Anda di halaman 1dari 9

BUDAYA POSITIF

Thursday, 12 October 2023, 12:04 PM


by NOVITA SETIYANI

Setelah saya memahami modul ini saya menjadi tambah semangat untuk mengikuti pelatihan calon guru
penggerak ini, Saya sangat setuju dengan model 4P
1. Peristiwa
Tak terasa saya sudah memulai pelatihan dari Modul 1.1 sampai modul 1.4 ini saya bersyukur bisa
mengikuti pelatihan Calon Guru Penggerak ini. Nah di modul 4 ini saya belajar tentang Budaya Positif, di
modul ini saya belajar tentang disiplin positif dan nilai universal, teori motivasi, hukuman dan
penghargaan, keyakinan kelas, kebutuhan dasar manusia dan dunia berkualitas, lima posisi kontrol guru
dan segitiga restitusi.
2. Perasaan
Setelah saya mempelajari modul ini dan mencoba menerapkan aapa yang ada di modul 1.4 saya merasa
senang sekaligus bangga bisa belajar di modul 1.4 ini banyak pelajaran yang bisa saya ambil dari sini
untuk memajukan sd saya tercinta SD Negeri Candigugur, meskipun di daerah pegunungan tapi tidak mau
kalah bersaing dengan SD SD yang ada di kota. Dengan memepelajari modul ini saya jadi berpikir saya
harus jadi guru yang seperti apa, bagaimana cara memperlakukan murid dengan kebutuhannya, dan
bagaimana mengambil peran kontrol yang paling tepat sebagai guru. Dengan belajar di LMS ini membuat
mata saya terbuka lebar dan memberikan tujuan harus bagaimana saya sebagai guru di masa depan.
3. Pembelajaran
Banyak hal positif yang saya temukan di modul ini, benar-benar materi yang patut Ditempatkan dalam
bab terakhir dari modul 1. Dari modul 1.4 ini, saya tahu bahwa disiplin positif , nilai pengabdian universal,
apa itu teori motivasi, hukuman dan penghargaan restitusi, apa itu keyakinan kelas, apa saja kebutuhan
dasar manusia dan dunia berkualitas, serta bagaiman seharusnya posisi kontrol guru dan segitiga restitusi.
4. Penerapan
Setelah saya memahami modul ini saya harus mempraktekkan di sekolah saya, dan saya harus menularkan
ilmu yang saya dapat kepada rekan guru . Demikian saya buat sebagai jurnal mingguan di modul 1.4 ini
semoga bermanfaat.
Reflektif Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hajar Dewantara
Friday, 13 October 2023, 10:01 AM
by NOVITA SETIYANI

Setelah saya memahami modul ini saya menjadi tambah semangat untuk mengikuti pelatihan calon guru
penggerak ini, Saya sangat setuju dengan model 4P

1. Peristiwa

Tak terasa saya sudah memulai pelatihan dari Modul 1.1 saya belajar melalui LMS tentang Refleksi Filosofis
Pendidikan Nasional - Ki Hadjar Dewantara bersama fasilitator Bapak Budi Haryanto. Kegiatan yang
dilakukan dalam LMS, diantaranya eksplorasi konsep, ruang kolaborasi, demonstrasi kontekstual, elaborasi
pemahaman, koneksi antar materi (kesimpulan dan refleksi), dan aksi nyata.

2. Perasaan

Selama dua minggu mengikuti pendidikan guru penggerak ini berbagai macam perasaan yang saya
rasakan, antara senang, bangga, dan juga khawatir tidak dapat melaksanakan pendidikan ini dengan baik
dan maksimal, bahkan insecure atau merasa minder karena melihat teman-teman calon guru penggerak
yang hebat. Semua terasa bercampur aduk dengan keinginan dan tekad yang kuat untuk dapat
menyelesaikan Program Guru Penggerak ini. Banyak ilmu pengetahuan yang saya dapatkan selama
menjalani kegiatan ini, misalnya bagaimana menjadi guru yang selayaknya, bagaimana berhamba pada
anak, upaya apa yang harus dilakukan, dan lainnya. Keseluruhan rangkaian yang ada di dalam LMS
membuat saya merasakan bahwa apa yang saya miliki tentang pendidikan sangat jauh dari pemikiran
filosofis Ki Hajar Dewantara. Apalagi ketika saya mulai menerapkan filosofis Ki Hajar Dewantara dalam
pembelajaran di kelas. Saya merasa kasih sayang saya terhadap murid semakin bertambah. Saya tidak lagi
memandang murid yang sering bercanda dan bermain-main di kelas sebagai anak yang nakal, karena saya
menyadari bahwa kodrat anak adalah bermain.

3. Pembelajaran

Dari pembelajaran Modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hajar Dewantara ini saya
mendapat ilmu untuk meningkatkan kompetensi sebagai seorang pendidik. Sebagai seorang pendidik
saya harus menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat
dengan mengacu pada trilogi pendidikan yaitu Ing ngarso sung tulodo, Ing madya mangun karso, dan Tut
wuri handayani. Dari pembelajaran ini, saya baru mengetahui bahwa pengajaran dan pendidikan harus
selaras dengan penghidupan dan kehidupan bangsa agar semangat cinta tanah air dapat terus terpelihara.
Ki Hajar Dewantara menekankan agar pendidikan selalu memperhatikan; a) Kodrat Alam, b) Kemerdekaan,
c) Kemanusiaan, d) Kebudayaan, dan e) Kebangsaan. Semua ini tujuannya yaitu agar terwujud pendidikan
yang memerdekakan anak. Oleh karena itu, saya harus memberikan kemerdekaan kepada anak-anak
dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya, sebab anak bukanlah kertas kosong, melainkan anak itu
sebagai kertas putih yang sudah berisi coretan namun masih buram, tugas kita sebagai guru untuk
menjadikan coretan yang buram itu semakin jelas. Disisi lain, menerapkan budi pekerti yang luhur atau
akhlak mulia merupakan keharusan yang tidak terbantahkan dengan cara mengintegrasikan setiap proses
pembelajaran dengan pencapaian Profil Pelajar Pancasila yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif.

4. Penerapan

Setelah saya memahami modul ini saya harus mempraktekkan di sekolah saya, dan saya harus menularkan
ilmu yang saya dapat kepada rekan guru . Demikian saya buat sebagai jurnal mingguan di modul 1.1 ini
semoga bermanfaat.
Nilai dan Peran Guru Penggerak
Friday, 13 October 2023, 10:24 AM
by NOVITA SETIYANI

Setelah saya memahami modul ini saya menjadi tambah semangat untuk mengikuti pelatihan calon guru
penggerak ini, Saya sangat setuju dengan model 4P

1. Peristiwa

Tak terasa saya sudah memulai pelatihan dari Modul 1.1 saya belajar melalui LMS tentang Refleksi Filosofis
Pendidikan Nasional - Ki Hadjar Dewantara bersama fasilitator Bapak Budi Haryanto. Kegiatan yang
dilakukan dalam LMS, diantaranya eksplorasi konsep, ruang kolaborasi, demonstrasi kontekstual, elaborasi
pemahaman, koneksi antar materi (kesimpulan dan refleksi), dan aksi nyata.

2. Perasaan

Setelah mempelajari modul 1.2 tentang nilai dan peran guru penggerak ini, yang saya rasakan yaitu
tumbuh kesadaran dari dalam diri dimana hati saya mulai tergerak untuk melakukan perubahan pada diri
saya sendiri terlebih dahulu. Saya ingin memperbaiki hal-hal yang kurang baik selama ini, lalu berusaha
menumbuhkan nilai dan peran yang mesti dimiliki oleh seorang guru penggerak. Setelah saya tergerak,
selanjutnya saya ingin menggerakkan rekan-rekan guru di sekolah sehingga bisa bergerak bersama
mewujudkan peserta didik yang berkarakter profil belajar Pancasila untuk Indonesia yang lebih baik.

3. Pembelajaran

Banyak pengalaman dan ilmu yang saya peroleh selama dua minggu mempelajari modul 1.2, yaitu sebagai
berikut :

a.Mendapatkan pembelajaran tentang bagaimana cara kerja otak manusia, yaitu thinking fast dan thinking
slow. Sebagai seorang pendidik, kita mesti membiasakan diri untuk thinking slow supaya kita tidak
terburu-buru dalam menilai dan memutuskan sesuatu.

b.Lalu saya belajar tentang 5 kebutuhan dasar manusia, yaitu kasih sayang dan rasa diterima, kekuasaan,
kesenangan, kebebasan, dan bertahan hidup.

c.Materi selanjutnya tentang tahap perkembangan manusia secara psikososial menurut erik erikson,
diharapkan dengan kita tahu psikososial di setaip tahap perkembangan manusia, kita tahu apa yang harus
dilakukan ketika berhadapan dengan peserta didik di setiap tahapan perkembangannya.

d.Materi berikutnya tentang nilai dan peran guru penggerak. Ada 5 nilai dan 5 peran yang mesti dimiliki
oleh seorang guru penggerak.

e.Mendapatkan ilmu tentang profil pelajar Pancasila. Untuk menghasilkan murid yang memiliki profil
pelajar Pancasila, kita sebagai guru harus lebih dahulu mempelajari dan mencontohkan dalam keseharian
yang mencerminkan profil pelajar Pancasila, karena sejatinya guru adalah teladan bagi peserta didik.

4. Penerapan

Setelah mempelajari modul 1.2 tentang nilai dan peran guru penggerak, saya akan berusaha menerapkan
beberapa hal berikut :

a.Secara mandiri selalu belajar dengan mengikuti pelatihan-pelatihan untuk mengembangkan kompetensi
saya sebagai guru tanpa harus disuruh oleh pihak manapun.

b.Melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada murid dengan menerapkan model dan media
pembelajaran yang inovatif.

c.Berkolaborasi dengan murid, rekan sejawat, maupun dengan lingkungan sekitar untuk kepentingan
murid
d.Menjadi coach bagi guru lain, seperti membantu mereka yang kesulitan dalam memanfaatkan aplikasi-
aplikasi yang mendukung kegiatan pembelajaran.

e.Aktif didalam komunitas praktisi dengan mengadakan pertemuan mingguan.


VISI GURU PENGGERAK
Friday, 13 October 2023, 5:39 PM
by NOVITA SETIYANI

Setelah saya memahami modul ini saya menjadi tambah semangat untuk mengikuti pelatihan calon guru
penggerak ini, Saya sangat setuju dengan model 4P
1. Peristiwa
Momen yang paling penting atau menantang atau mencerahkan bagi saya dalam proses pembelajaran
Modul 1.3 adalah berkenaan dengan pembuatan visi atau mimpi atau harapan ke depan. Pembentukan
sebuah visi perlu sebuah pemikiran panjang. Dalam modul ini kita diarahkan untuk menyusun sebuah visi
yang tentunya bertautan dengan visi Pendidikan ala Ki Hajar Dewantara dan tidak menyimpang dari peran
serta nilai guru penggerak. Selain itu yang paling menarik adalah bagian penyusunan visi dengan
paradigma inkuiri apresiatif yang merupakan sebuah metode berpikir dengan tolak ukur pemikiran positif
dan berfokus pada kekuatan/asset awal yang dimiliki (asset oriented). Setelahnya kita diajak untuk
memvisualisaiskan dalam sebuah sketsa gambaran visi tersebut. Kalimat prakarta perubahan merupakan
Tindakan lanjut setelah menyusun sebuah visi dengan sebuah alat yang dinamakan A-T-A-P (Aset,
Tantangan, Aksi, dan Pembelajaran). Terahir kita menyusun rancangan visi dan Prakarsa perubahan dalam
sebuah kanvas kebahagiaan yang disebut B-A-G-J-A (Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi,
Jabarkan rencana, Atur eksekusi). Hingga akhirnya dengan mantap hati saya merumuskan VISI SAYA : “
MENUNTUN MURID MERAIH CITA – CITANYA, MURID YANG BERKARAKTER DAN BERBUDAYA SESUAI
DENGAN PROFIL PELAJAR PANCASILA”.

2. Perasaan
Menyusun sebuah visi perlu pemikiran yang matang karena visi merupakan sebuah mimpi dan harapan
akan terwujud dalam sebuah Tindakan nyata. Sehingga setelah melaksanakan dan mengikuti berbagai alur
, semangat menyusun visi dan berusaha berproses mewujudkannya kembali membara. Ingat kembali,
bahwa tonggak kemerdekaan dan kemajuan Pendidikan negara ini mungkin salah satu tanggung jawab
saya dan berada di pundak saya sehingga saya harus yakin dan berusaha sekuat tenaga untuk bisa
berkontribusi mewujudkan insan-insan merdeka generasi penerus bangsa tercinta ini.

3. Pembelajaran
Sekali saya tanamkan pada diri, bahwa perjuangan meraih mimpi melalui sebuah visi dan prakarsa
perubahan tidak bisa begitu saja terwujud. Saya yakin dan siap akan hadirnya berbagai tantangan yang
akan mewarnai perjalanan perjuangan mencapai visi tersebut. Sehingga hal pertama yang akan saya
kuatkan adalah fondasi mental yang tegap. Saya akan berusaha sekuat tenaga mengerahkan kemampuan
yang dimiliki secara maksimal dengan harapan suatu hari visi saya terwujud dengan optimal. Selain itu
subjek pertama yang akan jadikan relasi pertama dalam mewujudkan visi tersebut adalah murid-murid
saya. Memberikan keteladanan, melakukan pembiasaan positif, dan menanamkan pikiran-pikiran positif
dengan mengoptimalkan kemampuan yang mereka miliki sebagai suatu aset atau kekuatan yang akan
saya bingkai dalam pembelajaran yang menyenangkan di dalam kelas. Dalam Modul 1.3. ini yang telah
dipelajari adalah merdeka belajar : 1. Mulai dari diri dengan membuat refleksi dan visualisasi visi dengan
sebuah sketsa visioner. 2. Eksplorasi konsep, menyelami materi dan konsep yang ada dalam modul 1.3
yang intinya tentang visi guru penggerak, 3. Ruang kolaborasi diskusi kelompok, 4. Demonstrasi
kontekstual, membuat sebuah video sederhana tentang visi guru penggerak

4. Penerapan
Setelah saya memahami modul ini saya harus mempraktekkan di sekolah saya, dan saya harus menularkan
ilmu yang saya dapat kepada rekan guru, Saya akan terus melakukan pendekatan dari hati ke hati dengan
murid-murid saya, berusaha menyelami dunia mereka agar lebih memahami kebutuhan yang diperlukan
mereka dalam mencapai merdeka belajar sehingga tujuan akhir agar mereka bisa memaknai proses
pendidikan ini dengan menyenangkan dan menyadari betapa pentingnya pendidikan untuk keselamatan
dan kebahagiaan mereka kelak. Demikian saya buat sebagai jurnal mingguan di modul 1.3 ini semoga
bermanfaat.
Pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid
Thursday, 16 November 2023, 9:26 AM
by NOVITA SETIYANI

Pembelajaran berdiferensiasi adalah proses pembelajaran yang memberikan kebebasan pada peserta didik
untuk meningkatkan potensi diri sesuai dengan kesiapan belajar, minta belajar dan profil belajar siswa.

Berikut adalah langkah-langkah menerapkan pembelajaran berdiferensiasi :

1. Melakukan pemetaan kebutuhan belajar berdasarkan tiga aspek yakni kesiapan belajar, minat
belajar, dan profil belajar siswa. Pemetaan kebutuhan dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya
wawancara, observasi, survey menggunakan angket, serta berbagai alat ukur pemetaan kebutuhan lainnya
yang relefan.

2. Mempertimbangkan dan memperhatikan gaya belajar siswa dalam memberikan materi


pembelajaran sehingga semua siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk menemukan potensi
dirinya masing-masing.

3. Menggunakan jenis penilaian yang bervariasi dalam menilai hasil belajar siswa

4. Mengevaluasi setiap program yang telah dilaksakan secara bertahap untuk mencari model layanan
yang tepat bagi setiap peserta didik dan melakukan perbaikan

Pembelajaran berdiferensiasi sangat berkaitan erat dengan merdeka belajar, karena pembelajaran
berdiferensiasi merupakan wujud nyata dalam pencapaian tujuan merdeka belajar bagi guru yakni
meningkatkan kompetensi, menunjukkan kebiasaan refleksi untuk pengembangan diri secara mandiri den
berpartisipasi aktif dalam jejaring dan organisasi profesi untuk mengembangkan karier.

Melalui pembelajaran berdiferensiasi siswa dituntut mandiri sesuai kemampuannya sedangkan guru
berperan melakukan pemetaan kebutuhan sehingga proses pelaksaan pembelajaran berdiferensiasi dapat
berjalan sesuai yang diharapkan.

Seperti apa yang di katakan Ki Hadjar Dewantara bahwa Serupa seperti para pengukir yang memiliki
pengetahuan mendalam tentang keadaan kayu, jenis-jenisnya, keindahan ukiran dan cara mengukirnya.

Seperti itu seharusnya seorang guru memilki pengetahuan yang mendalam tentang seni mendidik,
bedanya guru mengukir manusia yang memiliki hidup lahir dan batin.

Dalam pembelajaran berdiferensiasi, pemetaan kebutuhan merupakan langkah seorang guru mengetahui
apa yang dibutuhkan siswa. Dengan demikian dapat menerapkan seni mendidik yang tepat sesuai dengan
apa yang dibutuhkan siswa. Hal ini selaras dengan filosofi pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara.

Pembelajaran berdiferensiasi juga sesuai dengan nilai dan peran guru penggerak yakni berpihak pada
murid dan mewujudkan kepemimpinan murid selain itu untuk mewujudkan pembelajaran berdiferensiasi
budaya positif perlu diciptakan dalam lingkungan belajar sehingga suasana belajar yang nyaman dan
aman.
Pembelajaran Sosial dan Emosional
Thursday, 16 November 2023, 9:28 AM
by NOVITA SETIYANI

Kaitan Pembelajaran Sosial Emosional dengan Pembelajaran Berdiferensiasi dalam pembelajaran sosial
emosional guru dapat melakukan pembelajaran dengan mengidentifikasi perasaan dan emosi. Hal ini
sejalan dengan pembelajaran berdiferensiasi yang memetakan kebutuhan murid diantaranya kesiapan
murid, minat, dan profil belajar murid dengan menggunakan strategi diferensiasi konten, proses, dan
produk, sehingga pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan murid agar pembelajaran
semakin menyenangkan dan dapat mewujudkan merdeka belajar.

Kesimpulannya Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara
kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa
di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek
sosial dan emosional agar dapat :

· Memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran diri)

· Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)

· Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)

· Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)

· Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)

Pembelajaran social dan emosional ini erat kaitannya dengan pembelajaran modul-modul sebelumnya.
Pembelajaran PSE adalah Langkah untuk mewujudkan well-beingsehingga tercipta ekosistem sekolah
yang berpihak pada murid sesuai dengan filosofi KHD. Dan peran guru sangat penting untuk
mewujudkannya. Guru dapat menumbuhkan nilai dan perannya dalam mengelola kompetensi KSE pada
anak sehingga nilai kemandirian dan pembelajaran yang berpusat pada murid tercipta serta berperan
sebagai pemimpin pembelajaran yang mendorong kolaborasi sesuai dengan visi guru penggerak dan
Langkah untuk mewujudkan visi terciptanya profil pelajar Pancasila melalui proses pembelajaran tentang
kesadaran diri,manajemen diri,kesadaran social,keterampilan berelasi,dan pengambilan keputusan yang
bertanggungjawab. PSE pada pelaksanaanya pun dapat mendorong kita untuk menciptakan budaya
positif serta menghargai keberagaman individu dengan menerapkan pembelajaran berdeferensiasi.
COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK
Monday, 12 February 2024, 11:46 AM
by NOVITA SETIYANI

Jurnal Dwi mingguan ini saya tulis untuk menggambarkan refleksi saya setelah mempelajari Modul 2.3 dan
ini merupakan tugas setelah berakhirnya modul yang dipelajari sebagai seorang Calon Guru Penggerak.
Saya akan menuliskan semua pengalaman saya dan semua yang saya rasakan selama mempelajari modul
2.3 ini dalam artikel ini dengan model refleksi 4P/4F yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway yaitu:

1. PERISTIWA/FACT

Pembelajaran Modul 2.3 dengan kegiatan pembelajaran 1 yaitu mulai dari diri (1JP), dalam fase pertama
pembelajaran CGP diminta merefleksikan hal-hal yang terkait supervise akademik dan pengembangan
kompetensi diri dengan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan Observasi akademik oleh kepala
sekolah. Kegiatan selanjutnya adalah pembelajaran 2.3.a.4.1 Eksplorasi Konsep dengan 4 materi yaitu
mengenai Konsep Coaching secaraa umum dan konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan, Paradigma
Berpikir dan Prinsip Coaching, Kompetensi Inti Coaching dan TIRTA sebagi Alur percakapan
Coaching, Supervisi Akademik dengan Paradigma Berpikir Coaching. Dilanjutkan dengan pembelajaran
2.3.a.4.5 Eksplorasi Konsep Forum diskusi yang mana setiap CGP memberikan pernyataan mengenai
keterkaitan keterampilan Coaching dengan Supervisi Akademik dan CGP menanggapi jawaban dari
minimal 3 CGP. Selanjutnya kami melaksanakan kegiatan pembelajaran 2.3.a.5 di ruang kolaborasi
bersama Fasilitator kami Bapak Budi Haryanto dan rekan Calon Guru Penggerak Angkatan 9. Tugasnya
adalah sesi Latihan praktik Coaching supervise Akademik dengan teman 1 kelompok. Selanjutnya kami
dipertemukan Kembali dalam kegiatan 2.3.a.5.1 ruang kolaborasi 2 dengan kegiatan Praktik Coaching
Supervisi Akademik .Tugas kami masih berlanjut di Pembelajaran 4 yaitu kegiatan Demonstrasi
kontekstual. Yakni mebuat video terkait Supervisi Untuk Akademik bersama teman sesama CGP . Yang
mana da yang bertindak sebagai Observer, Coach, dan Coachee.

2. PERASAAN/FEELING

Perasaan selama mempelajari modul 2.3 tentang Coaching Untuk Supervisi Akademik adalah lebih paham
dan mampu memiliki paradigma berpikir coaching dalam berkomunikasi dalam rangka mengembangkan
kompetensi rekan sejawat, mampu menerapkan praktik komunikasi memberdayakan dengan
menggunakan paradigma berpikir dan prinsip coaching dan dapat melakukan percakapan berbasis
coaching dalam komunitas sekolahnya untuk mengembangkan kompetensi rekan sejawat. Namun, ada
perasaan cemas juga setelah mempelajari modul ini, saya cemas jika saya tidak mampu melaksanakan
Coaching dengan baik dan netral.

3. PEMBELAJARAN/FINDING

Pembelajaran berharga yang diperoleh dari pembelajaran di modul 2.3 Coaching Untuk Supervisi
Akademik yakni saya mendapatkan pelajaran bahwa saya harus mampu menjelaskan konsep coaching
secara umum, membedakan coaching dengan pengembangan diri lainnya, yaitu mentoring, konseling,
fasilitasi, dan training. menjelaskan konsep coaching dalam dunia pendidikan sebagai pendekatan
pengembangan kompetensi diri dan orang lain (rekan sejawat).

Menjelaskan paradigma berpikir coaching dalam komunikasi yang memberdayakan untuk pengembangan
kompetensi, Menjelaskan prinsip-prinsip coaching dalam komunikasi yang memberdayakan untuk
pengembangan kompetensi, Mengaitkan antara paradigma berpikir dan prinsip-prinsip coaching dengan
supervisi akademik, Membedakan antara coaching, kolaborasi, konsultasi, dan evaluasi dalam rangka
memberdayakan rekan sejawat, Melakukan percakapan coaching dengan alur TIRTA.

Mempraktikkan tiga kompetensi inti coaching: coaching presence, mendengar aktif, dan mengajukan
pertanyaan berbobot dalam percakapan coaching, Menjelaskan jalannya percakapan coaching untuk
membuat rencana, melakukan refleksi, memecahkan masalah, dan melakukan kalibrasi, Memberikan
umpan balik dengan paradigma berpikir dan prinsip dan coaching, Mempraktikan rangkaian supervisi
akademik yang berdasarkan paradigma berpikir coaching.

4. PENERAPAN KE DEPAN/FUTURE

Hal yang akan saya lakukan selanjutnya yaitu melaksanakan suoervisi akademik baik dengan murid
maupun teman sejawat mengenai permasalahan Pendidikan yang dialami baik di kelas maupun
menyelesaiakn permasalahan lain (mentoring, konseling, Fasilitasi) agar Pendidikan di lingkup sekolah
dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Anda mungkin juga menyukai