0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
4 tayangan3 halaman
Lembar kerja ini berisi respon empatik mahasiswa terhadap beberapa situasi, termasuk teman yang ibu terkena kanker, harus masuk kelas tepat waktu atau tidak, membantu teman bermasalah dengan dosen, dan menenangkan anak menangis saat sunatan massal. Ringkasannya adalah mahasiswa berusaha memberikan dukungan emosional dan solusi praktis kepada orang lain dengan cara yang peduli dan bijak.
Deskripsi Asli:
Judul Asli
015_B_Umi Khulzum_C011221035 (LKM Sebelum Perkuliahan)
Lembar kerja ini berisi respon empatik mahasiswa terhadap beberapa situasi, termasuk teman yang ibu terkena kanker, harus masuk kelas tepat waktu atau tidak, membantu teman bermasalah dengan dosen, dan menenangkan anak menangis saat sunatan massal. Ringkasannya adalah mahasiswa berusaha memberikan dukungan emosional dan solusi praktis kepada orang lain dengan cara yang peduli dan bijak.
Lembar kerja ini berisi respon empatik mahasiswa terhadap beberapa situasi, termasuk teman yang ibu terkena kanker, harus masuk kelas tepat waktu atau tidak, membantu teman bermasalah dengan dosen, dan menenangkan anak menangis saat sunatan massal. Ringkasannya adalah mahasiswa berusaha memberikan dukungan emosional dan solusi praktis kepada orang lain dengan cara yang peduli dan bijak.
Berikan respon empatik anda kepada beberapa situasi di bawah ini:
a. Seorang teman anda sedang merasa cemas. Ia baru saja mendapatkan kabar dari kampungnya, bahwa ibunya terdiagnosa mengalami sakit kanker usus. Padahal dalam waktu 2 jam lagi, dosen anda melangsungkan ujian untuk matakuliah yang tergolong sulit. Jawab : Pada saat saya berada pada situasi pertama ini, respon empatik yang akan saya berikan, yaitu saya akan merasa turut cemas dan sedih, karena seperti yang kita ketahui orang tua adalah Anugerah terbesar yang Allah berikan kepada kita. Tidak akan berdiam begitu saja, saya kan berusaha sebisa saya untuk menenangkannya, seperti dengan mengajaknya beristighfar dan berdzikir, selalu melibatkan Allah Yang Maha Kuasa dalam setiap urusan kita, serta tidak lupa untuk memberinya segelas air putih untuk diteguknya agar dapat kembali menjernihkan pikiranya. Juga berusaha untuk saling menguatkan dan mengingatkan, agar senantiasa berdoa kepada Allah, memohon penuh harap untuk kebaikan kondisi ibunya. Kemudian, saya akan menyarankan dan mendukung teman saya mengambil keputusan untuk kembali sesegera mungkin ke kampung halamannya. Saya pun akan mengerahkan diri saya untuk turut serta dalam perizinan dan hal-hal yang perlu diurus untuk dapat memperoleh izin dari perkuliahan. Bagi saya pribadi, orang tua adalah faktor utama kita ada di titik hingga saat ini. Jadi, kalau orang tua kita saja mau dan mampu mengerahkan semua tenaga dan kasih sayangnya kepada kita, mengapa kita tidak dengan mudah untuk melakukan hal yang serupa, menyayangi, dan terutama berbakti kepada orang tua. Saat jarak melingkupi kita dengan orang tua, itu suatu hal yang tentu berat dirasa, apalagi bila mendengar kabar bahwa orang tua kita sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja, maka itu adalah kegundahan yang sebenarnya. Sehingga, semisal teman saya tersebut berusaha untuk melanjutkan ujian yang yang 2 jam lagi akan dilaksanakan dengan lever mata kuliah yang tergolong sulit, bahkan itu akan semakin membuyarkan pikiran dan konsentrasinya. Jadi, akan lebih baik bila dalam kondisi seperti ini, kita lebih memprioritaskan orang tua. b. Anda sedang terburu-buru untuk masuk kelas. Dosen yang mengajar pada kelas ini tergolong tegas terhadap aturan: terlambat sedetik maka tidak boleh bergabung di kelas. Kemudian, saat sudah akan masuk kelas, telfon anda berdering dan teman anda meminta untuk anda menunggunya bersamaan masuk kelas karena ia takut jika masuk kelas sendirian. Di sisi lain, anda juga tidak ingin terlambat. Jawab : Pada saat saya berada pada situasi kedua ini, respon empatik yang akan saya berikan, yaitu saya akan menyampaikan permohonan maaf saya terlebih dahulu dan mengatakan bahwa saya akan masuk duluan, karena saya tidak bisa memenuhi permintaannya tersebut. Kemudian, di lain sisi, setelah jam kelas ini usai dan ada waktu luang, saya akan berinisiatif untuk saling mengingatkan sesama teman, bahwa begitu pentingnya pelajaran, dan pelajaran tidak hanya didapatkan dari ruang lingkup penyampaian materi seorang guru atau dosen kepada muridnya. Setiap perjalanan hidup yang kita jalanipun terselip di dalamnya banyak pelajaran. Seperti halnya dalam kasus ini, terdapat dosen kami yang sangat tegas terhadap aturan, maka bila kita telah mengenai fase apa yang tidak selaras dengan amannya keberlangsungan perkuliahan kita (seperti terlambat dan tidak diperkenankan mengikuti perkuliahan), pasti dibalik itu semua ada hikmah dan pelajaran yang dapat dipetik bila kita mau bermuhasabah (instropeksi diri). Boleh jadi memang kita kurang efisien dalam pemanfaatan waktu pada masa-masa yang lalu, sehingga dengan adanya peristiwa ini dapat menyadarkan kita bahwa betapa pentingnya disiplin waktu itu. c. Baso adalah seorang mahasiswa kedokteran yang kerap mendapatkan teguran dari dosen. Belakangan ini, ia selalu nampak kelelahan ketika mengikuti perkuliahan. Saat kuliah online, ia selalu mematikan video dan mic. Sekali waktu, dosen memanggil namanya dan dia tidak menjawab. Dosen itupun marah sekali dan menyatakan bahwa Baso tidak akan lulus matakuliahnya. Anda adalah ketua tingkat di kelas itu. Baso meminta tolong kepada anda untuk menemaninya bicara pada dosen tersebut. Sementara, anda merasa Baso memang perlu mengubah perilakunya. Jawab : Pada saat saya berada pada situasi tersebut, respon empatik yang akan saya berikan, yaitu : saya sebisa mungkin akan menemaninya untuk berbicara pada dosen tersebut, berusaha meringankan permasalahan yang tengah dihadapinya, karena saya pun sadar, kita tentu Tapi sebelumnya, saya pun akan berusaha sebisa mungkin sebagai seorang teman untuk membujuknya agar mau menceritakan permasalahan yang sedang dialaminya, sehingga menjadikan kondisinya seperti saat ini. Sehingga dari itu, kita dapat saling merangkul, dan saya akan berusaha untuk saling mengingatkan untuk kebaikan bersama. Tidak lupa pula mendorongnya untuk menjadi peribadi yang lebih baik lagi kedepannya. Saya sangat sadar bahwa hidup tidak selamanya berjuang konstan. Pasti kedepannya akan ada rintangan yang dihadapi, seperti halnya roda berputar dan berjalan melalui jalan yang kadang mulus kadang pula berkerikil. Tapi, dari itu semua nantinya kita dapat memperoleh pelajaran untuk diterapkan dalam kehidupan yang lebih baik lagi dari sebelum-sebelumnya. Dan tak lupa juga sebisa mungkin membantu teman saya tersebut meyakinkan dosen agar berkenan memberi kesempatan lagi kepada teman saya untuk memperbaiki kesalahannya. d. Anda saat itu sedang bertugas mengadakan bakti sosial, sunatan massal. Kurang lebih 100 peserta sunatan massal sudah antri. Tiba giliran teman anda yang melakukan sunat terhadap salah seorang anak, teman anda tersebut tiba-tiba sangat gugup. Jawab : Pada saat saya berada pada situasi tersebut, respon empatik yang akan saya berikan, yaitu : merangkulnya dan berusaha memberi dukungan, serta memunculkan kepercayaan dalam dirinya, dengan mengatakan bahwa kamu bisa dan semua akan baik-baik saja. Tentulah pada dasarnya,melakukan hal yang bisa dikatakan belum menjadi suatu 'kebiasaan' kita, dapat memunculkan suatu kecannggungan dan rasa 'nervous'. Olehnya itu, saya pribadi dapat merasakan hal tersebut. Dan, saat dihadapan pada situasi orang lain yang merakan hal tersebut, dan saya sudah tahu bagaimana rasanya, jalan keluarnya adalah dengan berusaha memberi support system sebagai sarana untuk mendorong maju orang lain dalam melangkah menapaki langkah- langkah baru yang nantinya tentu akan banyak membawa pengalaman dan berujung pelajaran. e. Sunatan massal dengan antrian cukup panjang tersebut pun membuat anak-anak mengalami kebosanan. Anak-anak mulai gelisah, mulai dari yang kepanasan, ketakutan, hingga mungkin juga lapar. Dari sekian anak yang menangis tersebut, ada satu anak yang menangis begitu keras dan cukup mempengaruhi konsentrasi proses sunatan. Hal itu disebabkan orangtuanya juga ikut ribut dengan memarahi anaknya yang terus menerus menangis. Jawab : Pada saat saya berada pada situasi tersebut, respon empatik yang akan saya berikan adalah : tentu rasa turut merasa sedih atas pemandangan yang ada di depan mata, melihat anak kecil yang menangis beriringan dengan dimarahinya oleh orang tuanya. Dari hal tersebut, sebisa mungkin saya akan menghampiri anak tersebut dan orang tuanya, kemudian mencoba berkomunikasi dengan baik kepada orang tuanya, saling mengingatkan bahwasanya saat ini, kita berada lingkungan umum, yang tentu keributan yang timbul akan disaksikan oleh banyak orang dan merupakan suatu cerminan sikap yang tidak terpuji terhadap orang tua kepada anaknya. Kembali lagi, bukan bermaksud untuk menggurui, tapi hanya ingin saling ingat mengingatkan dalam kebaikan. Setelah itu, saya pun akan beralih kepada sang anak kecil yang menangis tersebut. Lalu, berusaha mengajak anak tersebut berkomunikasi dengan bahasa yang tentu dimodifikasi agar sang anak dapat memahami dan tertarik untuk mendengarkannya dengan seksama. Saya akan menyampaikan kepada sang anak kondisi yang ramai oleh anak-anak sebayanya yang juga ingin melakukan sunatan, dan semuanya pasti akan mendapat giliran, sehingga dapat memunculkan bibit-bibit ilmu yang dapat ditanamkan kepada sang anak sejak dini, yaitu rasa sabar. Sejatinya, diri tiap-tiap manusia berbeda. Maka, bila suatu hal yang baik telah tercermin dalam diri tiap peribadi, semestinya itu dapat menjadi contoh bagi diri-diri kita pribadi. Begitu pula bila tercermin dalam diri pribadi sikap yang kurang baik, maka tugas kita adalah untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan kebenaran.