Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

POLA PENALARAN DALAM TULISAN ILMIAH

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah: Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu: Dra. Novi Resmini, M.Pd

Oleh:
1. Aulia Meizia Shagita (21110067)
2. Izza Nur Lathifa Siregar (21110077)
3. Roslina Hanifah Wijaya (21110087)

KELAS U3
ADMINISTRASI BISNIS SEKTOR PUBLIK
POLITEKNIK STIA LAN BANDUNG
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pola Penalaran Dalam
Karya Ilmiah” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah bahasa indonesia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang pola penlaran bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Dra. Novi Resmini, M.Pd, selaku dosen
mata kuliah bahasa indonesia yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Bandung, 17 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................1
1. Apa pengertian pola penalaran?.................................................................................................1
2. Apa saja ciri-ciri pola penalaran?...............................................................................................1
3. Metode apa saja yang digunakan dalam pola penalaran?...........................................................1
4. Apa ciri deduktif?......................................................................................................................1
5. Bagaimana pola paragraf deduktif?...........................................................................................1
6. Apa yang dimaksud menulis sebagai proses belajar?.................................................................1
7. Bagaimana keterkaitan penalaran dalam tulisan ilmiah?............................................................1
8. Mengapa fakta sebagai unsur dalam penalaran ilmiah?.............................................................1
9. Bagaimana penarikan Simpulan Deduktif Langsung dan Tidak Langsung?..............................1
10. Apa saja macam penalaran Induktif dan Deduktif?................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................................1
D. Manfaat Penelitian...................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................3
A. Landasan Teoriti......................................................................................................................3
1. Pola........................................................................................................................................3
2. Penalaran...............................................................................................................................3
3. Karya Ilmiah...........................................................................................................................4
B. Analisis......................................................................................................................................4
1. Pengertian penalaran................................................................................................................4
2. Ciri-ciri pola penalaran...........................................................................................................5
3. Metode yang digunakan dalam penalaran............................................................................5
4. Ciri deduktif...........................................................................................................................8
5. Pola Paragraf Deduktif...........................................................................................................8
6. Menulis sebagai proses belajar..............................................................................................8
7. Keterkaitan penalaran dan proses penulisan ilmiah..............................................................9
8. Fakta sebagai unsur dalam penalaran ilmiah.........................................................................9
9. Penarikan Simpulan Deduktif Langsung dan Tidak Langsung...............................................10
10. Macam-Macam Penalaran Induktif dan Deduktif..................................................................14
BAB III ..………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 18
A. Kesimpulan............................................................................................................................18
B. Saran.......................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan digital kita dihadapi dengan informasi yang belum tentu
kebenarannya (hoax). Sehingga peristiwa ini mengharuskan kita untuk berpikir logis,
memahami informasi tersebut, mencari solusi dan fakta agar tidak termakan berita
bohong. Oleh karena itu, penalaran dapat membantu kita untuk berpikir kritis. Sebab
dengan penalaran kita diarahkan untuk mengetahui pemahaman dan penarikan
kesimpulan berdasarkan fakta, informasi, dan bukti. Sehingga menghasilkan suatu
informasi yang sesuai dengan fakta. Dalam pola penalaran kita memerlukan metode
penalaran deduktif atau cara berfikir dengan menarik kesimpulan dari pernyataan
khusus ke umum dan induktif yaitu penarikan kesimpulan dari pernyataan umum ke
khusus. Sehingga, pola penalaran merupakan hal yang penting dalam tulisan ilmiah
dengan mengesampingkan emosi dan nilai subjektif tetapi mengutamakan fakta,
informasi, pengalaman atau pendapat ahli.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pola penalaran?
2. Apa saja ciri-ciri pola penalaran?
3. Metode apa saja yang digunakan dalam pola penalaran?
4. Apa ciri deduktif?
5. Bagaimana pola paragraf deduktif?
6. Apa yang dimaksud menulis sebagai proses belajar?
7. Bagaimana keterkaitan penalaran dalam tulisan ilmiah?
8. Mengapa fakta sebagai unsur dalam penalaran ilmiah?
9. Bagaimana penarikan Simpulan Deduktif Langsung dan Tidak Langsung?
10. Apa saja macam penalaran Induktif dan Deduktif?
C. Tujuan
Tujuan pembahasan makalah ini adalah memaparkan keterkaitan pola penalaran
dalam tulisan ilmiah
D. Manfaat Penelitian
Penulisan ini mempunyai beberapa kegunaan penelitian yaitu

1
1. Bagi penulis, menambah wawasan dan pengetahuan tentang keterkaitan pola
penalaran dalam tulisan ilmiah
2. Menambah referensi serta pengetahuan bagi pembaca
3. Memberikan informasi kepada pembaca.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Teoriti
1. Pola
Menurut Rusmi Susila (2020), Pola adalah bentuk atau model (atau, lebih abstrak, suatu
set peraturan) yang bisa dipakai untuk membuat atau untuk menghasilkan suatu atau bagian
dari sesuatu, atau dengan kata lain pola adalah cara yang digunakan guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran dan mendinamisasikan proses belajar mengajar. 
Menurut Colin English Dictionary, dalam Abayusaputra (2012), pola (pattern) adalah: 1.
Pola merupakan susunan dari unsur-unsur atau suatu bentuk- bentuk tertentu (arrangement of
lines, shapes). ... Pola di sini diartikan sebagai cara kerja yang tersusun dari unsur- unsur atau
bentuk-bentuk tertentu, yang itu berdasarkan dari teori-teori yang ada.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata pola adalah gambar yang
dipakai untuk contoh batik. Arti lainnya dari polaadalah bentuk (struktur) yang tetap. Contoh:
pola kalimat, dalam puisi,pola adalah bentuk sajak yang dinyatakan dengan bunyi, gerak kata,
atau arti.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkaan pola adalah bentuk, unsur,
gambar, struktur yang dipakai untuk menghasilkan suatu bagian dari sesuatu berdasarkan
teori-teori yang ada.

2. Penalaran

Menurut Bakry (1986:1) dalam suci mutiara, penalaran atau reasoning merupakan suatu
konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada
suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui.

Sedangkan menurut Suriasumantri (2001:42) dalam suci mutiara, penalaran adalah suatu


aktivitas berpikir dalam pengambilan suatu simpulan yang berupa pengetahuan. Lain halnya
menurut Gorys Keraf (1985:5) dalam suci mutiara, penalaran adalah suatu proses berpikir
dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, menuju kepada suatu
kesimpulan.

3
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan, penalaran adalah suatu proses
pemikiran dalam pengabilan suatu simpulan dengan menghubungkan bukti, fakta, petunjuk
atau eviden dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui

3. Karya Ilmiah

Menurut Eko Susilo dalam Aris Kurniawan, karya ilmiah adalah Artikel yang diperoleh
sesuai dengan sifat ilmiah dan didasarkan pada observasi, evaluasi, penelitian dalam bidang
tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan bahasa bersantun dan
isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya / keilmiahannya.

Lalu menurut Dwiloka dan Riana dalam Aris Kurniawan Karya ilmiah atau artikel ilmiah
adalah karya seorang ilmuwan (dalam bentuk pembangunan) yang ingin mengembangkan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang diperoleh melalui literatur, koleksi pengalaman,
penelitian. Sedangkan, Menurut Maryadi dalam Harun dalam Aris Kurniawan
Mendefinisikan karya ilmiah “kerja yang berisi dan menilai masalah tertentu dengan
menggunakan kaidah ilmu”.

Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulan, Karya Ilmiah adalah karya baik itu
artikel maupun kerja yang berisi ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang diperoleh sesuai
dengan menggunakan kaidah ilmu ilmiah dan didasarkan berdasarkan observasi, evaluasi,
penelitian dalam bidang tertentu.

B. Analisis
1. Pengertian penalaran

Menurut piaget dalam Ahlisna Fuadah, beliau telah melakukan peneliti mengenai
hubungan pikiran dan bahas. Menurutnya ada dua macan modus pikirian terarah (directed)
atau pikiran intelegen (intelligent) dan pikiran tak terarah atau pikiran austitik (austitic).

Sedangkan menurut Boas dalam Ahlisna Fuadah, Boas melihat bahwa cara berfikir
seseorang dipengaruhi oleh struktur bahasa yang menereka pakai (Dardjowidjojo 2003:284).
Lain halnya menurut Shurter dan Pierce (dalam Shofiah, 2007 : 14) menjelaskan bahwa
secara garis besar terdapat dua jenis penalaran yaitu penalaran deduktif dan penalaran
induktif. Penalaran deduktif adalah cara menarik kesimpulan khusus dari hal-hal yang

4
bersifat umum. Sedangkan penalaran induktif adalah cara menarik kesimpulan yang bersifat
umum dari kasus-kasus yang bersifat khusus.

Menurut Suriasumantri (dalam Shofiah, 2007 :15) penalaran induktif adalah suatu proses
berpikir yang berupa penarikan kesimpulan yang umum atau dasar pengetahuan tentang hal-
hal yang khusus. Artinya,dari fakta-fakta yang ada dapat ditarik suatu kesimpulan.
Kesimpulan umum yang diperoleh melalui suatu penalaran induktif ini bukan merupakan
bukti. Hal tersebut dikarenakan aturan umum yang diperoleh dari pemeriksaan beberapa
contoh khusus yang benar, belum tentu berlaku untuk semua kasus.

2. Ciri-ciri pola penalaran

Menurut Imron Mustofa, penalaran dalam fungsinya sebagai kegiatan berfikir tentunya
memiliki karakteristik atau ciri-ciri tertentu. Pertama, adanya pola berfikir yang secara luas
(logis), hal inilah yang sering disebut sebagai logika. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa
setiap usaha penalaran mempunyai logikanya tersendiri karena ia merupakan sebuah proses
berfikir.15 Sehingga Berfikir secara logis dapat dimaknai sebagai suatu pola, dan ketentuan
tertentu yang digunakan dalam proses berfikir. Maka dari itu sebuah kerangka logika dalam
satu hal tertentu sangat mungkin dianggap tidak logis

3. Metode yang digunakan dalam penalaran

Menurut Ahlisna Fuadah (2019), metode yang digunakan ada dua, metode induktif dan
deduktif.

 Metode Induktif

Penalaran induksi adalah penalaran yang dimulai dari peristiwa peristiwa yang khusus
kemudian beranjak ke peristiwa yang sifatnya umum. Secara umum penalaran induksi dibagi
menjadi tiga, yaitu :

a. Penalaran Generalisasi

Penarikan penalaran berdasarkan data yang sesuai dengan fakta (data). Fakta atau data
dapat diperoleh melalui penilaian, pengamatan, atau hasil survei. Jumlah data atau fakta
khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili. Jenis penalaran ini dimulai
dengan mengemukakan peristiwa-peristiwa yang khusus kemudian menuju

5
peristiwaperistiwa yang umum. Contohnya adalah: Bensin merupakan jenis bahan bakar
apabila terkena api akan mudah terbakar. Demikian juga minyak tanah, termasuk bahan bakar
yang mudah terbakar. Solar pun demikian pula halnya, bila terkena api akan mudah terbakar.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa semua jenis bahan bakar
apabila terkena api akan mudah terbakar. Dua anak kecil ditemukan tewas di pinggir Jalan
Jendral Sudirman. Seminggu kemudian, seorang anak wanita hilang ketika pulang dari
sekolah. Sehari kemudian, polisi menemukan bercak-bercak darah dikursi belakang mobil
Anwar. Polisi juga menemukan potret dua orang anak yang tewas di Jalan Jenderal Sudirman
dalam kantung celana Anwar. Dengan demikian, Anwar adalah orang yang dapat dimintai
pertanggung jawaban tentang hilangnya tiga anak itu.

b. Penalaran Analogi

Berdasarkan banyaknya kesamaan tersebut ditariklah suatu kesimpulan. Penalaran jenis ini
berdasarkan dari dua peristiwa khusus yang mempunyai kesamaan satu dengan yang lain
untuk diambil kesimpulan : Apakah apa yang berlaku pada satu hal itu berlaku pada sesuatu
hal lainnya. Contohnya adalah : Orang yang tidak memiliki tujuan dalam hidupnya tidak akan
menjalani hidupnya dengan baik, ia akan selalu dalam keraguan, sama seperti seseorang yang
hidup di dalam rumah tanpa penerangan. Ia akan berjalan tak tahu arah, tak jelas kemana ia
berjalan sehingga ia akan mudah tertabrak benda yang ada disekitarnya. Seorang bayi
dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih. Bayi akan Dibentuk pribadinya sesuai
dengan didikan yang diterimanya seperti kertas putih dapat diisi dengan berbagai hal sesuai
dengan keinginan pemiliknya. Bila bayi dididik dengan baik maka akan seperti kertas yang
terisi dengan hal-hal yang baik dan bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya. Jadi,
membentuk kepribadian baik seseorang anak ibarat menulis kertas putih dengan hal-hal yang
bermanfaat.

c. Penalaran Sebab Akibat

Penalaran dimulai dengan mengemukakan fakta berupa sebab kemudian disusul dengan
kesimpulan yang berupa akibat. Penalaran jenis ini dimulai dengan mengemukakan peristiwa
peristiwa sampai dengan kesimpulan peristiwa itu merupakan akibat dari suatu fenomena.
Penalaran Induksi hubungan sebab akibat dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1. Hubungan Sebab Akibat

6
Pertama-tama dikemukakan peristiwa-peristiwa yang menjadi sebab, sampai
kemudian pada kesimpulan yang menjadi akibat. Contohnya adalah : Karena Surya jarang
mandi , maka dia sering sakit kulit. Karena kemarin Surya mandi dua kali sehari, maka hari
ini Surya tidak sakit kulit.

2. Hubungan Akibat Sebab

Pada awalnya dikemukakan peristiwa yang menjadi akibat selanjutnya dikemukakan


peristiwa-peristiwa yang menjadi penyebabnya. Contohnya adalah : Tulungagung termasuk
daerah yang sering banjir, hal itu disebabkan warganya sering buang sampah sembarangan
dan drainase yang kurang baik. Fredo mendapat IPK 3.87, karena Fredo rajin membaca buku.

3. Hubungan Sebab Akibat 1 – Akibat 2

Dalam hubungan ini dikemukakan sebab dapat menimbulkan lebih dari satu akibat.
Akibat yang pertama dapat menjadikan sebab yang akan menimbulkan akibat yang kedua dan
seluruhnya. Contohnya adalah : Mang Kodir adalah seorang perokok berat, karena dia sering
merokok tanpa henti akhirnya dia menagalami radang paru-paru, tidak lama kemudian dia
dinyatakan radang paru-paru kronis oleh pihak rumah sakit. Andi keponakan mang Kodir
tiba-tiba batuk serta mengeluarkan darah padahal andi tidak merokok, setelah diperiksa
ternyata Andi menjadi seorang perokok pasif akibat mamangnya si Kodir.Jalur pendakian
Gunung Arjuno untuk sementara ditutup karena ada seorang bocak SMA hilang dan belum
ditemukan jasadnya hingga 21 Maret 2019, para tim SAR sudah berjuang semaksimal
mungkin melakukan pencarian hampir satu bulan penuh. MAPALA HIMALAYA organisasi
pencinta alam dari kampus IAIN Tulungagung yang akan berencana melakukan pendakian
bersama harus merubah jadwal pendakian ke gunung lainnya setelah mendengar kabar
tersebut.

 Metode Deduktif/Deduksi

Penalaran deduksi adalah penalaran yang dimulai dari peristiwa-peristiwa yang umum
mengarah pada kesimpulan yang khusus. Pada dasarnya merupakan penguraian atau
pembuktian sebuah kesimpulan kedalam data-data khusus. Pola penalaran ini diterapkan
dalam penulisan paragraf deduktif, yaitu pada paragraf yang kesimpulannya ditulis pada
awal. Contoh: Keberhasilan dunia pertanian membawa dampak pada peningkatan

7
kesejahteraan rakyat. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan pemuliaan tanaman.
Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi tanaman pangan. Usaha
tersebut diterapkan pada hampir semua jenis tanaman, misalnya: padi, palawija, buah, sayur
dan tanaman hias. Padi yang ditemukan sekarang mempunyai umur singkat, batang pendek,
dan butir gabah banyak. Buah-buahan yang dijual di pasar selalu berkualitas tinggi begitu
juga dengan sayur dan tanaman hias, semua menunjukkan kondisi baik.Jalur pendakian
Gunung Arjuno untuk sementara ditutup karena ada seorang bocak SMA hilang dan belum
ditemukan jasadnya hingga 21 Maret 2019, para tim SAR sudah berjuang semaksimal
mungkin melakukan pencarian hampir satu bulan penuh. MAPALA HIMALAYA organisasi
pencinta alam dari kampus IAIN Tulungagung yang akan berencana melakukan pendakian
bersama harus merubah jadwal pendakian ke gunung lainnya setelah mendengar kabar
tersebut.

4. Ciri deduktif

Menurut Wilman Juniardi (2020), Ciri-ciri jenis paragraf deduktif adalah sebagai berikut:

1. Kalimat utama atau ide pokok ada pada kalimat pertama paragraf.

2. Polanya umum-khusus-khusus-khusus.

3. Kalimat utama diperinci dengan kalimat penjelas

5. Pola Paragraf Deduktif

Menurut Aulia Bella (2021) terdapat beberapa pola dalam paragraf deduktif, terdiri atas:

 Diawali dengan pernyataan umum.


 Diikuti dengan pernyataan khusus.
 Diikuti dengan pernyataan khusus.
 Diikuti dengan pernyataan khusus.

6. Menulis sebagai proses belajar

Menurut Made Mudiartana (2010). Hubungan Menulis dengan Keterampilan Berbahasa


yang lain :

8
1. Hubungan Menulis dengan Membaca

Membaca dan menulis merupakan suatu kegiatan yang menjadikan penulis sebagai
pembaca dan pembca sebagai penulis. Seseorang akan mempu menulis setelah membaca
karya orang lain atau secara tidak langsung akan membaca karangannya sendiri. Ketika
seseorang membaca karangan orang lain ia akan berperan juga seperti penulis, ia akan
menemukan topik dan tujuan, gagasan, serta mengorganisasikan bacaan dari karangan yang
dibaca.

2. Hubungan Menulis dengan Menyimak

Seseorang akan dapat menulis setelah mendapat inspirasi, ide, gagasan dengan
menyimak dari berbagai sumber tak tercetak seperti radio, televisi, ceramah, pidato,
wawancara, diskusi, dan obrolan.

3. Hubungan Menulis dengan Berbicara

Menulis dan berbicara keduanya merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat


aktif produktif, artinya penulis dan pembicara berperan sebagai penyampai atau pengirim
pesan kepada pihak lain. Pesan yang disampaikan melalui media tulisan dapat diperoleh dari
hasil berbicara. Dan sebaliknya seseorang berbicara dapat mengambil konsep atau informasi
dari hasil tulisan sendiri atau orang lain.

7. Keterkaitan penalaran dan proses penulisan ilmiah

Bivit Anggoro & Uki Hares (2019), proses bernalar digunakan untuk menuangkan pikiran
atau gagasannya disertai kemampuan berbahasa melalui penulisan ilmiah berupa proposal
PKM. Hal itu dapat digunakan sebagai salah satu alternatif acuan mengadakan penelitian
mengenai hubungan penalaran dan bahasa terhadap keterampilan menulis karangan ilmiah
khususnya.

8. Fakta sebagai unsur dalam penalaran ilmiah

Menurut Eka Nurdiana (2015),penalaran adalah suatu proses berpikir yang berusaha
menghubungkan fakta-fakta dan bukti-bukti untuk menarik kesimpulan. Sehingga dapat

9
diketahui bahwa unsur dasar penalaran adalah fakta. Suatu pemikiran bisa disebut ilmiah
apabila terdapat fakta di dalamnya. Fakta sebagai unsur dasar penalaran memiliki jumlah
yang tidak terbatas. Karena itu, untuk memudahkan pemahaman perlu dibuat klasifikasi
fakta. Dalam membuat klasifikasi fakta diperlukan pengetahuan mengenai fakta yang
berhubungan karena klasifikasi berarti mengelompokkan fakta-fakta ke dalam suatu
hubungan yang logis berdasarkan suatu sistem. Untuk menetapkan apakah data atau
informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian
tersebut baru merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa
semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang atau penulis harus mengadakan
penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar
memperkuat kesimpulan yang akan diambil.

9. Penarikan Simpulan Deduktif Langsung dan Tidak Langsung

Menurut Ivans Ardiansyah, Penarikan simpulan (konklusi) secara deduktif dapat


dilakukan secara langsung dan dapat pula dilakukan secara tak langsung.

1. Menarik Simpulan secara Langsung 

Simpulan (konklusi) secara langsung ditarik dari satu premis. Sebaliknya, konklusi yang
ditarik dari dua premis disebut simpulan taklangsung.

Misalnya:Semua S adalah P. (premis)

Sebagian P adalah S. (simpulan)

Contoh:

Semua ikan berdarah dingin. (premis)

Sebagian yang berdarah dingin adalah ikan. (simpulan)Tidak satu pun S adalah P.
(premis)

Tidak satu pun P adalah S. (simpulan)

Contoh:

Tidak seekor nyamuk pun adalah lalat. (premis)

10
Tidak seekor lalat pun adalah nyamuk. (simpulan)Semua S adalah P. (premis)

Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)

Contoh:

Semua rudal adalah senjata berbahaya. (premis)

Tidak satu pun rudal adalah senjata tidak berbahaya. (simpulan)Tidak satu pun S adalah
P. (premis)

Semua S adalah tak-P. (simpulan)

Contoh:

Tidak seekor pun harimau adalah singa. (premis)

Semua harimau adalah bukan singa. (simpulan)Semua S adalah P. (premis)

Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)

Tidak satu pun tak-P adalah S. (simpulan)

Contoh:

Semua gajah adalah berbelalai. (premis)

Tak satu pun gajah adalah tak berbelalai. (simpulan)

Tidak satu pun yang tak berbelalai adalah gajah. (simpulan)

2. Menarik Simpulan secara Tidak Langsung 

Penalaran deduksi yang berupa penarikan simpulan secara tidak langsung


memerlukan dua premis sebagai data. Dari dua premis ini akan dihasilkan sebuah
simpulan. Premis yang pertama adalah premis yang bersifat umum dan premis yang
kedua adalah premis yang bersifat khusus. Untuk menarik simpulan secara tidak langsung
ini, kita memerlukan suatu premis (pernyataan dasar) yang bersifat pengetahuanyang
semua orang sudah tahu, umpamanya setiap manusia akan mati, semua ikan berdarah

11
dingin, semua sarjana adalah lulusan perguruan tinggi, atau semua pohon kelapa berakar
serabut. Beberapa jenis penalaran deduksi dengan penarikan secara tidak langsung
sebagai berikut.Silogisme KategorialYang dimaksud dengan kategorial adalah silogisme
yang terjadi dari tiga proposisi. Dua proposisi merupakan premis dan satu proposisi
merupakan simpulan. Premis yang bersifat umum disebut premis mayordan premis yang
bersifat khusus disebut premis minor. Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat.
Subjek simpulan disebut term minor dan predikat simpulan disebut term mayor.

Contoh:

Semua manusia bijaksana.

Semua polisi adalah bijaksana.

Jadi, semua polisi bijaksana.

Untuk menghasilkan simpulan harus ada term penengah sebagai penghubung antara
premis mayor dan premis minor. Term penengah adalah silogisme diatas ialah manusia.
Term penengah hanya terdapat pada premis, tidak terdapat pada simpulan. Kalau term
penengah tidak ada, simpulan tidak dapat diambil.

Contoh:

Semua manusia tidak bijaksana.

Semua kera bukan manusia.

Jadi, (tidak ada kesimpulan).

1. Silogisme Hipotesis

Silogisme hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi
kondisional hipotesis. Kalau premis minornya membernarkan anteseden, simpulannya
membenarkan konsekuen. Kalau premis minornya menolak anteseden, simpulan juga
menolak konsekuen.

Contoh:

Jika besi dipanaskan, besi akan memuai.

12
Besi dipanaskan.

Jadi, besi memuai.

Jika besi tidak dipanaskan, besi tidak akan memuai.

Besi tidak dipanaskan.

Jadi, besi tidak akan memuai.

2. Silogisme Alterntif

Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi
alternatif. Kalau premis minornya membenarkan salah satu alternatif, simpulannya akan
menolak alternatif yang lain.

Contoh:

Dia adalah seorang kiai atau profesor.

Dia seorang kiai.

Jadi, dia bukan seorang profesor.

Dia adalah seorang kiai atau profesor.

Dia bukan seorang kiai.

Jadi, dia seorang profesor.

3. Entimen

Sebenarnya silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam
tulisan maupun dalam lisan. Akan tetapi, ada bentuk silogisme yang tidak mempunyai
premis mayor karena premis mayor itu sudah diketahui secara umum. Yang dikemukakan
hanya premis minor dan simpulan.

Contoh:

Semua sarjana adalah orang cerdas.

13
Ali adalah seorang sarjana.

Jadi, Ali adalah orang cerdas.

Dari silogisme ini dapat ditarik satu entimen, yaitu “Ali adalah orang cerdas karena
dia adalah seorang sarjana”.

10. Macam-Macam Penalaran Induktif dan Deduktif

Menurut Aditya Dimas (2011), macam macam penalaran dari Induktif dan Deduktif
sebagai berikut :

1. Penalaran Induktif

Penalaran induktif yaitu proses berpikir untuk menarik kesimpulan berupa prinsip
atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus.

Macam-Macam Silogisme di dalam Penalaran Induktif:

Generalisasi

Proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat


tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum.

Contoh:

Jika ada udara, manusia akan hidup.

Jika ada udara, hewan akan hidup.

Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.

Jadi, jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.

Analogi

Cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat
yang sama.

Contoh:

14
Nina adalah lulusan Akademi Amanah.

Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Ali adalah lulusan Akademi Amanah.

Oleh Sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik

Hubungan Kausal

Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.

Macam hubungan kausal :

a. Sebab- akibat.

Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.

b. Akibat – Sebab.

Andika tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.

c. Akibat – Akibat.

Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan


jemuran di rumah basah.

2. Penalaran Deduktif

Penalaran deduktif yaitu cara berpikir dengan berdasarkan suatu pernyataan yang bersifat
umum untuk menarik kesimpulan yang khusus.

a. Silogisme Kategorial

Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang


kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor,
sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.

15
Silogisme kategorial terjadi dari tiga proposisi, yaitu:

a. Premis umum : Premis Mayor (My)

b. Premis khusus remis Minor (Mn)

c. Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)

Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan
predikat simpulan disebut term minor.

Contoh:

My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA

Mn : Badu adalah mahasiswa

K : Badu lulusan SLTA

b. Silogisme Hipotesis

Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
Konditional hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya
membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak
konsekuen.

Contoh :

My : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.

Mn : Air tidak ada.

K : Jadi, Manusia akan kehausan.

c. Silogisme Alternatif

Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif
yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan
menolak alternatif yang lain.

16
Contoh:

My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.

Mn : Nenek Sumi berada di Bandung.

K : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

d. Silogisme Entimen

Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun
lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.

Contoh:

a. Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.

b. Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima
hadiahnya.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang sudah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa


terdapat dua macam pola penalaran dalam karya tulis ilmiah, yaitu penalaran deduktif
dan penalaran induktif

Penalaran deduktif yaitu cara berpikir dengan berdasarkan suatu pernyataan yang
bersifat umum untuk menarik kesimpulan yang khusus. Penalaran induktif yaitu proses
berpikir untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum
berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus.

B. Saran

Kita sebagai seorang mahasiswa sangat dianjurkan untuk mengetahui dan memahami
apa yang dimaksud dengan pola penalaran dalam karya tulis ilmiah, baik yang sifatnya
deduktif maupun induktif. Dengan memahami maksud dari pola penalaran, tentunya
akan berpengaruh terhadap pola pikir yang dikembangkan baik dalam menghadapi
maupun menyimpulkan suatu masalah. Maka dari itu pola penalaran sangat penting
untuk kita sebagai seorang mahasiswa.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Susila, Rusmi. 2020. “Pola pembelajaran ketika dilanda COVID-19”,


https://kalbar.kemenag.go.id/en/opini/pola-pembelajaran-ketika-dilanda-covid-19,
diakses pada 18 September 2021 pukul 10.00
2. Abayusaputra. 2012. “Bab II Landasan Teori”,
http://etheses.iainkediri.ac.id/573/3/933500307-abayusaputra-2012%20bab%202.pdf,
diakses pada 19 September 2021 pukul 12.57
3. KBBI. “Arti Pola”, https://lektur.id/arti-pola/ diakses pada 19 September 2021 pukul
13.02
4. Mutiara, Suci. 2015. “penalaran”,
https://www.trigonalmedia.com/2015/08/penalaran.html?m=1, diakses pada19
September 2021 pukul 07.00
5. Kurniawan, Aris. 2021. “Karya Ilmiah – Pengertian, Tujuan, Manfaat, Bentuk,
Struktur, Komponen, Sikap, Macam, Ciri, Para Ahli”,
https://www.gurupendidikan.co.id/karya-ilmiah/, diakses pada 19 September 2021
pukul 07.05
6. Ahlisna Fuadah,Eta Anggara, Fredi Kiki Andiano. 2019. “Penalaran deduktif dan
induktif”,
https://www.academia.edu/38879112/Penalaran_Deduktif_dan_Induktif, diakses pada
19 September 2021 pukul 09.04
7. Mustofa, Imron. 2018. “Jendela Logika dalam Berfikir: Deduksi dan Induksi
sebagai Dasar Penalaran Ilmiah”,
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=525717&val=10748&title=Jendela%20Logika%20dalam%20Berfikir;
%20Deduksi%20dan%20Induksi%20%20sebagai%20Dasar%20Penalaran%20Ilmiah,
diakses pada 19 September 2021 pukul 09.48
8. Juniardi, Wilman. 2020. “Paragraf Deduktif dan Induktif: Pengertian dan Contoh-
contohnya”, https://www.quipper.com/id/blog/mapel/bahasa-indonesia/paragraf-
deduktif-dan-induktif, diakses pada 19 September 2021 pukul 10.37
9. Bella, Aulia. 2021. “Pengertian Paragraf Deduktif”, https://pakdosen.co.id/paragraf-
deduktif/, diakses pada 19 September 2021 pukul 10.54

19
10. Bivit Anggoro & Uki Hares. 2019. “penalaran dan bahasa sebagai dasar penulisan
ilmiah”, http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa/article/download/881/794/,
diakses pada 19 September 2021 pukul 11.20
11. Nurdiana, Eka. 2015. “Fakta sebagai unsur dalam penalaran ilmiah”,
https://ekanurdianaa.wordpress.com/2015/03/28/fakta-sebagai-unsur-dalam-
penalaran-ilmiah/, diakses pada 19 September 2021 pukul 11.55
12. Ardiansyah, Ivans. 2016. “Penalaran Deduktif”,
http://ivansa.github.io/tulisan/penalaran-deduktif/, diakses pada 12.28
13. Dimas, Aditya. 2011. “Macam-macam penalaran”,
http://raveltglory.blogspot.com/2011/10/macam-macam-penalaran.html?m=1, diakses
pada 12.37

20

Anda mungkin juga menyukai