Anda di halaman 1dari 22

KONSEP KEBUTUHAN DICINTAI DAN MENCINTAI

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Kebutuhan Dicintai Dan Mencintai


a. Definisi Cinta
Kata cinta terlalu sulit untuk didefinisikan, karna cangkupan maknanya yang
terlalu luas dan tak terbatas. Cinta berhubungan dengan emosi, bukan dengan
intelektual seseorang. Perasaan lebih berperan dalam cinta daripada proses intelektual.
Walaupun demikian cinta dapat diartikan sebagai keadaan untuk saling mengerti secara
dalam dan menerima sepenuh hati.
Setiap individu, termasuk klien yang dirawat, memerlukan terpenuhinya
kebutuhan mencintai dan dicintai. Klien merupakan individu yang berada  dalam kondisi
ketidak berdayaan karena sakit yang dialaminya. Pada kondisi ini diperlukan “sentuhan”
perawat yang dapat memberikan kedamaian dan kenyamanan. Oleh karena itu, setiap
perawat harus memiliki pemahaman yang benar mengenai konsep dalam pemenuhan
kebutuhan mencintai dan dicintai.
Setiap orang ingin mempunyai hubungan yang hangat dan akrab, bahkan mesra
dengan orang lain.  Ia ingin mencintai dan dicintai.  Setiap orang ingin setia kawan dan
butuh kesetiakawanan.  Setiap orang pun ingin mempunyai kelompoknya sendiri, ingin
punya "akar" dalam masyarakat  Setiap orang butuh menjadi bagian dalam
sebuah keluarga, sebuah kampung, suatu marga, dll. Setiap orang yang tidak
mempunyai keluarga akan merasa sebatang kara, sedangkan orang yang tidak sekolah
dan tidak bekerja merasa dirinya pengangguran yang tidak berharga. Kondisi seperti ini
akan menurunkan harga diri orang yang bersangkutan.
Kebutuhan akan rasa kasih sayang dan memiliki adalah kebutuhan yang
mendorong individu untuk mengadakan hubungan efeksi atau ikatan emosional dengan
orang lain, yang diaktualisasikan dalam bentuk : kebutuhan akan memilki dan rasa
dimiliki, mencintai dan dicintai, kebutuhan akan rasa diakui dan diikut sertakan sebagai
anggota kelompok, merasa dirinya penting, rasa setia kawan, kerja sama, dan
sebagainya. Menurut Maslow, cinta dan kasih sayang merupakan suatu yang hakiki dan
sangat berarti bagi manusia, karena ia merupakan prasyarat bagi terwujudnya
perasaan yang sehat.
Kebutuhan rasa cinta yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki, antara lain
3
memberi dan menerima kasih saying, kehangatan, persahabatan, mendapat tempat
dalam keluarga, kelompok sosial dan sebagainya.
Cinta adalah suatu dorongan dimana seseorang berkeinginan untuk menjalin
hubungan emosional dengan orang lain.

2.2 Definisi Cinta Menurut Para Ahli


1) Dalam kamus psikologi (James Drever dalam Harianto) memaparkan bahwa
love (cinta) itu merupakan perasaan khusus yang menyangkut kesenangan
menyangkut obyek.

2) Ashley Montagu memandang cinta sebagai sebuah perasaan memperhatikan,


menyayangi dan menyukai yang mendalam yang biasanya disertai dengan rasa
rindu dan hasrat terhadap sang objek.

3) Abraham Maslow mengutarakan pendapatnya tentang cinta, dia menyatakan bahwa


cinta adalah suatu proses aktualisasi diri yang bisa membuat orang melahirkan
tindakan-tindakan produktif dan kreatif. Dengan cinta seseorang akan mendapatkan
kebahagiaan bila mampu membahagiakan orang yang dicintainya.

4) Elaine dan William Waster, memandang cinta sebagai suatu keterlibatan yang
sangat dalam yang diasosiasikan dengan timbulnya rangsangan fisiologis yang kuat
dan diiringi dengan perasaan untuk mendambakan pasangan dan keinginan untuk
memuaskan tersebut melalui pasangannya itu. Sedangkan Sigmun Freud
menyatakan bahwa cinta itu ,merupakan dorongan seksual yang terpendam.
5) Erich Fromm juga mendefenisikan cinta sebagai sesuatu yang aktif yang dapat
memecahkan tembok yang memisahkan manusia dari teman-temannya, yang dapat
menyatukannya dengan yang lain. Menurutnya konsep cinta itu terdiri dari empat
unsure yaitu:

a) Care (perhatian); sangat diperlukan dalam prilaku yang disebut cinta agar


dapat memahami kehidupan, perkambangan maju mundur, baik burut, dan
bagaimana kesejahteraan objek yang dicintai.

b) Responsibility (tanggung jawab); tanggung jawab diperlukan dalam menjalin


hubungan. Sebab tanpa adanya tanggung jawab tidak akan ada pembagian
yang seimbang. Tanggung jawab disini bukanlah untuk mendikte objek yang
dicintai sekehendak kita, tapi bagaimana
4 keterlibatannya dalam kehidupan objek
yang dicintai.

c) Respect (hormat); hal ini menekankan bagaimana menghargai dan menerima


objek yang dicintai apa adanya dan tidak bersikap sekehandak hati.

d) Knowledge (pengetahuan); pengetahuan diperlukan guna mengetahui seluk


beluk yang dicintai. Dengan demikian kita dapat membidik target yang kita incar,
dengan kata lain tak kenal maka tak sayang. Bila objek yang kita bidik itu adalah
manusia, maka harus kita kenali dan pahami bagaiman kepribadiannya, latar
belakang yang membentuknya, dan kecendrungan dirinya.

6) Menurut Sternberg, cinta adalah sebuah kisah, kisah yang ditulis oleh setiap orang,
dimana kisah tersersebut merefleksikan kepribadian, minat, dan perasaan
seseorang terhadap suatu hubungan. Teorinya yang sangat terkenal adalah tentang
segitiga cinta, yang mengandung;

a) Keintiman; merupakan elemen emosi yang didalamnya terdapat kehangatan,


kepercayaan dan keinginan untuk membina hubungan. Cirinya seseorang kan
merasa dekat dengan seseorang, merasa senang bercakap-cakap dengannya
sampai waktu yang lama, merasa rindu bila lama tidak bertemu, dan ada
keinginan untuk bergandengan tangan atau saling merangkul.

b) Gairah; merupakan elemen motivasi yang didasari oleh dorongan dari dalam diri
yang bersifat seksual.
c) Komitmen; adalah elemen kognitif yang berupa keputisan untuk secara
sinambung dan tetap menjalangkan suatu kehidupan bersama.

7) Wawan Kurn menjelaskan bahwa cinta adalah upaya penyeimbangan antara


Pikiran,dan perasaan, dan mampu menyatukan berbagai dimensi yang berbeda.

2.3 Ciri-Ciri Cinta


Menurut Abraham Maslow, cinta memiliki beberapa ciri, yaitu :
1. Cinta tidak hanya sebagai perasaan yg diungkapkan tetapi merupakan
serangkaian tindakan sebagai ungkapan terhadap orang lain.
2. Cinta tidak menuntut balasan dan tidak tawar menawar
3. Cinta adalah pendorong dan selalu ada saat orang lain membutuhkan.

5
2.4 Komponen Cinta
Berikut ini akan dijelaskan mengenai komponen cinta menurut Sternberg (dalam
Sternberg dan Barnes, 1988):
1) Keakraban atau keintiman (intimacy)
Keakraban atau keintiman (intimacy) Adalah perasaan dalam suatu hubungan
yang meningkatkan kedekatan, keterikatan, dan keterkaitan. Dengan kata lain bahwa
intimacy mengandung pengertian sebagai elemen afeksi yang mendorong individu
untuk selalu melakukan kedekatan emosional dengan orang yang dicintainya.
Hasil penelitian Sternberg dan Grajeg (dalam Sternberg dan Barnes, 1988)
menunjukkan keakraban mencakup sekurang-kurangnya sepuluh elemen, yaitu:
a) Keinginan meningkatkan kesejahteraan dari yang dicintai 
b) Mengalami kebahagiaan bersama yang dicintai   
c) Menghargai orang yang dicintainya setinggi-tingginya 
d) Dapat mengandalkan orang yang dicintai dalam waktu yang dibutuhkan 
e) Memiliki saling pengertian dengan orang yang dicintai 
f) Membagi dirinya dan miliknya dengan orang yang dicintai 
g) Menerima dukungan emosional dari orang yang dicintai 
h) Memberi dukungan emosional kepada orang yang dicintai 
i) Berkomunikasi secara akrab dengan orang yang dicintai 
j) Menganggap penting orang yang dicintai dalam hidupnya

2) Gairah (Passion)
Gairah (passion) meliputi rasa kerinduan yang dalam untuk bersatu dengan
orang yang dicintai yang merupakan ekspresi hasrat dan kebutuhan seksual. Atau
dengan kata lain bahwa passion merupakan elemen fisiologis yang menyebabkan
seseorang merasa ingin dekat secara fisik, menikmati atau merasakan sentuhan fisik,
ataupun melakukan hubungan seksual dengan pasangan hidupnya. Komponen
passion juga mengacu pada dorongan yang mengarah pada romance, ketertarikan
fisik, konsumsi seksual dan perasaan suka dalam suatu hubungan percintaan.
Dalam suatu hubungan (relationship), intimacy bisa jadi merupakan suatu
fungsi dari seberapa besarnya hubungan itu memenuhi kebutuhan seseorang
terhadap passion. Sebaliknya, passion juga dapat ditimbulkan karena intimacy.
Dalam beberapa hubungan dekat antara orang-orang yang berlainan jenis, passion
6
berkembang cepat sedangkan intimacy lambat.
Passion bisa mendorong seseorang membina hubungan dengan orang lain,
sedangkan initmacylah yang mempertahankan kedekatan dengan orang tersebut.
Dalam jenis hubungan akrab yang lain, passion yang bersifat ketertarikan fisik
(physical attraction) berkembang setelah ada intimacy. Dua orang sahabat karib lain
jenis bisa tertarik satu sama lain secara fisik kalau sudah sampai tingkat keintiman
tertentu.
Terkadang intimacy dan passion berkembang berlawanan, misalnya dalam
hubungan dengan wanita tuna susila, passion meningkat dan intimacy rendah.
Namun bisa juga sejalan, misalnya kalau untuk mencapai kedekatan emosional,
intimacy dan passion bercampur dan passion menjadi keintiman secara emosional.
Pada intinya, walaupun interaksi intimacy dan passion berbeda, namun kedua
komponen ini selalu berinteraksi satu dengan yang lainnya di dalam suatu hubungan
yang akrab.

3) Keputusan atau Komitmen (decision/commitment)


Komponen keputusan atau komitmen dari cinta mengandung dua aspek, yang
pertama adalah aspek jangka pendek dan yang kedua adalah aspek jangka panjang.
Aspek jangka pendek adalah keputusan untuk mencintai seseorang. Sedangkan
aspek jangka panjang adalah komitmen untuk menjaga cinta itu. Atau dengan kata
lain bahwa komitmen adalah suatu ketetapan seseorang untuk bertahan bersama
sesuatu atau seseorang sampai akhir.
Kedua aspek tersebut tidak harus terjadi secara bersamaan, dan bukan berarti
bila kita memutuskan untuk mencintai seseorang juga berarti kita bersedia untuk
memelihara hubungan tersebut, misalnya pada pasangan yang hidup bersama. Atau
sebaliknya, bisa saja kita bersedia untuk terikat (komit) namun tidak mencintai
seseorang. Komponen ini sangat diperlukan untuk melewati masa-masa sulit.
Commitment berinteraksi dengan intimacy dan passion. Untuk sebagian orang,
commitment ini adalah merupakan kombinasi dari intimacy dan timbulnya passion.
Bisa saja intimacy dan passion timbul setelah adanya komitmen, misalnya
perkawinan yang diatur (perjodohan). 
Keintiman dan komitmen nampak relatif stabil dalam hubungan dekat, sementara
gairah atau nafsu cenderung relatif tidak stabil dan dapat berfluktuasi tanpa dapat
diterka. Dalam hubungan romantis jangka pendek, nafsu cenderung lebih berperan.
Sebaliknya, dalam hubungan romantis jangka panjang, keintiman dan komitmen
harus memainkan peranan yang lebih 7besar (Sternberg, dalam Strernberg & Barnes,
1988).

2.5 Konsep Kebutuhan Dicintai Dan Mencintai Dalam Keperawatan


Setelah kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah cukup terpenuhi,
menurut Maslow, muncullah kebutuhan yang ketiga, yaitu kebutuhan akan cinta dan
perasaan dimiliki atau menjadi bagian kelompok sosial. Maslow menolak pendapat Freud
bahwa cinta meupakan sublimasi dari insting seks. Menurut Maslow cinta tidak bersinonim
dengan seks, dan cinta adalah hubungan yang sehat antara orang yang satu dengan yang
lainnya yang melibatkan perasaan saling menghormati, saling menghargai dan attachment
dari kedua belah pihak. Ada dua jenis cinta menurut Maslow, yakni Deficiency Love (D-
Love) dan Being Love (B-Love). D-Love merupakan cinta yang lebih mementingkan diri
sendiri, Kebutuhan cinta karena kekurangan, itulah DLove; orang yang mencintai sesuatu
yang tidak dimilikinya, seperti harga diri, seks, atau seseorang yang membuat dirinya
menjadi tidak sendirian. Misalnya : hubungan pacaran, hidup bersama atau perkawinan
yang membuat orang terpuaskan kenyamanan dan keamanannya sedangkan B-Love
didasari oleh perasaan menerima orang lain apa adanya tanpa ada keinginan untuk
memanfaatkan orang yang dicintainya. B-Love didasarkan pada penilaian mengenai orang
lain apa adanya, tanpa keinginan mengubah atau memanfaatkan orang itu. Cinta yang
tidak berniat memiliki, tidak mempengaruhi, dan terutama bertujuan memberi orang lain
gambaran positif, penerimaan diri dan perasaan dicintai, yang membuka kesempatan orang
itu untuk berkembang.
Menurut Maslow, kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan akan cinta ini merupakan
penyebab hampir seluruh bentuk psikopatologis.
Konsep yang terkandung dalam makna kebutuhan mencintai dan dicintai yang perlu
dipahami oleh setiap perawat, diantaranya adalah :
a. Cinta adalah dukungan
Klien yang dirawat membutuhkan adanya dukungan terhadap kesembuhannya.
Konsep ini memberikan makna bagi perawat bahwa klien yang dirawat membutuhkan
adanya dukungan terhadap kesembuhannya. Dukungan yang diberikan perawat dapat
dilakukan melalui intervensi keperawatan, misalnya dengan memberikan motivasi untuk
membangkitkan semangat hidup klien. Dukungan yang dibutuhkan klien bukan hanya
dari perawat, tetapi juga dukungan dari keluarga. Bentuk dukungan keluargalah yang
mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan klien. Untuk memenuhi kebutuhan
klien terhadap dukungan keluarga ini, maka perawat dapat menjalankan perannya
sebagai fasilitator yang memfasilitasi klien 8dengan keluarganya.
b. Cinta adalah ketulusan
Ketulusan merupakan hal yang keluar dari lubuk hati yang terdalam, yang
memberikan pengertian mengenai arti sebuah cinta, memberikan warna yang indah
didalam setiap tingkah laku dan tutur kata serta memberikan makna yang terdalam di
dalam menyingkap suatu kebenaran yang nyata.
Ketulusan adalah hati yang mau memberikan dan menerima segala sesuatu tanpa
ingin memiliki untuk kepuasan atau kepentingan pribadi. Ketulusan membuat seseorang
mengerti lebih dalam mengenai arti dari kasih sayang, dan ketulusan membuat
seseorang tegas menghadapi apapun meskipun keadaan mungkin sedang tidak
berpihak. Ketulusan juga akan membuat seseorang tetap mampu tersenyum meskipun
hati terasa pedih atau terluka.
Dalam praktik keperawatan, ketulusan ini diwujudkan dengan sikap perawat yang
tidak membeda-bedakan dalam melayani klien. Konsep ini memberikan landasan bagi
perawat bahwa perawat harus tulus dan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan. Ketulusan ini diwujudkan dengan sikap perawat
yang tidak membeda-bedakan dalam melayani klien. Semua klien dilayani oleh perawat
dengan baik. Bagi seorang perawat ketulusan adalah penting karena perawat adalah
seorang yang memberikan pelayanan atau perawatan baik terhadap orang sakit
maupun terhadap orang sehat. Perawatan bukan saja merupakan keahlian untuk
sekedar mencari nafkah, akan tetapi mengingat tujuannya juga merupakan pekerjaan
yang suci. Amal jasmani dan rohani yang diberikan dengan penuh ketulusan oleh
perawat kepada penderita, merupakan faktor penting untuk kesembuhan penderita
tersebut.
c. Cinta adalah perhatian
Bentuk perhatian dan kepedulian perawat terhadap klien diantaranya adalah
kehadiran perawat sebagai helper. Konsep ini selaras dengan hakikat keperawatan yaitu
care. Artinya, keperawatan merupakan profesi yang memiliki perhatian dan kepedulian
yang tinggi terhadap manusia. Klien yang dirawat akan diberikan asuhan keperawatan
dengan penuh perhatian. Bentuk perhatian dan kepedulian perawat terhadap klien di
antaranya adalah kehadiran perawat sebagai helper (penolong).
Caring adalah fenomena universal yang mempengaruhi cara manusia berpikir,
merasa, dan mempunyai hubungan dengan sesama. Caring sebagai bentuk dasar dari
praktik keperawatan di mana perawat membantu klien pulih dari sakitnya, memberikan
penjelasan tentang penyakit klien, dan mengelola atau membangun kembali hubungan.
Caring membantu perawat mengenali intervensi yang baik, dan kemudian menjadi
9
perhatian dan petunjuk untuk memberikan caring nantinya.
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi
bagi orang, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada orang lain dan
perasaan cinta atau menyayangi. Secara teoritis, pengertian caring adalah tindakan
yang menunjukan pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan,
memberikan lingkungan yang bersih, ventilasi yang baik dan tenang kepada klien
(Florence Nightingale, 1860). Caring atau care tidak mempunyai pengertian yang tegas,
tetapi ada tiga makna dimana ketiganya tidak dapat dipisahkan yaitu memberi perhatian,
bertanggung jawab dan ikhlas (Delores Gaut, 1984). Dalam keperawatan, caring
merupakan bagian inti yang penting terutama dalam praktik keperawatan. Rubenfeld
(1999), mendefinisikan “Caring” : memberikan asuhan , dukungan emosional pada klien,
keluarga dan kerabatnya secara verbal maupun non verbal. Jean Watson (1985),
“Caring” merupakan komitmen moral untuk melindungi, mempertahankan dan
meningkatkan martabat manusia.
Caring merupakan “heart” profesi, artinya sebagai komponen yang fundamental dari
fokus sentral serta unik dari keperawatan (Barnum, 1994). Meskipun perkataan caring
telah digunakan secara umum, tetapi tidak terdapat definisi dan konseptualisasi yang
universal mengenai caring itu sendiri (Swanson, 1991, dalam Leddy, 1998).
Marriner dan Tomey (1994) menyatakan bahwa caring merupakan pengetahuan
kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik dan filosofikal. Caring
bukan semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi
tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan
asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan
keselamatan klien (Carruth et all, 1999) Sikap caring diberikan melalui kejujuran,
kepercayaan, dan niat baik. Caring menolong klien meningkatkan perubahan positif
dalam aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial. Bersikap caring untuk klien dan
bekerja bersama dengan klien dari berbagai lingkungan merupakan esensi
keperawatan. Dalam memberikan asuhan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata
yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping klien, dan
bersikap caring sebagai media pemberi asuhan (Curruth, Steele, Moffet, Rehmeyer,
Cooper, & Burroughs, 1999). Karakteristik “Caring” menurut Wolf dan Barnum (1998) :

1. Mendengar dengan perhatian


2. Memberi rasa nyaman
10
3. Berkata jujur
4. Memiliki kesabaran
5. Bertanggung jawab
6. Memberi informasi sehingga klien dapat mengambil keputusan
7. Memberi sentuhan
8. Memajukan sensitivitas
9. Menunjukkan rasa hormat pada klien
Komponen “Caring” menurut Meyer (1971) :
1. Pengetahuan
2. Kesabaran
3. Kejujuran
4. Kepercayaan
5. Kerendahan hati
6. Harapan
7. Keberanian
2.6 Manfaat Cinta Bagi Kesehatan
Jatuh cinta adalah hal yang paling menyenangkan. Selain membuat terus tersenyum
ternyata jatuh cinta punya banyak manfaat. Semakin sering merasakan perasaan cinta
akan semakin baik bagi tubuh. Dilansir dari berbagai sumber, jatuh cinta akan membuat
tubuh bereaksi positif. Maka dengan jatuh cinta, energi positif akan keluar dari dalam
tubuh dan membuat semakin sehat. Dan inilah 7 manfaat jatuh cinta bagi kesehatan
yang dirangkum dari berbagai sumber :
1. Mengurangi depresi dan stress
Health and Human Services menyatakan bahwa cinta dan kasih sayang bisa
mengurangi depresi baik bagi laki-laki maupun perempuan. Karena jatuh cinta
memberi sinyal untuk meningkatkan hormon bahagia dalam tubuh. Studi lain juga
menyatakan bahwa memandang foto pasangan mampu meningkatkan kadar
hormon dopamin dalam otak. Hormon tersebut berkaitan dengan rasa optimis.
Sehingga dapat mengurangi kadar stress.

2. Menurunkan tekanan darah


11 Medicine menyatakan rasa cinta dari
Penelitian dari Annals of Behavioral
pasangan kekasih, keluarga serta orang sekitar memberikan energy positif yang
mampu menurunkan tekanan darah. Karena rasa nyaman yang diberikan dapat
mengontrol tekanan darah.
3. Menghindari rasa cemas
Hasil penelitian dari State University of New York yang menggunakan MRI
fungsional untuk melihat otak orang yang sedang jatuh cinta, menyatakan bahwa
saat jatuh cinta otak mengatur tubuh untuk merasa tenang. Jatuh cinta mempunyai
efek menenangkan rasa cemas yang kadang berlebihan.
4. Mengatasi rasa sakit dan menyembuhkan luka
Sebuah penelitian dari Amerika Serikat menyatakan bahwa jatuh cinta bisa
mengatasi rasa sakit secara alami. Saat jatuh cinta dan merasakan kasih sayang
ternyata secara otomatis dapat mengaktifkan bagian otak yang berfungsi mengontrol
rasa sakit. Dan bahkan semakin besar perasaan cinta yang ada maka semakin
besar pula efeknya. Rasa sakit bisa berangsur-angsur hilang. Bahkan kekuatan dari
jatuh cinta membuat luka cepat sembuh. Hal ini berdasarkan penelitian dari Ohio
State University Medical Center yang dipublikasikan dalam Archives of General
Psychiatry.
5. Meningkatkan sistem imun
Hasil penelitian dari Carnegie Mellon University menemukan bahwa perasaan
cinta bisa membangun emosi positif yang memberikan dorongan terhadap sistem
kekebalan tubuh sehingga orang lebih jarang sakit. Efek sosial yang ditimbulkan dari
jatuh cinta membuat sesorang rajin merawat kesehatan dan kebersihan tubuhnya
sehingga terhindar dari penyakit.
6. Menurunkan berat badan
Ada lagi efek jatuh yang sangat berguna bagi wanita. Yap agar tidak susah-
susah menjalani program diet, untuk menurunkan berat badan jatuh cinta saja.
Karena saat jatuh cinta, tubuh akan memproduksi norepinephrine secara terus-
menerus. Senyawa membuat tidak nafsu untuk makan. Jadi jatuh cinta dapat
mengontrol nafsu makan yang berlebihan.
7. Mencegah penuaan dini
Tersenyum dan banyak tertawa saat jatuh cinta bukan hanya membuat kerutan
wajah bisa berkurang dan membuat cerah alami. Saat sedang jatuh cinta ternyata
tubuh menghasilkan oxytocin. Zat ini dibutuhkan untuk melepaskan DHEA, hormon
yang bertugas sebagai anti-penuaan dan meningkatkan peremajaan kulit serta sel-
sel tubuh. 12

2.7 Contoh Gangguan Kebutuhan Dicintai Dan Mencintai


a. Definisi
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan
pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, keindahan, rasa putus asa dan
tidak ber daya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan, Sadock, 1998).
Depresi adalah salah satu bentuk gangguan kekecewaan pada alam perasaan,
(affective atau mood disorder) yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan,
ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa (Dadang Hawari, 2001)
Depresi ditandai dengan perasaan sedih yang ber lebihan, murung tidak
bersemangat, merasa tak berguna, merasa tak berharga, merasa kosong dan tak
ada harapan berpusat pada kegagalan dan bunuh diri, sering disertai ide dan pikiran
bunuh diri klien tidak berniat pada pemeliharaan diam dan aktivitas sehari-hari (Budi
Anna Kaliat, 1996)
Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa depresi adalah gangguan
alam perasaan yang disertai oleh komponen psikologik dan komponen somatik yang
terjadi akibat mengalami kesedihan yang panjang.
b. Klasifikasi
1) Depresi Ringan
Sementara, alamiah, adanya rasa pedih perubahan proses pikir komunikasi
sosial dan rasa tidak nyaman
2) Depresi Sedang
a) Afek
Murung, cemas, kesal, marah, menangis
b) Proses piker
Perasaan sempit, berfikir lambat, berkurang komunikas verbal komunikasi
non verbal meningkat.
c) Pola komunikasi
Bicara lambat, berkurang komunikasi verbal, komunikasi non verbal
meningkat
d) Partisipasi sosial
Menarik diri tak mau bekerja sekolah, mudah tersinggung
3) Depresi Berat
a) Gangguan afek 13
Pandangan kosong, perasaan hampa, murung, inisiatif berkurang
b) Gangguan proses pikir
c) Sensasi somatik dan aktivitas motoric
Diam dalam waktu lama, tiba-tiba hiperaktif, kurang mer awat diri, tak mau
makan dan minum, menarik diri, tidak peduli dengan lingkungan
c. Rentang Respon
1) Reaksi Emosi Adaptif
a) Respon emosi yang responsif
Keadaan individu yang terbuka mau mempengaruhi dan menyadari
perasaannya sendiri dapat beradaptasi dengan dunia internal dan eksternal.
b) Reaksi kehilangan yang wajar
Reaksi yang dialami setiap orang mempengaruhi keadaannya seperti:
1. Bersedih
2. Berhenti kegiatan sehari-hari
3. Takut pada diri sendiri
4. Berlangsung tidak lama.
2) Reaksi Emosi Maladaptif
Merupakan reaksi emosi yang sudah merupakan gangguan respon ini dapat
dibagi 3 tingkatan yaitu :
a) Supresi
Tahap awal respon maladaptif individu menyangkal perasaannya dan
menekan atau menginternalisasi aspek perasaan terhadap lingkungan.
b) Reaksi kehilangan yang memanjang
Supresi memanjang mengganggu fungsi kehidupan individu.
Gejala : bermusuhan, sedih terlebih, rendah diri.
c) Mania/ Depresi
Gangguan alam perasaan kesal dan dimanifestasikan dengan gangguan
fungsi sosial dan fungsi fisik yang hebat dan menetap pada individu yang
bersangkutan.

d. Penyebab
1) Kekecewaan 14
Karena adanya tekanan dan kelebihan fisik menyebabkan seseorang menjadi
jengkel tak dapat berfikir sehat atau kejam pada saat khusus jika cinta untuk diri
sendiri lebih besar dan pada cinta pada orang lain yang menghimpun kita, kita
akan terluka, tidak senang dan cepat kecewa, hal ini langkah per tama depresi
jika luka itu direnungkan terus-menerus akan menyebabkan kekesalan dan
keputusasaan.
2) Kurang Rasa Harga Diri
Ciri-ciri universal yang lain dari orang yang depresi adalah kurangnya rasa harga
diri sayangnya kekurangan ini cenderung untuk dilebih-lebihkan menjadi ekstrim,
karena harapan-harapan yang realistis membuat dia tak mampu merestor
dirinya sendiri hal ini memang benar khususnya pada individu yang ingin
segalanya sempur na yang tak pernah puas dengan prestasi yang dicapainya
3) Perbandingan yang tidak adil
Setiap kali kita membandingkan diri dengan seseorang yang mempunyai nilai
lebih baik dari kita dimana kita merasa kurang dan tidak bisa sebaik dia maka
depresi mungkin terjadi
4) Penyakit
Beberapa faktor yang dapat mencetuskan depresi adalah organik contoh individu
yang mempunyai penyakit kronis seperti ca. mamae dapat menyebabkan
depresi.
5) Aktivitas Mental yang Berlebihan
Orang yang produktif dan aktif sering menyebabkan depresi.
6) Penolakan
Setiap manusia butuh akan rasa cinta, jika kebutuhan akan rasa cinta itu tak
terpenuhi maka terjadilah depresi.

KONSEP KEBUTUHAN SEKSUAL


1

BAB 1

PENDAHU
15
LUAN

1.1 Latar Belakang

Pemenuhan kebutuhan seksual merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang

harus terpenuhi. Di dalam masyarakat bebas, seseorang dapat menyalurkan kebutuhan

seksualnya sesuai dengan keinginan dan orientasi seksual yang dimilikinya (Lis Susanti,

2009). Adanya anggapan bahwa semua ketertarikan seks pada lansia telah hilang adalah

mitos atau kesalahpahaman. Kenyataannya, hubungan seksual pada suami istri yang sudah

menikah dapat berlanjut sampai bertahun-tahun. Bahkan aktivitas ini dapat dilakukan pada
saat klien sakit atau mengalami ketidakmampuan dengan cara berimajinasi atau

menyesuaikan diri dengan pasangan masing-masing. Hal ini dapat menjadi tanda bahwa

maturitas dan kemesraan antara kedua pasangan sepenuhnya normal. Ketertarikan terhadap

hubungan intim dapat terulang antara pasangan dalam membentuk ikatan fisik dan

emosional secara mendalam selama masih mampu melaksanakan (Iqbal, 2012).

Berdasarkan fakta yang dihimpun dari sebuah penelitian, ada sekitar 35% pria

berusia diatas 50 tahun yang bercinta hanya beberapa kali dalam sebulan. Fakta ini

mendukung pernyataan jika aktivitas seksual pria dapat menurun ketika beranjak lanjut

usia (Laili, 2013). Pria dan wanita perlu mencapai tingkat keintiman seksual mereka

sendiri, suatu tingkat yang disetujui oleh kedua belah pihak. Hasil itu saling terkait dengan

pencapaian peningkatan ketrampilan komunikasi antar pasangan seksual (Komalasari,

2008).

Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan intelektual dan fisik, yang di mulai

dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagaimana di ketahui, ketika

manusia

1
2

mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika

kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki fase

selanjutnya yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya

tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba

menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo, 2004 dalam Johny, 2013).

Berdasarkan penggolongan lansia menurut WHO meliputi : middle age (45 – 49

tahun), elderly (60-74 tahun), old (75-79 tahun), very old ( diatas 90 tahun). Penelitian yang

pernah dilakukan di Amerika menyatakan bahwa 11% laki-laki dan 18% wanita pada

lansia mengalami sindrom depresi. Selain kemunduran fisik, sering kali munculnya

depresi pada lansia terjadi karena kurangnya perhatian keluarga terutama anak, dan orang-

orang terdekat, salah satunya adalah masalah dukungan sosial. Sampai sekarang ini,

penduduk di 11 negara anggota WHO kawasan Asia Tenggara yang berusia di atas 60 tahun

berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 3 kali lipat di tahun

2050 (WHO, 2012).

Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut

usia (aging structured population) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas

sekitar 7,18%. Pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 23.992.553 jiwa

(9,77%), sementara pada tahun 2011 jumlah lansia sebesar 20.000.000 jiwa (9,51%),

dengan usia harapan hidup 67 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta

(11,34%), dengan usia harapan hidup 71 tahun (Depkes, 2012). Jumlah penduduk berusia

diatas 60 tahun alias lanjut usia lebih besar perempuan dibandingkan dengan laki-laki.

Berdasarkan data survey Sosial Ekonomi Nasional (2009) Badan Pusat Statistik, jumlah

perempuan lansia sebanyak 10,4 juta jiwa, sedangkan lansia laki-laki 8,8 juta jiwa.
3

Fenomena itu disebabkan usia harapan hidup perempuan di Indonesia 71 tahun, sedangkan

laki-laki yang hanya mencapai 67 tahun (Indira, 2012).

Secara umum jumlah penduduk lansia di provinsi Jawa Timur sebanyak 3.897.034

orang atau 10,40 % dari keseluruhan penduduk. Jumlah penduduk lansia perempuan

(2.185.451 orang) lebih banyak dibanding jumlah penduduk lansia laki-laki (1.711.583

orang) (Data Statistik Lansia Jawa Timur, 2010). Berdasarkan data yang diperoleh peneliti

dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo tahun 2013 didapatkan jumlah lanjut usia di

Kecamatan Sukorejo Pra Usila 45-60 tahun lansia laki-laki sebanyak 5.290 jiwa dan lanjut

usia perempuan 5.354 jiwa, sedangkan Usila >60 tahun lansia laki-laki 3.678 jiwa dan lanjut

usia perempuan 4.426 jiwa yang dimana lanjut usia perempuan lebih banyak daripada lanjut

usia laki-laki. Lansia laki-laki yang masih memiliki istri terbanyak terdapat di Dukuh

Ngujung Desa Gandu Kepuh Kecamatan Sukorejo sebanyak 61 orang.

Lanjut usia masih bisa menjalankan aktivitas seksual sampai usia yang cukup lanjut dan

aktivitas tersebut hanya dibatasi oleh status kesehatan dan ketiadaan pasangan (Azizah,

2011). Memasuki usia pertengahan, yaitu sekitar usia 40-45 tahun secara fisik manusia

mengalami penurunan. Pria sangat khawatir kehilangan kemampuan seksualnya.Karena itu,

banyak pria yang kemudian menguji kemampuan seksualnya dengan mencari wanita lain,

yang jauh lebih muda. Kalau ternyata kontak seksual dengan wanita lain itu memberi

kepuasan yang diharap, ia akan menganggap ada sesuatu yan kurang pada istrinya (Saryono,

2010). Pria mungkin masih memiliki mitra di kemudian hari karena ada lebih banyak

perempuan dibandingkan laki-laki pada usia yang lebih tua. Laki-laki juga lebih mungkin

untuk menikah dengan pasangan yang lebih muda (Laili, 2013).


4

Dampak dari kurang terpenuhinya kebutuhan seksual dimungkinkan adanya

komunikasi interpersonal yang tidak adekuat. Komunikasi interpersonal yang tidak adekuat

dapat mengakibatkan masalah umum pada lansia seperti mudah marah, depresi, mudah

tersinggung dan curiga (Nugroho, 2000). Solusi jika kebutuhan seksual kurang terpenuhi atau

tidak terpenuhi pada lansia yaitu komunikasi dengan pasangan, ubah kebiasaan rutin, atur

ekspektasi, dan jaga diri (Prasetya, 2013).

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengambil judul tentang

Pemenuhan Kebutuhan Seksual Pada Lanjut Usia Laki-laki di Dukuh Ngujung Desa Gandu

Kepuh Kecamatan Sukorejo Ponorogo.


5

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan kondisi yang ada penulis merumuskan masalah penelitian

yaitu bagaimana pemenuhan kebutuhan seksual pada lansia laki-laki di Dukuh Ngujung

Desa Gandu Kepuh Kecamatan Sukorejo Ponorogo ?

1.3. Tujuan Penelitian


Mengetahui pemenuhan kebutuhan seksual pada lanjut usia laki-laki di Dukuh Ngujung

Desa Gandu Kepuh Kecamatan Sukorejo Ponorogo.

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Manfaat Teoritis

1. Bagi Institusi (FIK UMP)


Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk bahan dalam meningkatkan mutu

pendidikan keperawatan dengan adanya penelitian keperawatan dapat digunakan

sebagai acuan untuk mengembangkan kurikulum terutama yang berhubungan dengan

mata kuliah Gerontik dan Komunitas Keluarga.

2. Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku

kuliah dan menambah pengalaman serta lebih banyak lagi pengetahuan dalam

penelitian.
6

1.4.2. Manfaat Praktisi


1. Bagi Responden

Memberikan gambaran tentang pemenuhan kebutuhan seksual sehingga

diharapkan dapat memberi motivasi kepada responden dan pasangannya untuk lebih

menambah keharmonisan dalam keluarga dan membina komunikasi interpersonal

yang adekuat.

2. Bagi Masyarakat
Menambah wawasan bagi masyarakat terutama keluarga yang mempunyai

anggota lansia agar memperhatikan kebutuhan lansia, dimana kebutuhan seksualnya

juga harus terpenuhi.

3. Bagi Iptek
Dapat digunakan sebagai pedoman serta sumber pengetahuan baru tentang

pentingnya pemenuhan kebutuhan seksual pada lanjut usia laki-laki.


7

1.5. Keaslian Penulisan


1. Urbayatun Siti, 2012. ”Hubungan Antara Pemenuhan Kebutuhan dengan Afek Positif

dan Afek Negatif pada Lansia”. Penelitian ini untuk menguji apakah ada hubungan

antara pemenuhan kebutuhan dan afek lansia. Uji analisis kuantitatif dilakukan

menggunakan perangkat lunak LISREL 8.03. Jumlah subyek dalam penelitian ini ada 40

lansia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Model tentang hubungan antara

pemenuhan kebutuhan dan afek lansia merupakan model yang fit setelah 8 faktor

dalam variable pemenuhan kebutuhan direduksi menjadi 4 faktor. (2) Uji hubungan

antar konstrak di dalam model menunjukkan adanya hubungan langsung antara

konstrak- konstrak yang dihipotesiskan, misalnya terbuktinya peranan kebutuhan yang

mendukung munculnya afek positif ((=2.85;p<0.01) dan peranan kebutuhan dalm

mengurangi munculnya afek negatif ((=-1.50;p<0.01).

Persamaan : Persamaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah sama-sama

meneliti tentang pemenuhan kebutuhan pada lansia.

Perbedaan : Perbedaan dengan penelitan ini yaitu penelitian ini meneliti tentang

pemenuhan kebutuhan seksual pada lanjut usia laki-laki, sedangkan penelitian diatas

meneliti tentang Hubungan Antara Pemenuhan Kebutuhan dengan Afek Positif dan Afek

Negatif pada Lansia.

2. Yuningwati, 2010. “Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Seksual pada Usia Menopause”.

Menopause merupakan suatu keadaan dimana seorang wanita tidak lagi mengalami

menstruasi. Pada masa menopause wanita akan menghadapi berbagai macam kegelisahan

karena terjadinya perubahan drastis dengan menurunnya fungsi seksualitas wanita.

Keadaan tersebut akan mempengaruhi pemenuhan seksual pada wanita menopause.


8

Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran pemenuhan kebutuhan seksual pada usia

menopause di Wilayah RT 4-6 Dusun Glonggong Desa Glonggong, Dolopo, Madiun.

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Populasi penelitian adalah seluruh

wanita menopause yang bersuami di wilayah RT 4-6 Dusun Glonggong, Dolopo,

Madiun. Total sampel dalam penelitian ini adalah 59 responden sesuai dengan kriteria

yang diinginkan peneliti. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah

kuesioner. Kemudian data disimpulkan dengan kriteria yaitu 51% - 100% kebutuhan dan

perilaku seksual terpenuhi dan 0% - 50% kebutuhan dan perilaku seksual tidak terpenuhi.

Dari hasil penelitian terdapat 59 responden didapatkan kebutuhan dan perilaku seksual

terpenuhi (37,3%), tidak terpenuhi (62,7%). Perilaku seksual didapatkan hasil perilaku

seksual (57,6%), perilaku non seksual (42,4%). Hasil penelitian direkomendasikan untuk

peneliti selanjutnya, diharapkan menindaklanjuti tentang faktor-faktor yanga dapat

mempengaruhi terpenuhinya kebutuhan seksual pada usia menopause.

Persamaan : Persamaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah sama-sama

meneliti tentang pemenuhan kebutuhan pada lansia.

Perbedaan : Perbedaan dengan penelitan ini yaitu penelitian ini meneliti tentang

bagaimana pemenuhan kebutuhan seksual pada lanjut usia laki-laki, sedangkan penelitian

diatas meneliti tentang Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Seksual pada Usia Menopause.

Anda mungkin juga menyukai