Anda di halaman 1dari 33

Alasan menikah..

Alasan positif: Alasan negatif:

 Agama dan masa depan  Hamil di luar nikah


 Cinta dan intimacy  Protes terhadap orang
tua
 Pasangan yang suportif
 Pasangan seksual
 Ingin mandiri
 Mengatasi kekecewaan
 Sharing pengasuhan atas hubungan
anak sebelumnya
 Tekanan keluarga dan
sosial
 Kebutuhan keuangan
Arti Keluarga
 Definisi Struktural, Keluarga didefinisikan
berdasarkan kehadiran anggota keluarga,
seperti orang tua, anak, dan kerabat lainnya.
Definisi ini difokuskan pada siapa yang
menjadi bagian dari keluarga. Dari perspektif
ini dapat muncul pengertian tentang
keluarga sebagai asal usul, keluarga
sebagai wahana melahirkan keturunan.
 Definisi Fungsional. Keluarga didefinisikan
dengan penekanan pada terpenuhinya
tugas-tugas dan fungsi-fungsi. Fungsi-fungsi
tersebut mencakup perawatan, sosialisasi
pada anak, dukungan emosi dan materi, dan
pemenuhan peran-peran tertentu. Definisi ini
memfokuskan pada tugas-tugas yang
dilakukan oleh keluarga.
 Definisi Intersaksional. Keluarga
didefinisikan sebagai kelompok yang
mengembangkan keintiman melalui
perilaku-perilaku yang memunculkan rasa
identitas dalam keluarga (family identity),
berupa ikatan emosi, pengalaman historis,
maupun cita-cita masa depan. Definisi ini
memfokuskan pada bagaimana keluarga
melaksanakan fungsinya.
Perkawinan ?
Perkawinan sebagai komitemen emosional
dan legal antara 2 orang untuk berbagi
kedekatan emosional, fisik, beragam
tugas, dan sumber ekonomi.
PERKAWINAN ?
Ikatan lahir batin antara seorang pria dan
seorang wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga ( rumah
tangga ) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Fungsi Keluarga
1. Reproduksi keluarga memiliki tugas untuk mempertahankan
populasi yang ada di dalam masyarakat.
2. Sosoialisasi/edukasi keluarga menjadi sarana transmisinilai,
keyakian, sikap, pengetahuan, keterrempilan danteknik dari
generasi sebelumnya kegenersi yang lebih muda.
3. Penugasan peran social keluarga memberikan identitas
para anggotanya seperti ras, etnik, religi, social, ekonomi,
dan peran gender.
4. Dukungan ekonomi. Keluarga menyediakan
tempatberlindung makanan dan jaminan kehidupan.
5. Dukungan emosi/pemeliharaan. Keluarga memberikan
pengalaman interaksi social bagianak. Interaksi yang tejadi
bersifa mendalam, mengasuuh, dan berdaya tahansehingga
memberikan rasa aman pada anak.
Tipe Perkawinan
1. Vitalized couples
2. Harmonious couples
3. Traditional couples
4. Conflicted couples
5. Devitalized couples
Vitalized couples

Kepuasan dicapai pada keseluruhan aspek


perkawinan. Komunikasi dan masalah
dapat dikelolah dengan baik. Kelompok ini
cenderung berpendidikan, memiliki status
sosial, dan pekerjaan yang lebih tinggi.
Harmonious couples
Kepuasan perkawinan yang dicapai
dibawah vitalized. Tipe ini cenderung
memiliki anak yang lebih sedikit dan
mereka kurang puas dengan pengasuhan
anak-anak mereka.
Traditional couples
 Kepuasan perkawinan pada tipe ini
adalah anak dan pengasuhan,
kesejajaran peran dan agama.
Kelemahannya terletak pada
kemampuan komunikasi dan
menyelesaikan konflik.
 Tipe perkawinan ini meskipun mereka
tidak puas dengan kehidupan mereka,
namun mereka akan tetap
mempertahankan perkawinan.
Conflicted couples
 Karakteristik yang menonjol pada
pasangan ini adalah kesejajaran peran dan
orientasi.
 Masalah yang dihadapi terkait komunikasi
dan problem solving.
 Tipe ini lebih banyak ditemui pada
pasangan usia muda, pendidikan, dan
pekerjaan yang lebih rendah.
 Separuh pasangan ini tidak puas dengan
kehidupan perkawinan, sedangkan
separuh lainnya memilih perceraian.
Devitalized couples
 Tipe perkawinan ini ditandai dengan
ketidakbahagian pada hampir seluruh
aspek perkawinan.
 Mereka memilih cenderung 10 kali lebih
besar untuk berpisah dengan
pasanganya dibandingkan dengan tipe
perkawinan yang lain.
Ciri-ciri pasangan perkawinan bahagia

1. Masing-masing adalah individu yang mandiri dan


matang.
2. Masing-masing tidak hanya mencintai pasangannya,
tetapi juga mencintai diri mereka sendiri.
3. Masing-masing dapat menikmati saat sendiri maupun
bersama.
4. Masing-masing menikmati tugas maupun pekerjaan
mereka.
5. Masing-masing memiliki pemahaman diri yang baik.
6. Masing-masing dapat mengekspresikan diri mereka
secara asertif.
7. Masing-masing dapat menjadi sahabat maupun kekasih.
Cara membangun keluarga bahagia

1. Jangan melihat ke belakang


2. Berpikir objektif
3. Lihat kelebihan pasangan, jangan sebaliknya
4. Saling percaya
5. Hindari pihak ketiga
6. Menjaga romantism
7. Adakan komunikasi
8. Saling memuji dan memperhatikan
9. Berdoa
Konflik dalam keluarga

Konflik merupakan terjadinya


ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan
yang hendak dicapai, baik yang ada dalam
diri individu maupun dalam hubungannya
dengan orang lain.
Sumber-sumber konflik perkawinan

 Finansial
 Keluarga
 Gaya komunikasi
 Tugas-tugas rumah tangga
 Selera pribadi
Penyelesaian Konflik
1. Competitive Style
2. Collaborative Style
3. Compromise Style
4. Avoidance Style
5. Acomodating Style
Competitive Style

 Individu cenderung agresif dan sulit


untuk bekerja sama
 Menggunakan kekuasaan untuk
melakukan konfrontasi secara langsung
 Berusaha untuk menang tanpa ada
keinginan tanpa ada keinginan untuk
menyesuaikan tujuan dan keinginannya
dengan orang lain
 Gaya ini tidak kondusif untuk
mengembangkan intimacy.
Collaborative Style

 Individu memiliki sikap asertif dan


perhatian terhadap orang lain.
 Individu akan kelelahan karena gaya ini
membutuhkan energi yang sangat besar
untuk menyelesaikan konflik.
 Gaya ini dilakukan oleh seorang yang
power full dan kadangkala
menggunakan kekuasaannya untuk
memanipulasi orang lain
Compromise Style
 Gaya ini lebih terbuka dibanding dengan
avoidance.
 masalah yang terungkap tidak sebanyak
gaya collaborative.
 Waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan konflik lebih sedikit,
namun solusi yang dihasilkan bisa jadi
bukan solusi yang terbaik untuk semua
pihak.
Avoidance Style
 Ciri utama gaya ini adalah perilaku yang tidak
asertif dan pasif.
 Mereka mengalihkan perhatian dari konflik atau
justru menghindari konflik.
 Kelebihan dari gaya ini adalah untuk memberikan
waktu untuk berfikir pada masing-masing pihak.
 Kelemahan dari gaya ini adalah individu menjadi
tidak peduli dengan permasalahan dan cenderung
untuk melihat konflik sebagai sesuatu yang buruk
dan harus dihindari.
 Gaya ini biasanya justru mengarahkan pada
konflik yang lebih parah.
Acomodating Style

 Gaya ini ditandai dengan perilaku non


asertif namun kooperatif
 Individu cenderung mengesampingkan
keinginan pribadi dan berusaha untuk
memenuhi keinginan dan kebutuhan
orang lain
Gaya Penyelesaian Konflik
C
High o Competition Collaboration
n
assertiveness
c
e
r
n
Compromise
f
o
r

s Avoiding Accomodation
Low e
asertiveness l
f
Low high
Concern for other cooperation
cooperation
Strategi Resolusi Konflik
1. Perjelas permasalahan
2. Menemukan apa yang diinginkan oleh
masing-masing pihak
3. Mengidentifikasi alternatif solusi yang
beragam
4. Menentukan bagaimana bernegosiasi
5. Membuat kesepakatan
6. Review negosiasi ulang
Komunikasi dalam keluarga..
Komunikasi memiliki 2 unsur:
1. Simbolik: proses membuat dan
mengartikan pesan.
2. Transaksional: secara timbal balik saling
mempengaruhi satu dengan lainnya.
5 persoalan komunikasi pada
pasangan yang menikah:
1. Harapan bahwa pasangan lebih dapat
berbagi perasaan.
2. Kesulitan dalam menanyakan pada
pasangan tentang apa yang diinginkan.
3. Pasangan tidak memahami apa yang
dirasakan.
4. Pasangan sering menolak untuk diajak
berdiskusi tentang problem yang ada.
5. Pasangan memberikan komentar yang
merendahkan.
Solusi problem dalam komunikasi

 Keterbukaan diri
 Keterampilan dalam mendengarkan
 Melakukan komunikasi asertif

Anda mungkin juga menyukai