Anda di halaman 1dari 12

PENELITIAN

Toleransi Antar Umat Beragama : Solidaritas Warga Muslim dan Katolik Dalam
Lingkup Wilayah Alun-Alun Jember dan sekitarnya

Sindy Agustin (210810301052), Siti Mahmudah (210810301050), Pramudito widiono


(210210302022), Evi Setyaningsih (210810101015), Zidan Ikhwan Al Ghifari (210903102071),
Neila Sakinah (210810101104), Atha Setyawan (210910201179)

E-mail : sindyagustinnnnn@gmail.com , simaa4986@gmail.com ,


pradito787@gmail.com , evisetyaningsih85@gmail.com , zidanikhwana220@gmail.com ,
neilasakinah13@gmail.com , athasetyawan02@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui toleransi antar umat beragama mengenai
solidaritas warga muslim dan Katolik dalam lingkup wilayah alun-alun Jember dan sekitarnya.
Analisis ini menggunakan metode wawancara dan metode kualitatif studi literature. Kerukunan
umat beragama merupakan suatu bentuk sosialisasi yang damai dan tercipta berkat adanya sifat
saling menghormati yang selanjutnya berwujud toleransi dalam kehidupan beragama. Toleransi
untuk mempererat tali saudara antarumat beragama agar menghindari suatu konflik, atau suatu
hal yang tidak di inginkan. Sampel penelitian ini yaitu satpam Gereja Katolik Santo Yusup dan
Muadzin Masjid Jami’ Jember. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa toleransi antar umat
beragama antara umat muslim dan umat Katolik sangat luar biasa dan benar-benar dijaga
dikarenakan banyak sekali kerukunan yang terjalin. Meskipun mereka berbeda keyakinan tetapi
masih sangat menghargai dan menghormati satu sama lain. Kerukunan antar umat beragama di
Kabupaten Jember khususnya di sekitar alun-alun sangat kondusif, hal ini dikarenakan
silaturahmi antar tokoh agama kerap dilakukan.

PENDAHULUAN

Kerukunan umat beragama merupakan suatu bentuk sosialisasi yang damai dan tercipta
berkat adanya sifat saling menghormati yang selanjutnya berwujud toleransi dalam kehidupan
beragama. Toleransi dapat diartikan sebagai sikap saling pengertian dan menghargai tanpa
adanya diskriminasi dalam hal apapun, khususnya dalam masalah kehidupan beragama.
Kerukunan umat beragama adalah hal yang sangat penting untuk mencapai sebuah kesejahteraan
hidup di negeri ini (Indonesia), yang memiliki keragaman begitu banyak. Karena tidak hanya
masalah adat istiadat atau seni budaya, akan tetapi juga termasuk agama.

Hidup bermasyarakat berarti hidup berdampingan dengan orang lain, dan hidup
berdampingan dengan orang lain memiliki konsekuensi untuk mau menerima setiap kondisi yang
terjadi di antara berbagai manusia yang ada disekitar. Tidak menutup kemungkinan orang yang
ada di sekeliling kita terdapat orang yang berbeda agama. Maka dalam hal ini memerlukan
pemahaman tentang kerukunan umat beragama. Kerukunan dalam hal ini dapat dilandasi dengan
sifat saling menghormati antar umat beragama, yang kemudian diharapkan muncul komunikasi
yang bersifat kemanusiaan dengan sebaik-baiknya.

Kerukunan dan toleransi antar umat beragama kiranya akan menjadi agenda nasional
bahkan internasional yang tak kunjung usai, ini bisa dipahami karena masa depan suatu bangsa
sedikit banyak tergantung pada sejauh mana keharmonisan hubungan antarumat beragama.
Kegagalan dalam merealisasikan agenda ini akan mengantarkan suatu bangsa pada trauma
terpecah belahnya sebagai bangsa. toleransi merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda-tunda
lagi sembari memberikan penjelasan tentang ajaran-ajaran agama yang menekankan pada
toleransi beragama,sehinggga jiwa toleransi beragama dapat dibina di kalangan pemeluk masing-
masing agama.

Mengenai soal beragama, Islam tidak mengenal konsep pemaksaan dalam beragama.
Setiap diri individu diberi kebebasan sepenuhnya untuk memeluk agama tertentu dengan
kesadarannya sendiri, tanpa intimidasi. Karena manusia telah dibekali dengan akal dan dianggap
sudah dewasa untuk menentukan pilihannya sendiri.

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah persepsi para masyarakat Masjid Jami’ Jember dalam menyikapi


perbedaan beragama di lingkungan sekitar masjid jamek .
2. Bagaimana penerapan toleransi umat beragama di masjiid jamek ini
3. Bagaimanakah pola/tekhnis pelaksanaan pembinaan keagamaan melalui
masyarakat masjid dalam menumbuhkan sikap toleransi beragama bagi masyarakat
di sekitar masjid .
4. Bagaimanakah faktor yang menjadi penghambat dan pendukung dalam mewujudkan
kerukunan antar umat beragama

TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:


1. Untuk mengetahui peran masyarakat jember di sekitar alun alun dalam mewujudkan
kerukunan antar umat beragama.
2. Untuk mengetahui apa saja kah faktor yang menjadi penghambat dan pendukung
dalam mewujudkan kerukunan antar umat beragama
3. Untuk mengetahui keterkaitan antara pembinaan keagamaan melalui masyarakat
sekitar alun alun masjid dengan sikap masyakat dalam menumbuhkan sikap toleransi
antarumat beragama.
4. Untuk mengetahui pola/tekhnis pelaksanaan pembinaan keagamaan melalui
masyarakat sekitar masjid dalam menumbuhkan sikap toleransi beragama bagi
remaja di sekitar masjid jamek jember.

METODE PENELITIAN

Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara dan metode
kualitatif studi literatur, hal ini dikarenakan selain ingin mendapat informasi secara langsung di
lapangan, peneliti juga ingin mendapat informasi pada saat kejadian tersebut yang dimana hal itu
akan tidak mungkin di lakukan karena peristiwa tersebut sudah terjadi oleh karena itu peneliti
juga menambahkan penelitian studi literatur. Dalam metode wawancara, peneliti menggunakan
metode wawancara terbuka memberikan peluang kepada informan untuk berargumen dan tidak
membatasi hanya menjawab iya atau tidak saja sedangkan dalam studi litratur peneliti
menggunakan teknik analisis data kualitatif dari berita yang sudah ada dengan tujuan
mendapatkan data yang akurat mengenai perisitwa yang terjadi di masa lalu. Adapun prosedur
penelitian ini di bagi menjadi 3 tahapan yang pertama pengumpulan data, verifikasi data, dan
intepretasi data yang di peroleh sehingga dapat menjawab pertanyaan pertanyaan yang ada.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Toleransi merupakan tindakan atau sikap yang dilakukan manusia untuk saling
menghormati dan menghrgai perbedaan-perbedaan, baik antar individu maupun antar kelompok.
Dengan adanya toleransi diharapkan mampu menghadirkan perdamaian dalam keberagaman.
Secara Etimologi, toleransi merupakan bahasa latin (tolelare) yang memiliki makna sabar dan
menahan diri. Secara terminology, toleransi merupakan sikap saling menghormati , menghargai,
menyampaikan pendapat, pandangan, kepercayaan kepada antarsesama manusia yang
bertentangan dengan diri sendiri. Secara bahasa, toleransi diartikan sebagai kemampuan setiap
orang atau individu untuk bersabar dan menahan diri terhadap hal-hal yang tidak sejalan dengan
dirinya.

Konflik dan perpecahan tidak akan terjadi jika toleransi diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat. Toleransi merupakan kunci utama dalam menjaga pilar perdamaaian, sehingga
toleransi sangat dibutuhkan dan harus dijaga agar tercipta kedamaian. Kerukunan antar umat
beragama harus dijaga dan diterapkan dikarenakan semua manusia adalah saudara jadi sudah
sepantasnya dan sudah menjadi kewajiban kita menghargai dan menghormati perbedaan yang
ada di sekitar kita. Jika toleransi tidak dilakukan dan antar umat beragama tidak saling
menghormati dan menghargai dalam melaksanakan ibadah, maka akan menyebabkan kekacauan
dalam hidup bermasyarakat dan hal ini sangat tidak dibenarkan oleh agama manapun,
dikarenakan agama sendiri tidak mengajarkan konflik dan kekerasan, melainkan agama selalu
mengajarkan perdamaian dan kerukunan, saling menghargai dan menghormati antar umat
beragama, kearifan serta penuh toleransi.

Kerukunan antar umat beragama adalah keadaan dimana hubungan antar umat beragama
dilandasi dengan toleransi berupa saling menghormati keyakinan masing-masing, menghargai
setiap kegiatan ibadah, membantu semampunya, kerja sama antar masyarakat, berbangsa dan
bernegara. Hal tersebut menandai akan adanya timbal balik dimana ketika saling membutuhkan,
Pemeliharaan kerukunan umat beragama menjadi tanggung jawab bersama baik bagi pemeluk
agama, pemerintah daerah maunpun pemerintah pusat. Upaya penegakan kerukunan antar umat
beragama sudah dilakukan sejak berdirinya bangsa Indonesia, hal tersebut ditandai oleh
penjelasan dasar Negara yaitu pancasila dan UUD 1945 dimana Negara memberikan jaminan
untuk melindungi eksistensi agama, keanekaragaman penganut agama di Indonesia. Hal tersebut
secara tidak langsung telah mendorong warga Negara untuk hidup rukun sesuai semboyan
bhineka tunggal ika. Toleransi harus diperhatikan dikarenakan Bangsa Indonesia memiliki
berbagai keberagaman, seperti perbedaan agama, ras, warna kulit, dan suku, hal ini dimaksudkan
agar terciptanya keharmonisan dan kedamaian di Indonesia. Salah satu bentuk toleransi yaitu
toleransi beragama, saling menghormati dan menghargai keyakinan agama lain dan penganut
agama lain. Toleransi dalam beragama dapat dicontohkan melalui sikap sebagai berikut yaitu
tidak memasakan kehendak orang lain atau memaksa orang lain mengikuti keyakinan
(agama)kita. Tidak mencela ataupun menghina keyakinan (agama) orang lain.

Indonesia merupakan Negara majemuk yang terdiri dari berbagai agama dengan
mayoritas pemeluk agama muslim namun bukan berarti umat muslim merupakan umat yang
koheren, salah satu dampak positif dari kemajukan adalah kerukunan yang dalam ajaran muslim
disebut tsamuh atau toleransi, namun yang disebut toleransi tersebut bukanlah dalam aqidah
islamiyah (keimanan) melainkan kerukunan social antar masyarakat karena aqidah islamiyah
telas dijelaskan dalam al qur’an dan hadits. Demi memelihara toleransi yang kuat harus di
kembangkan untuk menghindari konflik antar umat beragama, umat muslim sendiri diajarkan
larangan sikap menghujat dan mendeskreditan kelompok lain seperti yang dijelaskan dalam
firman Allah SWT dalam QS Al-hujarat Ayat : 11

ٰٓ ٰ ‫َسى اَ ْى يَّ ُكىْ ًُىْ ا َخ ْيرًا ِّه ٌْهُ ْن َو ََل ًِ َس ۤب ٌء ِّه ْي ًِّ َس ۤب ٍء ع‬
‫َسى اَ ْى يَّ ُك َّي َخ ْي ًرا ِّه ٌْه َُّي‬ ٰٓ ٰ ‫ٰيٰٓبَيُّهَب الَّ ِذ ْييَ ٰا َهٌُىْ ا ََل يَ ْسخَ رْ قَىْ ٌم ِّه ْي قَىْ ٍم ع‬
ٰ ‫ولىكَ هُن‬ ٰۤ ُ
‫الظّلِ ُوىْ ى‬ ُ ِ ‫بى َو َه ْي لَّ ْن يَتُتْ فَب‬ ِ ْ ‫ق ثَ ْع َد‬
ِ ‫اَل ْي َو‬ ُ ْ‫س ِاَل ْس ُن ْالفُسُى‬ ِ ِۗ ‫َو ََل ت َْل ِو ُز ْٰٓوا اَ ًْفُ َس ُك ْن َو ََل تٌََبثَ ُزوْ ا ثِ ْبَلَ ْلقَب‬
َ ‫ة ثِ ْئ‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain
(karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-
olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena)
boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-
olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan
gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah
beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”.

Selain itu umat muslim senantiasa juga diajarkan untuk saling menghargai perbedaan.
Allah menciptakan Negara majemuk dengan berbagai perbedaan agar umat manusia menjalin
kerukunan persaudaraan yang dimulai dari hal kecil dalam masyarakat yaitu keluarga. Dengan
demikian keluarga berperan besar untuk mengajarkan anak mereka tentang arti dan pentingnnya
menjalin kerukunan dalam perbedaan antar keyakinan.

Pada hari Sabtu tanggal 28 Mei 2022 kami melakukan wawancara mengenai toleransi
antar umat beragama di Gereja Katolik Santo Yusup dan Masjid Jami’ Jember yang berada di
dekat alun-alun Jember. Kami mewawancarai Bapak Agus Priyadi yang merupakan satpam
Gereja Katolik Santo Yusup yang telah bekerja kurang lebih selama 12 tahun, mulai tahun 2010
sampai saat ini (2022). Informan kami beragama Islam, tetapi berkerja sebagai satpam di gereja.
Bapak Agus Priyadi sangat senang bekerja menjadi satpam di gerja karena toleransi yang sangat
tinggi antara umat Islam dengan umat Katolik. Wujud nyata dari toleransi yaitu ketika beribadah
umat katolik, Romo selalu khotbah yaitu mengingatkan harus menghargai dan menghormati
umat Bergama lain dikarenakan kita sesama manusia dan kita semua saudara jadi sudah
kewajiban kita semua dalam menjaga toleransi agar tercipta kerukunan dan kedamaian. Waktu
hari raya Idhul Fitri Romo keluar dari gereja dan menunggu di depan gereja dengan maksud
menyalami orang-orang muslim yang sedang merayakan hari raya Idhul Fitri, dari sini terlihat
jika toleransi sangat diterapkan meskipun berbeda agama tetap menghormati dan menghargai.

Selain itu, ketika selesai Sholat Idhul Fitri, Romo Suster dan orang-orang yang ada di
gereja bersilahturahmi ke rumah-rumah kyai yang berada di Jember, mengunjungi Al-Azhar, dan
beberapa pondok pesantren yang ada di Jember guna mengucapkan selamat hari raya Idhul Fitri.
Gereja Katolik Santo Yusup juga ada kegiatan tahunan yang dinamakan Warung Kasih, Warung
Kasih ini merupakan salah satu tradisi yang diselenggarakan saat bulan puasa. Warung Kasih
yang diselenggarakan oleh wanita Katolik dalam rangka mewujudkan dan mempererat tali
persaudaraan antar umat beragama. Warung Kasih ini hanya melayani pembeli umat Islam yang
kurang mampu atau berpendapatan minim dan sedang melaksanakan ibadah puasa, contohnya
seperti tukang becak dan tukang ojek. Harga menu yang ditawarkan oleh warung kasih sangat
murah yakni dengan harga Rp 2.000 sudah mendapatkan nasi campur, nasi soto, dan berbagai
menu lainnya lengkap dengan air minum yang disajikan setiap harinya dan disiapkan sebanyak
150 hingga 300 porsi.

Warung Kasih dilakukan hanya saat bulan puasa, dikarenakan bulan puasa atau bulan
ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, sehingga banyak orang yang berlomba-lomba untuk
melakukan kebaikan untuk mendapatkan pahala. Keberkahan ini dimanfaatkan oleh kelompok
non muslim yaitu wanita Katolik dengan menjual menu buka puasa dengan harga yang sangat
murah yang terletak di samping Gerja Katolik Santo Yusup atau berada di depan kantor Dinas
Ketenagakerjaan Jember, berada di alamat Jalan RA. Kartini No.26 Kecamatan Sumbersari
Kabupaten Jember. Dana dari Warung Kasih ini bersumber dari tabungan umat Katolik atau
biasanya disebut dengan kolekte, namun dana juga ada yang di dapat dari donatur lintas agama,
seperti sumbangan dari umat Buddha dan Hindu yang memberikan sumbangan dan bantuan
mulai dari bahan yang digunakan untuk memasak dan dalam bentuk uang tunai. Awal mula
gerakan warung kasih ini dikarenakan wanita Katolik Gereja Santo Yusup melihat banyak
tukang becak dan tukang ojek di sekitaran gereja yang kesulitan dalam mencari makan untuk
berbuka puasa, sehingga dari muncul inisiatif dari wanita Katolik untuk mengadakan warung
murah. Warung Kasih ini sudah menjadi tradisi yang sudah berjalan kurang lebih 20 tahun.
Warung Kasih di buka hanya pada hari Senin sampai Kamis, Hari Jumat sampai Minggu tutup
dikarenakan ada ibadah di gereja. Warung Kasih ini wujud dari toleransi antar umat beragama
dan menumbuhkan gerakan sosial, dikarenakan melibatkan umat Katolik, Islam, Hindu, dan
Buddha.

Contoh menarik lainnya bahwa toleransi antar umat beragama sangat dijunjung tinggi
oleh warga yang berada di wilayah alun-alun Jember yaitu ketika sholat Idhul Fitri umat Katolik
Gereja Santo Yusup memberikan alas untuk sholat berupa Koran dan terpal kepada umat Islam
yang akan melakukan ibadah sholat Idhul Fitri di Masjid Jami Baitul Amin. Bahkan kerukunan
sangat terjalin dan Nampak saat umat Islam sedang menjalankan ibadah Sholat, umat Katolik
menjaga area sholat dan memberikan keamanan, selain itu seusai sholat Idhul Fitri umat Katolik
mengucapkan selamat idhul fitri dan menjabat tangan untuk bersalaman. Kerukunan antar umat
beragama di Kabupaten Jember khususnya di sekitar alun-alun sangat kondusif, hal ini
dikarenakan silaturahmi antar tokoh agama kerap dilakukan.

Gereja Katolik Santo Yusup juga mengubah jadwal misa yang seharusnya dilakukan pada
hari Minggu pagi pukul 05.30 dan pukul 07.00 WIB diganti hari Minggu sore pukul 16.00 dan
pukul 18.30 WIB hal ini dikarenakan menghormati dan menghargai umat muslim yang sedang
menjalankan ibadah sholat Idhul Fitri di Masjid Jami Al Baitul Amin. Jarak Gereja Santo Yusup
dengan Masjid Al Baitul Amin kurang lebih sekitar 300 sampai 400 meter, kondisi ini membuat
banyak kendaraan umat muslim yang akan melaksanakan sholat Idhul Fitri di parkir di daerah
Gereja Santo Yusup. Dikarenakan Sholat Idhul Fitri yang dilaksanakan satu tahun sekali,
sedangkan misa di gereja di gelar rutin setiap minggu, maka umat Katolik memberikan
kesempatan untuk umat Islam menjalankan ibadah sholat Idhul Fitri. Umat Katolik Santo Yusup
sangat mengahargai dan menghormati perbedaan antar umat beragama, sehingga
mempersilahkan umat muslim untuk melaksanakan ibadah dengan baik, sehingga Jemaat gereja
tidak merasa keberatan untuk mendahulukan ibadah sholat idhul fitri yang dilakukan oleh umat
muslim sebagai perayaan hari kemenangan.

Contoh lain wujud dari toleransi yaitu ketika ada peringatan 17 Agustus, polres Jember
mengirim surat kepada gereja guna membunyikan lonceng disaat pengibaran bendera merah
putih, hal ini menunjukkan toleransi keagamaan tidak hanya terjadi pada umat muslim tetapi juga
terjalin dengan aparat pemerintahan seperti polisi dan TNI. Pada saat umat muslim
melaksanakan sholat Jumat pukul 12.00 WIB bertepatan gereja membunyikan lonceng, tetapi
tidak ada protes dari masyarakat, baik dari umat muslim maupun umat katolik, hal ini
membuktikan adanya toleransi dalam beragama.

Pada hari sabtu tanggal 28 mei 2022 kelompok kami melakukan wawancara terhadap
salah satu muadzin masjid jami’ kota jember yang bernama bapak Muhammad Jarot terkait
tentang kerukunan antar umat beragama yaitu toleransi antar masyarakat muslim terhadap
masyarakat non muslim, di daerah alun-alun kota jember memang mayoritas penduduk beragama
muslim namun tidak sedikit juga yang beragama non muslim. Menurut Bapak Jarot kerukunan
dalam perbedaan tersebut terjalin bagus dimana sama sama saling menjunjung toleransi yang
tinggi seperti menghargai dan menghormati setiap kegiatan, kerjasama antar masyarakat berupa
sumbangan dalam bentuk materi maupun tenaga pada saat kegiatan gereja dengan cara pihak
polsek meminta beberapa jumlah banser untuk melakukan pengamanan terhadap situasi dan
sebaliknya, dari perbedaan tersebut tidak pernah menimbulkan konflik karena kebiasaan
bertoleransi sudah di tanamkan sejak dahulu hingga turun temurun, jadi tidak di herankan lagi
jika masyarakat bisa rukun bersama. Ketika ada perayaan Natal dan Misa Paskah yang diadakan
di Gereja Katolik Santo Yusup, umat Islam dan pengurus Masjid Jami’ Jember sendiri
berbondong-bondong dating ke gereja dengan tujuan mengamankan gereja, hal ini ditujukan agar
perayaan natal dan miskah paskah bias berjalan dengan baik dan khidmad tanpa ancaman dari
pihak manapun, dengan antusias seperti menunjukkan toleransi yang sangat tinggi tercipta antar
umat beragama muslim dan beragama Islam. Ketika ibadah umat katolik dalam perayaan natal
selesai para pengurus dan umat islam yang menjaga keamanan gereja bersalaman dengan orang-
orang katolik sebagai wujud toleransi. Selain itu dalam masjid jami’ juga terdapat yayasan baitul
amien yang terdiri dari sekolah TK,SD,SMP menjadi pembelajaran dini terhadap generasi di
sekitar terkait pentingnnya bertoleransi. Umat muslim dan umat Katolik meskipun menjunjung
tinggi toleransi tetapi mereka mengerti batasan, umat muslim mengetahui batasan menjadi
seorang muslim, dan sebaliknya umat Katolik mengetahui batasan menjadi seorang Katolik.
Selain menjalin kerukunan toleransi juga memiliki makna kebebasan dengan maksud
membebaskan setiap pilihan masyarakat untuk memeluk keyakinan masing-masing seperti yang
di jelaskan dalam QS. Al-kafirun ayat : 8

“untukmu lah agamamu, dan untukku lah agamu”

Dalam islam juga dijelaskan tidak ada paksaan untuk memeluk agama melainkan benar-
benar dari keyakinan dan kepercayaan diri sendiri yang dalam islam disebut iman dan takwa.
Masyarakat terbentuk dari sekelompok keluarga yang hidup dalam satu lingkup daerah tentu
memiliki sikap menerima toleransi berbeda beda namun meskipun berbeda dan ada beberapa
yang tidak menyukai namun masyarakat harus tetap berkooperasi, individu tidak hanya
menerima kehadiran orang lain namun juga menjalin hubungan untuk hidup berdampingan
hingga tercipta kesatuan yang menjadikan masyarakat kompak.

Sikap toleransi sangatlah penting diterapkan dalam Indonesia karena Indonesia


merupakanm negara dengan kemajemukan yang tinggi, tanpa adanya toleransi maka persatuan
dalam negara tidak akan terwujudkan. Secara doctrinal agama Islam sangat menjunjung tinggi
toleransi karena islam merupakan agama damai yang kerap disebut dengan Islam adalah agama
yang rahmatal lil alamin yang berarti agama yang mengayomi seluruh alam dengan maksud
Islam menawarkan toleransi dalam bentuk saling menghormati tanpa paksaan dan berlaku bagi
seluruh umat di Indonesia. Tidak ada konsekuensi atau hukuman bagi masyarakat yang tidak
mau bertoleransi namun sejatinya manusia memiliki jati diri saling memahami dari dalam hati
yang disebut dengan kesadaran ditambah dari pengajaran pentingnnya sikap saling menghargai,
menghormati, juga adanya norma agama yang berlaku menambah untuk penegasan masyarakat
mengenai utamanya bertoleransi.

KESIMPULAN

Berdasrkan uraian dan pembahasan penelitian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
antar umat beragama sudah sepentasnya kita semua harus saling menjunjung tinggi toleransi
yaitu menghormati dan menghargai beragam keyakinan yang ada di Indonesia, mengingat di
Indonesia ada beragam keyakinan. Toleransi dijaga dan dilakukan guna menjaga keharmonisan
dan kedamaian, serta menghindari deskriminasi. Kerukunan antar umat beragama harus dijaga
dan diterapkan dikarenakan semua manusia adalah saudara jadi sudah sepantasnya dan sudah
menjadi kewajiban kita menghargai dan menghormati perbedaan yang ada di sekitar kita. Jika
toleransi tidak dilakukan dan antar umat beragama tidak saling menghormati dan menghargai
dalam melaksanakan ibadah, maka akan menyebabkan kekacauan dalam hidup bermasyarakat
dan hal ini sangat tidak dibenarkan oleh agama manapun, dikarenakan agama sendiri tidak
mengajarkan konflik dan kekerasan, melainkan agama selalu mengajarkan perdamaian dan
kerukunan. Setelah kami melakukan wawancara secara terbuka kepada masyarakat yang berada
di wilayah alun-alun Jember, kami mendapatkan informasi bahwasannya toleransi yang terjalin
antar umat muslim dan umat Katolik sangat harmonis dikarenakan satu sama lain sangat
menghormati dan menghargai adanya perbedaan dan juga tokoh pemuka agama yang selalu
terjun langsung atau bersilahturahmi ketika ada perayaan hari besar, baik perayaan natal maupun
idhul fitri. Selain itu, juga ada tradisi atau kegiatan yang merupakan salah satu wujud toleransi
seperti Warung Kasih, ketika ada perayaan hari raya idhul fitri, Romo mendatangi rumah kyai
dan beberapa pesantren yang ada Jember, dan ketika ada perayaan natal umat muslim turut
menjaga keamanan gereja agar perayaan natal berjalan dengan kondusif. Jadi sangat tidak
diragukan lagi keharmonisan yang terjalin antara umat muslim dan Katolik yag berada di
wilayah alun-alun Jember.

SARAN

Dari pemaparan kesimpulan diatas, terdapat beberapa saran yang dapat menyangkut
penelitian ini yaitu masyarakat harus menggali dan memahami pengetahuan terhadap toleransi
antar umat beragama hal ini bertujuan agar dapat memahami tindakan apa saja yang harus
dilakukan agar menciptakan kerukunan dan kedamaian antar umat beragama. Masyarakat harus
menyadari bahwasannya Bangsa Indonesia ini negara yang multicultural, sehingga masyarakat
diharapkan mampu menyadari akan perbedaan tersebut, dengan tujuan yaitu masyarakat dapat
menciptakan kehidupan yang rukun dan damai dengan adanya toleransi. Masyarakat juga harus
bisa menjalin komunikasi dengan baik antar umat beragama, hal ini dengan tujuan agar
terciptanya harmonisasi antar umat beragama.

DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimed.ac.id/20237/9/12.%20NIM.%203123111037%20CHAPTER%20V.pdf

https://mediaindonesia.com/humaniora/440134/apa-sih-yang-dimaksud-dengan-
toleransi#:~:text=Salah%20satu%20bentuk%20toleransi%20adalah,lain%20dengan%20a
lasan%20apapun%3B%20serta

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://m.merdeka.com/amp/pe
ristiwa/rawat-toleransi-pengurus-gereja-jember-sediakan-alas-dan-jaga-parkir-jamaah-
salat-
id.html&ved=2ahUKEwjzzNeSjIL4AhXgSmwGHZ4fBSsQFnoECAgQAQ&usg=AOvVaw
0a2c749oYC_qb4Zlh-pMZO

https://www.jpnn.com/news/banser-jember-ikut-amankan-gereja-saat-perayaan-natal
LAMPIRAN

Wawancara dengan Muadzin Mesjid Jami’ Jember

Wawancara dengan Satpam Gereja Santo Yusup

Anda mungkin juga menyukai