Anda di halaman 1dari 6

Pentingnya Penerapan Sikap Toleransi Antar Umat Beragama di

Lingkungan Masyarakat
Paper Character Building : Agama

LA53
Firda Arfianti - 2301949596
Fachria Ditia Zalianti - 2301949103
Adam Gumanti - 2301947022
Michael Saputera - 2301948435
Risda Amelia - 2301942280
Redo Rizky Yudandy - 2301948082
Reza Kurniawan Widayanto - 2301942412
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya , agama, dan ras.
Keberagaman tersebut sebenarnya timbul karena letak geografis Indonesia sehingga
Indonesia kaya akan lebih dari 1300 suku bangsa dengan berbagai keunikannya. Namun
sayangnya, keberagaman inilah yang membuat Indonesia sering terjadi konflik yang
mengandung Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA). Salah satu konflik SARA yang
sering terjadi adalah agama.
Kasus intoleransi agama di Indonesia sangat merebak akhir-akhir ini. Hal tersebut
diakibatkan karena adanya perbedaan pandangan antara kelompok agama mayoritas dan
kelompok agama minoritas. Contohnya adalah kasus intoleransi di desa Bantul, yaitu saat
rakyat asli Bantul menolak warga yang berbeda agama untuk tinggal di sana. Selain itu juga
marak sekali kasus intoleransi seperti pelarangan pembangunan rumah ibadah agama
minoritas karena menurut mereka hal tersebut bisa mengganggu iman mereka dan tidak
sesuai dengan ajaran agama yang dianut oleh kelompok agama mayoritas.
Radikalisme juga merupakan salah satu faktor yang membuat masyarakat suatu daerah
bersikap intoleran karena mereka sejak dulu mencontoh perilaku generasi sebelumnya dan
berlanjut hingga generasi selanjutnya. Lama kelamaan sikap radikalisme itu membuat para
masyarakat setempat berpikir bahwa kelompok merekalah yang paling superior dan tidak
suka akan kehadiran kelompok minoritas.
Pada dasarnya, substansi dari agama adalah mempercayai akan sosok Tuhan dan agama
menjadi sebuah wadah bagi umatnya untuk menjauhi segala bentuk sifat jahat yang ada. Yang
membedakan agama satu dengan yang lainnya hanyalah bentuknya saja. Sayangnya, Agama
menjadi salah satu titik hitam atau masalah penting yang sering terjadi di Indonesia. Padahal
dengan banyaknya keberagaman agama, dapat menjadi suatu kebanggaan yang membuat
Indonesia semakin kuat dengan perbedaan dan memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh
negara lain.
BAB II
Pembahasan

Indonesia memiliki banyak suku yang beragam yang di mana masing-masing suku tersebut
memiliki keunikannya sendiri yang terdiri atas suku, agama, dan ras. Indonesia juga kaya
akan agama serta keyakinan. Namun yang diakui secara resmi oleh pemerintah hanyalah lima
agama yaitu Islam, Budha, Kristen, Katolik, Hindu dan Konghucu. Agama Konghucu adalah
agama yang diresmikan oleh presiden Indonesia, yaitu Gus Dur sebagai akibat dari keadaan
politik di Indonesia yang sebelumnya pada zaman Order Baru, Presiden Soeharto sempat
melarang segala bentuk aktivitas yang berbau kebudayaan dan tradisi Tionghoa di Indonesia.
Namun pada masa jabatan presiden KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), ia menetapkan
Konghucu sebagai agama resmi Indonesia melalui UU No. 1/Pn.Ps/1995.

Dalam peraturan legal formal, terdapat undang-undang yang mengatur tentang sikap negara
dalam menjamin kebebasan warga negaranya untuk bebas beragama. Pada Undang-Undang
Dasar 1945 Pasal 29 dikatakan bahwa “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa dan
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”. Pasal ini
menjelaskan bahwa warga negara Indonesia dilindungi oleh negara untuk bebas memeluk
agama dan melakukan aktivitas ibadah agamanya masing-masing tanpa ancaman dari pihak
manapun. Selain itu terdapat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28E ayat 1 yang berbunyi
“Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan
dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di
wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.”. Pasal ini juga menjelaskan
akan kebebasan untuk memeluk agama dan beribadat untuk seluruh warga negara Indonesia.
Pada kenyataannya, pengaplikasian undang-undang ini tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Intoleransi umat beragama terjadi karena beberapa kelompok umat beragama tidak suka
dengan kelompok minoritas. Intoleransi adalah suatu bentuk kurangnya toleransi terhadap
agama/sekelompok agama/praktek agama lain. Di Indonesia kita bisa mengambil contoh
Aceh yang masuk kategori sebagai kota paling tidak toleran sebanyak tiga kali. Pernah
terdapat kasus dimana siswi SMA non-muslim di Aceh diwajibkan menggunakan jilbab ke
sekolah. Tidak hanya itu saja, kasus intoleran di beberapa daerah juga sering terjadi seperti
kasus pembangunan gereja yang terpaksa dihentikan karena penerbitan izin bangunannya
digugat oleh sekelompok warga.
Aksi intoleransi agama tersebut sering kali terjadi karena dilandasi oleh beberapa faktor
seperti faktor radikalisme agama yang berarti ada umat beragama yang mempraktekkan
ajaran agama yang tidak semestinya seperti berperilaku keras terhadap kelompok agama lain,
mendukung aksi jihad yang mengorbankan umat beragama lain serta melakukan protes yang
berlebihan terhadap suatu kelompok tertentu. Radikalisme agama tersebut bisa terjadi karena
umat suatu agama tidak paham dengan penafsiran kitab suci dan bisa juga diajar oleh
mentor/guru agama yang sesat. Padahal pimpinan agama seharusnya bisa menjadi contoh
yang baik untuk menuntun sesama umat beragama ke jalan yang benar dan mengajarkan
toleransi. Namun masih banyak pimpinan agama yang menjelek-jelekkan agama lain dan
menolak toleransi.

Kampanye Penerapan Toleransi Umat Beragama di Lingkungan Sekitar


Untuk menghindari kasus intoleransi yang semakin merebak, kita perlu melakukan sebuah
gerakan atau kampanye yang mengangkat tema sikap kritis dan toleran dalam beragama. Ada
beberapa hal yang bisa kita lakukan sebagai warga negara Indonesia yang baik, seperti:
Pertama, memperlakukan orang yang berbeda agama setara dengan kita. Walaupun berbeda
agama, namun kita harus mengubah cara pandang kita dan menganggap mereka sebagai
manusia yang setara tanpa harus menilai agama mereka.
Kedua, melakukan sosialisasi terhadap generasi muda khususnya kepada mereka yang masih
bersekolah tentang arti pentingnya toleransi umat beragama dan mengajarkan kepada mereka
untuk tidak radikal akan agama. Sebab generasi muda adalah kunci kesuksesan untuk
mewujudkan kehidupan beragama yang toleran di Indonesia.
Ketiga, melakukan sosialisasi atau promosi melalui sosial media tentang ancaman intoleransi
umat beragama. Internet dan gadget adalah rekan yang paling dekat dengan generasi saat ini,
jadi cara yang paling mudah untuk memberikan informasi yaitu dengan melalui sosial media.
Keempat, membuat sebuah acara bersama yang bisa membuat umat yang berbeda agama
untuk saling bersilaturahmi dan saling mengenal satu sama lain. Para petinggi agama bisa
saling berpidato dan berdialog untuk mempererat tali silaturahmi.
BAB III
Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat diketahui bahwa kekayaan suku,
agama, ras, dan kebudayaan di Indonesia menyebabkan sering terjadinya konflik
mengandung unsur SARA, terutama dalam hal intoleransi agama. Salah satu penyebab
konflik segregasi agama tersebut adalah radikalisme dan perbedaan pandangan antara
kelompok agama mayoritas dan kelompok agama minoritas. Meskipun bangsa Indonesia
memiliki peraturan legal formal dalam mengatur kebebasan beragama, namun faktanya masih
banyak kasus intoleran yang terjadi di berbagai wilayah, bahkan beberapa daerah mendapat
predikat khusus sebagai daerah paling intoleran. Sehingga, tidak hanya peraturan
perundang-undangan yang harus ditegakkan, namun sikap toleransi antar umat beragama
harus ditingkatkan.
Sikap toleransi dalam keberagaman agama di Indonesia menjadi penting untuk menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan memiliki sikap toleransi, kita sebagai
warga negara membentuk persatuan bangsa, menciptakan kerukunan antarwarga, dan
memunculkan rasa nasionalisme. Dalam menerapkan upaya toleransi umat beragama di
Indonesia dapat dilakukan dengan berbagai hal baik dari pemerintah maupun masyarakat.
Upaya meningkatkan toleransi umat beragama oleh masyarakat dimulai dari memperlakukan
orang yang berbeda agama setara dengan kita. Selain itu, dapat diupayakan dialog untuk
meningkatkan persatuan antar umat beragama, misalnya dengan dialog kehidupan sehari-hari
dan dialog melakukan pekerjaan sosial agar masyarakat semakin mengedepankan toleransi
dan meningkatkan taraf hidupnya.
Daftar Pustaka
https://kbr.id/nasional/05-2015/begini_cara_anak_muda_kampanye_toleransi_beragama/7074
3.html
https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/02/160222_indonesia_intoleransi
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-51444700
https://www.voaindonesia.com/a/campur-tangan-banyak-pihak-kasus-siswi-non-muslim-berji
lbab-selesai-secara-kekeluargaan/5751811.html
https://news.detik.com/berita/d-4339550/protes-keras-banda-aceh-3-kali-masuk-kategori-kota
-tidak-toleran
UUD 1945

Anda mungkin juga menyukai