Anda di halaman 1dari 7

Stereotip Agama Islam Aliran LDII Pada Masyarakat Desa

Sugio Kabupaten Lamongan


Alya Fa’iz Wardhana / 18041184021

Abstrak
Penelitian ini membahas tentang konflik dan stereotype pada agama Islam
penganut aliran LDII pada masyarakat desa Sugio kabupaten Lamongan. Metode
yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan teknik pengambilan data
berupa studi pustaka dan wawancara. Teori yang digunakan dalam melihat
fenomena yang terjadi pada masyarakat penganut aliran LDII di desa Sugio
kabupaten Lamongan sehingga melakukan sebuah pemikiran stereotype adalah
teoru konflik.
Penelitian ini menemukan bahwa masyarakat desa Sugio kabupaten
Lamongan memiliki Stereotype pada aliran LDII disebabkan karena adanya konflik
yang disebabkan oleh sikap dan rumor yang tersebar diantara masyarakat.
Perbedaan ideology antar aliran agama Islam inilah ynag memunculkan konflik
dalam masyarakat.
Kata kunci : konflik agama, stereotype.

I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman baik
dari segi agama, bahasa, suku dan enik budaya. Namun dengan
banyaknya perbedaan Indenesia disatukan dengan adanya semboyan
“Bhineka Tunggal Ika”. Agama yang ada di Indonesia juga sangat
beragam, namun terdapat salah satu agama yang menjadi mayoritas yakni
agama Islam, hal ini didasari dari sensus penduduk pada tahun 2010 yang
menunjukan jumlah warga Indonesia penganut agam Islam sebanyak
87,1%, kemudian agama Protestan sebanyak 6,96%, agama Katolik
2,9%, Hindu 1,69%, Budha 0,72%, dan Konghuchu hanya 0,05%.
Meski menjadi agama mayoritas, agama Islam juga sering kali
mendapat pandangan buruk dari agama lain, salah satunya adalah
penyebab aksi teroris bom bunuh diri. Bukan hanya konflik antar agama,
dalam Islam juga terbagi menjadi beberapa aliran yang juga sering terjadi
konflik akibat perbedaan faham/ideologi. Aliran aliran yang di maksud
seperti Islam NU (Nadhatul Ulama), Muhammadiyah, LDII (Lembaga
Dakwa Islam Indonesia), Syiah, Salamullah, Jamaah Tablig, NII, dan
masih banyak lagi.
Di desa Sugio kabupaten Lamongan terdapat 3 aliran agama Islam
yakni NU (Nadhatul Ulama), Muhammadiyah dan LDII (Lembaga
Dakwa Islam Indonesia). Dari ketiga aliran tersebut sering kali terjadi
konflik antar aliran, yang mana disebabkan karena perbedaan ideology
pada aliran yang mereka anut. Terdapat faham yang menyatakan bahwa
LDII menganggap orang aliran lain adalah kafir dan najis. Sedangkan
Muhammadiyah berfikir bahwa doa yang dikirimkan untuk orang yang
sudah meninggal adalah hal yang sia sia, sehingga mereka orang
penganut aliran Muhammadiyah tidak melakukan acara peringatan
kematian (tahlilan) untuk keluarga yang sudah meninggal. Sedangkan
NU mempercayai bahwa doa yang mereka kirim untuk orang yang sudah
meninggal akan tersampaikan.
Dari perbedaan faham tersebut di Desa Sugio seringkali terjadi
konflik antar aliran. Seperti yang pernah terjadi dimana ketika diadakan
do’a bersama untuk memperingati Maulid Nabi atauun peringatan lainya,
orang dengan aliran LDII tidak pernah menghadiri acara tersebut, dan
membuat orang orang dengan aliran selain LDII sering
memperbincangkan hal tersebut. Selain itu pernah terjadi dimana salah
satu anggota keluarga dari aliran LDII meninggal dunia, ketika proses
pemandian hanya orang orang dari aliran LDII yang boleh
memandikanya.
Dari fenomena diatas peneliti memutuskan untuk berfokus pada
aliran LDII yang mana peneliti ingin mengetahui Stereotipe yang
terbentuk pada masyarakat Desa Sugio terdapat agama Islam aliran LDII.
Sehingga peneliti memilih judul penelitian “Stereotip agama Islam Aliran
LDII pada Masyarakat Desa Sugio Kabupaten Lamongan”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk konflik agama penganut aliran LDDI dengan
aliran lain di desa Sugio Kabupaten Lamongan?
2. Apa yang melatar belakangi terjadinya stereotype agama aliran LDII
di desa Sugio Kabupaten Lamongan?
C. Teori Yang Digunakan
1. Teori Konflik
Secara etimologis konflik merupakan pertengkaran, perkelahian,
perselisihan tentang suatu pendapat atau suatu perbedaan,
pertentangan, dan berselisih. Sedangkan menurut Kartono
(1998:213) Pada dasarnya, konflik dapat diartikan menjadi 3 yakni
dari segi negative yang mengarah pada hal hal yang bersifat
kekerasan dan perusakan, sedangkan dari segi positif dapat
mengarah pada timbulnya hal hal baru, perkembangkan maupun
terjadinya sebuah perubahan. Sedangkan dari segi netral, konflik
berarti akibat dari keberagaman individu ataupun kelompok yang
memiliki sifat dan tujuan yang berbeda. Biasanya konflik maupun
pertikaian terjadi karena berbagai faktor seperti sosial, budaya,
ekonomi, atupun politik. Namun konflik juga dapat terjadi karena
masalah lain seperti agama.
Robertson (1998) mengatakan bahwa konflik dapat ditimbulkan
karena faktor agama. Munculnya stereotype antar kelompok
terhadap kelompok lain yang berbeda agama juga dapat
memunculkan konflik antar agama. Konflik yang terjadi seringkali
diikuti dengan aksi saling serang, saling membunuh, hingga
membakar rumah rumah ibadah.
2. Teori Stereotype
Stereotype merupakan cara pandang suatu individu ataupun
kelompok terhadap suatu kelompok tertentu. Yang mana pandangan
tersebut berdasarkan informasi yang tersebar baik dari mulut
kemulut ataupun dari media. Mufid (2012:262) berpendapat bahwa
individu tidak dapat mengalami dua kejadian secara bersamaan di
dua tempat yang berbeda, sehingga manusia mulai mencari
testimony pada orang lain untuk memperkaya pengetahuan tentang
lingkungan sekitarnya. Media juga berperan dalam memberikan
pengalaman yang dapat dijadikan sebagai pandangan dalam
menyikapi suatu hal.
Stereotype sendiri memilki beberapa jenis, seperti : stereotype
gender, usia, negara, ekonomi, dan juga stereotype agama. Menurut
Karl Marx, agama adalah candu bagi masyarakat karena dengan
ajaran agama masyarakat menjadi pasrah menerima nasib yang
menimpanya. Namun seorang ahli sosioligo menentang hal tersebut,
yang mana dia berpendapat bahwa setiap agama mendorong
umatnya untuk terus berubah dan berkembang sesuai kaidah yang
berlaku di masyarakat. Selain itu agama juga tidak melarang
umatnya untuk berkembang, karena agama sendiri menyadari bahwa
manusia adalah pelaku kehidupan yang akan menciptakan suatu
budaya.
II. Metode Yang Digunakan
Untuk menjawab permasalahan yang ada peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa studi pustaka
dan wawancara.
a. Studi Puskata
Dalam pengumpulan data peneliti mencari data yang membantu
penelitihan ini dari buku, jurnal ataupun penelitihan terdahulu.
b. Wawancara
Peneliti melakukan wawancara secara langsung kepada warga
desa Sugio Kecamatan Lamongan dengan tujuan mencari informasi
terkait peemasalahan yang sedang diteliti.
III. Pembahasan
Aliran agama Islam yang dianut oleh masyarakat desa Sugio kabupaten
Lamongan terbagi menjadi 3 aliran yakni NU (Nadhatul Ulama),
Muhammadiyah, dan LDII (Lembaga Dakwa Islam Indonesia). Dalam
kehidupan sehari hari interaksi sosial mereka terjalin dengan baik, dimana
setiap aliran menghargai perbedaan yang ada. Namun Terdapat beberapa
kasus yang mana terkadang menimbulkan konflik kecil, seperti yang di
utarakan salah satu narasumber.
“Bukan di Sugio, tapi kata temenku di daerah Glagah kalau selain LDII
ga boleh masuk masjidnya, kalau ada yang masuk langsung di pel.
Temenku yang lain juga pernah ngalamin katanya waktu dia ngantar
undangan ke rumah orang LDDI rumahnya langsung di pel” ujar Utami,
Mahasiswa yang juga warga desa Sugi kabupaten Lamongan.
“Orang LDDI itu tertutup, mereka benar benar bersih. Jadi kalau mau
sholat itu tempatnya harus benar benar bersih. Dulu pas KNN ada temenku
yang LDII dia kalau sholat ya tempatnya harus benar benar bersih.
Kayanya mereka itu menganggap orang yang bukan aliran mereka itu ga
suci. Mungkin itu juga menjadi alasan kenapa mereka kalau meninggal
hanya mau di mandikan oleh sesame aliranya, ya karena cara
memandikanya mungkin berbeda. Tapi tidak semua orang LDII seperti itu
karena teman saya yang LDII juga ada yang biasa biasa saja tidak begitu
bersih, mungkin orang LDII yang benar benar taat yang seperti itu.” ujar
Bahrul Izza, Guru SMK di Desa Sugio.
“Ada yang lucu dialiran LDII, jadi ada temanku ga tau apa masalahnya
jadi dia itu awalnya orang LDDI terus tiba tiba dia bikin musholah sendiri
gitu, seakan akan mendirikan agama baru, jadi katanya di LDII kalau udah
keluar dari LDII atau tidak mengikuti ajaran mereka itu dianggap kafir dan
dimusuhi” ujar Arafa, siswa SMA di desa Sugi kabupaten Lamongan.
Dari apa yang diceritakan para narasumber dapat kita ketahui bahwa di
Desa Sugio kabupaten Lamongan sebuah konflik antar aliran agama
seringkali terjadi karena perbedaan ideology atau keyakinan tiap aliran
agama.
Dari sebuah konflik tersebut masyarakat mulai memiliki sebuah
prasangka prasangka terhadap agama Islam aliran LDII yang mana menjadi
sebuah stereotype. Stereotype pada agama Islam aliran LDII diantaranya :
terlalu memedulikan kebersihan, memandang aliran lain tidak suci, tertutup,
ketat akan aturan. Dari stereotype yang ada mempengaruhi masyarakat
dalam bertindak. Pada stereotype positif, mereka akan menjadikan
stereotype itu menjadi pembelajaran bagi mereka sehingga ketika
berinteraksi dengan orang LDII lebih berhati hati, dan lebih menjaga
kebersihan. Namun juga terdapat stereotype negative yang mana mereka
menganggap orang orang dengan aliran LDII terlalu rasis, hingga malas
berhubungan dengan orang orang penganut aliran LDII.
“Bahkan orang orang LDII ini juga ga boleh nikah dengan selain orang
LDII, jadi kalau mau nikah sama orang LDII harus pindah aliran dulu. Ya
kayak orang Islam sama Kristen mau nikah gitu harus ngalah salah
satunya. Tapi kalau ini, kalau yang ngalah yang LDII akan di musuhin”
ujar Utami, Mahasiswa yang juga warga desa Sugi kabupaten Lamongan.
IV. Hasil
Konflik yang terjadi pada masyarakat penganut aliran LDII dengan aliran
lain di desa Sugio kabupaten Lamongan disebabkan karena ideology yang
ada pada aliran LDII. Yang mana masyarakat dengan aliran lain kurang bisa
menghargai pendapat tersebut dan menjadikan hal itu menjadi suatu
masalah. Selain itu karena ideology yang dianut oleh aliran LDII yang
menganggap selain aliran mereka tidak suci juga membuat masyarakat
penganut aliran LDDI kurang suka untuk bergaul dengan bukan sesama
aliran mereka.
Stereotipe yang muncul pada masyarakat desa Sugio kabupaten
Lamongan terhadap masyarakat dengan aliran LDII disebabkan karena sikap
mereka dalam menghadapi orang yang bukan dari aliran mereka dan juga
diperkuat dengan cerita cerita yang tersebar. Meski tidak semua orang LDII
seperti itu namun masyarakat desa Sugio kabupaten Lamongan lebih
memandang berdasarkan cerita yang tersebar luas.
V. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Stereotype dapat muncul karena adanya suatu konflik yang
mana konflik tersebut dijadikan sebuah gambaran oleh masyarakat
dalam menghadapi hal serupa.
B. Saran
Stereotype dapat berarti positif karena dengan adanya pandangan
stereotype kita akan lebih memahami suatu kelompok dan lebih
berhati hati dalam bertindak sehingga suatu konflik dapat dihindari.

VI. Daftar Pustaka


Iqbal Hakim. 2020. Agama Agama Yang Ada di Indonesia.
https://insanpelajar.com/agama-agama-yang-ada-di-indonesia/(online)
Retnowati, R. (2014). Agama, Konflik, dan Integrasi Sosial (Integrasi Sosial
Pasca Konflik, Situbondo). Analisa: Journal of Social Science and
Religion, 21(2), 189-200.
TNI Angkatan Udara. 2014. Mengenal Berbagai Aliran Dalam Agama Islam.
https://tni-au.mil.id/mengenal-berbagai-aliran-dalam-agama-
islam/#:~:text=Hingga%20saat%20ini%20berbagai%20aliran,%2C
%20Jamaah%20Tabligh%2C%20NII%2C%20. (online)

Anda mungkin juga menyukai