Anda di halaman 1dari 5

Pengaruh Perkembangan Globalisasi Terhadap Tolerasi Antar Masyarakat

BAB I

Pendahuluan

1.1 LATAR BELAKANG

Akhir-akhir ini ramai dibincangkan di tengah masyarakat dan media sosial tentang betapa pentingnya
toleransi dalam beragama. Islam telah memberi pedoman sedemikian jelas, bahwa agama tidak boleh
dipaksakan. Disebutkan pula di dalam al Qur'an bahwa, semua orang dipersilahkan memilih agama
sebagaimana yang diyakini masing-masing. Lakum diinukum wa liya diin' atau Untukmu agamamu dan
untukku agamaku'.

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, terdiri dari berbagai suku, agama dan ras, tetapi dikenal
sebagai bangsa yang ramah dan toleran, termasuk dalam hal kehidupan beragama. Kemajemukan
(pluralisme) agama di Indonesia telah berlangsung lama dan lebih dahulu dibandingkan dengan di negara-
negara di dunia pada umumnya. Hanya saja, dalam beberapa tahun terakhir ini (terutama sebelum 2014)
terjadi sejumah peristiwa yang menunjukkan prilaku keagamaan sebagian masyarakat Indonesia yang
tidak atau kurang toleran.

Gejala tersebut sebenarnya tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara-negara demokratis
lainnya, termasuk negara-negara Barat yang selama ini masyarakatnya dikenal sangat toleran. Secara
sosiologis hal ini merupakan ekses dari mobilitas sosial yang sangat dinamis sejalan dengan proses
globalisasi, sehingga para pendatang dan penduduk asli dengan berbagai macam latar belakang
kebudayaan dan keyakinan mereka berinteraksi di suatu tempat. Dalam interaksi ini bisa terjadi hubungan
integrasi, damai dan kerjasama, tetapi bisa juga terjadi prasangka, ketegangan, persaingan, intoleransi,
konflik, dan bahkan disintegrasi. Yang terakhir ini terjadi jika yang ditonjolkan dalam interaksi itu adalah
politik identitas (identity politics) secara eksklusif. Politik identitas ini kini tidak hanya diekspresikan
sebagai perjuangan kelompok minoritas seperti ketika istilah ini dimunculkan pada awal 1970-an, tetapi
juga oleh sebagian kelompok mainstream atau mayoritas untuk mempertahankan identitas mereka
mewarnai kehidupan masyarakat.

Kasus intoleransi semakin hari kian semakin meningkat. Beberapa kasus intoleransi yang akhir-akhir ini
terjadi antara lain: sebuah sekolah yang mewajibkan seluruh siswanya mengenakan seragam muslim, ada
guru yang melarang siswanya untuk memilih ketua OSIS yang agamanya bukan mayoritas, menghalangi
orang yang beragama tertentu untuk menjalankan ibadahnya, pelarangan membangun tempat ibadah,
banyaknya ujaran kebencian yang merajalela di sosial media mengenai berbagai hal, seperti agama, warna
kulit, suku, ras, dan etnik, serta masih banyak rentetan kasus yang lainnya.
Dalam tolerasi agama, tidak mungkin untuk memaksa seseorang yang tidak mampu mengatasi. Anda
bebas untuk mengamalkan agama atau keyakinan Anda sendiri, selagi itu berada di dalam batas hukum.
Pada saat penyokong agama melaksanakan situasi dan perspektif kehidupan sehari-hari, tidak akan ada
masalah dalam kenyataan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1) Apa yang dimaksud dengan Globalisasi?


2) Apa yang dimaksud dengan Toleransi beragama?
3) Apa saja tantangan yang dihadapi dalam toleransi bergama di Era Globalisasi?
4) Solusi dan pencegahan terhadap isu-isu mengenai toleransi beragama.

1.3 TUJUAN

1) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan globalisasi dan tantangannya.


2) Untuk mengetahui apa yang dimaksdu dengan toleransi beragama.
3) Untuk mengetahui solusi dan pencegahan terhadap isu toleransi beragama.

1.4 MANFAAT

1) Agar dapat mencegah dan mendapat solusi dari isu-isu toleransi beragama
2) Jurnal ini diharapkan bermanfaat sebagai sumber literasi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Globalisasi

Menurut bahasa global ialah seluruhnya atau menyeluruh. Sedangkan globalisasi ialah pengglobalan
secara keseluruhan aspek kehidupan, perwujudan secara keseluruhan aspek kehidupan. Kemudian
pengertian secara luas globalisasi adalah proses pertumbuhan Negara-negara maju (Amerika, Eropa dan
Jepang) melakukan ekspansi besar-besaran. Kemudian berusaha mendominasi dunia dengan kekuatan
teknologi, ilmu pengetahuan, politik, budaya, militer dan ekonomi.

Globalisasi membawa perubahan yang begitu cepat bagi kehidupan manusia. Terjadinya pertemuan yang
intens dari berbagai peradaban membawa perubahan yang amat besar bagi masing-masing peradaban itu
sendiri. Identitas pun mengalami perubahan besar dalam waktu yang cepat. Tradisi dan nilai-nilai, yang
sebelumnya begitu aman dan nyaman dipegang, kini mulai dikikis oleh gelombang perubahan besar.

Dalam era globalisasi saat ini, agama masih memiliki peran besar dalam peradaban manusia. Hal ini
terjadi setelah di era modern agama disingkirkan dari peradaban manusia, karena dianggap bodoh dan
miskin. Kembalinya agama-agama ke politik dunia merupakan tanda bahwa akal dan peradaban modern
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan spiritual manusia. Agama, dengan pengalaman kesatuan dan
sistem nilai, dapat memberikan percikan yang pasti di tengah kehidupan yang terus berubah ini.

2.2 Toleransi Beragama

Kata toleransi berasal dari bahasa Latin, “tolerare” berarti kesabaran untuk sesuatu. Toleransi adalah
sikap atau perilaku manusia yang memungkinkan pandangan dan tindakan yang berbeda untuk terjadi
tanpa gangguan atau konflik. Toleransi dalam konteks sosial dan budaya berarti sikap dan tindakan yang
melarang keberadaan diskriminasi atau intoleransi. Diskriminasi terhadap kelompok atau kelompok yang
berbeda. masyarakat, seperti toleransi agama, komunitas agama dalam satu masyarakat, mayoritas
memungkinkan kelompok-kelompok agama lain untuk hidup di sekitar mereka.

Agama mendorong orang-orang tersebut untuk menjadi yang terbaik, yaitu mengenal, memahami,
menghormati, mencintai, bahkan saling tolong-menolong dengan baik. jika orang dari semua agama, apa
pun agamanya, dapat menunjukkan perilaku terbaiknya, mengikuti petunjuk ajaran agamanya, maka
masalah yang terkait dengan agama orang lain dalam kehidupan sehari-harinya, tidak ada.

2.3 Tantangan Tolenrasi Beragama

Globalisasi sendiri sangat mempengaruhi perkembangan tolerasi di Indonesia. Menurut Djohan Effendi,
toleransi memberikan makna yang sangat luas. Menurutnya, toleransi adalah sikap atau perilaku
seseorang yang menghargai berbagai macam perbedaan. Perbedaan yang dimaksud bisa berupa perbedaan
perilaku, agama, maupun budaya. Dengan demikian jika seseorang menghargai perbedaan orang lain
yang berbeda fisik maupun psikis, sudah bisa disebut dengan wujud dari toleransi.

1) Intoleran Terhadap Keberagaman

Banyak sekali ujaran kebencian yang dilakukan oleh beberapa kelompok terhadap kelompok
liannya hanya dikarenakan perbedaan agama. Di era kemajuan tekhnologi saat ini dampak
intoleransi tersebut bisa menyebar bak virus dengan begitu cepat. Dilakukan hanya dengan satu
gerakan “klik” kapan pun dan di mana pun oknum tersebut berada. Sejatinya setiap agama
mengajarkan tentang pentingnya kerukunan, kedamaian, dan saling mengasihi antara satu dengan
yang lain. Namun dalam realitanya, masih sering terjadi permusuhan, kebencian, dan fitnah yang
bisa menjadi potensi merusak kesatuan serta persatuan bangsa.

2) Pengrusakan Tempat Ibadah

Salah satu sikap intoleran yang terjadi di Indonesia adalah pengrusakan tempat ibadah yang sangat
sering terjadi sekarang, Sikap ini tidak boleh terulang karena dapat masuk ke unsur sara dan dapat
menyebabkan perpecahan bangsa Indonesia. Pengrusakan Tempat ibadah menjadi cerita berulang
dari tahun ke tahun. Alasan klasik rumah ibadah tak memiliki izin, acap menjadi pembenaran
untuk melakukan tindakan intoleran. Sejumlah peraturan yang dianggap diskriminatif dan
pemerintah daerah yang kerap tak bergigi terhadap tekanan kelompok intoleran, semakin
menyudutkan kaum minoritas. Contoh seperti yang pernah terjadi di Singkel, Aceh. Pada bulan
Oktober 2015 lalu telah terjadi pembakaran Gereja oleh masyarakat muslim di Singkel. Hal
tersebut berawal dari tuntutan warga muslim terhadap pembangunan rumah ibadah (gereja) yang
tidak berizin di wilayah tersebut yang mana pada tahun 2001 telah ditetapkan pemerintah
mengenai pembatasan pembangunan rumah ibadah, namun warga Nasrani di sana tetap
membangunnya.

2.4 Solusi dan pencegahan terhadap isu toleransi beragama

1) Saling menerima akan adanya perbedaan.

Tanamkan keyakinan bahwa adanya perbedaan adalah sebuah kewajaran. Bukan hanya sebuah
kewajaran saja, adanya perbedaan dalam pendapat merupakan sebuah hak yang dimiliki oleh
setiap manusia yang ada di dunia.

2) Menghargai dan menghormati Hak orang lain

Menghargai orang lain dapat dilakukan dengan berbagai cara dan dengan hal-hal yang sangat
sederhana, seperti selalu bersikap sopan kepada orang lain, selalu menebarkan kebaikan kepada
orang lain, selalu mengerti batasan terhadap privasi yang dimiliki orang lain, dan lain sebagainya

3) Memeberikan kebebasan orang lain dalam memilih agama

Hendaknya kita bisa memberikan kebebasan kepada orang lain untuk memilih keyakinan agama,
keyakinan politik, dan memilih kelompok

4) Menjaga kerukunan antar umat beragama

Jika kasus intoleran dalam bergama terus berlangsung, dikhawatirkan kondisi kerukunan umat
beragama ini akan rusak. Oleh karena itu, penguatan kerukunan dan toleransi itu perlu terus-
menerus dilakukan, teterutama melalui sosialisasi pemahaman keagamaan yang moderat dan
menekankan pentingnya toleransi dan kedamaian dalam kehidupan masyarakat yang majemuk.
Juga, perlu dilakukan upaya-upaya penguatan wawasan kebangsaan dan integrasi nasional, yang
meliputi sosialisasi Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Kebhinnekaan. Dan tak kalah pentingnya
adalah penguatan kesadaran dan penegakan hukum, baik bagi aparatur negara, tokoh politik
maupun tokoh agama.
BAB 3

Kesimpulan

Di dalam perjalanannya tentu perbedaan yang ada di masyarakat menimbulkan berbagai konflik
dan kasuskasus intoleran. Dalam hal ini toleransi sangat dibutuhkan untuk menciptakan
keseimbangan dan kedamaian dalam masyarakat. Toleransi dalam al-Qur’an menekankan
pentingnya keadilan, kasih sayang, dan kemanusiaan serta saling menghormati tanpa ada
pemaksaan dan tekanan terhadap pihak lain. Toleransi ini hanya akan efektif jika masing-masing
pihak tetap berjalan di atas relnya dan menjalankan secara penuh apa yang telah diajarkan di
dalam al-Qur’an. Kasus-kasus yang telah disebutkan di atas, memang sudah tidak berlangsung
lagi. Namun tidak menutup kemungkinan kasus tersebut akan terjadi lagi. Oleh karena itu, sikap
toleransi harus selalu ditumbuhkan dan dijalankan oleh setiap penganut agama di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai