Anda di halaman 1dari 2

Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.

1 PGP

Ki Hajar Dewantoro (KHD) seorang tokoh yang sudah saya ketahui sejak
masih SD. Salah satu semboyannnya yang terkenal yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo,
Ing Madyo Mbangun Karso dan Tut Wuri Handayani. Yang artinya di depan
memberikan teladan, memberi semangat, di belakang memberi dorongan. Semboyan
tersebut sudah lama saya kenal sejak sekolah SD. Akan tetapi semboyan tersebut
hanya sebatas hafalan, belum memahami benar kandungan di dalamnya. Hingga saya
jadi guru juga masih sama hanya sebatas hafalan di pikiran. Saya belum menjiwai dan
mengamalkan semboyan tersebut.

Alhamdulillah pada kesempatan ini saya diberi kesempatan untuk mempelajari


modul 1.1 tentang refleksi filosofi pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara.
Pikirannya saya pun mulai terbuka dan mengakui bahwa sebelum mempelajari
pemikiran KHD banyak kekurangan yang saya lakukan selama jadi guru. Menurut Ki
Hadjar Dewantara pendidikan berbeda dengan pengajaran. Pengajaran bagian dari
pendidikan. Sebelum mempelajari modul 1.1 selama ini saya memandang bahwa :

1. Anak-anak sebagai obyek di kelas. Guru bertindak sebagai pusat pembelajaran


atau teacher center. Setiap pertemuan guru selalu memberi materi pelajaran ke
siswa. Kemudian siswa mencatat dan mengerjakan soal.
2. Memandang siswa sebagai kertas kosong, sehingga saya bisa leluasa
memasukan ilmu kepada mereka. Sehingga terkadang suka menggerutu juga
jika ada siswa yang nilainya selalu di bawah KKM padahal sudah diulang-ulang
terus materi tersebut. Seolah-olah saya menyalahkan siswa tersebut yang
kurang pintar.
3. Saya menganggap setiap siswa itu sama sehingga saya mengajar sekedar
mengajar tanpa melihat bakat dan minat mereka. Saya menganggap bakat minat
tidak ada hubungannya dengan kegiatan pembelajaran, sehingga metode-
metode mengajar saya tergolong suka-suka saya sehingga tidak repot-repot
menyiapkan.
4. Saya mengajar dengan fokus bagaimana materi bisa selesai disampaikan ke
anak-anak dan nilai ulangan diatas KKM.

Setelah mempelajari Pemikiran KHD dalam modul 1.1 PGP, saya mulai sadar
bahwa anggapan-anggapan saya tersebut keliru. Dalam pemikiran KHD bahwa guru
menghamba pada anak, sehingga muridlah yang menjadi subyek pembelajaran atau
student center. Oleh karena itu saya mulai menganggap murid sebagai student center.
Saya mulai mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Saya sebelumnya menganggap
siswa sebagai kertas kosong padahal menurut KHD siswa sebagai kertas yang sudah
terisi goresan-goresan tipis sehingga guru yang membantu menebalkan goresan
tersebut. Oleh karena itu saya mulai membiasakan diri untuk tidak serta merta
menuntut nilai bagus dengan standar soal-soal seperti sekolah unggulan lainnya.
Apalagi kondisi sekolah saya, siswa-siswanya dengan kemampuan kognitif yang
heterogen. Dan mereka berasal dari daerah bermacam-macam dari sabang sampai
merauke. Memandang semua anak itu sama adalah hal yang tentu keliru dan tidak
sejalan dengan pemikiran KHD. Menurut KHD setiap anak itu berbeda-beda mereka
punya keunikan dan karakteristik tersendiri sebagai individu. Saya sebagai guru
seharusnya memberi tuntunan pada anak-anak menurut minat dan potensi masing-
masing. Hal ini sejalan dengan analogi dari KHD bahwa guru itu ibarat petani.
Seorang petani tidak dapat menjadikan bibit padi tumbuh menjadi jagung, dan
sebaliknya. Selain itu, antara tanaman padi dan jagung mempunyai perawatan yang
berbeda-beda. Mulai saat ini saya melakukan penugasan ke siswa disesuaikan dengan
bakat dan minatnya masing-masing. Pada pelajaran saya tentang materi kimia hijau
ada anak yang bakat dibidang kerajinan membuat kerajinan dari limbah plastik. Ada
anak yang bakat dibidang peternakan ada yang membuat pakan ternah dari limbah
organik rumah tangga. Ada anak yang bakat di bidang kuliner membuat produk
yogurt dari limbah kulit buah naga dan lain-lain.

Anggapan keliru saya yang berikutnya yaitu selalu fokus pada materi pelajaran,
bagaimana materi dalam 1 tahun bisa tersampaikan semua. Setelah mempelajari
filosofi pendidikan KHD bahwa pengajaran dan pendidikan itu berbeda. Guru
tugasnya tidak hanya mengajar, tetapi selain mengajar guru juga bertugas mendidik.
Menurut KHD pendidkan menumbuhkan budi pekerti sangatlah penting. Oleh karena
itu, saya akan memberi ruang dan kebebasan pada anak-anak didik saya untuk
menggali potensi mereka menurut kodrat alam dan zaman. Selain itu, pembelajaran
yang selama ini menjadikan saya sebagai subyek akan saya benahi menjadi
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dan nilai-nilai budi pekerti juga akan saya
tanamkan pada anak didik juga, sehingga tidak hanya fokus pada materi pelajaran.

Demikian kesimpulan dan refleksi dari saya setelah mempelajari filosofi


pendidikan menurut pemikiran KHD. Saya berharap dan bertekad bisa menjiwai
dasar-dasar pemikiran KHD untuk bisa diterapkan ke anak-anak didik ke depan
melalui semboyan ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri
handayani.

Anda mungkin juga menyukai