau norma agama yang bersangkutan.
b. Sikap merupakan wujud perlakuan khususnya perlakuan pemeluk suatu agama
yang menanggapi pemeluk agama lain. Aspek ini akan menjelaskan apa yang harus
dilakukan oleh pemeluk agama ketika dihadapkan fakta sosial dengan pemeluk
agama yang berbeda. Timbulnya sikap juga dapat memunculkan suatu tindakan,
tetapi juga memungkinkan untuk bertindak dalam bentuk "diam". Namun, dalam
penelitian ini sikap akan terungkap melalui penjelasan.
c. Kerjasama merupakan bentuk hubungan sosial dari para pemeluk agama yang
berbeda. Adanya persepsi dan penilaian sosial juga dapat memunculkan tindakan -
tindakan kerjasama. Jika dalam sikap belum melahirkan tindakan yang berkaitan
dengan hubungan antar pemeluk agama yang berbeda, namun pada kerjasama akan
terlihat hubungan nyata antar pemeluk agama yang berbeda termasuk bagaimana
mereka menyikap hal-hal yang terjadi. Kerjasama disini bisa diperlihatkan dalam
tindakan gotong-royong untuk kepentingan masyarakat umum atau dalam hal
tolong-menolong.

7
D. Kerangka Berpikir
Masyarakat
Provinsi DIY

Kebebasan
Beragama

Islam Kristen Katolik Hindu Budha

1. Saling mengenal satu sama lain


2. Saling Menghormati satu sama lain
3. Memiliki komunikasi yang baik
4. Saling tolong-menolong
5. Tidak saling merendahkan

Toleransi Antar
Pemeluk Agama

Terwujudnya rasa persaudaraan


dan kerukunan antar pemeluk agama

E. Metodelogi Penelitian
1. Desain
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap, yaitu sebagai
berikut:
a) Tahap Persiapan
Tahap Persiapan merupakan tahap awal dalam melakukan
penelitian. Langkah yang dilakukan pada tahap ini yaitu penyusunan

8
proposal yang berisi rancangan penelitian. Selain itu, penulis
memeprsiapkan lembar pedoman observasi, pedoman wawancara dan
angket yang akan disebarluaskan serya surat izin penelitian.
b) Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini, peneliti melakukan penggalian informasi data
secara mendalam dari pihak-pihak yang terkait. Dengan membawa
pedoman wawancara, pedoman observasi yang disiapkan penulis untuk
mengenal objek lebih dalam. Dalam pedoman wawancara dan pedoman
observasi peneliti menyiapkan daftar pertanyaan untuk dapat
memperoleh jawaban terkait pertanyaan penelitian atau rumusan
maslaah yang sudah diajukan. Selain itu, peneliti juga menyebar angket
ke masyarakat setempat. Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka
dilaksanakanlah analisis data.
c) Tahap Pelaporan
Pada tahap pelaporan ini, penulis melakukan kegiatan triangulasi
data yang merupakan pengecekan atau pemeriksaan data yang diperoleh
dari wawancara agar memperoleh keabsahan data. Hal ini dilakukan
dengan mengecek kebenaran informasi yang didapat dari informan
kepada orang lain atau pihak-pihak yang ada kaitannya dengan
informasi. Tujuannya yaitu untuk membandingkan informasi yang
didapat agar terjamin kebenarannya. Pada tahap ini juga dilakukan
perbandingan anatra hasil dan observasi dengan wawancara. Selain itu,
penulis juga melakukan pengolahan data dari jawaban kuesioner atau
angket yang sudah disebar sebelumnya.
Penulis menyusun laporan hasil pengumpulan data yaitu hasil
wawancara, observasi dan penyebaran kuesioner atau angket. Setelah
penyusunan laporan ini maka didapatkan hasil penelitian dalam
menyusun laporan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan maksud
dan tujuan penelitian yang kemudian disusun secara sistematis
berdasarkan prosedur pelaporan.
2. Sampel & Metode Sampling
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dari sumber data yang
dianggap mewakili populasi secara representatif. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan sebagian populasi untuk jenis data beberapa masyarakat karena

9
jumlahnya yang terlalu banyak yaitu sebagaian masyakat pemeluk agama yang
berbeda di wilayah Provinsi DIY.
Metode sampling adalah teknik yang digunakan untuk menentukan sampel.
Dalam penelitian ini metode sampling yang digunakan yaitu random sampling atau
probability sampling. Random sampling adalah metode pengambilan sampling
paling sederhana dan sampling tersebut dipilih secara acak.
3. Tempat Penelitian
Tempat yang diambil dalam penelitian ini adalah Provinsi DIY. Penetapan
tempat ini didasarkan atas pertimbangan bahwa di tempat tersebut cukup tersedia
data dan sumber yang dibutuhkan dalam penelitian dan cukup representatif bila
dijadikan sample penelitian dengan tema tersebut, karena Provinsi DIY terdapat
berbagai macam pemeluk agama yang berbeda.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian adalah alat-alat yang diperlukan atau dipergunakan untuk
mengumpulkan data. Dalam penelitian ini, instrumen yang diperlukan yaitu antara
lain:
a) Observasi
Proses pengumpulan data serta keterangan yang dibutuhkan
dengan cara penulis berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang
menghasilkan interkasi dalam masyarakat sehingga dapat memantau
secara langsung.
b) Dokumentasi
Dokumentasi diperoleh dari media masa dan juga dokumentasi
langsung dari kegiatan-kegiatan interaksi antar umat beragama yang
berbeda yang dilakukan oleh masyarakat setempat.
c) Wawancara
Wawancara dilakukan oleh pihak yang berkepentingan seperti
kepada para tokoh dari beberapa agama yang berbeda. Metode
wawancara yang digunakan adalah wawancara tanpa rencana yang
terbagi menjadi wawancara terstruktur atau wawancara tanpa
terstruktur, dengan tujuan untuk memperoleh data yang merupakan fakta
di dalam praktek.
d) Kuesioner/Angket

10
Kuesioner/Angket merupakan daftar pertanyaan yang diajukan
kepada sejumlah masyarakat Provinsi DIY yang berbeda agama.
Angket yang diberikan kepada masyarakat berjumlah 100 angket untuk
100 masyarakat yang berbeda agama.
Kuesioner ini memiliki pertanyaan dan pernyataan yang jelas.
Untuk setiap pertanyaan, terdapat kategori jawaban yang berbeda, dan
responden hanya menandai kategori yang menurut mereka cocok dan
terbaik.
5. Prosedur Penelitian
Prosedur Penelitian merupakan langkah-langkah yang digunakan untuk
mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan penelitian yang sudah diajukan
dalam penelitian ini. Data yang dibutuhkan untuk kepentingan penelitian ini
dikumpulkan dari sample penelitian. Suatu perangkat atau cara-cara penelitian yang
disusun secara sistematis dan dijadikan sebagai alat ukur untuk mencapai tujuan
penelitian disebut dengan metode penelitian. Sifat masalah yang akan diteliti, tujuan
penelitian, keadaan, dan sifat sumber data penelitian semuanya mempengaruhi
metode penelitian yang digunakan dalam suatu penelitian.
Metode deskriptif-analitik digunakan dalam penelitian ini. Ini adalah metode di
mana data penelitian dikumpulkan, disusun secara sistematis, dan kemudian
dianalisis untuk menarik kesimpulan. Penggunaan metode ini didukung dengan
studi literatur yang relevan dengan topik yang dibahas.
6. Pertimbangan Etik
Pertimbangan Etik merupakan pertimbangan rasional mengenai kewajiban-
kewajiban moral seorang peneliti atas apa yang dikerjakannya dalam penelitian,
publikasi dan pengabdiannya kepada masyarakat.
7. Rencana Analisis
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif-analisis, yang memiliki tujuan untuk
mengetahui penerapan toleransi antar pemeluk agama di Provinsi DIY sehingga
terciptanya rasa persaudaraan dan perdamaian sehingga menciptakan kerukunan
hidup umat beragama maka setelah data diperoleh, perlu dilakukan analisis dengan
menghubungkan antara pengamatan fakta dan praktek yang diperoleh selama
penelitian disesuaikan dengan kategori data. Analisis kualitatif dilakukan untuk
hasil observasi dan wawancara, sedangkan untuk hasil angket akan dikategorikan

11
dan diprosentasekan yang kemudian hasilnya akan dilakukan penafsiran dengan
menggunakan logika.
F. Penutup
Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan karuniaNya maka
kepenulisan ini dapat diambil dalam bentuk proposal disertasi. Penulis sangat menyadari
masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan dalam kepenulisan, baik dalam
pemaparannya maupun metodeloginya. Karena hal tersebut, maka penulis sangat
mengharap kritik serta saran terkait kepenulisan yang membangun dari pembaca untuk
peneliti. Semoga Allah SWT meridhoinya. Amin Yaa Robaal Alamin.

G. Referensi
Akhyar, Z., Matnuh, H., & Patimah, S. (2015). IMPLEMENTASI TOLERANSI ANTAR
UMAT BERAGAMA DI DESA KOLAM KANAN KECAMATAN BARAMBAI
KABUPATEN BARITO KUALA. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 724-
734.

Barth, L., Kaiser, P., Langbehn, G. T., Ruettner, B., & Goetzmann, L. (2023). The Inner
and The Outer Foreign Territory-A Qualitative Study Measuring Ambiguity
Tolerance Within Young Muslims Living in Germany. Journal of International
Migration and Integration, 507-525.

Bertus, H. (2005). ILMU PERBANDINGAN AGAMA DAN DIALOG ANTAR IMAN (Studi
Pandangan Mahasiswa Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta Angkatan 1998-2000). Yogyakarta: Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga.

Djuniasih, E., & Kosasih, A. (2019). PENERAPAN KARAKTER TOLERANSI


BERAGAMA PADA MASYARAKAT CIGUGUR KUNINGAN YANG
PLURALIS. Jurnal Pendidikan Karakter, 1-11.

Grossman, A. N., Nomikos, W. G., & Siddiqui, N. A. (2023). Can Appeals for Peace
Promote Tolerance and Mitigate Support for Extremism? Evidence from an
Experiment with Adolescents in Burkina Faso. Journal of Experimental Political
Science, 124-136.

Hermawati, R., Pasakarina, C., & Runiawati, N. (2016). Toleransi Antar Umat Beragama
di Kota Bandung. Indonesian Journal of Anthropology, 105-124.

12
Kartika, D. S., Damayanti, A. L., Azisah, A. N., & Josiriz, F. W. (2023). Implementasi
Sikap Toleransi Antar Umat Beragama Di Desa Jarak Kecamatan Wonosalam
Kabupaten Jombang. Jurnal Pemberdayaan, 51-56.

Marpuah. (2019). TOLERANSI DAN INTERAKSI SOSIAL ANTAR PEMELUK


AGAMA DI CIGUGUR, KUNINGAN. Jurnal Multikultural & Multireligius,
261-280.

Nur, I. (2019). PENERAPAN NILAI-NILAI PANCASILA MELALUI TOLERANSI


ANTAR UMAT BERAGAMA DI DES BATUSITANDUK KABUPATEN
LUWU. Jurnal Pendidikan, 39-50.

Quatrini, F. (2023). Tolerance, Society, and Sovereignty: The Retreat from Pluralism in
the Polish-Lithuanian Commonwealth. Renaissance Quarterly, 124-165.

Shofa, A. M. (2022). PRAKTIK TOLERANSI DESA PANCASILA SEBAGAI


PENGUATAN KEHARMONISAN ANTAR UMAT BERAGAMA. JURNAL
ILMIAH PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN, 671-681.

Sidik, H. (2023, Maret Jum'at). ANTARAYOGYA. Retrieved from ANTARAYOGYA Web


site: https://jogja.antaranews.com/berita/608808/kapolda-toleransi-umat-
beragama-di-diy-berjalan-baik

13

Anda mungkin juga menyukai