Oleh :
NAMA : VENIOSHA
NIM : 11.11.5278
KELOMPOK : E
Islam,padahal memang Tuhan menciptakan agama Islam sebagai agama yang paling
baik diantara yang lainnya,tetapi bukan berarti agama lainnya itu tidak baik,hanya
saja semua kita harus bisa saling menghargai dan toleransi,contohnya ada beberapa
umat Islam yang ingin menekan agama lain,seperti mengebo beberapa gereja.Adapun
masalah timbul karena suku dan ras yang beragam,karena satu sama lain sulit
B.Rumusan Masalah
Indonesia
C.Pendekatan
>sosiologis
PEMBAHASAN
Kajian mengenai kerukunan umat beragama terwujud dalam interaksi umat beragama
itu sendiri.Inteaksi adalah hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih yang
1.sikap prasangka stereotipe etnik dan dijiwai oleh suasana persaingan yang tajam
tanah air, telah menghapus citra Indonesia sebagai negeri beraneka agama yang
menantang pemikiran teologi kerukunan hidup beragama itu sendiri, khususnya untuk
membangun masa depan hubungan antaragama yang lebih baik–lebih terbuka, adil
dan demokratis.
Meski bukan tema baru dan sudah sering dibahas pada diskusi, seminar, konferensi,
maupun di artikel atau buku, tetapi persoalan kerukunan umat beragama senantiasa
sosialisasi itu disebabkan konflik antarumat beragama dan intern umat beragama di
Indonesia khususnya dan di dunia pada umumnya, masih terus berlangsung hingga
hari ini
Alasan utama di angkatnya topik ini semata-mata hanyalah karena melihat masalah
konflik antar agama yang terjadi di Indonesia sudah mencapai tingkat yang
terjadi di Indonesia, sebut saja tragedi Situbondo, Ketapang, Ambon hingga Poso.
Konflik yang maksud disini bukan hanya meliputi aksi saling membunuh antara umat
yang berbeda agama saja, melainkan juga meliputi hostilitas dan kecurigaan yang
mendalam terhadap pemeluk agama lain.Isu agama, jelas, merupakan isu yang sangat
sensitif, mengingat hal ini bersangkutan dengan hubungan manusia dengan Tuhan-
nya.
Konsep kerukunan antar umat beragama muncul dengan latar belakang beberapa
konflik muncul pada tahun 1960-an, seperti pendirian gereja oleh umat Kristen di
Masyarakat Indonesia terdiri dari beragam kelompok agama, etnik dan tradisi.
Pluralisme bangsa kita ini dapat dipandang sebagai berkah karena meskipun
berpotensi menjadi sumber konflik dan perpecahan, juga berpotensi sebagai sumber
kekuatan. Potensi sumber kekuatan bisa terwujud jika kemajemukan dapat dikelola
dan dikembangkan guna melestarikan persatuan dan percepatan pencapaian
kesejahteraan bangsa.
Ini merupakan kondisi sosial yang memungkinkan semua golongan agama bisa hidup
tiga kerukunan, yakni kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat
Umat beragama dan Pemerintah harus melakukan upaya bersama dalam memelihara
Menurut Prof Dr Ridwan Lubis, Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta. Yang dikutip dari Harian Umum Duta Masyarakat tanggal 5
pelaksanaannya selalu muncul multitafsir, karena itu harus ada pedoman untuk FKUB
tentang tata kerja dan masalah pendanaan. FKUB ini unik, ada disain dari pusat, tapi
bukan lembaga struktural ke bawah dan kordinasinya bersifat konsultatif saja,
FKUB saat ini, memang ada yang sudah berjalan dengan baik, tapi sebagian lagi ada
yang belum. Ini disebabkan, pertama ada pemda yang tidak memberikan dukungan
dana. Kedua, ada pemda yang memberi dukungan dana tapi tidak langsung, cuma
memfasilitasi saja.
Kerukunan umat beragama yang dimiliki saat ini, merupakan modal yang sangat
laboratorium kerukunan umat beragama. Paling tidak hal ini terungkap dari
pernyataan Menlu Italia, Franco Frattini dan pendiri komunitas Sant` Egidio,
Andrea Riccardi dalam pidato mereka pada pembukaan seminar internasional dengan
tema: Unity in Diversity: The Indonesian Model for a Society in which to Live
Kondisi kehidupan keagamaan di Indonesia saat ini diwarnai oleh adanya perbedaan-
perbedaan dalam pemelukan agama. Kita sudah terbiasa menerimanya dengan hidup
penerimaan perbedaan saja tanpa pemahaman yang mendalam akan arti dan hakikat
yang sesungguhnya dari perbedaan tersebut ternyata masih sangat rentan terhadap
gangguan kedamaian itu akan mudah meluas manakala sentimen dan simbol-simbol
mengamalkan agama. Sikap bertoleransi harus menjadi suatu kesadaran pribadi yang
selalu dibiasakan dalam wujud interaksi sosial. Toleransi dalam kehidupan beragama
menjadi sangat mutlak adanya dengan eksisnya berbagai agama samawi maupun
Konflik umat beragama juga telah terjadi di kota kita saat ini,yaitu di Yogyakarta.
Beberapa hari hari yang lalu diadakan focus group discussion bertajuk “Membaca
Potensi Konflik Antar Umat Beragama di Jawa Tengah dan Yogyakarta”. Kegiatan ini
merupakan hasil kerjasama antara Wahid Institute Jakarta, Lembaga Studi Sosial
Sebelum dibuka, kegiatan yang diikuti 15-an peserta pagi itu menyuguhkan sebuah
tayangan video perusakan sebuah gereja di Kota Semarang. Ratusan orang tampak
beringas merusak sebuah bangunan yang sudah tak lagi beratap. Beberapa orang
sudah keluar dari rangka. Puing-puing terserak di mana-mana. Puluhan orang lain
Bangunan yang jadi sasaran amuk massa di 31 Juli 2005 silam itu adalah Gereja Isa
Almasih di Karangroto, Genuk, Semarang. Sebuah aksi yang kian menjulurkan daftar
seorang peserta FGD yang menjadi pengelola gereja membawanya sebagai “oleh-
oleh” untuk peserta lain yang sebentar lagi mendiskusikan potensi konflik antarumat
beragama di Jawa Tengah. “Dulu isu ini mencuat hingga ke level nasional. Tapi
sekarang, tetap saja tak bisa beribadah di gereja sendiri,” kata pengelola itu
kepada saya ketika acara rampung. Izin membangun rumah ibadah gereja itu hingga
kini memang tak pernah diteken masyarakat sekitar. Jemaatnya akhirnya hanya
pendirian, tapi tetap melempar hak izin kepada masyarakat sekitar gereja.
Jumat, 6 Nopember 2009 di Hotel Santika Jalan Ahmad Yani, Wahid Institute
Jakarta bekerjasama dengan Lembaga Studi Sosial dan Agama (eLSA) Semarang,
CCIS, dan Tifa Foundation menggelar focus group discussion bertajuk “Membaca
Potensi Konflik Antar Umat Beragama di Jawa Tengah dan Yogyakarta”. Kegiatan ini
dihadiri sejumlah aktivis NGO yang bergerak di isu-isu toleransi dan perdamaian,
tokoh agama dari kalangan non-muslim, akademisi di Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Dimulai pukul 10.00 dan berakhir pukul 16.30 WIB, acara di bagi dalam dua sesi.
Sessi pertama berupa pemaparan seputar data-data kasus pelanggaran dan situasi
kebebasan beragama di dua wilayah itu. Sessi kedua, membincang tindak lanjutnya.
Kepada peserta, Tedi Kholiludin, Direktur Elsa Semarang memaparkan puluhan kasus
yang terjadi di wilayah Jawa Tengah. Sedang Nur Khalik Ridwan, Koordinator
penghentian kegiatan paket nasi murah bagi masyarakat sekitar selama bulan
Ramadhan yang digelar Gereja Kristen Jawa (GKJ) Manahan Kota Solo. Kegiatan
yang sudah berlangsung selama 13 tahun ini dihentikan pihak Poltabes Surakarta
akhir Agustus lalu. Kasat Intelkam Poltabes Surakarta yang mendatangi pimpinan
GKJ Manahan Solo ini terlibat sebagai peserta aktif. Kepada forum ia juga
pada Selasa (01/09) atas desakan sejumlah pihak, termasuk masyarakat kecil yang
merasa dibantu dengan program tersebut. Sebagian besar yang menikmati program
nasi murah adalah para pengayuh becak yang sering mangkal tak jauh dari gereja.
mengungkapkan kasus konflik pendirian rumah ibadah. Bahkan kata Cecep lembaga
yang yang bergerak untuk isu demokrasi lokal. Cecep bercerita, akhir oktober lalu,
berbasis agama dan kalangan non muslim yang kesulitan membangun tempat ibadah.
GKJ Daleman Baki Sukoharjo, GBI Tempel Gatak Sukoharjo, GKAJ Kadipiro
Gereja GBI Kenteng Baru, Semanggi, Surakarta, Gereja Tiberias Indonesia dan
Gereja Kristen Indonesia (GKI) Coyudan di dusun Turi Baru, Madegondo, Grogol,
seperti musala atau langgar (Islam), kapel atau stasi (Katholik), cabang atau
pepanthan (Protestan), sanggar (Hindu) dan cetya (Budha) tak perlu mengajukan
IMB kepada Walikota atau mendapatkan rekomendasi dari Kakandepag dan FKUB.
Yang wajib mendapatkan izin IMB ke Walikota dan rekomendasi Kepala Kantor
masjid (Islam), gereja (Katholik dan Protestan), pura ( Hindu), vihara (Budha) dan
kelentheng (Konghucu). Pernyataan ini mengemuka saat Drs KH. Suyono M Musyafa,
salah seorang anggota FKUB Kota Surakarta menjadi narasumber diskusi publik
tentang pasal 28 (Perber No 8 & 9 tahun 2006) mengenai perizinan tempat ibadah
Di akhir sessi, forum menyepakati perlu ada tindak lanjut merespon berbagai kasus
yang teradi di wilayah Joglo Semar, singkatan Yogyakarta, Solo, dan Semarang.
advokasi. Muncul pula gagasan agar wilayah fokus garapan di pilih hanya satu.
Alasannya agar lebih fokus dan lebih realistis dengan sumber daya yang dimiliki.
Satu wilayah yang akan dibuat menjadi pilot project. Jika aksi ini berjalan maksimal
pengelola gereja Karangroto itu masih punya harapan mendapat kawan sejalan
agama yang berbuat salah, salahkan orangnya !!!! Sikap kepala batu dan mencari
Pelajaran kedua : Sudah jelas bahwa logika yang diambil tiap ajaran agama pasti
berbeda, masakan kita mau memaksakan ajaran agama lain sesuai dengan logika kita
penasaran yang positif dan jangan mengeraskan hati anda dengan bersikap sok
tahu!!!..
tertawakan mereka!! Janganlah ada yang menghina suara adzan yang membangunkan
orang di pagi hari, janganlah ada yang menmprotes dentuman drum, petikan gitar,
dan suara nyanyian di gereja tiap hari minggu, janganlah ada yang mengolok-olok
wanita ber-jilbab sebagai ninja, janganlah ada yang tertawa mengatakan bahwa
Berikan setiap umat kesempatan untuk beribadah sesuai pasal 29 ayat (2)
UUD1945. Sesuai kalimat yang dicetuskan Presiden kita yang terhormat, Orang mau
Pelajaran keempat: Hindari diskriminasi terhadap agama lain (dan juga suku lain,
bersikap salah dan mau berubah? Apakah kita merindukan kerukunan antar umat
http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/11/peran-keluarga-terhadap-
perkembangan.html
http://www.anneahira.com/kerukunan-umat-beragama.htm
http://www.anneahira.com/tri-kerukunan-umat-beragama.htm
http://mediakeberagaman.com/fgd-tentang-potensi-konflik-antar-umat-beragama-
di-jawa-tengah-dan-yogyakarta.php
http://data.tp.ac.id/dokumen/makalah+konflik+antar+agama