Anda di halaman 1dari 14

Nama : Prismawati

NPM : 1810631190157

Kelas : Ikom 4 C

Tugas Komunikasi Antarpribadi

Soal

1. Apa yang bisa dipaparkan ketika kita berbicara mengenai LOVE? (Pengertiannya, tipe-
tipenya). Jelaskan pula tipe manakah yang menurut Sdr. Baik ideal?

Jawaban :

1. Pengertian Cinta

Stenberg (1988) mengatakan cinta adalah bentuk emosi manusia yang paling dalam dan
paling diharapkan. Manusia mungkin akan berbohong, menipu, mencuri dan bahkan membunuh
atas nama cinta dan lebih baik mati daripada kehilangan cinta. Cinta dapat meliputi setiap orang
dan dari berbagai tingkatan usia.

Menurut Master dkk (1992) mendefinisikan cinta sebagai tugas yang sulit. Disamping
mencintai pasangannya yaitu baik lelaki maupun wanita. Manusia dapat mencintai anak maupun
orang tua, saudara, hewan kesayangan, negara atau Tuhan sama seperti mereka mencintai
makanan kesukaan, pelangi dan olahraga favoritnya.

Sedangkan menurut Hendrick dan Hendrick (1992), tidak ada satupun fenomena yang
dapat menggambarkan bagaimana itu cinta, pada akhirnya cinta merupakan seperangkat keadaan
emosional dan mental yang kompleks. Pada dasarnya tipe-tipe cinta yang dialami masing-masing
individu berbeda-beda bentuknya dan berbeda-beda pula kualitasnya. Menurut Rubin (dalam
Hendrick dan Hendrick, 1992) cinta itu adalah suatu sikap yang diarahkan seseorang terhadap
orang lain yang dianggap istimewa, yang mempengaruhi cara berfikir, merasa dan bertingkah laku.

2.Tipe-tipe Cinta

Banyak ahli membedakan adanya 2 tipe cinta yang berbeda, yakni cinta yang
penuh hasrat (passionate love) dan cinta yang penuh keintiman (companionate love).
Keduanya berbeda dalam intensitas emosi yang dialami. Cinta yang penuh hasrat
ditandai adanya intensitas emosi yang tinggi, dan penuh gelora. Sedangkan cinta yang
penuh keintiman kurang adanya intensitas emosi, namun adanya kelekatan,
keintiman dan komitmen tinggi terhadap cinta.

Sebagian ahli menemukan bahwa cinta tidak hanya terpolarisasi dalam 2


kutub berbeda seperti di atas. Berdasarkan penelitian, mereka mengidentifikasi tipe-tipe cinta
yang lain, yang harus dibedakan menjadi tipe cinta tersendiri. Salah satu
peneliti cinta, yakni ahli psikologi Robert Sternberg, berhasil mengidentifikasi suatu
model cinta yang disebut segitiga cinta atau ‘triangle of love’. Menurutnya, cinta
memiliki tiga dimensi utama, yakni hasrat (passion), keintiman/kedekatan (intimacy),
dan komitmen (commitment). Peneliti lain menemukan hal yang tidak jauh berbeda.
John Allan Lee, seorang antropolog, berhasil mengidentifikasi bahwa cinta terdiri dari
6 jenis yang berbeda. Identifikasinya dikenal dengan sebutan enam warna cinta atau
‘six color of love’. Lee membedakan ada tiga cinta primer, yakni eros, ludus, dan storge,
serta tiga jenis cinta sekunder, yakni mania, pragma, dan agape. Sementara itu Clyde
Hendrick & Susan Hendrick juga berhasil mengidentifikasi enam tipe cinta berbeda,
yaitu passionate love, game-playing love, friendship love, practical love, dependent love,
dan selfless love. Selain ketiga tipologi cinta di atas, masih ada pembagian tipe-tipe cinta yang
berbeda. Hampir setiap kebudayaan memiliki pembagian tersendiri. Misalnya ada
yang membagi cinta dalam 4 jenis, yakni tipe cinta api, cinta air, cinta udara, dan cinta
tanah. Ada juga yang membaginya berdasarkan mitologi binatang , misalnya cinta
anjing, cinta merpati, dan lainnya. Pendek kata, cinta memang memiliki tipe-tipe

Segitiga cinta dari Robert Sternberg

Menurut tipologi ini, cinta memiliki tiga dimensi, yakni hasrat (passion),
keintiman/kedekatan (intimacy), dan komitmen (commitment). Dimensi hasrat
(passion) memfokuskan pada intensnya perasaan dan keterbangkitan yang muncul dari daya tarik
fisik dan daya tarik seksual. Mereka yang mengalami jenis cinta ini mengalami ketertarikan fisik
yang nyata, selalu memikirkan yang dicintai sepanjang
waktu, melakukan kontak mata yang intens bila bertemu, mengalami perasaan indah
terlambung ke awan, mengagumi dan terpesona dengan pasangan, detak jantung
meningkat bila berjumpa, mengalami perasaan sejahtera, ingin selalu bersama yang
dicintai, memiliki energi besar untuk melakukan sesuatu demi pasangan, merasa
memiliki kesamaan dalam banyak hal, dan merasa sangat berbahagia.
Dimensi keintiman (intimacy) menekankan pada kedekatan perasaan antara
dua orang dan kekuatan yang mengikat mereka untuk bersama. Sebuah hubungan
akan mencapai keintiman emosional manakala kedua pihak saling mengerti, terbuka,
dan saling mendukung, dan bisa berbicara apapun tanpa merasa takut ditolak.
Mereka mampu untuk saling memaafkan dan menerima, khususnya ketika mereka
tidak sependapat atau berbuat kesalahan.

Dimensi komitmen (commitment) diartikan sebagai keputusan untuk tetap


bersama seorang pasangan dalam hidupnya. Komitmen berarti pula mencurahkan
perhatian, melakukan sesuatu yang menjaga suatu hubungan tetap langgeng, dan
melindungi hubungan itu dari bahaya, dan memperbaikinya bila hubungan itu dalam
keadaan kritis.

Kombinasi dari tiga dimensi cinta utama, menghasilkan adanya 8 tipe cinta
berbeda. Satu tipe adalah nonlove, berarti tidak ada cinta. Kebanyakan hubungan
antar manusia merupakan nonlove, misalnya antara guru dan murid, antara
penumpang dan sopit taksi, antara pembeli dan penjual, dan sebagainya. Oleh karena
itu sebenarnya hanya ada 7 tipe cinta yang benar-benar mengandung cinta.
1. Liking (intimacy). Hubungan secara esensial dimaknai sebagai persahabatan. Tipe
cinta ini mengandung kehangatan, keintiman, kedekatan, dan emosi positif
lainnya, akan tetapi kurang adanya hasrat (passion) dan commitment.
2. Infatuation (Passion). Dalam tipe cinta ini ‘cinta pada pandangan pertama’
menjadi cerita yang paling menonjol. Daya tarik satu sama lain sangat kelihatan
dan menggetarkan. Gelora dan hasrat sangat tampak.

3. Empty love (Commitment). Dalam cinta ini, antar pasangan memiliki komitmen
untuk saling setia dan setia pula terhadap hubungan itu. Akan tetapi mereka
kurang memiliki keterhubungan emosi yang dalam dan tidak pula memiliki
hasrat yang mendalam.

4. Romantic love (Intimacy + passion). Pasangan memiliki rasa dekat dan keterhubungan serta
daya tarik fisik yang kuat. Mereka memiliki hasrat yang menyala dan memiliki kedekatan
emosional. Mereka yang memiliki tpe cinta ini tidak memiliki komitmen untuk setia terhadap
hubungan dan terhadap pasangan.

5. Companionate love (intimacy + commitment) .Dalam hubungan cinta tipe ini terdapat
persahabatan yang stabil dan jangka panjang. Mereka yang memiliki tipe cinta ini memiliki
kedekatan emosional yang tinggi, berkeputusan untuk mencintai pasangan, dan komitmen untuk
selamanya dalam hubungan itu. Tipe hubungan ini sering disebut ‘persahabatan terbaik, ketika
tidak ada ketertarikan seksual ataupun kalau ada dalam pernikahan jangka panjang daya tarik
seksual akan memudar dan tidak dianggap penting.

6. Fatuous love (passion + commitment). Hubungannya penuh gelora dan hangat. Akan tetapi
biasanya hubungan seperti ini tidak stabil dan berisiko cepat berakhir.

7. Consummate love (intimacy + passion + commitment). Ini adalah cinta yang lengkap dimana
setiap orang ingin mencapainya. Dalam tipe cinta ini terdapat hasrat, terdapat keintiman, dan
sekaligus terdapat komitmen. Inilah tipe cinta yang diideal kan.

Enam warna cinta dari John Allan Lee adalah seorang antropolog yang banyak
mempelajari cinta. Ia mengemukakan bahwa cinta memiliki 3 jenis cinta yang utama dan 3 jenis
cinta sekunder. Tiga jenis cinta primer adalah eros, ludus, dan storge. Sedangkan tiga jenis
cinta sekunder adalah mania, pragma, dan agape. Tipe cinta sekunder merupakan
perpaduan antara tipe-tipe cinta primer. Tipe cinta mania merupakan perpaduan
antara tipe cinta eros dan tipe cinta ludus. Tipe cinta pragma adalah tipe cinta sebagai
hasil perpaduan tipe cinta ludus dan storge. Sedangkan tipe cinta agape adalah
perpaduan tipe cinta eros dan tipe cinta storge. Berikut adalah ciri-ciri masing-masing tipe cinta,
baik tipe cinta primer maupun tipe cinta sekunder.

1. Tipe cinta primer eros.

-Daya tarik fisik dan emosional yang kuat, komitmen terhadap yang dicintai
-Penuh gairah akan cintanya

-Cinta pada orang yang diidealkan

-Cinta pada pandangan pertama, berdasarkan daya tarik fisik dan keterbangkitan fisik.

2. Tipecinta primer ludus

-Cinta dianggap sebagai suatu permainan (game-playing Love)

-Tidak ada komitmen terhadap cinta dan pasangan

-Tidak pernah ada kecemburuan yang sesungguhnya.

-Tanpa adanya komitmen dan kecemburuan, maka cinta terbebas dari kecemasan dan selalu
menyenangkan. Bagi mereka hal inilah yang dinilai sebagai cinta yang sesungguhnya.
- Dapat mencintai lebih dari satu orang pada saat bersamaan

- Dapat dengan mudah mencintai seseorang lalu beralih ke yang lainnya.

3. Tipe cinta primer storge

-Perasaan yang ada kurang berkobar-kobar tetapi mengandung afeksi yang dalam.
-Komitmen kuat terhadap hubungan yang telah dibuat

- Lebih sebagai hubungan persahabatan yang membutuhkan kepercayaan satu sama lain
sepanjang waktu untuk membangunnya.

4. Tipe cinta sekunder mania (kombinasi eros dan ludus)

-Cinta yang obsesif, sangat intens, penuh kecemasan, dan posesif.

-Orang yang dicintai dipikirkan terus menerus

-Ada kebutuhan yang sangat besar untuk dicintai

-Ada kebutuhan untuk menjamin cinta akan terus bertahan sampai kapanpun

5. Tipe cinta sekunder pragma (kombinasi ludus dan storge)

-Cinta dipandang sebagai sesuatu yang realistik dan praktis.

-Dalam menemukan yang dicintai dilihat kesamaan demografi dan kualitas kepribadian yang
dibutuhkan untuk kecocokan dan lebih dari itu untuk keberlanjutan hubungan.

6. Tipe cinta sekunder agape (kombinasi eros dan storge)

- Penuh perhatian pada yang dicintai tanpa adanya kepentingan pribadi.

- Cinta dilihat sebagai sesuatu yang intens dan penuh persahabatan.

- Mereka menambahkan kualitas cinta dengan keinginan saling menolong (altruisme), dimana
kebutuhan yang dicintai didahulukan daripada kebutuhan kebutuhannya sendiri

Menurut saya Tipe cinta yang paling ideal yang telah disebutkan oleh Robert Sternberg
adalah Consummate love (intimacy + passion + commitment) dimana setiap orang ingin
mencapainya. Dalam tipe cinta ini terdapat hasrat, terdapat keintiman, dan sekaligus terdapat
komitmen. Inilah tipe cinta yang diideal kan. Pasti hampir setiap orang ingin memiliki tipe cinta
ideal seprti ini dimana orang ingin menjalin hubungan dengan adanya keintiman dan kepercayaan
(intimacy) yaitu adanya sikap kejujuran, baik hati, setia, tanggung jawab, dan lain sebagainya.
Selanjutnya adanya passion (hasrat) yaitu kriteria idealnya menekankan pada tubuh yang bagus,
tampan, sehat dan lain sebagainya. Lalu adanya Commitment (Komitmen) yaitu saling
mencurahkan
perhatian, melakukan sesuatu yang menjaga suatu hubungan tetap langgeng, dan
melindungi hubungan itu dari bahaya, dan memperbaikinya bila hubungan itu dalam
keadaan kritis.

Sedangkan menurut saya tipe cinta ideal dari 6 tipe yang telah dikemukakan oleh John
Allan Lee yaitu Tipe cinta sekunder pragma (kombinasi ludus dan storge) dimana saya merasa
bahwa dibutuhkan kecocokan dan kesamaan selain itu cinta dipandang praktis (sederhana)
danrealistic (menjalankan suatu hal berdasarkan realita yang ada) ditandai dengan serius atau
bersikap lebih dewasa menjalani hubungan dan cukup jauh dengan hal-hal childish yang selalu
dipenuhi janji-janji manis semata

2. Ceritakan mengenai cara meningkatkan komunikasi dalam keluarga!

Jawaban:

1. Meluangkan waktu untuk saling berbicara

Luangkanlah sedikit waktu untuk berkumpul dan saling berbincang dalam formasi
lengkap seperti saat akan sarapan, makan malam, atau menonton televisi. Pastinya setiap
anggota keluarga memiliki kisah yang ingin diceritakan setelah ia berada seharian di luar
rumah. Jadi, biarkanlah orang tua dan anak saling berkomunikasi, saling memandang,
saling mendengar, dan saling berbicara satu sama lain.

2. Menyimpan gadget saat kumpul bersama

 Kehangatan dalam keluarga akan lebih terasa saat benar-benar menikmati


momen kebersamaan tanpa diganggu oleh sebuah gadget. Karena hal yang paling penting
dalam komunikasi adalah kontak mata. Biasakanlah setiap berkomunikasi dengan anggota
keluarga, tatap matanya maka kamu akan melihat segala isi hatinya. 

3. Mengatur jadwal Family time

Family time  adalah salah satu bentuk prioritas utama bagi kita dalam
menunjukkan bahwa keluarga lah yang merupakan salah satu dukungan terbaik dalam
hidup untuk menjalaninya sebaik mungkin.Dimana kegiatan family time bertujuan untuk
menunjang tinggi nilai keharmonisan dalam keluarga sehingga akan membuat hubungan
internal keluarga saling terjalin erat satu sama lain. Selain itu, komunikasi yang terjalin
juga menjadi aspek utama dalam meningkatkan keharmonisan keluarga. Salah satu
manfaat yang dapat kita peroleh dari aktivitas bersama keluarga adalah efektifnya dalam
menekan risiko dari adanya kesalahpahaman maupun konflik yang terjadi satu sama
lain.Konflik ini akan berisiko dalam menghancurkan keharmonisan keluarga. Oleh sebab
itu kegiatan family time-lah yang akan membantu dalam menghangatkan suasana dalam
keluarga. Selain itu Tidak hanya sebagai cara berkomunikasi dalam keluarga, membuat
jadwal quality time bersama juga menjadi alternatif untuk melepaskan kepenatan setelah
sibuk beraktivitas di hari biasa.

4. Saling terbuka satu sama lain

Komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua menumbuhkan sikap saling
memahami. Pada akhirnya, antaranggota keluarga dapat memenuhi hak dan
kewajibannya. Setiap anggota keluarga memiliki kesempatan untuk menyampaikan
pendapatnya atau mencurahkan segala keluh kesah. Selain itu sikap saling menghargai
dan menghormati juga sangat penting dalam meningkatkan komunikasi dengan keluarga.

3. Jelaskan mengapa kita perlu mengasah keterampilan listening. Jelaskan pula mengenai
tahapannya serta hambatan dalam proses listening!

Jawaban :

Seni mendengarkan (listening) merupakan keterampilan yang kerap kali dianggap sepele,
padahal justru merupakan aspek terpenting dalam komunikasi antarpribadi. Dengan
mendengarkan, kita bisa banyak belajar tentang kebutuhan orang lain,, harapan serta
kebahagiaan mereka. Banyak orang yang keliru menganggap bahwa “mendengarkan”
sama dengan “mendengar”. Padahal “mendengar” hanyalah proses fisiologis untuk
mengolah suara yang diterima, sementara “mendengarkan” merupakan proses yang lebih
kompleks dari itu. Untuk benar-benar mendengarkan dan menyimak, ada beberapa tahap
yang harus kita lalui.

1) Selecting (memilih)

Di antara sekian banyak suara yang ada disekeliling kita, kita harus
menyortir suara yang kita anggap penting, yaitu suara lawan bicara kita. Ketika ia
berbicara, kita tak hanya memperhatikan perkataanya, tapi juga Bahasa tubuhnya.
Begitu kita mengalihkan perhatian, bisa saja yang kita dengar adalah suara music,
detak jam, dengung computer dan sebagainya. Untuk benar-benar mendengarkan
kita harus memilih suara apa yang layak mendapat perhatian kita.

2) Attending (Memerhatikan)

Setelah memilih suara yang ingin kita dengar, kita focus pada pesan
tertentu. Perhatian bisa dating dan pergi. Bisa saja saat ini kita mendengarkan satu
suara tapi beberapa saat kemudian pikiran kita mengembara entah kemana.
Biasanya kita lebih memerhatikan suara yang sesuai dengan kebutuhan kita atau
yang senada dengan pendapat kita. Tapi secara umum konflik, humor, ide baru,
atau fakta konkret merupakan hal-hal yang paling mudah menarik perhatian.
Selain itu ketika diminta untuk berpartisipasi atau merespon kita cenderung lebih
memerhatikan pesan yang disampaikannya.

3) Understanding (Memahami)

Pesan yang sudah didengar dan diperhatikan kemudian kita pahami. Cara
memahami pesan bisa beragam, misalnya dengan mengaitkan pesan dengan hal-
hal yang sudah kita ketahui sebelumnya. Pesan juga akan lebih mudah dipahami
jika partisipan komunikasi memiliki kesamaan. Di samping itu pengalaman juga
akan sangat berpengaruh terhadap pemahaman kita akan pesan, ketika pesan
yang sama disampaikan dalam situasi yang sama kepada orang yang berbeda
dengan pengalaman yang berbeda pula, persepsi mereka juga akan berbeda.

4) Remembering (mengingat)

Otak kita memiliki system penyimpanan memori jangka pendek dan jangka
panjang. Layaknya di bandara mereka mempunyai sedikit tempat untuk pesawat
yang dating dan pergi, tapi mereka juga punya lahan lebih besar untuk pesawat
yang parker lebih lama. Begitu pula otak kita. Informasi yang kita anggap penting
akan dating dan pergi silih berganti setiap harinya. Tapi apapun yang kita anggap
pentimg akan tinggal dalam ingatan kita.

5) Responding (merespon)
Komunikasi merupakan proses interaktif yang melibatkan kegiatan
berbicara dan merespon. Dengan merespon, kita menunjukkan pada lawan bicara
bahwa kita memahami pesan yang mereka sampaikan. Kita bisa merespon secara
verbal, misalnya dengan mengulangi pesan. Atau, kita juga bisa merespon secara
nonverbal, misalnya dengan kontak mata secara langsung atau anggukan kepala.

Mendengar terjadi saat gelombang suara mengenai gendang telinga.


Untuk tujuan kita, kita menetapkan mendengarkan sebagai proses fisik dari
membiarkan hal yang berhubungan dengan pendengeran tanpa memfokuskan
stimuli. Misalnya seseorang duduk di sebuah kedai kopi sambal minum kopi dan
membaca koran. Ia mendengar segala suara yang ada disana termasuk orang yang
memesan kopi, orang tertawa, pintu yang terbuka dan tertutup dan bahkan suara
lampu yang sedang berpijar. Meskipun ia tidak memperhatikan suara tersebut.
Sebenarnya ia bisa saja memperhatikan suara tersebut namun ia tidak dapat
berkosentrasi dalam membaca koran. Dengan begitu, menjadi seorang pendengar
yang baik itu lebih banyak membiarkan masuk stimuli yang terdengar.
Mendengarkan adalah aktivitas komunikasi yang menuntut kita untuk menjadi
pemikir. Pilihan yang kita buat mempengaruhi pertemuan antarpribadi kita.

Mengapa Kita Mendengarkan?

Kita mendengarkan oang lain karena kita memiliki kebutuhan untuk


berhubungan dengan sesama manusia. Dengan mendengarkan kita dapat
membangun serta mempertahankan hubungan. Selain itu kita mungkin
mendengarkan lawan bicara berdasarkan dorongan-dorongan berikut ini.

1) Listening to Enjoy (Mendengarkan untuk Kesenangan)

Kadang, kita mendengarkan orang lain hanya untuk dinikmati saja. Misalnya
ketika kita mendengarkan seorang teman yang bercerita tentang kejadian
lucu. Kita juga memilih acara telivisi, film, musik, dan bentuk hiburan lainnya
sesuai selera. Selain itu, tak jarang kita menghadiri pesta, makan bersama
teman, atau kumpul-kumpul karena pada saat-saat seperti itulah kita bisa
menikmati bahagia hidup dengan bisa mendengarkan dan didengarkan.

2) Listening to learn (Mendengarkan untuk Belajar)


Semakin kita termotivasi untuk belajar, semakin kita terdorong untuk
mendengarkan. Ini tidak terbatas dalam suasana belajar formal saja seperti di
kelas, tapi juga termasuk kehidupan sehari-hari. Misalnya kita ingin tahu
jadwal rutinitas seorang teman atau ketika ingin tahu kabar saudara yang
tinggal di luar kota. Semua itu bisa kita ketahui dengan mendengarkan.

3) Listening to Evalute (Mendengarkan untuk Mengevaluasi)

Selain mendengarkan untuk mengumpulkan informasi, kita juga


mendengarkan untuk kritik dan penilaian. Misalnya, ketika wawancara kerja,
pewawancara akan mendengarkan respon pelamar untuk menentukan apakah
ia bisa melakukan pekerjaan dengan baik dan bekerja sama dengan pegawai
lainnya. Sebaliknya, pelamar juga mendengarkan untuk mencari tahu apakah
deskripsi pekerjaan maupun bosya kelak akan cocok untuknya kelak. Kita
harus menggunakan kemampuan berpikir kritis untuk mengevaluasi pesan
dengan baik. Yaitu dengan memisahkan fakta dari kesimpulan, mengenali
pemikiran yang keliru, serta menganalisis bukti yang ada.

4) Listening to Emphatize (Mendengarkan untuk Berempati)

Berempati melibatkan emosi. Dengan Berempati, kita mencoba merasakan


apa yang orang lain rasakan, bukan sekedar memikirkan atau mengetahui
perasaan tersebut. Ketika seorang teman menghadapi masalah, mungkin ia
membutuhkan kita untuk mendengkan keluh kesahnya. Belum tentu kita
dapat memberika solusi, tapi dengan berempati terhadapnya, ia akan merasa
jauh lebih baik karena merasa dihargai. Sebaliknya, kita juga akan merasa
senang kareana bisa ada untuknya.

Hambatan Mendengarkan

Ketika bercengkrama, kadang kita tidak benar-benar menyimak lawan bicara


karena sibuk menyusun kata-kata yang ingin kita sampaikan setelah itu. Selain itu,
lamanya kita mengenal seseorang juga tidak menjamin berkembangnya
kemampuan kita untuk mendengarkan. Pasalnya, kita memiliki kecendrungan
untuk lebih sopan terhadap orang yang baru kita kenal sehingga kepada orang
yang kita rasa ebih akrab, kita akan mengambi jalan pintas dalam berkomunikasi.
Hambatan utama dalam proses mendengarkan biasanyabersumber karena
satu faktor, yaitu diri kita sendiri. Ketika orang lain berbicara seringkali kita justru
berbicara kepada diri sendiri di dalam hati. Ibaratnya ketika menonton televisi,
begitu program yang kita tonton disela oleh iklan kita akan mengganti saluran lain
yang lebih menarik. Demikian pula ketika kita mengobrol, begitu lawan bicara
membahas hal yang kita anggap membosankan atau tidak penting, otak kita
otomatis akan memikirkan hal lain yang kita anggap lebih menarik.

Berikut ini adalah bentuk-bentuk hambatan yang mengganggu proses


mendengarkan .

1.) Focusing on our personal agenda (focus pada kepentingan pribadi)

Jika kita lebih berorientasi pada kepentingan pribadi, kita tidak akan
menyimak perkataan lawan bicara. Kita hanya menunggunya selesai bicara
hingga tiba waktunya giliran kita untuk berbicara.

2.) Emotional noise (noise emosional)

Kata-kata dapat mempengaruhi kita secara emosional, noise emosional


adalah ketika emosi kita menghalangi efektivitas komunikasi. Misalnya ketika
kita mendengar kata-kata yang kita anggap kasar atau mengandung konten
yang tidak sejalan dengan pemikiran kita, kita akan terpacing untuk protes
atau bahkan marah pesan apapun yang orang lain sampaikan tidak akan
masuk keotak karena kita terlalu emosi untuk menerima informasi, ketika hal
itu terjadi kita harus menggunakan kemampuan kita untuk menenangkan diri
sendiri demi mengontrol emosi tersbut.

3.) Criticizing the speaker (mengkritisi pembicara)

Bersikap telalu kritis terhadap lawan bicara akan menghalangi proses


mendengarkan. Misalnya jika kita terlalu menghakimi penampilan lawan
bicara, kita tidak akan menghargai pesan yang dia sampaikan. Ketika dia sibuk
mengemukakan idenya, kita justru sibuk menilai gaya berpakaian, bentuk
tubuh, serta aspek fisik lainnya.

4.) Speech rate versus thought (Kecepatan berbicara vs kecepatan berfikir)


Rata-rata orang berbicara 125 kata per menit ada yang lebih cepat, ada
yang lebih lambat jika kita memiliki kemampuan untuk memproses 600-800
kata per menit misalnya aka nada banyak waktu yang tersisa dan biasanya
terbuang sia-sia untuk melamun

5.) Information Overload (Muatan informasi berlebih)

Teknologi seperti mesin faks, telepon dimobil atau alat elektronik lainnya
dapat mengganggu percakapan dan menghambat kemampuan kita untuk
mendengarkan. Ketika kita ingin berbicara terlebih dulu kita tanyakan kepada
lawan bicara apakah ia siap mendengarkan

6.) External noise (Noise eksternal)

Noise eksternal adalah suara gaduh di tengah proses komunikasi misalnya


suara televisi, computer, music, atau mungkin kendaraan. Semua suara
tersebut seolah berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatian kita. Di
samping itu ada pula noise yang tidak hadir secara audio tetapi menyita
perhatian kita dari lawan bicara. Misalnya ketika teman ingin bercerita maka
kita terpaku pada berita utama yang seakan memanggil-manggil kita untuk
membacanya saat itu juga.

4. Ada tiga sasaran (goals) yang ingin dicapai melalui komunikasi antarpribadi (Beebe &
Beebe, 1996: 17)

Jawaban:

Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai Komunikasi Antarpribadi, yaitu:

 Personal Discovery
 Discovery of the external world
 Establishing meaningful relationship
 Changing attitudes and behaviors

Melalui komunikasi dan hubungan antarpribadi, seseorang akan


menemukan jati dirinya. Ketika kita berinteraksi dengan teman, sahabat atau
anggota keluarga secara intensif dan simultan, maka disanalah kita memiliki
peluang menemukan jati diri kita. Karena setiap respon yang diberikan peserta
komunikasi yang terjadi merupakan gambaran bagaimana mereka memandang,
menilai dan memahami diri pribadi kita (cerminan diri ). Inilah yang dimaksud
dengan penemuan diri sendiri (personal discovery) sebagaimana dikatakan Steven
Beebe dkk dalam bukunya Relating to Others: Interperonal Communication.

Di samping penemuan jati diri kita, komunikasi antarpribadi pun


mengantarkan seseorang menemukan dunia luar. Dimana kita menjadi bertambah
wawasan, pengetahuan, ilmu dan pengalaman ketika banyak berinteraksi dengan
orang lain. Dan tujuan berikutnya dari komunikasi antarpribadi adalah
mengokohkan setiap hubungan yang terjalin dengan lebih bermakna. Sedangkan
ujung dari interaksi yang dilakukan memiliki tujuan mengubah sikap dan perilaku.

Sedangkan sasaran Komunikasi Antarpribadi adalah:

 Make sure your message is understood


 Make sure your message has the effect you intended
 Make sure your message is ethical

Ketika kita melakukan interaksi tentu saja berharap bahwa pesan yang
disampaikan dapat dimengerti oleh peserta komunikasi, termasuk diri kita yang
juga menerima dan memberi pesan komunikasi. Setelah itu perlu dipastikan
bahwa pesan yang kita sampaikan dapat memberikan hasil yang sesuai dengan
yang kita harapkan (berdampak). Sedangkan sasaran ketiga dari komunikasi antar
pribadi adapun situasi dan kondisinya tetap perlu menjunjung tinggi mengenai
etika. Hal ini menyangkut kelayakan dan kepantasan dalam pengemasan pesan
yang disampaikan baik dari bahasa yang digunakan juga cara penyampaiannya.

Anda mungkin juga menyukai