Anda di halaman 1dari 13

ARTIKEL

KEBERAGAMAN AGAMA DALAM


MEMBANGUN JIWA BELA NEGARA
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama
Dosen Pengampu : GT. Muhammad Irhamna Husin dan Noor Ainah

Disusun oleh
Kelompok Khafilah Imam Syafi’i :

Ananda Shofia Adelly (2210112220031)


Asniyah (2210112220047)
Nor Aini (2210112220001)

PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN
2022
ABSTRAK

Indonesia dikenal sebagai bangsa yang beragam, dengan banyak suku dan
budaya yang bertahan hingga saat ini. Tidak heran ada begitu banyak bahasa,
kepercayaan, agama, ras, dll. Slogan Bhinneka Tunggal Ika, beda tapi satu,
adalah perekat yang menyatukan keragaman ini. Toleransi antar umat beragama
dan antar bangsa juga harus dijaga agar tetap sehat dan harmonis. Di antara
maraknya kasus hilangnya toleransi antar umat beragama di Indonesia, sangat
penting untuk disebutkan pentingnya toleransi antar umat beragama dalam
menjaga keutuhan bangsa. Keutuhan bangsa dapat dicapai dengan
mengembangkan jiwa bela negara dalam diri setiap individu. Bela negara
adalah suatu konsep yang dikembangkan oleh lembaga peradilan dan pejabat
suatu negara tentang patriotisme individu, kelompok atau seluruh bagian negara
untuk kepentingan mempertahankan kelangsungan hidup negara itu.
Keberagaman agama sering dikaitkan dengan patriotisme, nasionalisme, atau
semangat bela negara. Misalnya, jika seseorang memiliki agama selain Islam,
bukan berarti hanya umat Islam yang memiliki semangat bela negara. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode pengumpulan data. Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi pustaka. Hasilnya kita bisa
memahami apa arti bela negara dari masing-masing agama dan bagaimana
pentingnya rasa toleransi antar umat beragama.
Kata kunci : Jiwa Bela Negara, Keberagaman Agama, Toleransi,
Patriotisme, Nasionalisme.

I. PENDAHULUAN
Sejak zaman dahulu bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang
bersahabat, rukun dengan bangsa lain dan mau menerima pengaruh baru asalkan
tidak menimbulkan konflik atau penderitaan. diterima oleh masyarakat
Indonesia. Hal ini memudahkan masuknya berbagai agama ke Indonesia.
Berasal dari India, ajaran Hindu masuk ke Indonesia sekitar abad ke-4 ketika
Kerajaan Kutai Tarmanegara berdiri di Kalimantan. Agama Buddha
diperkenalkan oleh orang India yang berdagang dengan Indonesia sejak abad
ke-7 dan seterusnya. Ajaran Islam diperkenalkan oleh pedagang Gujarat dan
Persia sekitar abad ke-13. Kedatangan orang Eropa membawa ajaran Kristen
dan Katolik, dan para pedagang dari Cina menganut Konfusianisme.
Masyarakat Indonesia akrab dengan kepercayaan seperti animisme dan
dinamisme, sehingga menganut berbagai macam ajaran agama. Agama
mengajarkan manusia untuk berbuat baik dan benar. Berbuat baik dan menjaga
kebenaran adalah perintah Tuhan yang harus dipenuhi. Kesadaran beragama
merupakan manifestasi dari keyakinan manusia akan adanya Tuhan Yang Maha
Esa. Agama adalah pedoman bagi manusia untuk menjalani kehidupan yang
lebih baik dan benar, dan membuat manusia lebih berhati-hati dalam bertindak.
Hal ini dikarenakan ajaran setiap agama memiliki beberapa perbuatan yang
diharamkan bagi pemeluknya agar lebih terarah dan mengambil tindakan yang
seharusnya dilakukan sesuai dengan ajaran agama tertentu. merasa bersalah
karena telah berbuat dosa. Pengikut agama akan menebus dosa mereka dengan
bertobat dan kembali ke jalan yang benar dengan memperkuat iman mereka
yang sebelumnya hilang. Selain itu, agama juga berperan sebagai bentuk
kontrol sosial, baik individu maupun kelompok, yang terikat secara spiritual
dengan ajaran agama tertentu. Pemeluk agama memandang ajaran agamanya
sebagai kontrol sosial atas setiap individu dan kelompok dalam masyarakat.
Dari sudut pandang agama, keragaman adalah anugerah dan kehendak
Tuhan. Memang jika Tuhan menghendaki, tidak akan sulit untuk membuat
hamba Tuhan seragam dan seragam. Namun, sudah menjadi kehendak Tuhan
bahwa umat manusia beragam, etnis dan nasional, dengan tujuan membuat
hidup dinamis, belajar dari dan mengenal satu sama lain. Kerukunan sangat
penting untuk mencapai kemakmuran di negeri ini. Kebebasan beragama
dijamin dalam Pasal 29 UUD 1945, yang menyatakan bahwa negara
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dan menjamin kemerdekaan setiap
penduduk untuk menerima dan menyembah agamanya sendiri sesuai dengan
agama dan kepercayaannya. Meskipun sebagian besar penduduk Indonesia
memeluk agama Islam. Perbedaan ini tidak menyebabkan perpecahan.
Kerukunan umat beragama harus dijaga di Indonesia jika ingin tetap menjadi
satu kesatuan yang utuh. Karena adanya toleransi antar umat beragama, sikap
manusia sebagai umat yang beragama dan memiliki keyakinan untuk
menghormati dan menghargai umat beragama lain, sudah menjadi tugas kita
untuk mencegah radikalisme berkembang pesat. Toleransi berasal dari kata
latin “tolerar”. Ini berarti bersikap hormat, sabar, rendah hati, toleran, dan
toleran terhadap mereka yang berpikir berbeda. (Yasir, 2014). Toleransi, di sisi
lain, didefinisikan sebagai kesabaran untuk menoleransi sesuatu.Toleransi
dalam arti luas berarti sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang
dari aturan menghormati atau menghargai semua tindakan orang lain (Bakar,
2015). Tolerance dalam bahasa Inggris berarti toleransi, tetapi dalam bahasa
Indonesia diartikan sebagai sikap atau watak toleran untuk berdiam diri (KBBI,
1989:955). Dalam bahasa Arab, yang disebut dengan toleransi atau (tasamuh)
adalah sikap terbuka dada atau toleran (Hamidah, 2015). Sedangkan menurut
Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleran berarti mengizinkan, mengizinkan,
menghormati pendapat, yaitu adat istiadat, kepercayaan, pandangan, pendapat,
dll. tambahan. (Dewi, 2018) Lebih jauh lagi, pengertian toleransi banyak sekali,
salah satunya adalah sikap saling menghormati dan menghargai antar individu
dan kelompok, baik dalam masyarakat maupun dalam konteks lain, dan antar
kelompok atau masyarakat yang berbeda. Hindari diskriminasi dalam
kelompok.
Toleransi dicapai untuk menghindari konflik yang saling merugikan.
Toleransi beragama merupakan salah satu kunci kemajuan bangsa Indonesia
dimana masyarakatnya memiliki kearifan yang terbuka dan mampu merangkul
perbedaan dengan menciptakan kerukunan dan kerukunan antar umat beragama
lain. dan kekompakan sebagaimana tertuang dalam ikrar Sumpah Pemuda
'Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa'. Perbedaan agama seharusnya tidak
menjadi halangan untuk terlibat dalam kegiatan keagamaan. Karena perbedaan
tersebut mengajarkan kita untuk saling menghormati dan keyakinan pemeluk
agama lain. Salah satu contoh toleransi terhadap perbedaan adalah menghormati
agama orang lain tanpa menghina mereka. Adapun peristiwa yang sering terjadi
saat ini dalam kaitannya dengan toleransi beragama, tampaknya masyarakat
tidak mampu membuka ajaran dan keyakinan agamanya kepada orang lain yang
berbeda keyakinan. keyakinan yang benar di antara keyakinan lainnya. Tunduk
pada semua hak asasi manusia atau hak memilih bebas, termasuk keyakinan
agama. Adapun peristiwa yang sering terjadi saat ini dalam kaitannya dengan
toleransi beragama, tampaknya masyarakat tidak mampu membuka ajaran dan
keyakinan agamanya kepada orang lain yang berbeda keyakinan. keyakinan
yang benar di antara keyakinan lainnya. Tunduk pada semua hak asasi manusia
atau hak memilih bebas, termasuk keyakinan agama. Adapun peristiwa yang
sering terjadi saat ini dalam kaitannya dengan toleransi beragama, tampaknya
masyarakat tidak mampu membuka ajaran dan keyakinan agamanya kepada
orang lain yang berbeda keyakinan. keyakinan yang benar di antara keyakinan
lainnya. Tunduk pada semua hak asasi manusia atau hak memilih bebas,
termasuk keyakinan agama. Karena setiap masyarakat pasti memiliki
keyakinannya masing-masing, dan selalu meyakini mana keyakinan yang
paling benar diantara keyakinan lainnya. Tunduk pada semua hak asasi manusia
atau hak memilih bebas, termasuk keyakinan agama. Karena setiap masyarakat
pasti memiliki keyakinannya masing-masing, dan selalu meyakini mana
keyakinan yang paling benar diantara keyakinan lainnya. Tunduk pada semua
hak asasi manusia atau hak memilih bebas, termasuk keyakinan agama.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa disharmoni antar umat beragama
telah menimbulkan berbagai disharmonisasi dalam kehidupan berbangsa,
bernegara dan bermasyarakat. Sering terjadi salah paham, perbedaan pendapat,
dan lain-lain yang berujung pada konflik antar pemeluk agama dengan
keyakinannya masing-masing. Oleh karena itu, orang yang percaya pada
ketaatan tetapi berpikiran terbuka dan toleran harus bergaul dengan orang-orang
dari agama lain.

II. PEMBAHASAN
A. Bela Negara Dalam Perspektif Islam.
Dalam kaitannya dengan ajaran Islam, terlihat jelas bahwa Islam
menganut nilai-nilai yang terkandung dalam pengertian istilah “bela negara” di
atas. Misalnya, solidaritas (ta'awun), kesetiaan pada ideologi nasional yang
disepakati bersama (kalima tun sawa), persatuan dan persaudaraan (ukhuwah
Islamiyah), mencegah kebaikan dan kejahatan dengan cara Islam (amar ma'ruf
nahi munkar), kewajiban yang meluas untuk pemenuhan hak dan kewajiban,
keyakinan positif dan konstruktif pada diri sendiri dan nilai-nilai orang lain. Jika
ingin mempelajari Al-Qur'an, ada banyak ayat yang berkaitan erat dengan bela
negara, tetapi mereka umumnya tersirat. Dalil-dalil normatif yang terkandung
dalam berbagai hadis Nabi tentu lebih jelas (sebenarnya bersifat empiris).
Pembahasan di bawah ini memuat kutipan dari beberapa dalil yang mungkin
relevan, antara lain:
"Dan saling solidaritaslah kamu tentang kebaikan dan ke takwaan, dan
janganlah kamu saling solidaritas tentang dosa dan permusuhan." (Al-Mai
dah:2)
"Marilah kepada suatu kalimat ketepatan - persamaan (common
platform) yang tidak ada per selisihan di antara kami dan kamu..." (Ali Imran:
64)
"Wahai sekalian umat manusia. Sesungguhnya Kami ciptakan kamu
sekalian dari pria dan wa nita, dan Kami jadikan kamu se kalian beragam
bangsa dan suku, agar kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya yang paling
mulai di antara kamu di sisi Allah ialah kamu yang paling bertaqwa.
Sesungguhnya Tuhan itu Maha Tahu dan Maha Teliti." (Al-Hujarat: 14)
"Jadilah kamu sebaik-baik umat, yang ditampilkan ke tengah-tengah
umat manusia, kamu me nyuruh manusia berbuat yang ma'ruf serta mencegah
mereka dari perbuatan yang munkar, dan kamu (tetap) beriman kepada
Allah..." (Ali-Imran: 110)
"Jika kamu membela ajaran Al lah, Allah pun pasti akan mem bela kamu
dan mengokohkan posisimu..." (Muhammad: 7)
Ayat-ayat di atas secara implisit sangat erat kaitannya den gan nilai-nilai
yang terkandung dalam istilah bela negara dimaksud, yakni nilai-nilai,
solidaritas, dan sebagainya. Sedangkan ayat berikut ini secara eksplisit
berkaitan dengan bela negara dimaksud.
"Allah tidak melarang kalian un tuk berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang yang tidak memerangi kalian karena agama, dan tidak
(pula) mengusir kalian dari negeri kalian. Sesungguh nya Allah menyukai
orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah melarang kalian memper
lakukan sebagai kawan kalian orang-orang yang memerangi kalian karena
agama dan meng usir kalian dari negeri kalian dan membantu (orang lain)
untuk mengusir kalian. Dan barangsia pa memperlakukan mereka se bagai
kawan maka mereka itu adalah orang-orang zalim". (Al Mumtahanah: 8-9)
Dari penuturan ayat di atas, kita mengetahui bahwa kita diperintahkan
untuk berlaku adil dan baik kepada semua orang, kecuali mereka yang
memerangi dan mengusir kita dari negeri tempat kita tinggal. Dapat dimaklumi.
Kita tidak boleh berteman dengan musuh, terutama musuh negara. Ayat di atas
menjelaskan pentingnya bela negara, terutama terhadap musuh yang ingin
merusak kedaulatan negara.
Berdasarkan pembahasan dalil normatif di atas, jelaslah bahwa Islam erat
kaitannya dengan bela negara di tingkat lokal, nasional, dan internasional. Ini
adalah akibat wajar dari Islam menjadi agama Ramatan Lil Alamin. Demikian
pula halnya dengan semua pemeluk agama, hubungan dikotomis antara Islam
dan bela negara bila menyangkut tindakan kelompok-kelompok kecil umat
Islam yang radikal, ekstrim, militan, dan terfragmentasi, tidak pantas menjadi
hukum. harus bersyukur. Ini karena Pancasila adalah konsolidasi kokoh
persatuan nasional dan Islam adalah agama mayoritas di negara ini. Secara
umum, negara-negara mayoritas Muslim lebih stabil daripada negara-negara
mayoritas Muslim. Anda dapat belajar dari India, Myanmar, Irlandia, Palestina,
Filipina, Thailand, Bosnia, dan lainnya. Sebagian besar umat Islam tertindas
ketika berpihak pada minoritas, baik kuantitatif maupun minor, dalam bidang
ekonomi, politik, militer, dan lainnya. Hal ini karena Islam benar-benar
mengajarkan nilai-nilai seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, toleransi,
perdamaian, kemakmuran, toleransi dan solidaritas. Islam sangat menentang
segala bentuk penindasan terhadap sesama manusia dan makhluk hidup
lainnya. Setiap ancaman destabilisasi adalah hasil dari arogansi kekuasaan.
Tindakan ekstrem dan ekstremis di atas harus lebih dilihat dari segi politik
represif, ekonomi yang timpang (masih banyak kesenjangan) dan kesenjangan
sosial, bukan hanya akibat pemahaman agama yang sempit. dan seterusnya.
Pada kenyataannya, Islam selalu dijadikan instrumen ortodoksi dalam
fenomena ketidakadilan, yang erat kaitannya dengan aspek non-agama.
Munculnya fundamentalis agama harus dilihat sebagai pembenaran daripada
motivasi.

B. Bela Negara Dalam Perspektif Kristen.


Bela negara yang idendik dengan nilai yang terkandung sebagai tindakan
keharusan bagi setiap warganegara Indonesia. Karena kebijakan bela negara
adalah sebuah konsekuensi logis bagi keharusan tersebut. Dalam kitab
Kejadian 1:28, “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada
mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan
taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di
udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” Menganalisis bentuk
kata dari bumi” dalam ayat narasi Firman Allah tersebut berasal dari bahasa
Ibrani, yaitu: erets, mengandung akar kata dari earth, land, country, territory.
Tempat dimana orang percaya ada dalam territorial yang sudah ditempatkan
Tuhan untuk dijaga. Konsep firman Tuhan ini dapat menjadi rujukan betapa
pentingnya bela Negara dan menghormati pemerintahan yang sah sebab
keberadaannya masuk dalam teroterial negara yang memiliki hukum
mengamankan dan memelihara rakyatnya.
Dalam kitab Roma 13:1 berbunyi “Tiap orang harus tunduk/takluk
kepada pemerintah yang diatasnya, sebab tidak ada pemerintah yang tidak
berasal dari Allah dan pemerintah yang ada ditetapkan oleh Allah”. Konsep
teologi Paulus bagi orang percaya mendesak dengan tegas bahwa ketundukan
terhadap pemerintah menjadi prioritas orang percaya. Selanjutnya dalam Mat
22:21 Yesus sangat mendukung adanya pemerintahan dengan menyatakan hal
tentang membayar pajak untuk menopang lancarnya pemerintah dalam
menangani kebutuhan negara.“berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu
berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada
Allah.” Hal ini juga dapat menjadi indikator bahwa masyarakat wajib
mendukung pemerintahan.
Paulus juga menyampaikan ada maksud Tuhan untuk membela dan
menopang negara, menghormati para pemimpin, dan instansi pemerintahan. Hal
ini dapat dilihat di antaranya ketika Paulus menasihati orang Kristen untuk
berdoa bagi Negara mereka (Tim 2:1-2) yang berbunyi “Pertama-tama, aku
menasihatkan kamu untuk menaikkan permohonan doa, doa syafaat dan
ucapan syukur bagi semua orang, bagi raja-raja, dan semua orang yang duduk
di pemerintahan supaya kita dapat menjalani hidup yang tenang dan damai
dalam segala kesalehan dan kehormatan”. Seperti yang juga diungkapkan
dalam Perjanjian Lama dalam kitab Tawarikh sangat jelas memberikan perintah
bagi masyarakat untuk menjaga Negara dan bangsa dimana tempat orang
percaya tinggal dan menetap agar tercipta kedamaian dan kesejahteraan, seperti
yang dinyatakan firman Tawarikh 7:14 “… jika umat-Ku memanggil nama-Ku,
merendahkan diri, berdoa dan mencari Aku, serta meninggalkan jalan yang
jahat, maka Aku akan mendengar mereka dari surga dan mengampuni dosa
mereka serta memulihkan negeri mereka." Sangat jelas bahwa keterlibatan
orang percaya terhadap kepedulian akan bangsanya dapat mempengaruhi
kondisi keamanan bangsa, karena kekristenan mengajarkan penundukan kepada
pemerintah karena pemerintah ditetapkan oleh Allah, dengan demikian terwujud
kerukunan Seperti yang disampaikan oleh Yonatan Alex Arifianto bahwa
Kekristenan juga dituntut bukan sekadar menjadi bagian dari penduduk dan kota
atau tempat tinggal yang dipercayakan namun juga diminta untuk mengusahan
kesejahteraan dan terus berdoa karena hal ini merupakan tindakan aktif dalam
membangun kebersamaan dalam mengusahakan kerukunan (Yer. 29:7; Gal.
6:10). Begitu juga pernyataan Paulus kepada Titus. “Ingatkanlah mereka
supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, taat
dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik” (Titus 3:1). Pemerintah
memang harus ditaati dan dihormati tetapi ketaatan itu punya batas dan tidak
bersifat total yang menyeluruh. Dalam perspektif iman Kristiani, acuan ketaatan
itu adalah Allah sendiri dan hukum-hukumNya. Sehingga orang percaya
diharuskan untuk taat kepada pemerintah selama pemerintahan itu tidak
melawan hukum Allah dan selama pemerintah itu tidak menganjurkan kita
melakukan kejahatan atau menindas rakyatnya. Namun orang percaya ataupun
gereja lokal untuk tidak sembarangan melanggar otoritas yang sudah Tuhan
tetapkan.

C. Bela Negara Dalam Perspektif Hindu.


Agama Hindu sendiri memiliki ajaran yang luar biasa tentang bagaimana
membina persaudaraan antar anak bangsa.Hindu mengajarkan orang untuk
selalu berpikir, berbicara dan berbuat baik.Hal ini menekankan pada ajaran etika
Palisda. Jika pikiran generasi muda diarahkan ke arah yang positif, tentu kata-
kata mereka akan lebih baik untuk menghindari pernyataan-pernyataan yang
akan “menipu” kebhinekaan negara kita. Dengan landasan yang tepat dari Tri
Kaya Parisudha, harmoni tercapai secara alami. harmoni dengan Sang Pencipta,
harmoni dengan sesama manusia, dan harmoni dengan alam lingkungan. Ketiga
harmoni ini disebut Tri Hita Karana dalam agama Hindu dan dikenal sebagai
penyebab kebahagiaan.
Kedua konsep Hindu ini mengajarkan cara yang sangat sederhana untuk
melindungi tanah. Anda tidak perlu mengambil pistol dan menembak di semua
tempat. Karena tidak ada yang benar-benar menembak. Anak muda Indonesia
perlu mengasah pikiran agar menjadi cerdas dan bijaksana. Pikiran, perkataan,
dan tindakan yang baik merupakan bentuk pertahanan dan kerukunan bangsa,
khususnya di kalangan masyarakat Indonesia. Bahkan kerajaan dan bangsa yang
luar biasa pun dapat dihancurkan oleh pikiran buruk, seperti yang terjadi pada
Pandawa dan Korawa. Bela negara tidak sebodoh dan se-norak generasi muda
masa kini, atau yang lebih sering disebut 'anak-anak zaman sekarang', pikir.
Pertahanan itu fleksibel. Bela negara itu murah, tidak mahal, dan tidak ribet.
Penduduk negara ini hanya diharapkan untuk saling merangkul tanpa pandang
bulu dan memperlakukan satu sama lain dengan kebaikan dan solidaritas.
Pembelaan tidak melihat agama apa, suku mana, bahasa apa, dll. Misalnya,
"Mereka yang bukan saudara seimanmu adalah saudaramu dalam
kemanusiaan."
Kami berharap Dewan menjadi acuan dalam melakukan pertahanan
negara di NKRI kita tercinta. Membangun hubungan yang baik dengan Tuhan,
beribadah dengan baik, dan berdoa dengan baik. Jika Anda Muslim, pergilah ke
masjid. Jika seorang Kristen, pergilah ke gereja. Untuk agama Hindu, pergi ke
kuil. Jika itu Buddha, maka pergilah ke vihara atau semacamnya. Jika mereka
memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan, mereka pasti akan mencintai
saudara-saudara mereka. 'Vasudaiva Kutumbhakam', semua makhluk
bersaudara. Jika ajaran ini dipahami sepenuhnya, tidak ada yang tega
menghina, menyakiti, mencaci, memukul, mencaci, membunuh, atau membakar
saudaranya. Pada dasarnya bela negara dapat dilakukan dengan cara apapun
sesuai dengan kemampuan masing-masing individu atau warga negara
Indonesia. Kenali pria itu! Negeri ini begitu dibingungkan oleh kemerosotan
moral dan spiritual akibat lemahnya kecerdasan warganya sehingga mudah
"terinfeksi" hal-hal negatif. Adalah kewajiban seluruh warga negara Indonesia
untuk mengembangkan pola pikir yang sehat untuk meningkatkan kecerdasan
generasi mereka dan membuat mereka lebih selektif dan bijaksana dalam
kegiatan mereka. Mungkin masyarakat Indonesia perlu mengingat sejarah
Republik Indonesia dari masa ke masa. Bangsa yang besar, demikian
proklamatornya disebut “Jangan lupakan Sejarah” atau populer dengan sebutan
“JAS-MERAH”, adalah bangsa yang menawarkan jasa-jasa heroiknya. Dengan
mengingat perjuangan kemerdekaan, diharapkan masyarakat Indonesia
memahami pentingnya kerukunan sebagai bentuk patriotisme dan melindungi
negaranya. Hindu, salah satu agama yang dianggap minoritas di negara itu, juga
menjunjung tinggi ajaran patriotisme dan bela negara.

D. Bela Negara Dalam Perspektif Budha.


Dalam ajaran Budha pun memerintahkan umatnya untuk cinta tanah air
dan Bela Negara. Dalil bahwa Budha mengajarkan tentang perdamaian dan
cinta tanah air sebagai berikut:
Sang Buddha berkata, "Lalu bukankah sangat tidak masuk akal untuk
mengorbankan darah demi air?" Kedua belah pihak akhirnya meletakkan
senjata dan tercapailah perdamaian." (Dhammapada Atthakata Book 15,1).
Buddha bersabda "Demi keperluan sejumlah air, yang sedikit nilainya,
kalian seharusnya tidak mengorbankan hidupmu yang jauh sangat berharga
dan tak ternilai" (Setyabudi dan Tim Penerjemah Vidysen, 1997: 318).
Sigalovada Sutta merupakan khotbah Buddha Gautama yang berkaitan
dengan etika di masyarakat, yang bersumber dari adat istiadat, kebudayaan, dan
ajaran kebenaran menurut ajaran agama. Sigalovada Sutta berisikan wejangan
Buddha Gautama kepada Sigala, putera keluarga Buddhis yang tinggal di
Rajagaha. Dalam ajaran Budha, perdamaian lebih dikedepankan ketimbang
peperangan. Oleh sebab itu, ajaran-ajaran dalam kitab suci Budha, senantiasa
mengajarkan tentang pentingnya menjaga keselarasan dan keharmonisan hidup
sesama umat manusia. Pandangan agama Buddha terhadap peran sebagai warga
negara dimulai dari membangun individu manusia yang bermoral baik,
menjalankan norma yang ada dalam masyarakat dan agama serta mentaati
peraturan yang ada dalam suatu negara. Dhammananda (2003: 416)
menekankan bahwa kedamaian suatu negara atau dunia akan tercapai jika setiap
indivudu dapat mengamankan dirinya sehingga kedamaian dapat dimulai dari
diri sendiri dan berkembang dalam lingkungan yang lebih luas. Buddha dalam
Angutara Nikãya (Hare, 2001: 188). Nasihat ini jika diterapkan pada setiap
individu, maka akan tercipta warga negara yang memiliki kepedulian terhadap
sesama, tanggung jawab yang tinggi sehingga kedamaian dan ketenteraman
dapat terwujud dengan adanya peran yang aktif dari warga negaranya.

E. Bela Negara Dalam Perspektif Khonghucu.


Menurut Konfusianisme, makna nasionalisme terletak pada kesetiaan
rakyat kepada negara ketika negara dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Sebagaimana dijelaskan dalam Lun Yu's Book of Words, pemerintahan yang
didasarkan pada kebajikan adalah seperti Kutub Utara yang tetap di tempatnya
sementara bintang-bintang lainnya berputar di sekitarnya. Negara hukum
melindungi orang dari hilangnya harga diri yang disebabkan oleh pelanggaran
martabat manusia. Nasionalisme demikian merupakan manifestasi dari peran
warga negara dalam mewujudkan falsafah nilai-nilai luhur dan pendiriannya
dalam supremasi hukum. Cinta bangsa dan negara dimulai dengan cinta
manusia itu sendiri.
Agama menurut Konfusianisme, Dalam salah satu kesempatan Mengzi 孟
⼦ mengatakan bahwa seorang pemimpin negara harus mampu memandang
tanah air, rakyat (masyarakat) dan pemerintahannya sebagai mestinya. Dengan
kata lain, ia harus memandang ketiga unsur utama tersebut sebagai hal yang
terpenting. Bila ia memandang kekayaan lebih penting dibanding tanah air,
lebih mementingkan kelompoknya ketimbang rakyat secara keseluruhan, dan
atau menganggap pemerintahan sebagai alat, maka besar kemungkinan negara
dan atau bahkan sang pemimpin itu sendiri yang akan mengalami kehancuran.
Menurut Konfusianisme, moralitas adalah bagian terpenting dari setiap
tahap kehidupan manusia, terutama dalam menjalankan masyarakat dan negara.
Skor akhir akan menjadi nol atau negatif jika, betapapun tinggi, cita-cita dan
tujuan dicapai atau harus dicapai dengan melanggar nilai, norma, dan etika.
Menurut nabi Konfusius, orang dapat kehilangan martabat bahkan dalam
keadaan yang paling ideal. Tapi jika kita bisa menjaga semangat, semuanya bisa
berjalan lancar. Dari uraian singkat ini, kita dapat menyimpulkan bahwa, dari
perspektif Konfusianisme, politik atau pengelolaan kekuasaan atau negara
harus didasarkan pada moralitas, terutama moralitas dan keteladanan para
pemimpin. Agar administrator konsisten dalam kerangka moral, kontrol moral
pengikut harus ditegakkan secara konsisten dan terus menerus. Pentingnya
Negara Menurut Konfusianisme, Dalam suatu kesempatan Mencius berkata,
Kepala negara harus dapat menganggap tanah airnya, orang (masyarakat) dan
pemerintah sebagai mestinya. penting. Jika dia menghargai kekayaan di atas
rumah, lebih peduli pada kelompoknya daripada seluruh orang, dan/atau
memandang pemerintah sebagai alat, negara dan/atau bahkan pemimpin akan
menghapus dirinya sendiri. Di sisi lain, jika para pemimpin dapat melihat tanah
dan air dan rakyatnya sebagai harta karun, mereka dapat menghindari perilaku
diskriminatif, tidak adil, atau preferensial. Ini adalah syarat utama untuk
menciptakan keutuhan. Ketika pemimpin bertindak sebagai ayah dan ibu bagi
orang, orang pasti akan memperlakukan pemimpin sebagai orang yang mereka
hormati dan cintai. Selain itu, pemerintah dapat berfungsi sebagaimana
mestinya jika para pemimpin dapat memperlakukan perangkat mereka sebagai
entitas yang terintegrasi daripada sekadar alat. Ketika semua terwujud, itu
menjadi apa yang disebut negara dari perspektif Konfusianisme.

III. PENUTUP
Keberagaman adalah suatu kondisi perbedaan pada kehidupan
masyarakat. Perbedaan seperti itu ada pada suku, bangsa, ras, agama, budaya
dan gender. Sementara Keberagaman Agama? Indonesia dikenal sebagai bangsa
majemuk yang memiliki beragam suku bangsa dan budaya yang tetap bertahan
hingga saat ini. Tak heran ada banyak bahasa, kepercayaan, agama, ras dan lain
sebagainya. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang bermakna berbeda-beda tapi
satu jua menjadi perekat keberagaman tersebut. Toleransi antar umat beragama
maupun bangsa pun wajib dijaga agar tetap utuh dan harmonis. Sila pertama
Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, merupakan salah satu tanda Indonesia
merupakan negara religius. Bela Negara adalah sebuah konsep yang disusun
oleh perangkat perundangan dan petinggi suatu negara tentang patriotisme
seseorang, suatu kelompok atau seluruh komponen dari suatu negara dalam
kepentingan mempertahankan eksistensi negara tersebut. Tak jarang
Keberagaman Agama dikaitkan dengan rasa Nasionalisme atau Jiwa Bela
Negara. Misalnya kalian beragama selain agama Islam, lalu bukan berarti hanya
orang yang beragama Islam yang harus mempunyai Jiwa bela negara.
Seperti yang terdapat pada Pasal 30 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 yang
berbunyi bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pertahanan dan keamanan negara”. Yang itu artinya setiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara, tidak peduli ada perbedaan
agama diantara warga negara Indonesia. Keberagaman agama,suku,ras,budaya
dan adat istiadat bagi bangsa Indonesia. Tapi merupakan modal beharga dan
kekuatan paling besar bagi bangsa Indonesia dalam mewujudkan bangsa dan
negara Indonesia lebih makmur. Selain itu bela negara yaitu untuk memperkuat
rasa nasiolisme dan semangat patriotisme warga nergara Indonesia ditengah
ancaman bagi bangsa saat ini merupakan kejahatan terorisme internasional dan
nasional, aksi kekerasaan berbau SARA, pelanggaran wilayah negara baik darat,
laut, udara, dan luar angkasa.
Harapannya, para Warga Negara Indonesia bisa lebih menunjukkan rasa
Nasionalisme dan Jiwa Bela Negara dalam diri masing-masing. Tidak ada
pengecualian sedikitpun meski berbagai keberagaman ada di antara Warga
Negara Indonesia, salah satunya adalah perbedaan keberagaman Agama atau
keyakinan yang di anut masing-masing Warga Negara Indonesia.

IV. DAFTAR PUSTAKA

Dr. Laksmi Nurharini, S. M. (2019). EMPAT KONSENSUS DASAR NEGARA


DALAM GERAKAN NASIONAL BELA NEGARA. Jakarta: Kementerian
Pertahanan Republik Indonesia.
Kusrahmadi, S. D. (2001). NASIONALISME DI KALANGAN MAHASISWA ALIRAN.
AGAMA KRISTEN SAKSI YEHOVA, 20-25.
Lestanta Budiman, H. D. (2021). Model Pendidikan Pancasila dan Bela Negara
di UPN Veteran Yogyakarta dalam Menjawab Tantangan Kebangsaan.
Jurnal Kependidikan, 1-29.
Mustaqim, A. (2011). Sebuah Transformasi Makna Jihad. BELA NEGARA DALAM
PERSPEKTIF AL-QUR’AN, 1-14.
Taufikurrahman. (2021). Bela Negara Dalam Perspektif Islam. KABILAH, 164-
175.

Anda mungkin juga menyukai