Anda di halaman 1dari 2

Assalamualaikum Wr Wb

Salam bahagia…

Perkanalkan, saya Nia Kurnia Suharya, S.Pd sebagai calon Guru Penggerak Angakatan 8 dari SMA
Muhammadiyah 1 Kota Madiun Propinsi Jawa Timur.

Untuk memenuhi tugas pada Pendidikan Guru Penggerak, saya akan menyampaikan kesimpulan dan
refleksi terhadap materi modul 1.1 tentang Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara.

Bapak Pendidikan Indonesia, yaitu Bapak Ki Hajar Dewantara telah memberikan pemikiran tentang filosofi
pendidikan di Indonesia. Dengan semboyan Ing Ngarso Sung tulodho, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri
Handayani yang berarti di depan memberi contoh, di tengah memberi gagasan dan dibelakang memberi
motivasi. Semboyan ini menjadi dasar pendidikan di Indonesia sampai dengan sekarang. Atas jasa-jasanya
dalam bidang pendidikan di Indonesia maka beliau ditetapkan sebagai Bapak Pendidikan Indonesia dan
setiap tanggal 2 Mei yang merupakan hari kelahirannya ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Dalam menyampaikan kesimpulan dan refleksi modul ini, ada 3 pertanyaan pemantik yang menjadi acuan
saya yaitu :

1. Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari
modul 1.1?

Yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum saya mempelajari Modul.1.1 adalah
saya meyakini bahwa bagi guru, murid yang menyimak dan memperhatikannya dan suasana kelas yang
tenang merupakan dambaanya. Dengan ketenangan kelas yang seperti itu, para guru memiliki pemikiran
bahwa muridnya telah memahami materi yang telah diberikannya. Guru mengajarkan sesuai dengan
target yang telah ditetapkan dan menganggap murid yang berhasil adalah murid yang mendapat nilai
diatas KKM. Untuk mencapai target ini, guru akan memberikan materi dengan mayoritas menggunakan
metode ceramah. Dengan harapan agar pembelajarannya dapat sesuai target tujuan utama guru dalam
proses mengajar. Dan guru sebagai sumber utama dalam belajar. Hal ini mengakibatkan kurangnya
perhatian guru terhadap karakter yang dimiliki setiap siswa. Kedekatan secara emosional antara guru
dengan murid hanya sebatas pencapaian nilai saja. Perkembangan anak pun kurang optimal karena
kurangnya perhatian pada diri masing-masing anak. Sehingga membuat proses pembelajaran yang
dilaksanakan di dalam kelas kurang variatif dan cenderung membosankan.

2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini?

Setelah saya mempelajari konsep pendidikan hasil pemikiran Ki Hajar Dewantara pada Modul 1.1
memberikan pengaruh pada pemikiran dan perilaku saya terhadap proses pembelajaran yang biasa saya
lakukan. Ada banyak hal yang harus saya rubah dalam pola berpikir pada proses pembelajaran. Setiap
murid memiliki keunggulan dan kelebihan masing-masing. Jadi setiap guru harus jeli dalam melihat
potensi yang dimiliki setiap anak.

Murid seyogyanya menjadi pusat pembejaran yang membutuhkan tuntunan dalam proses belajar. Guru
diharapkan dapat menjadi pamong yang memberikan pelayanan, perhatian dan motivasi dalam mengajar.
Pendidikan merupakan persemaian dari benih-benih yang akan tumbuh seusai dengan kodrat alamnya
dan berkembang sesuai dengan kodrat jamannya. Oleh karena itu, seorang guru harus bisa menuntun
anak dalam proses pembelajaran karena pendidikan itu bertujuan agar siswa memiliki budi perkerti yang
luhur. Sehingga mereka siap menjadi manusia dan anggota masyarkat yang memiliki keselamatan dan
kebahagiaan dalam menjalani kehidupan.

3. Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran
KHD?

Setelah saya mempelajari Modul 1.1 tentang Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara ada banyak hal yang
membuat saya berpikir untuk dapat melakukan suatu perubahan dalam proses mengajar dan mendidik
murid. Dengan istilah menghamba pada murid membuat saya tersadar bahwa setiap anak membutuhkan
perhatian untuk mengenal karakter setiap anak dan membutuhkan motivasi untuk pengembangan
potensi setiap anak. Dengan cara menuntun anak yang selalu memperhatikan kodrat alam dan jamannya,
maka diharapkan anak dapat tumbuh dengan optimal. Saat proses pembelajaran, murid menjadi pusat
pembelajaran. Mereka mestinya dibimbing dan dilayani dalam proses mencari ilmu pengetahuan yang
mereka inginkan. Dan menyadarkan pada diri sendiri bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar.
Anak diberi ruang dari berbagai sumber belajar untuk dapat menggali potensi yang ada pada dirinya sesuai
dengan minat dan bakat yang mereka miliki. Dan saya sebagai guru, perlu melihat proses belajar mereka
dan bukan lagi hanya pada pencapaian nilainya. Dengan membangun suasana yang lebih harmonis dan
menjalin komunikasi secara intens dengan siswa dapat membantu saya untuk dapat lebih mengenal
karakter mereka. Kegiatan belajar mengarahkan murid untuk berfikir kritis, kreatif dan menyenangkan.
Setiap anak diperbolehkan mengungkapkan ide dan gagasan secara kreatif dan membuat suasana kelas
yang menyenangkan. Kegiatan bermain merupakan hal yang dapat dilakukan dalam proses belajar. Hal ini
dapat membuat suasana belajar yang lebih variatif dan tidak membosankan. Menurut Ki Hadjar
Dewantara (2009) “Dalam proses pembelajaran pun kita perlu mempertahankan kebudayaan bangsa yang
merupakan kepribadian masyarakat Indonesia yang beradab. Pengajaran adat istiadat kebangsaan (etika
dan moral) hendaknya diberikan sebagai dasar pengajaran adab manusia secara umum.” (hal. 47). Oleh
karena itu, dalam proses belajar perlu kita menggunakan sumber belajar yang berasal dari potensi kultural
yang kita miliki. Agar anak dapat memiliki karakterisktik yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Wassalamualaikum Wr Wb

Sumber :

1. Dewantara, Ki Hadjar, Menuju Indonesia Merdeka, Yogyakarta: Leutika, 2009

2. https://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Hadjar_Dewantara

Anda mungkin juga menyukai