Anda di halaman 1dari 3

Refleksi dwi mingguan dengan model 4C

Connection, Challenge, Concept, Change

5 November 2022
Selamat pagi pak Adi, semoga pak Adi sekeluarga selalu sehat dan bahagia sepanjang
hayat. Amin. Ijin kan saya merefleksi kegiatan saya selama dua mingguan sejak awal saya
mengikuti Pendidikan Guru Penggerak sampai hari ini. Sungguh jika saya boleh jujur, saya
sangat mengharapkan saya bisa lolos seleksi satu dan dua waktu itu dan puji Tuhan akhirnya
saya lolos seleksi juga dan menjadi kebanggaan saya karena sudah diberi kesempatan lolos dari
sekian banyak peserta yang berminat dan di sekolah saya ada sepuluh orang yang mendaftar
tetapi hanya empat yang lolos untuk mendapatkan Pendidikan Guru Penggerak. Ini jalan Tuhan
juga yang mengijinkan saya menunjukkan pada pimpinan bahwa saya pun mendapatkan
kepercayaan atas kemampuan saya di mata nasional bahkan internasional pada program Guru
Penggerak. Terimakasih atas adanya Program Guru Penggerak ini karena program ini yang
menilai lolos atau tidak adalah pihak di luar sekolah sehingga lebih obyektif karena jaman
sekarang ini kebanyakan pihak dalam organisasi masih memandang segala sesuatu dari
subyektifitas saja sehingga yang benar-benar tulus bekerja tidak terlihat. . Dan saatnya pihak
organisasi membuka mata lebih lebar dan luas lagi sehingga tidak salah menilai karyawan yang
benar-benar tulus atau ada motivasi lain. Walaupun saya masih Calon Guru Penggerak
setidaknya saya sudah mencapai apa yang saya dambakan yaitu kesempatan berkembang. Pada
Pendidikan Guru Penggerak inilah saya mendapatkan pembelajaran tentang cara menjadi
pendidik yang baik dan juga cara mengelola sekolah dan seisinya dengan baik pula. Hal yang
utama bagi saya di sini adalah saya mendapatkan materi-materi yang sangat bagus dan membuka
wawasan saya lebih luas lagi tentang profesi saya sebagai pendidik. Hal-hal setelahnya itu
( menjadi pengawas/kepala sekolah) bukan menjadi prioritas saya. Jika pun saya menjadi
pengawas sekolah ataupun menjadi kepala sekolah itu hanyalah bonus dan sudah menjadi
kehendak Tuhan, sudah jalan hidup saya. Jika tidak menjadi apa-apapun saya sudah mendapat
bekal yang sangat banyak dalam berbagai Pendidikan dan pelatihan di Guru Penggerak ini. Bekal
itu sangatlah penting bagi saya sebagai pendidik.
Dua Minggu ini saya sangat menikmati prosesnya selama pembelajaran di kelas. Selama
ini saya ternyata dalam mendidik peserta didik masih kurang tepat, karena saya ingin membentuk
peserta didik sesuai karakter yang saya mau. Saya beranggapan karena saya lahir lebih dahulu
maka sayalah yang lebih tahu dan lebih pintar menyikapi hidup daripada peserta didik tersebut.
Ternyata tugas pendidik itu adalah menuntun seperti materi pada pemikiran Ki Hajar Dewantara.
Menuntun yang dimaksud adalah sesuai kodrat alam dan kodrat zaman. Sebelum saya menerima
materi ini, saya tidak pernah melakukan Namanya menunutun, membimbing peserta didik yang
di andaikan kertas putih yang samar-samar. Saya hanya melihat mereka itu selembar kertas putih
yang kosong dan belum ada tulisan apapun sehingga saya wajib untuk menuliskan kertas itu
sesuai dengan segala sesuatu yang saya pandang baik. Selama hidup saya ini ternyata saya punya
konsep yang kurang tepat. Saya belum mengarahkan potensi-potensi peserta didik secara
maksimal, belum menggalinya secara penuh sampai peserta didik itu menemukan potensi yang
baik pada diri mereka. Jika saya menjelaskan refleksi, justru selama dua Minggu ini saya sudah
mengubah diri menjadi sesuai dengan pemikiran KHD. Saya melihat peserta didik itu semakin
menyayangi mereka, mereka nakal iya, ada yang nakal tetapi selama tidak kurang ajar, saya
anggap mereka hanya mencari perhatian saja. Saya justru kasihan terhadap mereka ini sehingga
yang saya lakukan saya perhatikan mereka dan saya dengarkan saja apa yang menjadi keluhan
mereka. Saya tanggapi mereka yang aktif di kelas walaupun mereka mengutarakannya dengan
cara yang unik. Misalnya, jika saya bertanya tentang materi yang baru saya ajarkan, mereka
banyak yang angkat tangan tetapi tidak hanya angkat tangan saja, bahkan mulutpun banyak yang
bersuara dan menimbulkan kegaduhan seperti keadaan pasar Badung. Mereka bukan nakal tetapi
sangat antusias dan berebutan ingin menjawab dengan caranya sendiri. Nah, disinilah peran saya
sebagai pendidik untuk menyikapi hal seperti itu dengan bijaksana bukan dengan marah-marah
karena terdengar berisik. Setelah belajar materi pemikiran KHD inilah saya menjadi lebih sabar
dan bijaksana. Saya meminta mereka menjawab satu persatu pertanyaan saya sehingga mereka
merasa dianggap sebagai manusia, disinilan peran memanusiakan manusia. Memberi kesempatan
mereka berbicara, mengemukakan pendapat dan mendapat pengakuan yang mungkin mereka
selama ini terabaikan. Kalau dahulu sebelum saya mendapatkan PGP, menyikapi hal itu saya
marah besar dan pasti saya akan meminta mereka diam dengan cara membentak karena saya
anggap itu tidak sopan. Tidak pernah sedikitpun saya peka akan latar belakang mereka sehingga
mereka melakukan seperti itu. Saya membentak mereka sambil saya pukul meja sehingga
seketika mereka semua kaget dan terdiam. Semenjak saat itu kelas memang tenang dan akhirnya
mereka pasif tetapi masih saya tidak peka bahwa tindakan saya kurang bijaksana. Saya merasa
tindakan saya benar seperti yang pendidik-pendidik saya masa kecil lakukan pada saya. Itulah
cerminan masa lalu yang saya terapkan saat saya menjadi pendidik. Saya di kelas memang suka
bercanda tetapi jika ramainya kelewatan saya pasti marah besar. Artinya saya belum bisa
mengelola kelas dengan baik dan bijak seperti yang di harapkan oleh bapak KHD. Apa yang saya
jalankan dulu sangat berbeda jauh dengan materi yang saya dapat di PGP. Saya merasa hebat
tetapi ternyata konsep saya berbeda dengan pemikiran KHD. Ide, materi, pendapat dari
narasumber selama PGP, masih ada konsep yang belum saya pahami yaitu tentang diferensiasi
dalam pengajaran. Menurut para narasumber, diferensiasi dalam pengajaran itu merupakan cara
penyampaian materi pembelajaran secara berbeda-beda tergantung kebutuhan peserta didik.
Peserta didik tersebut satu sama lain mempunyai kebutuhan yang berbeda setiap individunya.
Ada yang suka audio, ada yang suka visual, ada yang suka pendidik saja yang menjelaskan. Nah,
sebagai pendidik harus bisa memenuhi nya semaksimal mungkin sehingga materi bisa cepat di
tangkap oleh peserta didik. Nah yang saya tangkap selama pembelajaran PGP ini diferensisinya
adalah tentang pemberian tugas. Cara penyelesaian tugas di berikan pada peserta didik dengan
cara yang berbeda-beda sesuai dengan minat dan bakatnya. Sedangkan yang saya ingin tahu
adalah tentang bagaimana cara pendidik mengajar dengan metode diferensiasi tersebut. Hal ini
perlu saya ketahui karena minat bakat mereka pastilah tidak sama. Cara mengemas hal itulah
yang masih belum bisa saya cerna.
Semua konsep pemikiran KHD bagi saya pribadi saya setuju. Mulai dari pemikiran
bahwa seorang pendidik harus dapat menuntun dan membimbing mereka, Ing ngarso sung
tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani juga sangat sesuai dengan kepribadian
saya. Konsen peserta didik sebagai kertas yang tulisannya samar-samar dan kita lah yg
menebalkan hal-hal yang positif dan mengurangi atau tidak perlu menampakkan hal-hal negative
dari peserta didik. Kodrat alam mereka tidak bis akita ubah. Sama hal nya dengan konsep
menanam padi. Kodrat alam padi adalah tumbuhan padi itu sendiri. Tidak mungkin kita berharap
bahwa padi jika saya rawat dengan luar biasa maka padi itu akan tumbuh menjadi pohon jati
seperti yang saya impikan. Konsep peserta didik menjadi taman bermain dan berpikir juga
merupakan konsep yang baik. Peserta didikpun pasti suka dengan permainan-permainan dan itu
tidak memandang umur. Semua suka bermain. Sehingga sebaiknya jika sebelum mulai
pembelajaran atau di tengah-tengah pembelajaran maka bisa diadakan game-game terlebih
dahulu agar sesuai dengan tujuan PHD tentang membuat peserta didik selamat dan memperoleh
kebahagiaan setinggi-tingginya sampai sepanjang hayat. Tidak lupa juga bahwa Pendidikan itu
harus selaras dengan kebudayaan. Pendidikan harus di capai setinggi mungkin bahkan bisa
mengadopsi ilmu dari negara lain tetapi yang perlu diingat jangan sampai ilmu itu membuat kita
meninggalkan nilai-nilai luhur dan kebudayaan bangs akita sendiri karena apapun yang namanya
budaya asli itu pasti sudah sesuai dengan karakter asli bangsa dan cocok bagi semua masyarakat
bangsa itu sendiri. Semua konsep-konsep yang teramat baik menurut say aini akan saya terapkan
saat saya mengajar ataupun jika saya harus menyelesaikan permasalahan apapun di sekolah.
Setelah pembelajaran materi pemikiran KHD yang luar biasa ini, saya ingin menjadi guru
penggerak yang selalu tergerak, bergerak dan menggerakkan peserta didik, sesama pendidik,
sekolah dan masyarakat. Selama ini saya hanya sampai pada bergerak saja, itupun jika ada
perintah dari atasan saya atau jika ada tugas yang harus saya selesaikan maka saya akan segera
bergerak untuk bertanggung jawab menyelesaikan tepat waktu. Nah, hal yang akan saya ubah
adalah saya juga harus bisa tergerak walapun tanpa perintah, bergerak juga melaksanakan hal-hal
yang baik dan juga dapat menggerakkan orang-orang di sekitar saya. Ini masih berupa harapan
karena pola untuk seperti itu belum saya pelajari. Seiring dengan PGP saya pasti bisa
menemukan polanya sendiri termasuk diferensiasi yang tadi saya bicarakan. Saya harus menjadi
manusia baru yang positif dan selalu rendah hati pada sesama. Guru penggerak mempunyai tugas
berat dan mulia sehingga saya akan berusaha menjadi pribadi yang berkarakter baik seperti yang
di harapkan KHD. Demikianlah refleksi dwi Mingguan saya ini pak Adi. Jika ada kesalahan
dalam penyampaian refleksi saya ini saya mohon maaf. Ini adalah refleksi saya pribadi, entah
salah atau benar tapi ini yang saya rasakan saat ini. Tepat hari ini juga saya berulang tahun,
mohon doanya nggih. Terimakasih bayak Tuhan memberkati pak Adi sekeluarga amin.

Anda mungkin juga menyukai