Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Pancasila Vol.xx, No. xx, bln, Tahun, hal.

xx E-ISSN:2776-0774

PENTINGNYA MODERASI BERAGAMA DALAM MEWUJUDKAN


TOLERANSI BERAGAMA

Ayu Alya Ningrum


Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya
Email:ayualyaningrum9@gmail.com1

Submitted: tgl-bln-thn , Revised: tgl-bln-thn , Accepted: tgl-bln-thn

Abstrak
Indonesia merupakan negara demokrasi sehingga sering terjadi perbedaan
pendapat dan kepentingan. Begitu pula dalam urusan agama, negara berperan
penting dalam menjamin keamanan bagi mereka yang ingin menjalankan dan
mengamalkan agamanya sesuai dengan keyakinan dan keyakinan yang dipilihnya.
Menurut Islam, dari sekian banyak agama, ideologi, dan filsafat yang muncul di
dunia, hanya Islam yang mampu bertahan menghadapi tantangan zaman.
Toleransi merupakan landasan terpenting untuk mencapai moderasi dalam
beragama. Toleransi beragama mengacu pada sikap yang menghargai perbedaan
dan memberi ruang bagi masyarakat untuk memilih dan mempertahankan
keyakinan agamanya. Diperlukan sikap moderasi beragama berupa pengakuan
atas keberadaan pihak lain, memiliki sikap toleran, penghormatan atas perbedaan
pendapat dan tidak memaksakan kehendak dengan cara kekerasan. Diperlukan
peran pemerintah, tokoh masyarakat, dan para penyuluh agama untuk
mensosialisasikan, menumbuhkembangkan moderasi beragama kepada
masyarakat demi terwujudnya keharmonisan dan kedamaian.

Kata kunci: Moderasi, Toleransi, Beragama.

Abstract
Indonesia is a democratic country so differences of opinion and interests
oftenoccur. Likewise, in religious matters, the state plays an important role in
ensuring security for those who wish to practice and practice their religion in
accordance with their chosen beliefs and convictions. According to Islam, of the
many religions, ideologies and philosophies that have emerged in the world, only
Islam has been able to survive the challenges of the times. Tolerance is the most
important basis for achieving moderation in religion. Religious tolerance refers to
an attitude that respects differences and provides space for people to choose and
maintain their religious beliefs. An attitude of religious moderation is required in
the form of recognizing the existence of other parties, having a tolerant attitude,
respecting differences of opinion and not imposing one's will through violence.
The role of the government, community leaders and religious instructors is needed

1
Ayualyaningrum9@gmail.com
to socialize and develop religious moderation in society in order to achieve
harmony and peace.

Keywords: Moderation, Tolerance, Religion

PENDAHULUAN/INTRODUCTION
Moderasi berasal dari kata moderat. Moderat merupakan kata sifat yang
berasal dari kata moderasi yang artinya tidak berlebihan, sedang, atau rata-rata.
Dalam bahasa Indonesia kata kemudian diubah menjadi moderasi, yang dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan mengurangi kekerasan, atau
menghindari hal-hal yang ekstrim. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
dijelaskan kata moderasi, berasal dari kata latin modâtio yang berarti moderasi
(tanpa kelebihan dan kekurangan). Jadi, bila kata pantang diletakkan di samping
kata agama, maka menjadi kata pantang beragama, dengan istilah mengacu pada
sikap yang mengurangi kekerasan atau menghindari tindakan ekstrem dalam
praktik keagamaan (ABROR, 2020a)
Indonesia merupakan negara demokrasi sehingga sering terjadi perbedaan
pendapat dan kepentingan. Begitu pula dalam urusan agama, negara berperan
penting dalam menjamin keamanan bagi mereka yang ingin menjalankan dan
mengamalkan agamanya sesuai dengan keyakinan dan keyakinan yang dipilihnya.
Menurut Islam, dari sekian banyak agama, ideologi, dan filsafat yang muncul di
dunia, hanya Islam yang mampu bertahan menghadapi tantangan zaman. Pendapat
ini bahkan menjadi keyakinan orang diantaranya. Pandangan ini didasarkan pada
kenyataan yang tidak dapat disangkal bahwa hanya Islam, sebagai agama, yang
mempunyai sifat universal dan global. Oleh karena itu, ciri ini memerlukan
keistimewaan tertentu yang melekat pada Islam dan bukan pada agama lain
(Himah, 2022).
Secara sosiologis, Indonesia merupakan negara dengan beragam budaya,
agama, dan suku. Keberagaman tersebut meliputi perbedaan agama, budaya, ras,
bahasa, suku, adat istiadat, dan lain sebagainya. Dalam keberagaman tersebut
tentunya akan sering terjadi pertikaian, ketegangan dan konflik antar kelompok
budaya, suku, agama dan tentunya hal ini akan berdampak pada keharmonisan
hidup. Keanekaragaman budaya (multikulturalisme) merupakan peristiwa alam
yang dihasilkan dari pertemuan banyak budaya yang berbeda, interaksi individu
dan kelompok yang berbeda sehingga melahirkan perilaku budaya. Keberagaman
seperti keberagaman budaya, latar belakang keluarga, agama dan suku saling
berinteraksi dalam masyarakat Indonesia. Pada dasarnya nilai-nilai sosial suatu
masyarakat akan dipengaruhi oleh budaya dan kepercayaan masyarakat di daerah
tersebut.
Konsep kesetaraan antar manusia menurut Parekh (1997) menyimpang dari
perspektif multikultural, “manusia pada dasarnya setara tetapi tidak sama secara
budaya”. Dari sudut pandang ini, dapat dipahami dalam arti bahwa manusia secara
kodrati mempunyai hak asasi manusia. Sebagai warga negara, terdapat jaminan
hukum bahwa setiap warga negara dalam melaksanakan hak dan kewajibannya
dilindungi oleh konstitusi dalam bidang pribadi, budaya, sosial, ekonomi, dan
hukum.
Sementara itu, Banks (2008) berpendapat bahwa tantangan mendasar bagi
masyarakat adalah sifat multikultural yang menyeimbangkan persatuan dan
solidaritas dengan tetap menjaga keberagaman. Ditambahkannya, menjaga
persatuan dan kesatuan tanpa disertai upaya menjaga keberagaman akan berujung
pada hegemoni. dan penindasan. Di sisi lain, mempertahankan keberagaman tanpa
adanya kesatuan tujuan akan menyebabkan fragmentasi dan kehancuran negara-
bangsa. (Bank, James A., 2008)
Toleransi merupakan landasan terpenting untuk mencapai moderasi dalam
beragama. Toleransi beragama mengacu pada sikap yang menghargai perbedaan
dan memberi ruang bagi masyarakat untuk memilih dan mempertahankan
keyakinan agamanya. Toleransi menekankan pada sikap tidak mencampuri hak
orang lain untuk mengekspresikan keyakinannya yang berbeda dengan keyakinan
orang lain (Massoweang, 2021). Toleransi merupakan bentuk saling
menghormati dan tidak memaksakan kehendak siapapun (Fitriani, 2020).
Terwujudnya masyarakat yang memiliki cara pandang, sikap, dan perilaku yang
moderat dalam beragama menjadi bagian penting dari tugas dan peran pemerintah
dan tokoh agama. Tokoh agama menjadi jembatan strategis bagi umat untuk
menggerakkan moderasi beragama, baik dalam keyakinan dan pemahaman
keagamaan maupun tindakan konkret dalam melakukan pencegahan, mediasi, dan
penyelesaian konflik antar umat beragama. Moderasi beragama menjadi sangat
penting diimplementasikan dalam pemerintahan, karena dengan mengamalkan
konsep moderasi beragama dipemerintahan pada hakikatnya dapat membangun
suatu kondisi yang harmonis antar umat beragama, sehingga dengan kondisi
tersebut kehidupan masyarakat akan tetap terjalin secara damai dan tentram tanpa
perselisihan antar-agama (Rahmaini et al., 2021). Diperlukan peran pemerintah,
tokoh masyarakat, dan para tokoh agama untuk mensosialisasikan,
menumbuhkembangkan wawasan moderasi beragama terhadap masyarakat untuk
terwujudnya keharmonisan dan kedamaian Maulana Ahmad, 2008)

PEMBAHASAN/DISCUSSION
A. Konsep moderasi beragama
Islam Moderat, juga dikenal sebagai Islam Wasathiyyah, berasal
dari dua kata Islam dan "wasathiyyah". Islam, demikian disebut, adalah
agama yang penuh berkah, dan adalah agama yang diperkenalkan oleh
Nabi Muhammad SAW. Islam adalah agama mayoritas di Indonesia, saat
ini memiliki populasi terbesar di dunia (Fahri & Zainuri, 2019)
Kata moderation diambil dari bahasa Inggris, yaitu moderation
yang artinya tidak berlebihan dan tidak memihak. Nantinya dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, arti kata kesederhanaan adalah bertindak wajar,
tidak menyimpang, dan bersedia mempertimbangkan pendapat pihak lain.
Dalam bahasa Arab, moderasi beragama disebut wasathiyyah, yaitu sifat
yang menjaga seseorang atau kelompok dari radikalisasi7. Wasatiyah
adalah sifat terpuji antara dua pihak yang berbeda atau di antara keduanya
(Fales, 2022).
Moderasi beragama adalah adil dan berimbang dalam memandang,
menyikapi, dan mempraktikan semua konsep yang berpasangan, dalam
KBBI kata adil diarikan (1) tidak berat sebelah atau tidak memihak, (2)
berpihak kepada kebenaran, dan (3) sepatutnya atau tidak sewenang
wenang (Dr. Vladimir, 2018).
Moderasi merupakan acuan mendasar untuk menyelesaikan
berbagai jenis permasalahan, khususnya dalam masalah agama dan
peradaban dunia. Yang perlu kita pahami adalah bahwa moderasi
beragama di Indonesia bukan berarti Indonesia moderat, melainkan
bagaimana kita memahami bagaimana seharusnya agama moderat itu.
Pemahaman moderasi beragama secara kontekstual dibandingkan tekstual
dengan cara ini akan meningkatkan kualitas kerukunan dalam masyarakat
Indonesia yang toleran, adil, dan beradab (Darmayanti & Maudin, 2021)
B. Toleransi Bergama
Istilah toleransi berasal dari kata latin “Tolerare” yang berarti
dengan sabar membiarkan sesuatu. Pengertian toleransi secara luas adalah
tingkah laku atau sikap manusia yang tidak menyimpang dari aturan, yang
mana seseorang menghormati atau menghargai segala tindakan yang
dilakukan orang lain (Ihsan, 2009:24-25). Di Indonesia, dasar toleransi
berdasarkan Undang-Undang Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Pasal 29 ayat 2, khususnya “Negara menjamin
kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya” dan menjalankan ibadah
menurut agamamu." terhadap agama mereka. dan iman”
(Bhinneka & Ika, 2021)
Pengetahuan tentang toleransi beragama jelas tertanam dalam
pengetahuan dan sikap. Pengetahuan tentang toleransi, pentingnya
toleransi dan tujuan toleransi dalam dinamika keberagaman sudah
terbangun dengan baik, menurut Reynaldi, 16 tahun. “…Definisi utama
dari toleransi adalah saling menghormati dalam berbagai aspek,
misalnya dalam aspek suku, agama, golongan, ras, dan lain-lain. Toleransi
seringkali kita jumpai di lingkungan sekitar yang mayoritas penduduknya
orang berpikiran terbuka dan tidak suka mencampuri urusan orang lain. Di
sekitar saya, kita dapat menemukan toleransi. Misal ada tetangga muslim
yang mau menyiapkan tempat/ tempat salat tarawih di ruang RW, maka
tetangga nonmuslim tersebut akan bergotong royong membantu
menyiapkan tempat yang bisa dijadikan tempat salat. Sholat Tarawih
diawali dengan membersihkan ruangan RW, menyiapkan karpet besar, dan
sebagainya. sehingga toleransi antar umat beragama dapat terfasilitasi.
Dan sebaliknya, jika tetangga saya yang non-Muslim membutuhkan
bantuan, mayoritas orang di sekitar saya saling membantu tanpa
memandang agamanya. Pengetahuan tentang toleransi, pentingnya
toleransi dan tujuan toleransi dalam dinamika keberagaman sudah
terbangun dengan baik, menurut Reynaldi, 16 tahun. "... Pengertian
toleransi sendiri adalah saling menghormati dalam berbagai aspek,
misalnya suku, agama, golongan, ras, dan lain sebagainya. Toleransi
banyak dijumpai di lingkungan yang mayoritas masyarakatnya berpikiran
terbuka dan tidak suka mencampuri urusan orang lain. Di sekitar saya, kita
dapat menemukan toleransi. Misal ada tetangga muslim yang mau
menyiapkan tempat/ tempat salat tarawih di ruang RW, maka tetangga
non muslim tersebut akan bergotong royong membantu menyiapkan
tempat yang bisa dijadikan tempat salat. Sholat Tarawih diawali dengan
membersihkan ruangan RW, menyiapkan karpet besar, dan sebagainya.
sehingga toleransi antar umat beragama dapat terfasilitasi. Dan sebaliknya,
jika tetangga saya yang non-Muslim membutuhkan bantuan, mayoritas
orang di sekitar saya akan saling membantu tanpa memandang agamanya
(Habibah et al., 2022).

C. Moderasi untuk Kerukunan Beragama


Indonesia sebagai negara dengan keberagaman suku, budaya dan
agama memerlukan strategi untuk menciptakan dan menjaga suasana
kebebasan beragama dan kerukunan umat beragama, hal ini sangat penting
untuk mewujudkan negara yang sejahtera, aman dan damai. , masyarakat
Indonesia yang bersatu dan damai. Untuk mencapai perdamaian,
keamanan, dan persatuan diperlukan strategi yang tepat. Strateginya
adalah moderasi beragama.
Semangat moderasi beragama merupakan strategi untuk
menemukan titik temu dan jalan perdamaian antara dua ekstrem agama.
Di satu sisi, ada kelompok ekstremis agama yang sangat percaya pada
keaslian salah satu penafsiran suatu teks agama dan menganggap penafsir
lain sesat. Komunitas ini sering disebut kelompok ultrakonservatif. Di sisi
lain, ada juga umat beragama yang mendewakan akal hingga mengabaikan
kesakralan agama atau mengorbankan inti keyakinan dalam ajaran
agamanya atas nama toleransi yang tidak pantas terhadap umat beragama
lain. Mereka sering digambarkan sebagai liberal radikal. Keduanya harus
moderat.
Keberagaman agama di Indonesia merupakan sebuah keniscayaan
yang tidak bisa dihilangkan. Oleh karena itu, moderasi beragama hadir
untuk memperkuat persamaan, bukan untuk menonjolkan perbedaan. Ada
beberapa alasan mengapa moderasi beragama sangat diperlukan khususnya
di Indonesia:

1) Moderasi di Indonesia sangat diperlukan sebagai strategi budaya


untuk menjaga keindonesiaan. Indonesia adalah negara yang multikultural,
pendiri bangsa mewarisi bentuk kesepakatan masalah kebangsaan,
bernegara, dan agama, khususnya Pancasila dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia, bahkan berhasil mempersatukan seluruhnya.
kelompok agama, etnis, bahasa dan bahkan budaya. di Indonesia.
Indonesia memang bukan negara yang beragama, namun dalam
kehidupan sehari-hari, agama menjadi pedoman dan tidak bisa dipisahkan.
Nilai-nilai agama dipadukan dengan nilai-nilai intelektual lokal dan
beberapa hukum agama bahkan dirumuskan oleh negara menjadi undang-
undang dasar dan peraturan pemerintah.
2) Hadirnya agama dalam kehidupan manusia adalah untuk menjaga
martabat manusia sebagai mahkluk yang mulia serta menjaga untuk tidak
menghilangkan nyawanya. Itulah sebabnya, setiap agama itu membawa
misi perdamaian dan keselamatan. Agama mengajarkan keseimbangan
dalam berbagai aspek kehidupan, sehingga menjaga nyawa seorang
manusia menjadi prioritas, karena menghilangkan satu nyawa sama artinya
dengan menghilangkan nyawa semua umat manusia. Oleh karena itulah
dengan adanya moderasi bergama ini hendaknya menjadi cara untuk
mengembalikan praktik bergama agar sesuai dengan esensinya serta
agama benar-benar menjadi ruh dalam kehidupan sehingga harkat dan
martabat manusia akan terjaga.

3) Seiring perkembangan zaman setelah ribuan tahun agama lahir, manusia


semakin bertambah dan beragam, bersuku-suku, beraneka warna kulit,
berbangsa-bangsa dan terus berkembang. Ilmu pengetahuan pun terus
mengalami kemajuan seiring berjalannya waktu untuk menyelesaikan
permasalahan kemanusiaan. Naskah agama juga menjadi multitafsir,
kebenaran menjadi relatif, bahkan sebagian umat beragama tidak lagi
memegang teguh hakikat ajaran agamanya, akibat kemudian mereka
menjadi fanatik terhadap versi kebenaran yang mereka sukai. Oleh karena
itu, konflik yang tidak terhindarkan pun muncul. Kompleksitas
kehidupan manusia dan permasalahan keagamaan tidak hanya terjadi satu
wilayah/negara, namun juga di berbagai belahan dunia lainnya. Oleh
karena itu, untuk mencari solusi terbaik atas permasalahan ini, moderasi
beragama menjadi solusi dan penting untuk dilaksanakan agar tidak terjadi
lagi konflik agama dan eksistensi umat manusia tetap terjaga.

Inilah jati diri Indonesia yang sesungguhnya, negara yang sangat


religius, berkepribadian santun, toleran, dan mampu berdialog dengan
keberagaman. Dalam kehidupan ini, moderasi beragama harus menjadi
jalan pandangan kita, agar sikap-sikap yang ekstrim dan ekstrim tidak bisa
dihindarkan. dapat merusak persatuan dan keberagaman masyarakat
Indonesia Jangan sampai terjadi moderasi beragama menjadi sebuah
kebaikan moral secara umum tidak hanya berkaitan dengan individu saja.
perilaku, tetapi juga terhadap komunitas atau lembaga, dengan cara ini
akan tercapai moderasi kerukunan umat beragama. (ABROR, 2020b)

SIMPULAN/CONCLUSION

Keberagaman agama di Indonesia merupakan sebuah keniscayaan


yang tidak bisa dihilangkan. Oleh karena itu, moderasi beragama hadir
untuk memperkuat persamaan, bukan untuk menonjolkan perbedaan.
Indonesia sebagai negara dengan keberagaman suku, budaya dan agama
memerlukan strategi untuk menciptakan dan menjaga suasana kebebasan
beragama dan kerukunan umat beragama, hal ini sangat penting untuk
mewujudkan negara yang sejahtera, aman dan damai, masyarakat
Indonesia yang bersatu dan damai. Diperlukan peran pemerintah, tokoh
masyarakat dan para penyuluh agama untuk mensosialisasikan, menumbuh
kembangkan wawasan moderasi beragama terhadap masyarakat Indonesia
untuk terwujudnya keharmonisan dan kedamaian

DAFTAR PUSTAKA/BIBILIOGRAPHY

ABROR, MHD., “Moderasi Beragama Dalam Bingkai Toleransi,” RUSYDIAH:


Jurnal Pemikiran Islam, 1.2 (2020), 137–48
https://doi.org/10.35961/rsd.v1i2.174
Fales, Suimi, “Moderasi Beragama: Wacana Dan Implementasi Dalam Kehidupan
Berbangsa Dan Bernegara Di Indonesia,” Jurnal Manthiq, VII.2 (2022),
221–29
Dr. Vladimir, Vega Falcon, “BAB II Moderasi Beragama,” Gastronomía
ecuatoriana y turismo local., 1.69 (2018), 5–24
http://etheses.iainkediri.ac.id/2332/3/933101516 bab2.pdf
Habibah, Siti Maizul, R.R. Nanik Setyowati, dan Fatmawati Fatmawati,
“Moderasi Beragama dalam Upaya Internalisasi Nilai Toleransi pada
Generasi Z,” Pancasila: Jurnal Keindonesiaan, 02.01 (2022), 126–35
https://doi.org/10.52738/pjk.v2i1.70
Darmayanti, dan Maudin, “Pentingnya Pemahaman dan Implementasi Moderasi
Beragama dalam Kehidupan Generasi Milenial,” Syattar: Studi Ilmu-ilmu
Hukum dan Pendidikan, 2.1 (2021), 40
Fahri, Mohamad, dan Ahmad Zainuri, “Moderasi Beragama di Indonesia,” Intizar,
25.2 (2019), 95–100 https://core.ac.uk/download/pdf/326772412.pdf
Bhinneka, Memaknai, dan Tunggal Ika, “Yohana Nelawati Nababan,2021 NILAI-
NILAI TOLERANSI MASYARAKAT KEPULAUAN DALAM
MEMAKNAI BHINNEKA TUNGGAL IKA Universitas Pendidikan
Indonesia|Repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu,” 2021
ABROR, MHD., “Moderasi Beragama Dalam Bingkai Toleransi,” RUSYDIAH:
Jurnal Pemikiran Islam, 1.2 (2020), 137–48
https://doi.org/10.35961/rsd.v1i2.174
Himah, Aliyatul Mediana, Moderasi Beragama : Upaya Mewujudkan Kerukunan
dan Persatuan Bangsa, 2022
Maulana Ahmad, Astri Dinda, Nasution Mahfuza, Arizka , kumala, Rizki,
“pentingnya moderasi beragama dalam berkehidupan masyarakat,” 2008,
282

Anda mungkin juga menyukai