Secara psikologis, konflik diartikan sebagai dinamika yang terjadi dalam diri individu
dan interaksi antara dua orang atau lebih, di mana ada perbedaan dinamika dan salah satu
pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya. Dengan demikian, konflik dalam keluarga dapat diartikan sebagai permasalahan
yang timbul pada individu dalam keluarga dari hasil interaksi dalam hubungan keluarga yang
berusaha saling menyingkirkan, karena ada anggota keluarga yang memiliki perbedaan
pandangan, sikap, dan perilaku.
Bila tidak diselesaikan, konflik individu akan menjadi masalah gangguan kesehatan
mental yang merusak keharmonisan rumah tangga. Di antara penyebab perceraian adalah
kesehatan mental pasangan yang tidak baik, banyak pasangan yang belum selesai dengan
masa lalunya sehingga konflik muncul karena permasalahan traumatis, dan pola asuh yang
tidak sehat yang menyebabkan gangguan psikologis dan kepribadian.
Selain dalam keluarga inti, konflik pun bisa terjadi dengan anggota keluarga besar.
Yang umum, konflik antara mertua dan menantu yang terjadi karena perbedaan cara pandang,
sikap dan perilaku, serta gaya komunikasi antara mertua dan menantu yang tidak berkenan.
Pada awal perkawinan, hubungan mertua dan menantu ini sangat penting dibangun dengan
baik agar dapat meminimalkan potensi konflik yang muncul, misalnya disebabkan sikap
menantu perempuan yang dianggap tidak menghargai, soal pembagian jatah bulanan yang
dianggap tidak adil oleh mertua, termasuk konflik dalam cara mengasuh anak; menantu
menganggap mertua ketinggalan zaman, mertua menganggap menantu dan anaknya tidak
mampu mendidik anak.
Konflik antarbesan juga bisa pecah jika anak tidak mampu mengelola infomasi dan
rahasia dalam keluarga kecilnya, setiap permasalahan diceritakan kepada orangtua masing-
masing sehingga menimbulkan konflik antara orangtua. Pun konflik antara ipar, bisa terjadi
disebabkan adanya persaingan antara saudara kandung dengan istri atau suami
kakak/adiknya. Sang ipar merasa, hubungan dia dengan saudara kandungnya berkurang
karena saudara kandungnya lebih mengutamakan pasangannya masing-masing.
Akibatnya, timbul kecemburuan dan konflik yang dapat merenggangkan hubungan
persaudaraan.
Bila tidak dikelola dengan baik, konflik dalam keluarga akan mengganggu
keharmonisan, bahkan bila semakin parah bisa menyebabkan perceraian. Untuk itu, setiap
individu harus mampu mengelola konflik baik sehingga kerukunan dan kebahagiaan dapat
dirasakan semua anggota keluarga, baik keluarga inti maupun keluarga besar.