Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MATA KULIAH

PERBANDINGAN AGAMA

“Toleransi Beragama Antara Umat Katolik Dan Umat Muslim Dalam


Pandangan Bhineka Tunggal Ika”

Oleh :
Chatarina Prischa Laras Sari
(152823)

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


WIDYA YUWANA MADIUN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah Negara yang sangat kaya dengan kebudayaannya.Terdapat banyak suku
dan budaya di dalamnya.Karena adanya banyak suku dan budaya ini maka terdapat banyak pula
jenis agama yang dianut oleh masyarakat di Indonesia.Terdapat 6 Agama yang dianut oleh
masyarakat Indonesia yaitu agama Muslim, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan
Konghucu.Karena terdapat banyak suku dan budaya serta memiliki berbagai macam kepercayaan
maka Negara Indonesia memiliki sembohyan yaitu “Bhineka Tunggal Ika”, yang artinya meski
berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Ahkir-ahkir ini Indonesia mengalami banyak kasus Intoleransi, masyarakat sangat fanatik
dengan kepercayaan atau agama yang dianutnya sehingga menimbulkan permasalahan toleransi
di negeri ini.Umat mayoritas dan umat minoritas sangat terlihat dalam kasus intoleran antar umat
beragama. Kasus yang sedang marak belakangan ini adalah kasus pemotongan salib dalam
makam/kuburan orang Kristen, kemudian ada pula warga yang diusir dari tempat tinggalnya
karena ia Bergama Kristen, kemudian kasus pengeboman tempat ibadah dan masih banyak lagi
kasus-kasus yang lainnya.
Begitu banyak kasus-kasus antar umat beragama di negeri ini, dan kasus-kasus toleransi
antar umat beragama. Namun dalam tulisan ini penulis hendak memaparkan tentang toleransi
antar umat beragama yaitu antara umat muslim dan katolik, penulis hendak mengungkapakan
bahwa tidak semua daerah mengalami kasus intoleran bahkan dari semua kasus masih ada daerah
yang menjunjung tinggi kebhinekaan negara Indonesia dengan tetap memiliki rasa toleransi antar
umat beragama. Hal tersebut terjadi di salah satu desa lereng gunung kawi. Penulis akan
menjelaskan tentang toleransi apa saja yang dilakukan oleh masyarakat di desa tersebut,
kemudian bagaimana teori yang dapat dipahami berkaitan dengan hal tersebut. Bagi penulis hal
ini sangat baik untuk disampaikan, agar memberikan pandangan yang lebih luas dan memberikan
contoh yang baik terhadap masyarakat luas tentang indahnya toleransi antar umat beragama.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Toleransi Umat Beragama dan Bhineka Tunggal Ika
Toleransi umat beragama adalah bentuk salingmenghormati dan menghargai agama lain,
tidak mengganggu ketenangan agama lain/tidak mengganggu agama lain dalam beribadah. Serta
tidak memaksa orang lain untuk menganut agama yang dipercayainya.Sudah dikatakan bahwa
Indonesia adalah Negara dengan banyak suku dan budaya, yang juga memiliki berbagai macam
kepercayaan yang dianutnya. Oleh sebab itu toleransi sangat dibutuhkan, memahami dan
mengetahui bahwa setiap kepercayaan yang dianut selalu memiliki tujuan yang berbeda-beda
dan cara yang berbeda-beda, karena hal tersebutlah maka sering terjadi perpecahan atau
permasalahan yang terjadi. Maka toleransi sangat dibutuhkan.Toleransi adalah salah satu sikap
mau menerima, memahami dan menghormati. Menerima segala ajaran agama lain tanpa
membanding-bandingkan, memahami ajaran dan kepercayaan agama lain sebagai wujud
pengabdian hidup kepada Tuhan. Serta meghormati ajaran kepercayaan, cara beribadah dan cara
pandang agama lain. Buah-buah atau hasil-hasil dari adanya sikap toleransi ini adalah bahwa
hidup bermasyarakat atau bernegara menjadi aman, nyaman, damai dan sejahtera. Jika toleransi
dapat umat beragama dapat dijalankan dan dilakukan dengan baik sebagaimana yang diharapkan
maka tidak akan ada lagi yang namanya konflik agama, tidak aka nada permasalahan politik
yang mengatasnamakan agama, tidak aka nada kehancuran-kehancuran daerah yang
menyusahkan masyarakat dari Negara itu sendiri, terlebih masyarakat di Negara Indonesia ini.
Bhineka Tunggal Ika merupakan sembohyan Negara, menjadi pedoman dalam hidup
bermasyarakat.Sembohyan tersebut digunakan/dipakai karena sesuai dengan kehidupan
masyarakat di Indonesia yang terdiri dari banyak suku dan budaya.“Berbeda-beda namun tetap
satu jua”, adalah arti dari Bhineka Tunggal Ika itu sendiri.Melalu sembohyan ini, Indonesia bisa
dipersatukan dan semua keberagaman tersebut menjadi satu bagian dari Negara Kesatuan
Republik Indonesi (www.gurupendidikan.co.id).Sembohyan ini dibuat dengan harapan bisa
menumbuhkan semangat dan rasa pesatuan masyarakat Indonesia.Sebagai sembohyan Bhineka
Tunggal Ika bukan hanya dipandang sebagai perbedaan agama saja, namun menjadi pandangan
sembohyan yang lebih luas. Bahwa konsep Bhineka Tunggal Ika ini adalah konsep yang
memiliki pandangan luas tentang perbedaan suku budaya, perbedaan pulau dan perbedaan
Bahasa yang terjadi di Indonesia, dengan sembohyan ini perbedaan ini dapat dipandang
dipandang sebagai satu kesatuan dan sebagai satu tujuan yaitu sebagai Bangsa Indonesia itu
sendiri.

2.2 Teori yang Hendak dikaji


Seperti yang sudah dikatakan diatas bahwa Indonesia merupakan Negara dengan banyak
Suku dan Budaya yang berbeda-beda di dalamnya, toleransi sangat dibutuhkan agar tercapainya
kesejahteraan hidup bersama.Bhineka Tunggal Ika dibuat sebagai sembohyan Negara karena
sesuai dengan kehidupan Negara Indonesia.Jika dibandingkan dengan ilmu perbandingan
Agama, Sembohyan Negara Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika hampir sama dengan Agama
Universal yang sebagian besar bisa dijumapai di Yunani. Menurut Dewantara dalam diktat
Kuliah Perbandingan Agama mengatakan bahwa “Agama Universal tidak lagi terbatas pada satu
wilayah tertentu dari satu suku, dari satu bangsa atau juga dari satu budaya dan Bahasa tertentu.
Agama ini sudah melampaui semua itu, yaitu melampaui suku, Bahasa dan budaya”.Agama
Universal ini ahkirnya bisa terbentuk karena setiap umatnya memiliki kesamaan nasib, yaitu
sama-sama mengalami ketidakselamatan di dalam hidup mereka, sehingga satu-satunya cara
adalah mereka melakukan penyembahan kepada Yang Maha Kudus.Sama halnya dengan Negara
Indonesia, terbentuk karena adanya persamaan nasib atas terjadinya penjajahan pada masa
itu.Karena adanya kesamaan nasib inilah maka adanya keinginan masyarakat Indonesia untuk
Merdeka dan melawan para penjajah, kemudian terbentuklah pula sembohyan tersebut.

2.3 Permasalahan yang terjadi


Pada dasarnya toleransi antar umat beragama adalah satu-satunya kunci agar masyarakat
bisa hidup berdampingan dengan penuh kesejahteraan.Bhineka Tunggal Ika dibuat agar terdapat
kesatuan dan persatuan antara masyarakat satu dengan masyarakat yang lainnya.Teori
mengatakan bahwa Masyarakat Indonesia harus menjiwai sembohyan itu sendiri, harus
memahami dan melaksanakan Toleransi.Namun pada kenyataan dewasa ini, sembohyan tersebut
hanyalah menjadi sebuah tulisan sedangkan toleransi antar umat beragama hanyalah menjadi
sebuah teori belaka.Kini masyarakat Indonesia sudah tidak lagi menjiwai sembohyan tersebut
sebagai panutan dalam hidup bersama, sedangkan toleransi antar umat beragama kini mulai
luntur semua hanyalah sebuah materi yang sulit untuk direalisasikan di dalam kehidupan
bermasyarakat yang sesungguhnya.Karena lunturnya rasa toleransi pada diri masyarakat
Indonesia, begitu juga sembohyan Bhineka Tunggal Ika yang sudah tidak lagi dijiwai dalam
hidup bermasyarakat.Maka mulai terjadilah perpecahan dalam Negara ini, konfik antar Suku dan
juga konflik antar Agama.Bahkan politik pun juga menjadi alasan untuk berkonfik tentang
agama.Sudah banyak konflik-konflik yang terjadi di Negara ini.Konflik antar suku yang terjadi
adalah Perang Sampit, perang ini terjadi antara Kalimantan dengan Madura.Perang ini sudah
menewaskan banyak korban, bahkan muncul banyak berita-berita yang beredar tentang perang
ini. Entah hal apa yang terjadi antar keduanya, yang pasti bahwa toleransi sudah tidak dipakai
lagi di dalam cara hidup bersama.
Kemudian ada juga konflik tentang agama yang sedang marak belakangan ini. Yaitu
tentang pemotongan nisan salib di kotagede Yogyakarta. Walaupun pemotongan salib ini sudah
disepakatai oleh kedua pihak, yaitu keluarga dengan warga.Namun mengapa hal ini harus
terjadi? Apakah salah jika makam orang non muslim dijadikan satu dengan makam orang
muslim? Hal-hal ini yang menjadi dasar pertanyaan banyak orang bahkan juga penulis sendiri.
Ini adalah bentuk tidak adanya toleransi antar umat beragama, mengapa orang harus
mempermasalahkan tentang apa agamanya di rumah peristirahatan terahkirnya sedangkan nanti
di ahkirat mereka juga menjadi satu. Hal-hal ini yang kadang tidak bisa dipahami.Teori
mengatakan sedemikian rupa supaya kita bisa hidup dengan aman, nyaman dan tenteram sebagai
satu kesatuan. Namun teori hanyalah sebuah terori yang akan sulit di praktekan di dalam
kehidupan yang sesungguhnya.
Permasalahan antar umat beragama memang tidak hanya itu saja, masih banyak lagi hal-
hal yang terjadi bahkan lebih mengenaskan dan lebih ekstrim daripada itu.Bahkan politikpun
menjadikan agama sebagai alasan untuk berkonflik.Mengapa demikian?Menurut (Dewantara
2017:155) Agama menyentuh kehidupan manusia secara mendalam. Solidaritas,keterlibatan, dan
kebersamaan gampang dibangkitkan dalam dan karena Agama. Agama kerap menjadi motivasi
yang sukar disaingi keabsahannya karena melibatkan otoritas ilahi.Semua aspek normative ini
dengan mudah mengantar kepada politik agama. Maka itulah alasannya mengapa agama
digunakan sebagai cara untuk menjatuhkan orang lain. Namun pada ahkirnya dari semua konflik
agama yang terjadi, masih ada daerah yang menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama.Hal
tersebut terjadi di Daerah Lereng Gunung Kawi yaitu tepatnya di Desa Resapombo – Blitar.
2.4Teori dengan Realistis Permasalahan Yang Diangkat
Seperti yang sudah dikatakan diatas bahwa sembohyan Bhineka Tunggal Ika membawa
kita Bangsa Indonesia kepada sebuah persatuan dan kesatuan, serta mengajarkan tentang
toleransi yang membawa kita kepada kehidupan yang aman dan nyaman.Namun pada
kenyataanya hal tersebut sudah tidak lagi digunakan sebagai prinsip hidup bersama, terdapat
banyak konflik tentang agama bahkan juga konflik politik agama.Tetapi pada ahkirnya tidak
semua masyarakat melupakan tentang toleransi yang diajarkan dalam hidup bersama itu, masih
ada masyarakat yang menjunjung tinggi Bhineka Tunggal Ika dan rasa toleransi antar umat
beragma.Seperti yang sudah dituliskan diatas, hal ini terjadi di Desa Resapombo.Di desa ini
masyarakatnya sangat memiliki rasa toleransi yang sangat tinggi, mereka masih memiliki rasa
gotong royong yang kuat.Hal ini terbukti dengan kegiatan yang dilakukan masyarakat di Desa
tersebut.Hal-hal yang bisa diangkat sebagai bukti toleransi antar umat beragama adalah ketika
idul fitri yang jatuh pada hari rabu, 05 juni 2019. Karena masjid berdekatan dengan gereja, maka
gereja digunakan untuk tempat parkir sepeda motor/mobil umat muslim yang sedang
melaksanakan sholat eid. Orang Muda Katolik Gereja Paroki St. Fransiskus Asisi Resapombo
dengan beberapa umat dan tak lupa 2 Pastor Paroki menjadi penata dan penjaga parkir. Dengan
tulus hati para OMK dan umat menatakan motor-motor para umat muslim dengan sangat rapi,
dan pastinya dengan tulus hati. Begitu juga sebaliknya, jika hari Natal atau Paskah tiba mereka
umat muslim yang akan menjaga dan menata parkir bagi umat katolik yang akan melaksanakan
ibadah.
Kemudian toleransi yang dilakukan antar umat beragama di Desa ini adalah ketika hari
minggu. Setiap hari minggu pukul 07.00 Gereja Katolik resapombo melaksanakan ekaristi suci,
sedangkan pada jam yang sama juga Masjid besar di resapombo sedang mengaji, karena tempat
yang berdekatan antara 2 tempat ibadah ini maka suara akan menjadi campur aduk, karena
memang suara toa masjid akan terdengar sangat keras di dalam gereja. Karena hal tersebut, maka
umat muslim di desa tersebut juga tidak keberatan jika harus mengecilkan suara toa jika Gereja
sedang melangsungkan ibadah. Sehingga tidak ada yang merasa terganggu dan keduanya bisa
beribadah dengan nyaman dan tenang.Toleransi yang dilakukan di desa ini membuat masyarakat
desa dapat hidup berdampingan dengan aman dan nyaman. Sehingga tidak ada konflik yang
terjadi, adapun konflik yang terjadi dapat diselesaikan secara kekeluargaan tanpa melukai satu
sama lain.
BAB III
PENUTUP
Indonesia adalah Negara yang sangat kaya dengan suku budaya, agama, Bahasa dan
golongan dengan sembohyan “Bhineka Tunggal Ika”.Hal itulah yang membuat Negara Indonesia
menjadi Negara yang unik dan memiliki ciri khas tersendiri.Sebagai bangsa yang religius dan
berbudaya sudah mestinya, masyarakat Indonesia menerapkan toleransi dalam kehidupan
bersmasyarakat/dalam hidup bersama.Sehingga dengan keberagaman itu mampu membuat
Indonesia menjadi Negara yang tentram, aman dan harmonis.Dengan sembohyan Negara
“Bhineka Tunggal Ika” yang artinya Berbeda-beda namun tetap satu jua.Artinya dengan ini
haruslah ditegakkan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia satu diantaranya ialah
dengan menerapkan sikap toleransi.Namun pada kenyataanya sekarang ini hakekat toleransi itu
sulit untuk diterapkan dan diwujudkan, karena masyarakan Negara ini sendiri masih ada yang
mengedepankan ego , dan sikap adaptis. Perselisihan antar suku dan perbedaan pendapat serta
perbedaan pandangan terhadap agama menjadi hal sensitif yang sering menjadi pemicu sikap
intolera dan tindakan lain yang membuat gaduh Negeri ini, dan saling menyakiti antara satu
dengan yang lainnya.
Namun dibalik maraknya kegaduhan yang terjadi akibat rasa intoleran yang terjadi di
Negeri ini, masih ada salah satu daerah yang menjunjung tinggi rasa toleransi itu.Hal itu ada di
daerah Lereng Gunung Kawi yaitu di Desa Resapombo.Di Desa tersebut masyarakatnya masih
menjunjung tinggi rasa toleransi antar umat beragama, serta masih mengormati sembohyan
Negara Indonesia sendiri yaitu Bhineka Tunggal Ika.Toleransi yang terjadi di Desa ini dapat
dibuktikan dengan kegiatan yang terjadi, yaitu ketika hari besar idul fitri, natal dan paskah.Jika
hari raya idul fitri umat beragama katolik membantu menjaga dan menata parkir, begitu juga
sebaliknya.Dan masih banyak lagi hal baik yang bisa dicontoh dari toleransi di Desa ini.Alasan
merea tetap menjaga toleransi umat Bergama adalah supaya kehidupan bermasyarakat menjadi
lebih, damai, tentam aman dan nyaman.Kalaupun ada konflik diantara umat beragama di Desa
tersebut dapar diselesaikan secara kekeluaragaan.
DAFTAR PUSTAKA

Dewantara, A. (2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini.


DEWANTARA, A. W. (2016). GOTONG-ROYONG MENURUT SOEKARNO DALAM
PERSPEKTIF AKSIOLOGI MAX SCHELER, DAN SUMBANGANNYA BAGI NASIONALISME
INDONESIA (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

Dewantara, A. W. (2017). Alangkah hebatnya negara gotong royong: Indonesia dalam


kacamata Soekarno. PT Kanisius.

www.gurupendidikan.co.id

Anda mungkin juga menyukai