Anda di halaman 1dari 3

Conscious Parenting : Tips Mengatasi Kepanikan Anak Dengan Yoga

by Pujiastuti Sindhu on Wednesday, May 9, 2012 at 9:01am Pada suatu pagi, anak sulung saya yang baru berusia 9 tahun ( dan duduk di bangku kelas 4 SD )uring-uringan. Ia terlambat bangun dan merasa kesal karena tidak ada yang membangunkannya lebih pagi. Ternyata, hari itu akan ada ulangan dua mata pelajaran di sekolah dan ia merasa belum menguasai materi yang akan diujiankan. Walaupun malam sebelumnya ia sudah sempat belajar, ia berencana untuk bangun lebih pagi untuk kembali mengulang pelajaran. Namun karena bangun kesiangan tersebut, bukan saja ia tidak bisa belajar, tapi juga terancam akan kesiangan datang ke sekolah. Panik pun datang. Panic Attack ! Rasa panik ini kemudian dilampiaskan dengan marah-marah. Teriak-teriak. Nangis-nangis juga. Dan setelah marah-marah, konflik baru pun muncul : rasa menyesal karena sudah marah-marah, plus rasa takut akan dimarahi gurunya. Rasa panik yang telah bercampur takut dan menyesal ini akhirnya mengakibatkan anak tidak mau pergi sekolah. Hm, panik memang membuat pikiran jadi buntu. Jadinya orang susah untuk melihat solusi supaya nasi yang sudah menjadi bubur ini tetap enak buat dimakan ;p Jujur saja, kondisi anak saya tersebut benar-benar cerminan diri saya sendiri. Memang benar ya, di mana - mana buah tidak pernah jatuh jauh-jauh dari pohonnya :) Kalau saya sering meng quote di mana-mana ( di buku/tulisan-tulisan saya atau pun di beberapa interview dengan media ) kalo saya aslinya adalah orang yang panikan sehingga akhirnya belajar yoga, itu 100% benar adanya. Walaupun saat ini sudah jauh lebih tenang, tapi tetap saja, default nya seperti itu : panikan dan rusuh. hehe. Dan menghadapi anak yang panikan ini jadi seperti bercermin, seperti apa saya dan kirakira treatmentapa yang saya butuhkan dalam kondisi seperti itu. Cerita ini sempat saya curhatkan di akun twitter saya @pujiastutisindh dan berikut ini adalah poinpoin perenungan saya, yang mudah-mudahan bisa berguna juga untuk teman-teman pembaca yang sudah menjadi orangtua :

Saat Anak Panik, Saya Jangan Ikut-Ikutan Panik !

Anak yang panik tidak boleh dimarahi. Walaupun kesalahan ada di pihak anak, karena itu Saya harus menjadi pohon yang kuat untuk tempat bernaung dan berlindung anak. Sebagai orang tua, saya harus selalu terpusat/centered. Agar tetap tenang dan tidak Mengantisipasi kepanikan lebih mudah ketimbang mengatasi kepanikan. Membantu

akan membuatnya semakin panik Untuk membantu anak kembali tenang dan menguasai dirinya dari kepanikan. terpancing marah walaupun anak yang salah. Apalagi sampai ikutan panik bareng anak. mengingatkan dan mengecek ulang keperluan anak adalah salah satu bentuk mengantisipasi kepanikan anak. Selain itu, saya ingat ada satu teknik pernapasan yoga untuk anak yang disebut sebagai Take 5 Breath. Caranya: Minta anak untuk mengangkat tangannya dengan terkepal. Tarik napas, perlahan buka satu persatu jari tangan hingga terbuka semua. Buang napas, perlahan tutup kembali jari tangan satu persatu. Lakukan selama yang anak butuhkan, dan lebih baik sambil ditemani oleh ibu/ayahnya. Lakukan sampai detak jantungnya lebih tenang dan napasnya lega. Teknik pernapasan di atas bermanfaat untuk membantu anak agar lebih tenang dan berkonsentrasi saat belajar atau saat akan mengerjakan ulangan atau ujian, tapi itu bukan untuk kasus yang tengah dialami oleh anak saya di pagi hari tersebut. Saat itu, anak saya takut karena merasa tidak siap untuk ulangan dan juga takut untuk menghadapi gurunya yang tidak suka pada anak yang datang sekolah kesiangan. ( hey, walaupun untuk kita orang dewasa dimarahi guru adalah hal yang engga gimana-gimana amat, tapi untuk anak-anak apalagianak yang panikan - menghadapi guru yang galak benar-benar adalah sebuah bahaya yang nyata. Selain itu, jujur saja, tidak ada cara lain untuk selamat dari kesiangan datang ke sekolah). Untuk itu, anak coba diarahkan untuk belajar menghadapi ketakutannya dan pasrah. To fight, not

to flight. Harus tetap berangkat sekolah, walaupun pasti kesiangan, walaupun mungkin dimarahi
gurunya, walaupun mungkin malu pada teman-teman, dan walaupun mungkin perlu ulangan susulan kalau nilainya jelek. Mendukung anak untuk menghadapi ketakutannya lebih baik daripada membiarkannya menghindari ketakutan, yang kelak akan membiasakannya untuk selalu lari dari masalah. Untuk kondisi panik yang lebih darurat, orangtua dapat melakukan teknik pernapasan yogabersama anak yang dinamakan Bear Hug Breath. Caranya: Peluk anak dengan erat.

Temukan detak jantung anak.Kemudian minta anak untuk bernapas mengikuti ritme napas anda. Bernapaslah perlahan dan dalam. Lakukan sampai anda bisa merasakan ketegangan yang mereda dari tubuh anak, dan jantungnya berdetak lebih perlahan. Setelah anak lebih tenang dan pasrah, tetap temani anak dan bantu ia untuk menyelesaikan masalahnya, karena kondisi tenang tersebut masih kondisi ketenangan yang labil. Ketenangan yang sebenarnya baru bisa dirasakan setelah anak melalui masalahnya. Akhirnya, anakku pun mau berangkat sekolah dalam ketenangan yang labil, dan juga janji dari mamanya: nanti mama bbm ibu guru di sekolah ya, minta maaf karena kakak datang sekolah

terlambat,
Dan juga teriring doa, Selamat ujian anakku sayang. Mama doakan semoga ulangannya hari ini

lancar, dan dirimu senang berada di sekolah. Amin.'


Dan siang harinya, saat jam istirahat, mama pun menyempatkan diri untuk menelepon anaknya via hp ibu guru. Dari suaranya, sang anak terdengar sangat gembira memberitakan bahwa kedua ulangannya mendapat nilai 9! :) Hebat ! Selamat ya anakku. Benar-benar.. Ketakutan kita memang seringkali tidak masuk akal.

Semoga bermanfaat. Namaste. Pujiastuti Sindhu " No matter what the situation, remind yourself ' I have a choice ' '" - Deepak Chopra

Artikel yang sama dapat di lihat di http://www.yogaleaf.com/index.php?option=comacontent&view=article&id=126:consciousparenting-tips-mengatasi-kepanikan-anak-dengan-yoga&catid=4:article&Itemid=36

Anda mungkin juga menyukai