Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Menjelang Ajal dan
Paliatif dengan dosen pengampu Dr. Rondhianto, S. Kep., Ns., M. Kep.
Disusun oleh:
Kelompok 17 / B 2020
Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Menjelang Ajal dan
Paliatif dengan dosen pengampu Dr. Rondhianto, S. Kep., Ns., M. Kep.
Disusun oleh:
2
HALAMAN PENGESAHAN
Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan salah satu tugas Mata Kuliah
Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif dan telah disetujui pada tanggal 15
September 2022
Oleh:
Dosen Pembimbing
NIP. 198303242006041002
Mengetahui
NIP. 198303242006041002
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan nikmat, hidayah, dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
Analisis Model Perawatan Paliatif: Rodgers’ Evolutionary Concept Analysis
dengan tepat waktu sebagaimana mestinya. Dalam penyusunan tugas ini, kami
mendapatkan banyak hambatan dan rintangan. Namun, dengan adanya bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak, kami dapat mengatasi hambatan tersebut dengan
lancar tanpa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Maka dari itu, kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Rondhianto, S. Kep., Ns., M. Kep., selaku dosen pengampu sekaligus
Penanggung Jawab Mata Kuliah Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif;
2. Segenap rekan yang telah ikut serta berpartisipasi dalam pembuatan tugas ini.
Kami menyadari bahwa tugas yang telah kami susun masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami menyampaikan permohonan maaf jika terdapat
kesalahan dalam penyusunan tugas. Kami juga mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan tugas ini. Semoga tugas yang kami sajikan dapat
bermanfaat bagi kita semua dan dapat menjadi tambahan ilmu untuk ke depannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ i
ABSTRAK ............................................................................................................. v
2.3.2 Screening................................................................................................ 5
3.1.1. Definisi............................................................................................ 13
iii
3.1.2. Tujuan ............................................................................................ 13
BAB 4 PENUTUP................................................................................................ 21
iv
ABSTRAK
v
BAB 1 PENDAHULUAN
Di negara-negara miskin, di mana 98% dari 40 juta orang dengan kondisi kronis
memerlukan perawatan paliatif, hanya 14% yang terbukti menerima perawatan
paliatif, dan 86% tidak. Peraturan dan kebijakan perawatan paliatif yang
dikeluarkan oleh Kemenkes RI No. 812/Menkes/SK/VII/2007 mengenai peraturan
perawatan paliatif, masih banyak rumah sakit di Indonesia yang tidak memahami
bahwa perawatan paliatif harus diberikan kepada pasien, terutama untuk pasien
yang sakit parah (Kementerian Kesehatan, 2017).
1
1.1.2. Apa tujuan dari Selfcare Deficit Theory?
1.1.3. Apa asumsi dasar dari Selfcare Deficit Theory?
1.1.4. Apa konsep utama dari Selfcare Deficit Theory?
1.1.5. Bagaimana mekanisme dan regulasi Selfcare Deficit Theory?
1.1.6. Bagaimana implikasi dan rekomendasi Selfcare Deficit Theory?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dibuatnya tugas ini yaitu untuk mengetahui Selfcare
Deficit Theory yang digunakan dalam keperawatan paliatif dan
menjelang ajal.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan dibuatnya makalah ini untuk mengetahui definisi, tujuan,
asumsi dasar, konsep utama, mekanisme dan regulasi terkait
Selfcare Deficit Theory yang digunakan dalam keperawatan paliatif
dan menjelang ajal.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Pembaca
Manfaat penulisan makalah ini bagi pembaca yaitu menjadi sumber
referensi dan informasi bagi pembaca agar mengetahui bagaimana
Selfcare Deficit Theory yang digunakan dalam keperawatan paliatif
dan menjelang ajal.
1.4.2 Manfaat bagi Penulis
Manfaat bagi penulis adalah dapat menambah wawasan mengenai
Selfcare Deficit Theory yang digunakan dalam keperawatan paliatif
dan menjelang ajal.
1.4.3 Manfaat bagi Institusi
Manfaat bagi instansi akademik yaitu dapat digunakan sebagai
referensi bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu yang
berkaitan dengan Selfcare Deficit Theory yang digunakan dalam
keperawatan paliatif dan menjelang ajal.
2
BAB 2 METODE PENELITIAN
3
2.2 Kriteria Inklusi dan Ekslusi
Kriteria Inklusi Ekslusi
Population/problem Patient with diabetes Healthy patient and
mellitus Patients other than
diabetes mellitus
Intervention Self care and Self-care No intervention
deficit
Comparation No comparation No comparation
Study design Literature review, case report
systematic review,
experimental
Publication years Post 2018 Pre 2018
Language English, Indonesian Language other than
English and Indonesian
4
2.3.2 Screening
5
2.3.3 Eligibility (JBI Critical Appraisal)
Not
Yes No Unclear
applicable
2.3.4 Included
Setelah artikel memenuhi kelayakan maka didapatkan artikel yang akan diteliti
sejumlah 10 artikel terindeks SCOPUS dari database Google Scholar.
6
2.4 Analisis Studi Literature dengan Rodgers Evolutionary Concept
Tujuan dari analisis literature yaitu ingin memperjelas mengenai
pemberdayaan perawatan diri pada pasien Diabetes. Kami mengadopsi analisis ini
dengan menggunakan evolusi Rodgers dengan menganalisis pendekatan analisis
konsep untuk mengetahui bagaimana pemberdayaan perawatan diri atau self-care
pada pasien dengan Diabetes, kata kunci pencarian artikel yaitu self-care dan
Diabetes. Tahun publikasi literature yang kami telusuri minimal 5 tahun terakhir
yaitu 2018-2022. Kami mengambil 10 jurnal yang terindeks SCOPUS dan
melakukan analisis secara tekstual, kemudian dalam mendapatkan hasil
pemahaman terhadap jurnal, kami mendokumentasikan deskripsi dan penggunaan
konsep. Kemudian untuk menjelaskan konsep karakteristik kami mengkategorikan
dengan menggunakan atribut, anteseden, dan konsekuensinya. Kami menyusun
setiap kategori, membuat diagram konseptual dan mengidentifikasi konsep. Dari
analisis tersebut kami memberi saran untuk memberi kuisioner kepada klien agar
nantinya pemberdayaan perawatan diri lebih optimal.
RESULT
7
(Lee et al., Perawatan Diri, pendekatan yang berpusat Pengobatan Pemberdayaan
2019) self-efficacy pada pendidik yang kooperati yang membantu pasien
berfokus pada melibatkan pasien untuk melakukan
penyediaan informasi dan staf medis perilaku perawatan
untuk model dengan dengan diri yang mereka
pemberdayaan di mana menggunakan pilih dan bekerja
pasien mengadopsi komunikasi sama secara aktif
perawatan diri perilaku. terbuka dengan tenaga
medis, selama
berada di pusat
diabetes
8
konteks melakukan praktik
profesional dan perawatan diri
bukan
profesional,
mengelola
hambatan dan
pendukung dalam
melakukan
perawatan diri
9
mengontrol kadar
glukosa darah
10
intervensi edukasi
perawatan diri
11
dan persepsi kesehatan sehingga tidak mengenai diabetes meminimalkan
perawatan dalam melakukan dan pencegahan terjadinya stigma
kesehatan perilaku perawatan diri yang buruk
sehingga dapat
melakukan
perawatan diri
dengan baik
12
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1.2. Tujuan
Tujuan keperawatan pada model Orem secara umum adalah:
13
Menggambarkan atau menjelaskan tentang perawatan diri sendiri dalam
suatu kontribusi berkelanjutan pada orang dewasa bagi eksistensi,
kesehatan dan kesejahteraannya. Dapat pula diartikan sebagai latihan
aktifitas yang individumya dalam memulai dan menampilkan
kepentingan mereka dalam mempertahankan hidup, kesehatan dan
kesejahteraan.
Didalam mencapai perawatan mandiri ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi, yaitu:
a. Universal selfcare requisites
Hal umum bagi seluruh manusia meliputi pemenuhan kebutuhan
udara, air, makanan, kebersihan, aktifitas dan istirahat, menyendiri
dan interaksi sosial, pencegahan dari bahaya, dan pengenalan fungsi
mahluk hidup. Delapan syarat-syarat ini akan mempengaruhi
perbuatan manusia yang akan membawa pada kondisi internal dan
eksternal yang dapat mempertahankan fungsi dan struktur manusia,
yang pada akhirnya akan mendukung pertumbuhan manusia dan
kedewasaannya.
b. Developmental selfcare requisites
Mempelajari proses-proses kehidupan, pendewasan dan
pencegahan terhadap kondisi-kondisi yang merusak kedewasaan
atau dapat mengurangi efek efek tersebut Masing-masing tahap
perkembangan manusia mulai dari fetal termasuk kelahiran,
neonatal, infant, anak-anak dan remaja, dewasa, kehamilan pada
remaja maupun dewasa memiliki karakteristik kebutuhan perawatan
diri yang berbeda-beda.
c. Health deviation selfcare requisites
Biasa disebut juga dengan self-care needs. Mempelajari
bagaimana memenuhi kebutuhan manusia dengan menghubungkan
faktor genetik dan gangguan yang menetap, gangguan struktur dan
fungsi manusia atau ketidakmampuan, atau efek dari pengobatan dan
tindakan. Orem (2007) menyebutkan bahwa self-care needs
memiliki tiga kategori yaitu: (1) Universal. adalah kebutuhan yang
14
dimiliki oleh setiap individu. (2) Developmental, yaitu kebutuhan
yang diakibatkan adanya maturasi atau perkembangan dari suatu
kondisi, dan (3) Health Deviation, yaitu kebutihan yang diakibatkan
karena adanya suatu penyakit, injury, kondisi sakit maupun
perawatannya.
2. Ketidakmampuan Perawatan Mandiri (Selfcare Deficit)
Selfcare Deficit adalah suatu kondisi manakala seseorang
mengalami ketidakmampuan atau ketidakpedulian pada dirinya sendiri.
Ketidak mampuan klien ini memerlukan agen keperawatan yang
mempunyai kemampuan khusus untuk memberikan perawatan yang akan
menggantikan kerugian atau memberikan bantuan dalam mengatasi
penurunan kesehatan.
Terkait hal tersebut dikeral adanya agen keperawatan yang
mempunyai kemampun khusus yang memungkinkan mereka
memberikan perawatan yang akan menggantikan kerugian atau hantuan
dalam mengatasi turunan kesehatan atau perawatan mandiri. Agen
keperawatan (Nursing agency) yaitu karakteristik orang yang mampu
memenuhi status perawatan dalam kelompok-kelompok sosial.
Sementara itu Orem (2007) menyebutkan juga bahwa selfcare agency
adalah individu yang dapat memberikan bantuan dalam kegiatan
perawatan diri. Ada tambahan tiga istilah yang berhubungan dengan
"Selfcare agency" yaitu "agent" "selfcare agent", "dependent care agent",
"Agent" adalah orang yang mengambi tindakan. "Selfcare agent" adalah
penyedia perawatan mandiri. Dependent care agent adalah
penyelenggara perawatan (misalnya keluarga).
3. Sistem-sistem Keperawatan (Nursing Systems)
Sistem-sistem keperawatan dibentuk ketika para perawat
menggunakan kemampuan kemampuan mereka untuk menetapkan,
merancang, dan memberikan perawatan kepada pasien (sebagai individu
atau kelompok) Aksi-aksi ini atau sistem-sistem keperawatan ini
mengatur nilai kemampuan atau latihan kemampuan individu
dihubungkan dengan selfcare dan mempertemukan syarat-syarat
15
perawatan sendiri bagi individu dengan cara terapi yang tepat. Hal ini
menunjukkan bahwa pengembangan selfcare dibutuhkan Therapeutic
selfcare demand yang merupakan totalitas upaya- upaya perawatan
sendiri dengan menggunakan metode yang valid dan berhubungan
dengan perangkat atau penanganan. Aplikasinya dibutuhkan agen
perawatan sendiri, agen yang merawat secara mandiri, dan agen
perawatan dependen.
Orem mengemukakan adanya tiga tipe sistem keperawatan, yaitu:
a. Sistem penyeimbang keperawatan menyeluruh (Wholly / totally
compensatory nursing system)
Sistem penyeimbang keperawatan menyeluruh dibutuhkan ketika
perawat harus menjadi peringan bagi ketidakmampuan total seorang
pasien dalam hubungan kegiatan merawat yang membutuhkan
tindakan penyembuhan dan manipulasi. Perawat mengambil alih
pemenuhan kebutuhan selfcare secara menyeluruh kepada pasien
yang tidak mampu, misal: pada pasien koma atau pasien bayi.
b. Sistem Penyeimbang Sebagian (Partially/Partly compensatory
nursing system)
Perawat mengambil alih beberapa aktifitas yang tidak dapat
dilakukan oleh pasien dalam memenuhi kebutuhan selfcare-nya,
dijalankan pada saat perawat dan pasien menjalankan intervensi
perawatan atau tindakan lain yang melibatkan tugas manipulatif atau
penyembuhan, misal: pasien usia lanjut, pasien stroke dengan
kelumpuhan.
c. Sistem Mendukung/Mendidik (Supportif Educatif nursing system)
Perawat memberikan pendidikan kesehatan atau penjelasan untuk
memotivasi melakukan selfcare, tetapi yang melakukan selfcare
adalah pasien sendiri, misal: mengajarkan pasien merawat lukannya,
mengajarkan bagaimana menyuntik insulin Diperlukan pada situasi
dimana pasien harus belajar untuk menjalankan ketentuan yang
dibutuhkan secara eksternal atau internal yang ditujukan oleh
therapeutic selfcare. namun tidak dapat melakukan tanpa bantuan.
16
Metode bantuan diantaranya: tindakan, panduan, pelajaran,
dukungan dan memberikan lingkungan yang membangun
(Andriany, 2007).
1. Selfcare Teori
Selfcare ini berisi upaya tuntutan pelayanan diri yang The nepeutic
sesuai dengankebutuhan Perawatan diri sendiri adalah suatu langkah
awal yang dilakukan oleh seorang perawat yang berlangsung secara
continue sesuai dengan keadaan dan keberadaannya, keadaan kesehatan
dan kesempurnaan. Perawatan diri sendiri merupakan aktifitas yang
praktis dari seseorang dalam memelihara kesehatannya serta
mempertahankan kehidupannya. Terjadi hubungan antar pembeli
selfcare dengan penerima selfcare dalam hubungan terapi. Orem
mengemukakan tiga kategori / persyaratan selfcare yaitu: persyaratan
universal, persyaratan pengembangan dan persyaratan kesehatan.
Penekanan teori selfcare secara umum:
a. Pemeliharaan intake udara
b. Pemeliharaan intake air
c. Pemeliharaan intake makanan
d. Mempertahankankan hubungan perawatan proses eliminasi dan
eksresi
e. Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
f. Pemeliharaan keseimbangan antara solitude dan interaksi sosial
g. Pencegahan resiko-resiko untuk hidup, fungsi usia dan kesehatan
manusia
h. Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam
kelompok sosial sesuai dengan potensinya.
2. Selfcare Deficit
17
Teori ini merupakan inti dari teori perawatan general Orem, yang
menggambarkan kapan keperawatan di perlukan, oleh karena
perencanaan keperawatan pada saat perawatan yang dibutuhkan. Bila
dewasa (pada kasus ketergantungan, orang tua, pengasuh) tidak mampu
atau keterbatasan dalam melakukan selfcare yang efektif. Teori selfcare
deficit diterapkan bila:
Anak belum dewasa
a. Kebutuhan melebihi kemampuan perawatan
b. Kemampuan sebanding dengan kebutuhan tetapi diprediksi untuk
masa yang akan
c. datang, kemungkinan terjadi penurunan kemampuan dan
peningkatan kebutuhan.
3. Nursing system
Teori yang membahas bagaimana kebutuhan "Selfcare" pasien dapat
dipenuhi oleh perawat, pasien atau keduanya. Nursing system
ditentukan / direncanakan berdasarkan kebutuhan "Selfcare" dan
kemampuan pasien untuk menjalani aktifitas "Selfcare". Orem
mengidentifikasikan klasifikasi Nursing System:
a. The Wholly compensatory system Bantuan secara keseluruhan,
dibutuhkan untuk
b. klien yang tidak mampu mengontrol dan memantau lingkungannya
dan berespon
c. terhadap rangsangan.
d. The Partly compensantory system Bantuan sebagian, dibutuhkan
bagi klien yang
e. mengalami keterbatasan gerak karena sakit atau kecelakaan.
f. The supportive - Educative system Dukungan pendidikan
dibutuhkan oleh klien
g. yang memerlukannya untuk dipelajari, agar mampu melakukan
perawatan mandiri.
h. Metode bantuan
18
Perawat membantu klien dengan menggunakan system dan melalui
lima metode bantuan yang meliputi:
19
Pengaturan system keperawatan dihasilkan ketika berinteraksi dengan
pasien secara terus menerus untuk mencapai kemampuan terapi
perawatan diri yang telah ditentukan dan mengatur kemampuan untuk
mengembangkan perawatan diri (Orem & Suriyanto, 2018).
20
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Model keperawatan Orem merupakan model keperawatan yang
memfokuskan pada kemampuan keluarga untuk melakukan perawatan diri secara
mandiri sehingga dapat mencapai kemampuan untuk menjaga kesehatan dan
kesejahteraan mereka. Menurut Orem, ini bukan proses intuitif, tetapi perilaku yang
bisa dipelajari. Model konseptual Orem mengembangkan teori perawatan diri
melalui 3 (tiga) teori terkait, yaitu: Perawatan Diri (Self-care), Defisit Perawatan
Diri (Self-care deficit), dan Sistem Perawatan (Nursing System).
4.2 Saran
Dengan mengetahui tentang teori self-care deficit Orem, diharapkan
pembaca dapat menambah pengetahuan terkait perawatan diri sendiri secara
mandiri agar dapat mencapai derajat kesehatan yang maksimal. Sedangkan untuk
perawat diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kecakapan terkait teori
keperawatan, sehingga mencapai kemampuan teknikal dan sikap terapeutik.
21
DAFTAR PUSTAKA
Al Mahdi, F., Negara, C. K., & Basid, A. (2020). The Effect of Family
Empowerment in Nursing Implementation Toward Self-Efficacy among
Patients with Diabetes Mellitus. Indonesian Nursing Journal of Education and
Clinic (Injec), 5(2), 141. https://doi.org/10.24990/injec.v5i2.303
Alodhayani, A., Almutairi, K. M., Vinluan, J. M., Almigbal, T. H., Alonazi, W. B.,
Ali Batais, M., & Mohammed Alnassar, M. (2021). Association between self-
care management practices and glycemic control of patients with type 2
diabetes mellitus in Saud Arabia: A cross –sectional study. Saudi Journal of
Biological Sciences, 28(4), 2460–2465.
https://doi.org/10.1016/j.sjbs.2021.01.047
Andriany, M. (2007). Aplikasi Teori Self-Care Deficit Orem dalam Konteks Tuna
Wisma. Nurse Media, 1(1).
Bugajski, A., Frazier, S. K., Cousin, L., Rechenberg, K., Brown, J., Lengerich, A.
J., … Lennie, T. A. (2020). Effects of a Digital Self-care Intervention in Adults
with COPD: A Pilot Study. Western Journal of Nursing Research, 42(9), 736–
746. https://doi.org/10.1177/0193945919892282
Bukhsh, A., Goh, B. H., Zimbudzi, E., Lo, C., Zoungas, S., Chan, K. G., & Khan,
T. M. (2020). Type 2 Diabetes Patients’ Perspectives, Experiences, and
Barriers Toward Diabetes-Related Self-Care: A Qualitative Study From
Pakistan. Frontiers in Endocrinology, 11(November), 1–13.
https://doi.org/10.3389/fendo.2020.534873
Dedefo, M. G., Ejeta, B. M., Wakjira, G. B., Mekonen, G. F., & Labata, B. G.
(2019). Self-care practices regarding diabetes among diabetic patients in West
Ethiopia. BMC Research Notes, 12(1), 1–7. https://doi.org/10.1186/s13104-
019-4258-4
Degefa, G., Wubshet, K., Tesfaye, S., & Hirigo, A. T. (2020). Predictors of
Adherence Toward Specific Domains of Diabetic Self-Care Among Type-2
Diabetes Patients. Clinical Medicine Insights: Endocrinology and Diabetes,
22
13. https://doi.org/10.1177/1179551420981909
Kim, E. J., & Han, K. S. (2020). Factors related to self-care behaviours among
patients with diabetic foot ulcers. Journal of Clinical Nursing, 29(9–10),
1712–1722. https://doi.org/10.1111/jocn.15215
Lee, S. K., Shin, D. H., Kim, Y. H., & Lee, K. S. (2019). Effect of diabetes
education through pattern management on self-care and self-efficacy in
patients with type 2 diabetes. International Journal of Environmental
Research and Public Health, 16(18). https://doi.org/10.3390/ijerph16183323
Mills, J., Wand, T., & Fraser, J. A. (2018). Exploring the meaning and practice of
self- care among palliative care nurses and doctors : a qualitative study. 1–
12.
Muhlisin, A., & Irdawati. (2010). Teori self care dari Orem dan pendekatan dalam
praktek keperawatn. Berita Ilmu Keperawatan, 2(2), 97–100.
Orem, D. E., & Suriyanto, J. (2018). Makalah Teori Model Konsep Keperawatan
“Dorrothea E Orem.” Poltekes Kemenkes Surakarta Tahun 2018, 11.
23
LAMPIRAN: Artikel yang dianalisis
1) Effect of Diabetes Education Through Pattern Management on Self-Care
and Self-Efficacy in Patients with Type 2 Diabetes
24
2) Type 2 Diabetes Patients' Perspectives, Experiences, and Barriers Toward
Diabetes-Related Self-Care: A Qualitative Study From Pakistan
25
3) Effects of a Digital Self-care Intervention in Adults with COPD: A Pilot
Study
26
4) Factors related to self-care behaviours among patients with diabetic foot
ulcers
27
5) Exploring the meaning and practice of self-care among palliative care
nurses and doctors: a qualitative study
28
6) Self-care practices regarding diabetes among diabetic patients in West
Ethiopia
29
7) The Effect of Family Empowerment in Nursing Implementation Toward
Self-Efficacy among Patients with Diabetes Mellitus
30
8) Weight stigma and diabetes stigma in U.S. adults with type 2 diabetes:
Associations with diabetes self-care behaviors and perceptions of health care
31
9) Association between self-care management practices and glycemic control
of patients with type 2 diabetes mellitus in Saud Arabia: A cross–sectional
study
32
10) Predictors of Adherence Toward Specific Domains of Diabetic Self-Care
Among Type-2 Diabetes Patients
33
UNIVERSITAS JEMBER KODE
HASIL DISKUSI
Tuliskan hasil analisis artikel dibagian ini!
ARTIKEL 1
Judul artikel : Association between self-care management practices and glycemic control of
patients with type 2 diabetes mellitus in Saud Arabia: A cross –sectional study
Sumber artikel : Sumber data sekunder yang didapatkan berupa artikel atau jurnal yang dipilih
melalui publikasi Google scholar terindeks SCOPUS.
Tanggal akses : diakses pada tanggal 5 oktoberi 2022
7. Global Issues: Karakteristik penelitian mungkin dibatasi oleh struktur sampel dan
pengaturannya yang tidak dapat digeneralisasi dan tidak mencerminkan praktik
manajemen perawatan diri pasien DMT2 di Arab Saudi. Meskipun pasien dikumpulkan
dari dua rumah sakit, pengaturan penelitian ini dianggap sebagai rumah sakit tersier dan
rujukan di Arab Saudi. Selain itu, sampel kami mungkin menandakan pasien yang
membaik secara fisik karena beberapa pasien dengan DMT2 serius mungkin tidak mampu
membuat janji temu di rumah sakit dan mungkin lebih bergantung pada kunjungan rumah
dengan dokter atau perawat mereka. Temuan ini dapat membantu peneliti masa depan di
bidang klinis sebagai dasar praktik manajemen perawatan diri pasien DMT2 di Arab
Saudi.
ARTIKEL 2
Judul artikel : The Effect of Family Empowerment in Nursing Implementation Toward
Self-Efficacy among Patients with Diabetes Mellitus
Sumber artikel : Sumber data sekunder yang didapatkan berupa artikel atau jurnal yang dipilih
melalui publikasi Google scholar terindeks SCOPUS.
Tanggal akses : Diakses pada 5 oktober 2022
ARTIKEL 3
Judul artikel : Empowerment and Social Support as Predictors of Self-Care Behaviors and
Glycemic Control in Individuals With Type 2 Diabetes
Sumber artikel : Clinical Nursing Research Journal, pubmed
Tanggal akses : 11 September 2022
ARTIKEL 4
Judul artikel : Effect of Diabetes Education Through Pattern Management on Self-Care and
Self-Efficacy in Patients with Type 2 Diabetes
Sumber artikel : International Journal of Environmental Research and Public Health
Tanggal akses : diakses pada 5 oktober 2022
ARTIKEL 5
Judul artikel : Self-care practices regarding diabetes among diabetic patients in West Ethiopia
Sumber artikel :Jurnal BMC Research Notes
Tanggal akses :16 September 2022
Praktek perawatan diri mengacu pada perilaku seperti mengikuti rencana diet, peningkatan
olahraga, tes glukosa darah sendiri, dan perawatan kaki. Rincian tentang aktivitas perawatan
diri dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner Ringkasan Aktivitas Perawatan Diri
Diabetes setelah perubahan kecil dilakukan agar sesuai dengan konteks Ethiopia. Empat
domain (diet, olahraga, perawatan kaki dan tes glukosa darah) dari praktik perawatan diri
digunakan untuk menilai praktik perawatan diri pasien diabetes terhadap diabetes. Untuk
semua domain, frekuensi aktivitas perawatan diri dalam 7 hari terakhir diukur. Untuk setiap
domain rata-rata dihitung dan dikategorikan sebagai cukup untuk skor di atas nilai rata-rata
dan tidak memuaskan untuk skor kurang dari nilai rata-rata dan disajikan sebagai tabel dalam
hasil.
Kontrol glikemik Kontrol glikemik dinilai dengan menggunakan kadar Glukosa Darah
Puasa (FBG). Rekomendasi glikemik untuk orang dewasa yang tidak hamil adalah antara
70 dan 130 mg/dl, ketika FBG pasien melebihi nilai ini, kami dianggap sebagai kontrol
glikemik yang buruk menurut ADA
Tes Pengetahuan Diabetes (DKT) digunakan untuk menilai pemahaman umum pasien
diabetes tentang penyakit mereka dan rekomendasi pengobatan. Te DKT dikembangkan
dan diuji reliabilitas dan validitasnya oleh para sarjana Universitas Michigan dan
diadaptasi untuk konteks Ethiopia.
ARTIKEL 6
Judul artikel : Predictors of Adherence Toward Specific Domains of Diabetic Self-Care
Among Type-2 Diabetes Patients
Sumber artikel : Google Scholar
Tanggal akses : 05 oktober 2022
ARTIKEL 7
Judul artikel : Weight stigma and diabetes stigma in U.S. adults with type 2 diabetes:
Associations with diabetes self-care behaviors and perceptions of health care
Sumber artikel : Jurnal Diabetes Research and Clinical Practice
Tanggal akses : 17 September 2022
ARTIKEL 8
Judul artikel : Factors related to self-care behaviours among patients with diabetic foot ulcers
Sumber artikel : Journal of Clinical Nursing
Tanggal akses : 13 September 2022
ARTIKEL 9
Judul artikel : Type 2 Diabetes Patients Perspective, Experiences, and BarriersToward
Diabetes Related Self Care
Sumber artikel : Jurnal Frontier in Endrocinology
Tanggal akses : 10 September 2022
Hasil analisis dengan critical appraisal:
1. Judul : Type 2 Diabetes Patients Perspective, Experiences, and BarriersToward Diabetes
Related Self Care
2. Abstract : Kepatuhan terhadap aktivitas perawatan diri diabetes yang direkomendasikan
penting dalam mencapai kontrol glikemik yang diinginkan dan mengurangi komplikasi
terkait diabetes. Meskipun manfaat klinis yang diketahui terkait dengan aktivitas
perawatan diri diabetes, sejumlah penelitian melaporkan kepatuhan yang buruk terhadap
praktik perawatan diri terkait diabetes yang direkomendasikan). Kepatuhan terhadap
perawatan diri tergantung pada perilaku gaya hidup pasien, seperti mengadopsi praktik
makan sehat dan aktivitas fisik. Pengetahuan penyakit yang tidak memadai; komunikasi
yang buruk dengan penyedia layanan kesehatan; dan faktor psikologis, seperti depresi,
sering dilaporkan sebagai hambatan untuk perawatan diri yang direkomendasikan.
Pendidikan perawatan diri, dukungan keluarga, dan keterampilan memecahkan masalah
biasanya merupakan fasilitator yang disarankan untuk meningkatkan praktik perawatan
diri diabetes pada penderita diabetes
3. Introduction: Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu masalah perawatan kesehatan yang
paling menantang di abad kedua puluh satu. Diabetes tipe 2 (T2DM) adalah bentuk paling
umum dari diabetes dan mempengaruhi lebih dari 90% orang dengan diabetes. Selain pre-
disposisi genetik, aktivitas fisik, obesitas, dan kebiasaan makan yang tidak sehat
merupakan faktor risiko yang signifikan untuk DMT2. Di Pakistan, tingkat prevalensi
diabetes saat ini 6,9%, tetapi diproyeksikan mencapai 15% pada tahun 2040, memberikan
Pakistan prevalensi diabetes tertinggi keempat secara global. Praktik perawatan diri telah
berkorelasi positif dengan kontrol glikemik yang baik dan pengurangan yang signifikan
dalam perkembangan dan perkembangan komplikasi yang terkait dengan diabetes. Praktik
perawatan diri terkait diabetes termasuk makan sehat, aktif secara fisik, pemantauan
glukosa darah sendiri, dan minum obat yang diresepkan secarateratur.
4. Method: Orang dewasa Pakistan dengan DMT2 direkrut dari departemen rawat jalan di
dua rumah sakit di Lahore. Wawancara semi terstruktur dilakukan dan direkam sampai
kejenuhan tematik tercapai. Dua peneliti secara tematis menganalisis data secara
independen menggunakan perangkat lunak NVivo ® dengan perbedaan diselesaikan oleh
peneliti ketiga
5. Results: Tiga puluh dua orang dewasa Pakistan (berusia 35-75 tahun, 62% perempuan)
berpartisipasi dalam penelitian ini. Enam tema diidentifikasi dari analisis kualitatif: peran
keluarga dan teman, peran dokter dan perawatan kesehatan, pemahaman pasien tentang
diabetes, komplikasi diabetes dan penyakit penyerta lainnya, beban perawatan diri, dan
keadaan hidup. Sebuah pengalaman variabel diamati dengan pendidikan dan kesehatan.
Konseling oleh penyedia layanan kesehatan, dukungan keluarga, dan ketakutan akan
komplikasi terkait diabetes adalah faktor kunci yang mendorong peserta studi untuk
mematuhi praktik perawatan diri terkait diabetes. Hambatan utama untuk perawatan diri
adalah kendala keuangan, keterbatasan fisik, kondisi cuaca ekstrim, pertemuan sosial,
mencintai makanan, pelupa, fobia jarum, dan pekerjaan yang sibuk.
6. Discussion: Studi ini mengeksplorasi persepsi, pengalaman, enabler, dan hambatan untuk
perawatan diri diabetes oleh pasien dengan T2DM yang tinggal di daerah perkotaan
Pakistan. diabetes sendiri perawatan membutuhkan mengadopsi gaya hidup sehat di
samping mematuhi obat yang diresepkan dan darah biasa pengujian glukosa. Secara
keseluruhan, peserta menunjukkan sikap yang buruk pengetahuan tentang diabetes,
komplikasi yang berhubungan dengan diabetes, dan pentingnya pola makan yang sehat
dan teratur latihan. Konseling oleh penyedia layanan kesehatan dan dukungan keluarga
membantu peserta untuk manajemen penyakit yang lebih baik. Mereka yang tidak berhasil
dalam mengadopsi perawatan diri mengidentifikasi beberapa hambatan, terutama
mengikuti pola hidup sehat rencana diet dan aktivitas fisik. Dipublikasikan sebelumnya
studi fokus pada pandangan dan pengalaman perawatan diri dari orang dengan diabetes
yang tinggal di daerah pedesaan Pakistan. Dukungan dari anggota keluarga meningkatkan
perawatan diri praktik di antara peserta studi dalam berbagai cara, termasuk identifikasi
obat, obat-obatan administrasi, tes glukosa darah, dan manajemen hipoglikemia. Beberapa
peserta berkomentar bahwa mereka mengalami kesulitan dalam identifikasi obat dan
glukometer penanganan untuk pengujian glukosa darah mereka meskipun bantuan dan
dorongan yang diberikan oleh keluarganya anggota difasilitasi mereka dalam kepatuhan
minum obat. Pentingnya keluarga dukungan sebagai enabler untuk meningkatkan
kepatuhan minum obat dan tes glukosa darah pada orang dengan diabetes yang tinggal di
daerah pedesaan dilaporkan dalam pendapatan rendah dan menengah dan negara
berpenghasilan tinggi. Partisipasi dalam pertemuan sosial, seperti pernikahan upacara,
adalah penghalang yang sering dibagikan untuk perawatan diri oleh para peserta, karena
makanan yang disajikan di kesempatan sangat tidak cocok untuk penderita diabetes. Hasil
yang menunjukkan makanan yang terkait dengan norma sosial budaya menimbulkan
penghalang untuk manajemen diabetes yang efektif. Makan sehat praktik dapat
ditingkatkan pada penderita diabetes dengan: mempertimbangkan aspek budaya makanan
dan individu preferensi rasa.
7. Global Issues: Meskipun penelitian kami menyajikan wawasan baru ke dalam praktik dan
pengalaman pasien DMT2 di perkotaan wilayah Pakistan, ada beberapa keterbatasan.
Pertama, menjadi studi kualitatif, salah satu keterbatasannya adalah kemungkinannya bias
seleksi. Kedua, ada asimetri gender di kami peserta studi. Ketiga, praktik perawatan diri
belum dieksplorasi sehubungan dengan status sosial ekonomi dan latar belakang
pendidikan peserta studi. Kita berencana untuk merekrut jumlah pria dan wanita yang
sama pasien DMT2, tetapi karena proporsi yang lebih tinggi dari perempuan pasien di
tempat pengumpulan data, lebih banyak perempuan sukarela untuk studi. Namun, penting
untuk ditanggung dalam pikiran desain kualitatif penelitian, di mana Tujuan dari
penelitian ini adalah eksplorasi masalah secara mendalam daripada generalisasi.
Setelah anda membaca artikel tersebut maka kemudian bacalah beberapa textbook dan buku
panduan praktikum dibawah ini untuk meningkatkan pemahaman anda terkait tugas yang
diberikan:
1. Husted, J. H., & Husted, G. L. (2008). Ethical Decision Making in Nursing and Health
Care: The Simphonological Approach (4th ed.). Springer Publishing Company, LLC.
2. Lachman, V. D. (2006). Applied Ethics in Nursing. Springer Publishing Company,
LLC.
3. Post, L. F., & Blustein, J. (2015). Handbook for Health Care Ethics Committees (2nd
ed.). John Hopkins University Press.
4. Robichaux, C. (Ed.). (2017). Ethical Competence in Nursing Practice: Competencies,
Skills, Decision Making. Springer Publishing Company, LLC.
https://doi.org/10.1891/9780826126382
5. Rondhianto, dkk. (2021) Petunjuk Praktikum Keperawatan Menjelang Ajal dan
Paliatif. KHD Production.
HASIL DISKUSI
Tuliskan hasil analisis artikel yang telah dilakukan sesuai dengan format yang telah
disiapkan.
4. Method: Desain studi cross-sectional berbasis rumah sakit dilakukan pada 217 pasien
dengan diabetes tipe 2 dari 01 Januari hingga 30 April 2020. Kuesioner terstruktur
dan alat Ringkasan Aktivitas Perawatan Diri Diabetes (SDSCA) digunakan untuk
mengumpulkan data yang relevan melalui administrasi pewawancara. Analisis
statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 23.
5. Results: Sebanyak 207 pasien dengan diabetes tipe-2 berpartisipasi dalam penelitian
dengan tingkat respons 95%. Secara keseluruhan 47,8% (95% CI: 41,2-55) pasien
mematuhi praktik perawatan diri diabetes. Mengenai domain spesifik praktik
perawatan diri, 54,6%, 39,1%, 28%, dan 65,2% pasien mematuhi diet sehat, latihan
fisik, pemantauan glukosa darah sendiri (SMBG), dan praktik perawatan kaki
diabetik, masing-masing . Selain itu, semua pasien menerima setidaknya 80% dari
dosis yang ditentukan dan frekuensi agen anti-diabetes dan 60,4% memiliki kontrol
glikemik yang baik. Penerimaan saran dari dokter yang merawat dan tidak memiliki
riwayat keluarga diabetes secara signifikan terkait dengan kepatuhan terhadap makan
makanan yang sehat, perawatan kaki diabetik, dan SMGD. Sedangkan jenis kelamin
laki-laki berhubungan dengan kepatuhan terhadap pengelolaan pola makan yang
sehat. Selain itu, memiliki glukometer, usia, jenis kelamin laki-laki, durasi diabetes 5
tahun, dan modalitas pengobatan anti-diabetes dikaitkan dengan kepatuhan terhadap
SMGD.
6. Discussion: Diabetes adalah salah satu penyakit tidak menular yang konsekuensi
perkembangan komplikasi kesehatan yang berbeda.Oleh karena itu, kepatuhan
terhadap perawatan diri diabetes sangat penting untuk membatasi dan mengelola
risiko berkembangnya komorbiditas dan mortalitas pada pasien diabetes. Dalam
penelitian ini, penulis terutama berfokus pada penilaian kepatuhan 5 domain
perawatan diri diabetes seperti SMGD, obat anti-diabetes, latihan fisik, perawatan
kaki diabetik. , dan asupan diet sehat yang direkomendasikan. Dalam penelitian ini,
47,8% (95% CI: 41,2-55) peserta mematuhi perawatan diri diabetes secara
keseluruhan.Temuan itu sebanding dengan prevalensi gabungan kepatuhan terhadap
perawatan diri diabetes di antara pasien DM tipe-2 di Ethiopia, yaitu 49% (95% CI:
43-56), dan hampir sebanding dengan penelitian yang dilakukan di Mekelle, Ethiopia
Utara, yaitu 51%. 24 Namun, tingkat kepatuhan yang tidak konsisten terhadap
perawatan diri diabetes dilaporkan oleh penelitian yang berbeda seperti 41,2% di
Arbaminch, Ethiopia Selatan, 60,3% di Addis Ababa, Ethiopia, 20 54,5% di Showa
Barat, Ethiopia, 38,1% di Harar dan Dire Dawa, Ethiopia Timur, 26 42% di Gauteng,
Afrika Selatan, 28,4% di Bahir Dar, Ethiopia Barat Laut, dan 43,7% di Filipina.
Variasi ini mungkin dikaitkan dengan perbedaan ukuran sampel, penyediaan
informasi mengenai perawatan diri diabetes, dan tingkat klasifikasi perawatan diri
antara studi. Dalam penelitian ini, kepatuhan terhadap manajemen diet sehat yang
direkomendasikan adalah 54,6%. Temuan ini hampir sebanding dengan penelitian
yang dilakukan di Dilla, Ethiopia Selatan, 49,7%, 30 laporan meta-analisis pasien
DM di Ethiopia, 50% (95% CI: 42-58 ) dan Filipina, 50%.
7. Global Issues: Penelitian ini berfokus pada desain cross-sectional dan memiliki
batasan pada kesimpulan kausalitas pola kepatuhan. Sebagian besar evaluasi
kepatuhan mengandalkan laporan dan aktivitas diri, ini mungkin rentan terhadap
bias.Penelitian dilakukan di satu institusi kesehatan dan pasien diabetes tipe-2,
sehingga temuan ini tidak dapat digeneralisasikan untuk semua pasien diabetes secara
keseluruhan. Penelitian ini hanya menilai tingkat kepatuhan minum obat antidiabetes,
tetapi tidak menilai pengobatan penyakit penyerta seperti hipertensi, masalah jantung,
dan lain-lain.
2. Abstract : DMT2 mengubah seluruh keberadaan pasien, pasien DMT2 layak untuk
memiliki kehidupan normal jika mereka menerapkan tindakan manajemen perawatan
diri yang dimaksudkan untuk mengatur manifestasinya dan mencegah kerumitan yang
berkelanjutan. Sikap manajemen perawatan diri yang perlu dipraktikkan atau
diadaptasi oleh pasien DMT2 meliputi; (1) memeriksakan sendiri status glukosa, (2)
mengikuti pengobatan yang dianjurkan, (3) olahraga teratur dan (4) makan makanan
sehat [9]. Pemberian informasi yang memadai dan peningkatan pendidikan pada pasien
DMT2 oleh penyedia layanan kesehatan dianggap sebagai elemen penting dari rencana
manajemen perawatan diri yang baik. Karena pertumbuhan yang cepat dalam
terjadinya DMT2 di Arab Saudi, kami bertujuan untuk menilai praktik manajemen
perawatan diri pasien DMT2 di Arab Saudi dan memeriksa kemungkinan hubungan
praktik manajemen perawatan diri dan kontrol glikemik pasien DMT2. Kami juga
bertujuan untuk menentukan faktor-faktor yang terkait dengan praktik manajemen
perawatan diri dan tingkat kontrol glikemiknya.
4. Method: Sebanyak 352 pasien diabetes mellitus (T2DM) tipe 2 dari dua rumah sakit
tersier umum di Arab Saudi berpartisipasi dalam penelitian ini. Semua pasien DMT2
direkrut dan diwawancarai oleh seorang peneliti antara Januari hingga April 2018 dari
klinik diabetes rawat jalan. Semua responden menjawab kuesioner empat bagian yang
meliputi data demografi, Diabetes Self-Management Questionnaire (DSMQ). Regresi
Linier dilakukan untuk menilai signifikansi prediktor dan menghitung koefisien
determinasi.
5. Results: Usia rata-rata peserta adalah 51,89 ± 10,94. Dari 352 peserta, 52% mengalami
obesitas (BMI: 30 kgm 2 ) dan 77% dari peserta memiliki hemoglobin terglikasi
(HbA1c) lebih dari 7%. Analisis menunjukkan bahwa subskala manajemen Glukosa
adalah prediktor terkuat tingkat Hba1c peserta diikuti oleh aktivitas fisik. Gender dan
status perkawinan muncul sebagai prediktor signifikan untuk praktik manajemen
perawatan diri mereka. Pasien wanita memiliki praktik manajemen perawatan diri yang
lebih banyak daripada pasien pria (B 0,20; 95CI 0,10- 0,96 (p = 0,015)
6. Discussion: Manajemen perawatan diri pasien DMT2 di Arab Saudi dan hubungannya
dengan kontrol glikemik mereka.Praktek manajemen perawatan diri harus dievaluasi
terhadap kepatuhan pasien terhadap rencana manajemen dan penanganannya.
perubahan perilaku Mencapai kontrol glikemik yang optimal adalah tujuan utama dari
semua pasien diabetes Berdasarkan hasil, para peserta memiliki skor manajemen diri
diabetes di atas rata-rata yang menunjukkan praktik manajemen perawatan diri pasien
DMT2 yang tinggi. penelitian mengungkapkan bahwa pasien diabetes wanita memiliki
skor manajemen perawatan diri yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan
dengan pasien diabetes pria, namun sebagian besar peserta memiliki kontrol glikemik
yang buruk (76,9%) dan lebih banyak e dari setengah peserta mengalami obesitas.
Temuan penelitian ini sejajar dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan di Arab
Saudi di mana lebih dari separuh peserta memiliki kontrol glikemik lebih besar dari
7%.
7. Global Issues: Karakteristik penelitian mungkin dibatasi oleh struktur sampel dan
pengaturannya yang tidak dapat digeneralisasi dan tidak mencerminkan praktik
manajemen perawatan diri pasien DMT2 di Arab Saudi. Meskipun pasien dikumpulkan
dari dua rumah sakit, pengaturan penelitian ini dianggap sebagai rumah sakit tersier
dan rujukan di Arab Saudi. Selain itu, sampel kami mungkin menandakan pasien yang
membaik secara fisik karena beberapa pasien dengan DMT2 serius mungkin tidak
mampu membuat janji temu di rumah sakit dan mungkin lebih bergantung pada
kunjungan rumah dengan dokter atau perawat mereka. Temuan ini dapat membantu
peneliti masa depan di bidang klinis sebagai dasar praktik manajemen perawatan diri
pasien DMT2 di Arab Saudi.
3. Judul artikel : Weight stigma and diabetes stigma in U.S. adults with type 2 diabetes:
Associations with diabetes self-care behaviors and perceptions of
health care
Sumber artikel : Jurnal Diabetes Research and Clinical Practice
Tanggal akses : 17 September 2022
2. Abstract : Dari sejumlah kecil penelitian di bidang ini, sebagian besar telah dilakukan
di luar Amerika Utara. Penelitian Australia telah mendokumentasikan berbagai bentuk
stigma diabetes yang dilaporkan oleh orang dewasa dengan diabetes tipe 2, termasuk
perlakuan berbeda karena diabetes mereka, distereotipkan, disalahkan dan dihakimi
oleh orang lain atas diabetes mereka, dan terlibat dalam stigma diri, seperti
menerapkan stereotip ini. untuk diri mereka sendiri dan menyalahkan diri mereka
sendiri untuk diabetes mereka. Laporan ini tampak umum, sebagaimana dibuktikan
dalam sampel Australia dari 1.064 orang dewasa dengan diabetes tipe 2, di mana
sekitar 1 dari 5 orang dewasa mencetak lebih dari satu standar deviasi di atas rata-rata
pada Diabetes Stigma Assessment Scale-2 (saat ini satu-satunya ukuran komprehensif
untuk menilai pengalaman stigmatisasi pada orang dengan diabetes tipe 2). Pada
tingkat item pada ukuran ini, laporan stigma diabetes lebih tinggi (misalnya, sekitar 1
dari 3 orang dewasa melaporkan 'ada kesalahan dan rasa malu seputar diabetes tipe 2).
Bukti Australia tambahan menemukan bahwa orang dewasa dengan diabetes tipe 2 (N
= 456) yang mengalami stigma diabetes melaporkan penilaian insulin yang lebih
negatif, dengan implikasi untuk inisiasi insulin tepat waktu, bahkan setelah
memperhitungkan korelasi lain yang diketahui, seperti tekanan spesifik diabetes dan
diabetes sendiri.
5. Results: Stigma berat badan yang terinternalisasi dan stigma diri diabetes keduanya
secara signifikan terkait dengan tekanan spesifik diabetes yang lebih tinggi. Orang
dewasa yang mengekspresikan stigma diri untuk diabetes mereka melaporkan lebih
sedikit manajemen diri diabetes dan efikasi diri yang lebih rendah, dan mereka yang
dilaporkan dinilai tentang berat badan mereka oleh dokter menunjukkan penderitaan
khusus diabetes yang lebih besar. Sementara riwayat mengalami stigma berat badan
(secara umum) tidak mengurangi frekuensi mencari perawatan kesehatan, interaksi
berkualitas rendah dengan profesional perawatan kesehatan dilaporkan oleh orang
dewasa yang mengekspresikan stigma diri diabetes dan mereka yang mengalami
stigma berat badan dari dokter. Stigma diri untuk diabetes dan berat badan, serta
mengalami penilaian tentang berat badan dari dokter, mungkin memiliki implikasi
negatif untuk perilaku perawatan diri khusus diabetes dan kualitas perawatan kesehatan
yang dirasakan. Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan pada individu dengan
diabetes tipe 2 perlu mempertimbangkan pengurangan diabetes dan stigma berat badan
dan konsekuensi yang berpotensi berbahaya.
7. Global Issues:
• Internalisasi stigma berat badan dan stigma diri untuk diabetes mungkin memiliki
implikasi yang lebih negatif dan langsung untuk perilaku perawatan diri dan
perawatan kesehatan spesifik diabetes daripada memiliki riwayat mengalami diabetes
atau stigma berat badan
• Hubungan antara penilaian yang dirasakan tentang berat badan dari profesional
perawatan kesehatan dan kualitas perawatan kesehatan yang merugikan dan hasil
pengobatan, seperti kepercayaan yang lebih rendah pada profesional perawatan
kesehatan
2. Abstract : Diabetes melitus merupakan suatu keadaan dimana tubuh tidak dapat
memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan sehingga terjadi kelebihan kadar gula
darah normal. Pemberian pemberdayaan keluarga pada klien kaki gangren diabetes
harus dilakukan secara komprehensif dengan menggunakan proses keperawatan.
Intervensi yang dapat dilakukan adalah pemberdayaan keluarga untuk memotivasi dan
meningkatkan efikasi diri pasien diabetes melitus. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh efikasi diri sebelum dan sesudah pelaksanaan pemberdayaan
keluarga dalam keperawatan pada pasien diabetes mellitus.
3. Introduction: kebutuhan atau tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin yang dihasilkan
secara optimal,sehingga terjadi lonjakan atau gelombang melitus sesuai. Indonesia
kelebihan kadar gula darah yang melebihi normal. Diabetes melitus juga dapat terjadi
karena hormon insulin yang diproduksi tubuh tidak dapat bekerja dengan baik.
Diabetes melitus dan komplikasinya masih menjadi masalah kesehatan di dunia dan
menjadi penyebab kematian. Bahkan, maraknya diabetes melitus telah mencapai
proporsi tingkat epidemik secara global dan terus meningkat. Pada tahun 2003,
prevalensi penderita diabetes adalah 194 juta dan diperkirakan pada tahun 2025 angka
tersebut akan mencapai 333 juta di negara berkembang dan ekonomi rendah (Hutama,
2016). Tujuan pengobatan diabetes mellitus adalah untuk mengurangi risiko
komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler, memperbaiki gejala komplikasi,
menurunkan angka kematian, dan meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes
mellitus. Risiko komplikasi akibat pengelolaan obat dan pola makan, serta upaya
pencegahan komplikasi diabetes mellitus berpotensi mempengaruhi kualitas hidup
penderitanya. Tenaga kesehatan harus lebih memperhatikan kualitas hidup penderita
diabetes melitus karena dapat menjadi acuan keberhasilan suatu intervensi atau terapi.
4. Method: pra-eksperimen dengan desain penelitian pretest and posttest without control
group. Empat puluh responden yang memenuhi kriteria inklusi kemudian diuji dengan
menggunakan purposive sampling. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan
angket efikasi diri.Variabel terikat penelitian ini adalah efikasi diri,sedangkan variabel
bebasnya adalah pemberdayaan keluarga dengan menggunakan metode analisis
parametrik uji-t berpasangan.
5. Results: Berdasarkan apa yang dijawab oleh responden terdapat pengaruh yang
signifikan yang menunjukkan perbedaan setelah posttest. Hasil yang diperoleh nilai:
0,05 yang dihitung dengan hasil p = 0,00 (p < 0,05).Artinya,setelah dilakukan posttest
terjadi penurunan motivasi dan efikasi diri.
7. Global Issues: Pendekatan yang berpusat pada pendidik yang berfokus pada
penyediaan informasi untuk model pemberdayaan di mana pasien mengadopsi
perawatan diri perilaku. Keluarga perlu memberikan informasi agar dapat
meningkatkan pengetahuan pasien tentang pengendalian penyakitnya. Hal ini
memerlukan penggunaan pendekatan yang berpusat pada pasien dengan
mengidentifikasi banyak hambatan dalam pengendalian gula darah, seperti
ketidaktahuan dokter dari pasien yang mereka takuti, keyakinan, harapan dan
keterbatasan pendekatan biomedis terhadap pasien yang kurang patuh.
• Latihan fisik pada penderita DM mempunyai peranan yang sangat penting dalam
mengontrol kadar gula darah, dimana pada saat melakukan latihan fisik terjadi
peningkatan penggunaan glukosa oleh otot yang aktif sehingga secara langsung dapat
menyebabkan penurunan glukosa darah. Selain itu, latihan fisik dapat menurunkan
berat badan, meningkatkan fungsi kardiovaskuler dan respirasi, menurunkan LDL dan
meningkatkan HDL sehingga dapat mencegah penyakit jantung koroner jika dilakukan
dengan benar dan teratur.
• Saat posttest efikasi diri diberikan, kuisioner “Saya kesulitan mengecek jenis makanan
saat bepergian” menunjukkan hasil 90% (18 responden) dengan kebutuhan akan
makanan berbahan whole grain atau kompleks karbohidrat, seperti beras merah, ubi
jalar panggang, oatmeal, roti, daging ayam tanpa lemak atau tanpa kulit, sayuran yang
diolah dengan cara direbus, dikukus, dipanggang atau dikonsumsi mentah.
5. Judul artikel : Self-care practices regarding diabetes among diabetic patients in West
Ethiopia
Sumber artikel :Jurnal BMC Research Notes
Tanggal akses :16 September 2022
3. Introduction: Menurut update International Diabetes Federation (IDF) 2017, pada akhir
tahun 2017 akan terjadi 4 juta kematian akibat diabetes dan komplikasinya. Bersamaan
dengan penyakit tidak menular lainnya, diabetes meningkat paling mencolok di kota-
kota negara berpenghasilan rendah dan menengah. Te IDF Asia Tenggara dan Barat
Wilayah Pasifik berada di pusat krisis diabetes: Cina sendiri memiliki 121 juta
penderita diabetes dan populasi diabetes India berjumlah 74 juta. Wilayah Afrika,
Timur Tengah dan Afrika Utara dan Asia Tenggara diperkirakan akan menghadapi
kenaikan tertinggi dalam 28 tahun ke depan. Orang-orang dari wilayah ini
mengembangkan penyakit lebih awal, menjadi lebih sakit dan mati lebih cepat daripada
rekan-rekan mereka di negara-negara kaya. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan
bahwa faktor-faktor seperti usia yang lebih tua, berjenis kelamin laki-laki, kurangnya
dukungan keluarga/sosial, kurangnya pendidikan, kurangnya pengetahuan tentang
diabetes, adanya komplikasi, pengangguran, kepatuhan yang buruk, kurangnya akses
untuk glukometer ketidakpatuhan diet dan olahraga secara signifikan terkait dengan
praktik perawatan diri yang buruk.
4. Method: penelitian Pasien diabetes dewasa yang aktif mengikuti di klinik DM selama
masa penelitian, Rumah Sakit Rujukan Nekemte. Studi cross-sectional berbasis
fasilitas dilakukan dari 20 Februari hingga 20 Mei 2016. sampel Ukuran sampel yang
diperlukan ditentukan dengan mempertimbangkan asumsi berikut untuk kuesioner
wawancara. Semua pasien diabetes dewasa usia lebih dari atau sama dengan 15 tahun
yang menghadiri departemen perawatan kronis untuk perawatan diabetes setidaknya
selama 1 tahun dimasukkan sementara pasien diabetes yang sakit kritis, psikotik dan /
atau tidak dapat berkomunikasi dengan data kolektor karena gangguan medis yang
mendasari lainnya dikeluarkan. Untuk mengumpulkan data primer, kuesioner dan
wawancara digunakan dalam penelitian ini.
5. Results: Sebanyak 252 peserta penelitian dilibatkan dalam penelitian ini, 54,8% di
antaranya adalah laki-laki. Dari peserta lebih dari setengah 150 (59,5%) memiliki
kontrol glikemik yang buruk dan 153 (60,7%) dari peserta memiliki perawatan diri
yang baik. Mayoritas peserta penelitian 209 (82,9%) memiliki perawatan kaki yang
memadai dan lebih dari setengahnya 175 (69,4%) dan 160 (63,5%) masing-masing
memiliki rencana diet dan manajemen olahraga yang memadai. Namun dari total
pasien diabetes hanya 38 (15,1%) yang memiliki praktik pemeriksaan glukosa darah
yang memadai. Pada analisis logistik multivariabel praktik perawatan diri yang buruk
lebih mungkin terjadi di antara pasien laki-laki (AOR=5,551, 95% CI=2.055–14.997,
p=0.001).
7. Global Issues: Data tentang diabetes dan pengetahuan perawatan diri dilaporkan
sendiri; metode ini memiliki kelemahan mengingat bias dan hanya memunculkan
tanggapan yang dapat diterima secara sosial dan karenanya, dapat menyebabkan
perkiraan yang berlebihan dari beberapa hasil. Masa studi mungkin singkat tetapi
semua pasien diabetes yang datang ke rumah sakit dalam masa studi dan memenuhi
kriteria inklusi.
Pembahasan berdasarkan Teori dan Konsep Keperawatan: Praktek perawatan diri mengacu
pada perilaku seperti mengikuti rencana diet, peningkatan olahraga, tes glukosa darah sendiri,
dan perawatan kaki. Rincian tentang aktivitas perawatan diri dikumpulkan dengan
menggunakan kuesioner Ringkasan Aktivitas Perawatan Diri Diabetes setelah perubahan kecil
dilakukan agar sesuai dengan konteks Ethiopia. Empat domain (diet, olahraga, perawatan kaki
dan tes glukosa darah) dari praktik perawatan diri digunakan untuk menilai praktik perawatan
diri pasien diabetes terhadap diabetes. Untuk semua domain, frekuensi aktivitas perawatan diri
dalam 7 hari terakhir diukur. Untuk setiap domain rata-rata dihitung dan dikategorikan sebagai
cukup untuk skor di atas nilai rata-rata dan tidak memuaskan untuk skor kurang dari nilai rata-
rata dan disajikan sebagai tabel dalam hasil.
6. Judul artikel : Exploring the meaning and practice of selfcare among palliative care
nurses and doctors: a qualitative study
Sumber artikel : Jurnal BMC Palliative Care
Tanggal akses : 20 September 2022
2. Abstract : Praktek perawatan diri dalam tenaga kerja perawatan paliatif sering dibahas,
namun tampaknya kurang diteliti. Sementara profesional perawatan paliatif diminta
untuk menerapkan dan mempertahankan strategi perawatan diri yang efektif,
tampaknya hanya ada sedikit bukti untuk memandu mereka. Selain itu, ada kebutuhan
yang jelas untuk memperjelas arti perawatan diri dalam praktik perawatan paliatif.
Makalah ini melaporkan temuan kualitatif dalam konteks studi metode campuran yang
lebih luas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi makna dan praktik
perawatan diri seperti yang dijelaskan oleh perawat dan dokter perawatan paliatif.
3. Introduction: Konsep perawatan diri tanpa henti dikenal baik oleh orang-orang di
bidang pekerjaan sosial paliatif. Minat dalam perawatan diri tumbuh dalam disiplin
keperawatan dan medis , dan pentingnya untuk semua profesional perawatan paliatif
terbukti secara internasional melalui serangkaian standar kualitas, kompetensi inti, dan
standar praktik di mana perawatan diri praktek diamanatkan. Perawatan diri secara luas
didefinisikan oleh Sherman sebagai 'perilaku yang dimulai sendiri yang dipilih orang
untuk digabungkan untuk meningkatkan kesehatan yang baik dan kesejahteraan
umum'. Meskipun penekanan promosi kesehatan pada kesehatan yang baik dan
kesejahteraan, literatur perawatan paliatif sebagian besar berfokus pada strategi koping
dalam konteks stres kerja seperti kelelahan atau kelelahan belas kasih. Jelas,
manajemen stres sangat penting; namun, ada aspek penting lainnya dalam
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan yang melampaui cakupan mengatasi stres.
Dalam banyak kasus, tampaknya juga ada pertentangan antara istilah strategi koping
dan strategi perawatan diri. Kebingungan lebih lanjut tentang arti perawatan diri
disorot dalam survei paliatif Australia.
4. Method: Sampel purposive dari 24 perawat dan dokter perawatan paliatif di seluruh
Australia berpartisipasi dalam wawancara semi terstruktur dan mendalam. Wawancara
direkam dan ditranskripsi secara digital sebelum analisis konten kualitatif induktif,
didukung oleh perangkat lunak manajemen data QSR NVivo.
5. Results: Tiga tema menyeluruh muncul dari analisis: (1) Pendekatan proaktif dan
holistik untuk mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan pribadi untuk mendukung
perawatan profesional orang lain; (2) Strategi perawatan diri yang dipersonalisasi
dalam konteks profesional dan non-profesional; dan (3) Hambatan dan pendorong
untuk praktik perawatan diri. Kesimpulan: Temuan penelitian ini memberikan
penjelasan rinci tentang konteks dan kompleksitas praktik perawatan diri yang efektif
yang sebelumnya kurang dalam literatur. Perawatan diri adalah pendekatan proaktif,
holistik, dan personal untuk promosi kesehatan dan kesejahteraan melalui berbagai
strategi, baik dalam pengaturan pribadi dan profesional, untuk meningkatkan kapasitas
perawatan penuh kasih pasien dan keluarga mereka. Penelitian ini menambahkan
perspektif kualitatif yang penting dan berfungsi untuk memajukan pengetahuan tentang
konteks dan praktik perawatan diri yang efektif dalam tenaga kerja perawatan paliatif.
6. Discussion: Penelitian ini mengeksplorasi makna dan praktik perawatan diri seperti
yang dijelaskan oleh perawat dan dokter perawatan paliatif. Temuan ini memberikan
kontribusi pengetahuan baru dalam beberapa cara, dengan implikasi untuk praktek
klinis, penelitian dan pendidikan. Pendekatan proaktif dan holistik untuk
mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan pribadi untuk mendukung perawatan
profesional orang lain. Sifat holistik perawatan diri seperti yang diungkapkan dalam
penelitian ini konsisten dengan analisis wacana yang dilakukan oleh Breiddal. Temuan
dari penelitian ini memperluas pengetahuan yang ada ini dengan memberikan wawasan
baru tentang makna perawatan diri, dan juga melalui bukti lebih lanjut dari konteks
relasional di mana perawatan diri dipraktikkan, seperti yang disuarakan oleh praktisi di
lapangan. Bagi para profesional perawatan paliatif, perawatan diri bukanlah sikap
mementingkan diri sendiri dan apatis terhadap kebutuhan orang lain; melainkan, ini
adalah praktik proaktif dan relasional yang menyadari kesehatan dan kebutuhan
manusia praktisi, dan dimotivasi oleh konteks profesional untuk mempertahankan
perawatan penuh kasih dalam hubungan terapeutik dengan pasien dan keluarga
mereka.
7. Global Issues :
• Hambatan perawatan diri yang diidentifikasi dalam penelitian ini memberikan
konteks yang berharga yang juga dapat menjelaskan rendahnya tingkat
kemampuan perawatan diri yang diidentifikasi pada beberapa dokter dan
perawat dari penelitian sebelumnya.
• Membangun dari bukti yang muncul untuk mendukung pelatihan berorientasi
kasih sayang dalam intervensi dalam tim perawatan paliatif, penelitian masa
depan karena itu harus menyelidiki hubungan sebab akibat antara variabel-
variabel ini secara longitudinal.
2. Abstract : Diabetes saat ini merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang
mempengaruhi 9,4% dari populasi AS dan menyebabkan berbagai komplikasi (CDC,
2017). Ulkus kaki diabetik (DFU) merupakan salah satu komplikasi utama yang
dialami oleh 15% -25% pasien diabetes setidaknya sekali dalam seumur hidup mereka
(Chen et al., 2015; Hobizal & Wukich, 2012). DFU disebabkan oleh kondisi, seperti
neuropati, iskemia, tekanan dan hipertensi vena, dan merupakan masalah kronis
dengan tingkat kekambuhan hingga 59% (Lavery et al., 2016). Selain itu, tingkat
amputasi pasien dengan DFU adalah 34%, dan ketika berkembang menjadi necrotising
fasciitis, tingkat amputasi ekstremitas bawah adalah 72,4%.
3. Introduction: Perilaku perawatan diri terkait dengan kualitas hidup pasien diabetes, dan
penting untuk mengetahui faktor-faktor terkait untuk meningkatkannya (Bai, Chiou, &
Chang, 2009; Jannoo, Wah, Lazim, & Hassali, 2017). Item rinci untuk mengukur
perilaku perawatan diri pasien diabetes termasuk diet umum, perawatan kaki,
pemantauan glukosa darah , kepatuhan pengobatan diabetes dan aktivitas fisik.
Penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa perilaku perawatan diri pasien
diabetes dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, pekerjaan, kehadiran pemberi mobil,
efikasi diri, jenis mekanisme koping dan keterlibatan keluarga (Albai et al., 2017;
Bouldin et al., 2017; Chin, Huang, Hsu, Weng, & Wang, 2019; Devarajooh & Chinna,
2017; Pamungkas, Chamroonsawasdi, & Vatanasomboon, 2017). Secara khusus, ada
berbagai penelitian yang berfokus pada pengaruh stres dan strategi koping terhadap
perilaku perawatan diri penderita diabetes. Penderita diabetes mengalami stres karena
keterbatasan asupan makanan dan kalori untuk mencegah kenaikan berat badan.
4. Method: : Dari Juli-Agustus 2018, 131 pasien rawat jalan dan rawat inap dengan ulkus
kaki diabetik diberikan kuesioner survei mengenai perilaku perawatan diri dan faktor-
faktor yang diharapkan terkait di dua rumah sakit Korea. Dalam penelitian ini, perilaku
perawatan diri adalah manajemen diabetes dan perawatan kaki diabetik. Demografi,
karakteristik terkait penyakit dan laboratorium dikumpulkan. Data dianalisis dalam
bentuk statistik deskriptif, t , ANOVA, koefisien korelasi Pearson dan regresi berganda
bertahap. Daftar periksa STROBE digunakan sebagai pedoman untuk penelitian ini.
5. Results: Ditemukan perilaku perawatan diri tingkat sedang. Analisis regresi berganda
bertahap mengungkapkan bahwa manajemen diabetes secara signifikan terkait dengan
dukungan keluarga yang dirasakan, pengalaman pendidikan diabetes, stres yang
dirasakan, gaya koping yang berfokus pada masalah, pengalaman rawat inap dan
komorbiditas. Selanjutnya, perawatan kaki diabetik secara signifikan terkait dengan
pengalaman pendidikan diabetes, dukungan keluarga yang dirasakan, dan tingkat
serum tingkat sedimentasi eritrosit dan hemoglobin A1C.
6. Discussion: Studi ini memberikan data yang berguna untuk memahami perilaku
perawatan diri jumlah pasien DFU dan informasi penting untuk pengembangan
intervensi keperawatan untuk meningkatkannya. Berdasarkan temuan ini penelitian,
disarankan agar ada program untuk meningkatkan dukungan anggota keluarga atau
pengembangan pendidikan diabetes berbasis keluarga adalah diperlukan untuk
mempromosikan perilaku perawatan diri pasien DFU. Pendidikan akan lebih efektif
jika berfokus pada praktik diet, latihan fisik dan perawatan kaki, seperti yang
ditunjukkan bahwa peserta dalam penelitian ini tidak cukup terlibat dalam praktik ini.
Pelajaran ini menunjukkan minat awal dalam perilaku perawatan diri pasien DFU dan
mengungkapkan informasi dasar tentang topik ini. Perilaku perawatan diri pasien DFU
harus diselidiki lebih lanjut dalam kaitannya dengan berbagai faktor dalam studi
selanjutnya. Berdasarkan studi masa depan ini, intervensi yang berguna harus
dikembangkan untuk meningkatkan perawatan diri perilaku pasien dengan DFU.
7. Global Issues:
• Penderita diabetes mengalami stres karena keterbatasan asupan makanan dan kalori
untuk mencegah kenaikan berat badan
• Perilaku perawatan diri pasien ulkus kaki diabetik (DFU) perlu diamati dan dipelajari
secara terpisah dari pada pasien diabetes
• Perilaku perawatan diri pasien dengan DFU harus dipertimbangkan dalam dua aspek,
yaitu manajemen diabetes dan perawatan kaki diabetik.Berdasarkan penelitian ini,
kedua domain umumnya dipengaruhi oleh pendidikan diabetes dan dukungan
keluarga yang dirasakan.Penyedia layanan kesehatan harus mempertimbangkan
faktor-faktor ini ketika mereka mempersiapkan dan memberikan intervensi untuk
pasien dengan DFU. Pendidikan diabetes berbasis keluarga akan lebih efektif dalam
mempromosikan perilaku perawatan diri pasien DFU.
3. Introduction: Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu masalah perawatan kesehatan
yang paling menantang di abad kedua puluh satu. Diabetes tipe 2 (T2DM) adalah
bentuk paling umum dari diabetes dan mempengaruhi lebih dari 90% orang dengan
diabetes. Selain pre-disposisi genetik, aktivitas fisik, obesitas, dan kebiasaan makan
yang tidak sehat merupakan faktor risiko yang signifikan untuk DMT2. Di Pakistan,
tingkat prevalensi diabetes saat ini 6,9%, tetapi diproyeksikan mencapai 15% pada
tahun 2040, memberikan Pakistan prevalensi diabetes tertinggi keempat secara global.
Praktik perawatan diri telah berkorelasi positif dengan kontrol glikemik yang baik dan
pengurangan yang signifikan dalam perkembangan dan perkembangan komplikasi
yang terkait dengan diabetes. Praktik perawatan diri terkait diabetes termasuk makan
sehat, aktif secara fisik, pemantauan glukosa darah sendiri, dan minum obat yang
diresepkan secarateratur.
4. Method: Orang dewasa Pakistan dengan DMT2 direkrut dari departemen rawat jalan di
dua rumah sakit di Lahore. Wawancara semi terstruktur dilakukan dan direkam sampai
kejenuhan tematik tercapai. Dua peneliti secara tematis menganalisis data secara
independen menggunakan perangkat lunak NVivo ® dengan perbedaan diselesaikan
oleh peneliti ketiga
5. Results: Tiga puluh dua orang dewasa Pakistan (berusia 35-75 tahun, 62% perempuan)
berpartisipasi dalam penelitian ini. Enam tema diidentifikasi dari analisis kualitatif:
peran keluarga dan teman, peran dokter dan perawatan kesehatan, pemahaman pasien
tentang diabetes, komplikasi diabetes dan penyakit penyerta lainnya, beban perawatan
diri, dan keadaan hidup. Sebuah pengalaman variabel diamati dengan pendidikan dan
kesehatan. Konseling oleh penyedia layanan kesehatan, dukungan keluarga, dan
ketakutan akan komplikasi terkait diabetes adalah faktor kunci yang mendorong
peserta studi untuk mematuhi praktik perawatan diri terkait diabetes. Hambatan utama
untuk perawatan diri adalah kendala keuangan, keterbatasan fisik, kondisi cuaca
ekstrim, pertemuan sosial, mencintai makanan, pelupa, fobia jarum, dan pekerjaan
yang sibuk.
7. Global Issues: Meskipun penelitian kami menyajikan wawasan baru ke dalam praktik
dan pengalaman pasien DMT2 di perkotaan wilayah Pakistan, ada beberapa
keterbatasan. Pertama, menjadi studi kualitatif, salah satu keterbatasannya adalah
kemungkinannya bias seleksi. Kedua, ada asimetri gender di kami peserta studi.
Ketiga, praktik perawatan diri belum dieksplorasi sehubungan dengan status sosial
ekonomi dan latar belakang pendidikan peserta studi. Kita berencana untuk merekrut
jumlah pria dan wanita yang sama pasien DMT2, tetapi karena proporsi yang lebih
tinggi dari perempuan pasien di tempat pengumpulan data, lebih banyak perempuan
sukarela untuk studi. Namun, penting untuk ditanggung dalam pikiran desain kualitatif
penelitian, di mana Tujuan dari penelitian ini adalah eksplorasi masalah secara
mendalam daripada generalisasi.
3. Introduction: Diabetes, salah satu dari empat penyakit tidak menular utama,
didefinisikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai masalah kesehatan
masyarakat dengan peningkatan insiden dan peningkatan jumlah pasien dalam
beberapa dekade terakhir. Menurut laporan global diabetes dari WHO, 1.500.000 orang
meninggal karena diabetes pada tahun 2012, dan tambahan 2.200.000 orang meninggal
karena peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan penyakit lain dari disglikemia.
Meskipun perkembangan diabetes tipe 2 sebagian besar disebabkan oleh kebiasaan
hidup yang tidak tepat, termasuk hipertensi, obesitas, dan hiperkolesterolemia,
sebagian besar pasien diabetes tidak melakukan perilaku perawatan diri, seperti
perubahan pola makan, olahraga, pemantauan glukosa darah sendiri . SMBG), dan
perawatan kaki. Selain itu, banyak pasien gagal untuk menyadari pentingnya
manajemen lanjutan dan fakta bahwa perilaku perawatan diri yang aktif dan
berkelanjutan dapat membantu dalam pencegahan diabetes komplikasi.
7. Global Issues:
• Self-efficacy meningkat ketika penderita diabetes berpartisipasi dalam
perencanaan pengobatan, secara aktif belajar tentang penyakit, mengeksplorasi
perasaan penyakit, dan memperoleh keterampilan yang dibutuhkan untuk
beradaptasi.
• Diabetes pasien dengan efikasi diri tinggi diketahui melakukan lebih banyak
perilaku perawatan diri, yang berpotensi mencegah komplikasi diabetes dan
meningkatkan kualitas hidup.
• Tingkat yang lebih tinggi dari perilaku perawatan diri dan self-efficacy pada
kelompok PM dibandingkan pada kelompok kontrol dan mengkonfirmasi efek dari
PM menggunakan hasil CGMS.
5. Results: 220 individu dengan diabetes tipe 2 dilibatkan dalam penelitian. Rerata
periode diagnosis diabetes adalah 10,17 tahun. 45,9% peserta menderita komplikasi
terkait diabetes; 63,6% dari mereka memiliki penyakit kronis selain diabetes; 39,5%
dari mereka diobati dengan obat insulin; dan 71,8% menerima pelatihan diabetes. Pada
hasil didapatkan hubungan negatif antara Alc dan pemberdayaan pada diabetes (r=-22,
p < .01), hubungan antara Alc dan komplikasi diabetes ( r=.22, p<.01) positif.
Hubungan antara diet, pemantauan glukosa darah, perawatan kaki dan dukungan sosial,
pemberdayaan, lama menderita diabetes, dan pengobatan diabetes adalah positif.
Hubungan antara olahraga dan dukungan sosial (r = .35, p < .01), pemberdayaan (r=
.36, p< .01), dan pengobatan diabetes (r.14, p< .05) adalah positif, sedangkan
hubungan dengan komplikasi diabetes (r = -26, p<.01) adalah negative.
7. Global Issues: Masalah kesehatan utama yang dihadapi oleh individu dengan diabetes
adalah penurunan kontrol glikemik dan komplikasi. Perawatan yang disarankan untuk
mencapai kontrol glikemik adalah diet terkontrol, aktivitas fisik, pemantauan glukosa
darah, agen hipoglikemik oral dan pengobatan insulin, dan pendidikan manajemen diri
diabetes. pemberdayaan pasien merupakan target yang signifikan dalam pendidikan
pasien dan perawatan untuk pengelolaan diabetes
DAFTAR PUSTAKA
Jia, Y., O. Chen., Z. Xiao., J. Bian. 2021. Nurses’ ethical challenges caring for people with
COVID-19: A qualitative study. Nursing Ethics. 28(1): 33-45.
Setiani, B. (2018). Pertanggungjawaban Hukum Perawat Dalam Hal Pemenuhan Kewajiban
dan Kode Etik Dalam Praktik Keperawatan. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia,
8(04), 497–507. https://doi.org/10.33221/jiiki.v8i04.154
Utami, N. W., A, U., & H, R. E. (2016). Etika Keperawatan dan Keperawatan Profesional. In
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
LKM 1. Analisis model Perawatan Paliatif: Rodgers’ Evolutionary Concept Analysis
UNIVERSITAS JEMBER KODE
FAKULTAS KEPERAWATAN DOKUMEN
PRODI S-1 KEPERAWATAN FORM PP-05
IDENTITAS MAHASISWA
Nama/NIM/Kelas Anna Agustina Pangesti / 202310101113 / B 2020
Nama Kelompok 17:
Anggota 1. Febi Marliana Sari 192310101158
kelompok 2. Rita Nofita Sari 202310101102
3. Anna Agustina Pangesti 202310101113
Pertemuan Ke 2
Hari/Tanggal Kamis / 8 September 2022
BAHAN DISKUSI
Lakukan searching dan download-lah beberapa artikel ilmiah tentang teori dan model
keperawatan yang digunakan dalam asuhan keperawatan menjelang ajal dan paliatif di
website jurnal ilmiah terindex scopus atau SINTA. Jika sudah anda temukan artikel yang
sesuai tersebut, maka kemudian bacalah dengan seksama artikel tersebut.
Setelah anda membaca artikel tersebut maka kemudian bacalah beberapa textbook dan buku
panduan praktikum dibawah ini untuk meningkatkan pemahaman anda terkait tugas yang
diberikan:
Siapkan form Rodgers’ Evolutionary Concept Analysis (Lihat di RTM 1), kemudian
lakukanlah analisis konsep terhadap artikel ilmiah tersebut secara mandiri. Hasil analisis
konsep secara mandiri dari tiap artikel kemudian diskusikanlah dengan teman satu
kelompok anda dari judul sampai dengan kesimpulan artikel tersebut (kejelasan dan
ketajaman dari artikel tersebut). Setelah itu bersama-sama dengan teman satu kelompok
anda susunlah laporan hasil analisis artikel anda tersebut dalam format laporan yang telah
disediakan dalam (lihat di RTM 1).
HASIL DISKUSI
Tuliskan hasil analisis artikel yang telah anda lakukan sesuai dengan format yang telah
disiapkan.
Abstract :
2. Introduction: Diabetes melitus adalah suatu kondisi dimana tubuh tidak dapat
memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan sehingga terjadi kelebihan kadar gula
darah normal. Pemberian pemberdayaan keluarga pada klien kaki gangren diabetes harus
dilakukan secara komprehensif dengan menggunakan proses keperawatan. Intervensi
yang dapat dilakukan adalah pemberdayaan keluarga untuk memotivasi dan
meningkatkan efikasi diri pasien diabetes melitus. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh efikasi diri sebelum dan sesudah pelaksanaan pemberdayaan
keluarga dalam keperawatan pada pasien diabetes mellitus.
3. Method: Penelitian pra eksperimen dengan desain penelitian pretest and posttest without
control group. Empat puluh responden yang memenuhi kriteria inklusi kemudian diuji
dengan menggunakan purposive sampling. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan
angket efikasi diri. Variabel terikat penelitian ini adalah efikasi diri, sedangkan variabel
bebasnya adalah pemberdayaan keluarga dengan menggunakan metode analisis
parametrik uji-t berpasangan.
4. Results: Berdasarkan apa yang dijawab oleh responden terdapat pengaruh yang signifikan
yang menunjukkan perbedaan setelah posttest. Hasil yang diperoleh nilai: = 0,05 yang
dihitung dengan hasil p = 0,00 (p < 0,05). Artinya, setelah dilakukan posttest terjadi
penurunan motivasi dan efikasi diri.
5. Discussion: Peneliti menyimpulkan bahwa ada pengaruh pemberdayaan keluarga
terhadap penderita diabetes mellitus. Implikasi dari penelitian ini adalah peran keluarga
sangat penting dalam penyembuhan pasien.
Kuesioner menanyakan “hubungan keluarga dengan saya ketika sakit sangat membantu
dalam proses penyembuhan” menunjukkan hasil 100% (20 responden) menyatakan setuju.
Dukungan keluarga saat sakit dalam proses penyembuhan adalah segala bentuk perilaku dan
sikap positif yang diberikan oleh keluarga kepada salah satu anggota keluarga yang sakit
yaitu anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. (Friedman, 2010). Namun
tidak semua klien DM memiliki dukungan keluarga yang baik (Amelia & Nurchayati, 2014).
Self-efficacy adalah keyakinan individu tentang kemampuan pribadi untuk kinerja kerja.
Self-efficacy adalah keyakinan pasien terhadap kemampuannya untuk melakukan berbagai
perilaku manajemen diri diabetes. Self-efficacy menjadi dasar untuk meningkatkan
efektivitas pendidikan diabetes karena berfokus pada perubahan perilaku. Seseorang yang
hidup dengan diabetes yang memiliki tingkat efikasi diri yang lebih tinggi akan berpartisipasi
dalam perilaku pengelolaan diri diabetes yang lebih baik (Andra & Putri, 2013). Penderita
diabetes akan mengalami efek psikologis dan psikosomatik, rasa tidak aman dan kurang
percaya diri muncul akibat komplikasi diabetes (Negara, 2017).
Self-efficacy adalah kunci dari teori kognitif sosial yang dikembangkan oleh Albert Bandura.
Self-efficacy mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merasa, memotivasi dirinya dan
bertindak. Self-efficacy mendorong proses pengendalian diri untuk mempertahankan
perilaku yang diperlukan dalam mengelola perawatan diri pada pasien DM. Menurut Bandura
(1994), self-efficacy dapat dibentuk dan dikembangkan melalui empat proses, yaitu kognitif,
motivasional, afektif dan seleksi. Menurut International Council of Nurses (ICN, 2010), salah
satu model perawatan penyakit kronis yang berkembang saat ini adalah Chronic Care Model
(CCM), yaitu model perawatan pasien yang berfokus pada interaksi pasien yang aktif dan
terinformasi dengan kesehatan. tim yang proaktif dan siap melayani. Ini berarti hubungan
pasien yang termotivasi dan berpengetahuan dan percaya diri dalam mengambil keputusan
tentang kesehatannya dengan tim yang mampu memberikan informasi tentang perawatan
kaki, dan motivasi serta sumber daya perawatan berkualitas baik diperlukan (Purwanti,
2014).
Judul artikel : Self-care practices regarding diabetes among diabetic patients in West
Ethiopia
Sumber artikel : BMC Research Notes
Tanggal akses : 10 September 2022
3. Method: Sebuah cross-sectional study berbasis fasilitas dilakukan dari 20 Februari hingga
20 Mei 2016. Pasien diabetes dewasa yang aktif menindaklanjuti di klinik DM selama
masa penelitian, Rumah Sakit Rujukan Nekemte. Untuk mengumpulkan data primer,
kuesioner dan wawancara digunakan dalam penelitian ini. Format pengumpulan data
dikembangkan oleh peneliti utama untuk mengumpulkan pengukuran glukosa darah dan
obat anti-diabetes yang digunakan oleh masing-masing subjek penelitian. Kuesioner
dikembangkan setelah literatur ditinjau secara menyeluruh.
4. Results: Sebanyak 252 peserta penelitian dilibatkan dalam penelitian ini, 54,8% di
antaranya adalah laki-laki. Dari peserta lebih dari setengah 150 (59,5%) memiliki kontrol
glikemik yang buruk dan 153 (60,7%) dari peserta memiliki perawatan diri yang baik.
Mayoritas peserta penelitian 209 (82,9%) memiliki perawatan kaki yang memadai dan
lebih dari setengahnya 175 (69,4%) dan 160 (63,5%) masing-masing memiliki rencana
diet dan manajemen olahraga yang memadai. Namun dari total pasien diabetes hanya 38
(15,1%) yang memiliki praktik pemeriksaan glukosa darah yang memadai.
5. Discussion: Pemantauan diri dari kontrol glikemik adalah landasan perawatan diabetes
yang dapat memastikan partisipasi pasien dalam mencapai dan mempertahankan target
glikemik tertentu. Pemantauan diri memberikan informasi tentang status glikemik saat
ini, memungkinkan penilaian terapi dan memandu penyesuaian dalam diet, olahraga, dan
pengobatan untuk mencapai kontrol glikemik yang optimal.
Self-monitoring dari kontrol glikemik adalah landasan perawatan diabetes yang dapat
memastikan partisipasi pasien dalam mencapai dan mempertahankan target glikemik
tertentu. Self-monitoring memberikan informasi tentang status glikemik saat ini,
memungkinkan penilaian terapi dan memandu penyesuaian dalam diet, olahraga, dan
pengobatan untuk mencapai kontrol glikemik yang optimal.
Alasan self-care yang buruk pada pasien dengan durasi diabetes yang lebih pendek dapat
disebabkan oleh konseling dan kontak yang kurang teratur dengan profesional kesehatan
yang dapat membantu mereka untuk menciptakan kesadaran mereka untuk praktik self-care.
Pasien tanpa akses untuk pemantauan glukosa darah sendiri lebih mungkin untuk memiliki
praktik self-care yang buruk dibandingkan mereka yang memiliki akses untuk pemantauan
glukosa darah sendiri. Alasan tidak adanya akses pemantauan glukosa darah mandiri dapat
disebabkan oleh status sosial ekonomi rendah dari peserta penelitian dan kurangnya
kesadaran mereka tentang penggunaan glukometer.
Pengetahuan yang buruk tentang diabetes dikaitkan secara signifikan dengan praktik self-
care yang buruk. Hal ini dapat dijelaskan karena pasien dengan pengetahuan yang buruk
tentang diabetes kurang patuh terhadap pengobatan dan praktik self-care mereka dan ini akan
mengakibatkan kontrol glikemik yang buruk.
Judul artikel : Exploring the meaning and practice of self-care among palliative care
nurses and doctors: a qualitative study
Sumber artikel : BMC Palliative Care
Tanggal akses : 10 September 2022
Abstract :
2. Introduction: Praktek perawatan diri dalam tenaga kerja perawatan paliatif sering dibahas,
namun tampaknya kurang diteliti. Sementara profesional perawatan paliatif diminta untuk
menerapkan dan mempertahankan strategi perawatan diri yang efektif, tampaknya hanya
ada sedikit bukti untuk memandu mereka. Selain itu, ada kebutuhan yang jelas untuk
memperjelas arti perawatan diri dalam praktik perawatan paliatif. Makalah ini
melaporkan temuan kualitatif dalam konteks studi metode campuran yang lebih luas.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi makna dan praktik perawatan diri
seperti yang dijelaskan oleh perawat dan dokter perawatan paliatif.
3. Method: Sampel purposive dari 24 perawat dan dokter perawatan paliatif di seluruh
Australia berpartisipasi dalam wawancara semi-terstruktur dan mendalam. Wawancara
direkam dan ditranskripsi secara digital sebelum analisis konten kualitatif induktif,
didukung oleh perangkat lunak manajemen data QSR NVivo.
4. Results: Tiga tema menyeluruh muncul dari analisis: (1) Pendekatan proaktif dan holistik
untuk mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan pribadi untuk mendukung perawatan
profesional orang lain; (2) Strategi perawatan diri yang dipersonalisasi dalam konteks
profesional dan non-profesional; dan (3) Hambatan dan pendorong untuk praktik
perawatan diri.
5. Discussion: Temuan penelitian ini memberikan penjelasan rinci tentang konteks dan
kompleksitas praktik perawatan diri yang efektif yang sebelumnya kurang dalam literatur.
Perawatan diri adalah pendekatan proaktif, holistik, dan personal untuk promosi
kesehatan dan kesejahteraan melalui berbagai strategi, baik dalam pengaturan pribadi dan
profesional, untuk meningkatkan kapasitas perawatan penuh kasih pasien dan keluarga
mereka. Penelitian ini menambahkan perspektif kualitatif yang penting dan berfungsi
untuk memajukan pengetahuan tentang konteks dan praktik perawatan diri yang efektif
dalam tenaga kerja perawatan paliatif.
6. Global Issues: Praktek perawatan paliatif dilakukan secara tim, dukungan kepada profesi
perawatan paliatif sebagai bentuk kerja sama tim dalam pemberian perawatan paliatife,
layanan paliatif dan kesejahteraan di tempat kerja dalam konteks perawatan paliatif
Sifat perawatan diri yang holistik sebagaimana terungkap dalam penelitian ini sejalan dengan
analisis wacana yang dilakukan oleh (Breiddal, 2012). Untuk profesional perawatan paliatif,
perawatan diri bukanlah upaya egois apatis terhadap kebutuhan orang lain, alih-alih, ini
adalah praktik proaktif dan relasional yang menyadari kesehatan praktisi dan kebutuhan
manusia, dan dimotivasi oleh konteks profesional untuk mempertahankan perawatan penuh
kasih dalam hubungan terapeutik dengan pasien dan keluarga mereka. Perawatan diri
bukanlah kemewahan yang egois, tetapi justru penting untuk hubungan terapeutik dokter
dengan pasien.
Perawatan diri adalah pendekatan proaktif dan personal untuk promosi kesehatan dan
kesejahteraan melalui berbagai strategi, baik dalam pengaturan pribadi dan profesional, untuk
mendukung kapasitas perawatan penuh kasih pasien dan keluarga mereka. Yang penting, itu
adalah tanggung jawab bersama antara profesional perawatan paliatif dan layanan perawatan
paliatif di mana mereka bekerja, dengan dukungan staf dan budaya tempat kerja yang positif
diperlukan untuk mengelola berbagai hambatan dan enabler untuk praktik perawatan diri
yang efektif. Penelitian ini menambahkan perspektif kualitatif yang penting dan berfungsi
untuk memajukan pengetahuan tentang konteks dan praktik perawatan diri yang efektif
dalam tenaga kerja perawatan paliatif.
Judul artikel : Weight stigma and diabetes stigma in U.S. adults with type 2 diabetes:
Associations with diabetes self-care behaviors and perceptions of health care
Sumber artikel : Diabetes Research and Clinical Practice
Tanggal akses : 10 September 2022
Abstract :
2. Introduction: Stigma diabetes dan stigma berat badan telah diidentifikasi sebagai masalah
penting tetapi diabaikan yang memerlukan perhatian di antara orang-orang dengan
diabetes tipe 2. Studi ini menilai hubungan stigma diabetes dan stigma berat badan dengan
perilaku perawatan diri diabetes dan perawatan kesehatan pada orang dewasa dengan
diabetes tipe 2.
5. Discussion: Stigma diri untuk diabetes dan berat badan, serta mengalami penilaian tentang
berat badan dari dokter, mungkin memiliki implikasi negatif untuk perilaku perawatan
diri khusus diabetes dan kualitas perawatan kesehatan yang dirasakan. Upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan pada individu dengan diabetes tipe 2 perlu
mempertimbangkan pengurangan diabetes dan stigma berat badan dan konsekuensi yang
berpotensi berbahaya.
6. Global Issues: Stigma dapat mempengaruhi persepsi kesehatan sehingga tidak dalam
melakukan perilaku perawatan diri.
Secara umum, temuan ini menunjukkan bahwa internalisasi stigma berat badan dan stigma
diri untuk diabetes mungkin memiliki implikasi lebih negatif dan langsung untuk perilaku
perawatan diri dan perawatan kesehatan khusus diabetes daripada memiliki riwayat
mengalami diabetes atau stigma berat badan; namun, mengalami stigma berat badan secara
khusus dari profesional perawatan kesehatan mungkin memiliki implikasi negatif terhadap
kualitas interaksi dokter-pasien mereka. Sebagai contoh, beberapa penelitian telah
menemukan bahwa stigma berat badan yang terinternalisasi mungkin memiliki implikasi
negatif bagi kesehatan dan kesejahteraan terlepas dari pengalaman distigmatisasi.
Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan pada individu dengan diabetes tipe 2 perlu
mempertimbangkan dampak dari stigma diabetes dan stigma berat badan. Implikasi potensial
dari stigma yang dialami dan diinternalisasi oleh individu dengan diabetes tipe 2 untuk
perawatan diri diabetes mereka, self-efficacy, kesusahan dan persepsi perawatan kesehatan.
Implikasi dan Rekomendasi:
Implikasi dari penelitian ini adalah stigma diabetes dan stigma berat badan berpengaruh
terhadap perilaku perawatan diri diabetes dan perawatan kesehatan pada orang dewasa
dengan diabetes tipe 2. Rekomendasi dari penelitian ini adalah isu-isu ini memerlukan
perhatian yang serius tidak hanya dalam penelitian, tetapi juga di antara para profesional
perawatan kesehatan dan dalam komunikasi kesehatan yang lebih luas, menyoroti pentingnya
mengidentifikasi cara untuk lebih mendukung individu dengan diabetes tipe 2, dan untuk
meminimalkan stigma dan konsekuensi yang berpotensi berbahaya.
Judul artikel : Factors related to self-care behaviours among patients with diabetic
foot ulcers
Sumber artikel : Journal of Clinical Nursing
Tanggal akses : 12 September 2022
Abstract :
2. Introduction: Penelitian ini dilakukan untuk menguji tingkat perilaku perawatan diri di
antara pasien dengan ulkus kaki diabetik dan mengidentifikasi faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku perawatan diri mereka. Latar Belakang: Penelitian ini
berfokus pada perilaku perawatan diri pasien yang terdiagnosis ulkus kaki diabetik, salah
satu komplikasi diabetes.
3. Method: Dari Juli-Agustus 2018, 131 pasien rawat jalan dan rawat inap dengan ulkus kaki
diabetik diberikan kuesioner survei mengenai perilaku perawatan diri dan faktor terkait
yang diharapkan di dua rumah sakit Korea. Dalam penelitian ini, perilaku perawatan diri
adalah manajemen diabetes dan perawatan kaki diabetik. Demografi, karakteristik terkait
penyakit dan laboratorium dikumpulkan. Data dianalisis dalam bentuk statistik deskriptif,
uji t-test, ANOVA, koefisien korelasi Pearson dan regresi berganda bertahap. Daftar
periksa STROBE digunakan sebagai pedoman untuk penelitian ini.
4. Results: Tingkat moderat perilaku perawatan diri ditemukan. Analisis regresi berganda
bertahap mengungkapkan bahwa manajemen diabetes secara signifikan terkait dengan
dukungan keluarga yang dirasakan, pengalaman pendidikan diabetes, stres yang
dirasakan, gaya koping yang berfokus pada masalah, pengalaman rawat inap dan
komorbiditas. Selanjutnya, perawatan kaki diabetik secara signifikan terkait dengan
pengalaman pendidikan diabetes, dukungan keluarga yang dirasakan, dan tingkat serum
tingkat sedimentasi eritrosit dan hemoglobin A1C.
Pengalaman pendidikan diabetes dan rawat inap diidentifikasi sebagai faktor yang
berhubungan dengan manajemen diabetes dan perawatan kaki diabetik. Temuan bahwa
pengalaman pendidikan diabetes memiliki hubungan positif dengan manajemen diabetes.
Chin dkk. (2019) melaporkan bahwa jumlah rawat inap DFU mempengaruhi perilaku
perawatan diri pasien DFU. Fakta bahwa pengalaman perawatan rawat inap meningkatkan
perilaku perawatan diri pasien ini dapat dijelaskan oleh kemungkinan bahwa mereka
menyadari kebutuhan dan pentingnya perawatan diri karena masuk atau menerima
pendidikan diabetes selama rawat inap.
Dukungan keluarga yang dirasakan pasien DFU secara positif mempengaruhi manajemen
diabetes dan perawatan kaki diabetik, sedangkan stres yang dirasakan berdampak negatif
pada manajemen diabetes. Beberapa penelitian menegaskan bahwa keterlibatan keluarga atau
dukungan keluarga meningkatkan perilaku perawatan diri pasien diabetes dan menyebabkan
konsekuensi klinis positif seperti penurunan kadar HbA1C. Artinya pengelolaan diabetes
dapat ditingkatkan melalui dorongan dan peran serta keluarga. Oleh karena itu, dukungan
keluarga sangat diperlukan untuk meningkatkan perilaku perawatan diri pasien DFU. Ini
merupakan pertimbangan penting dalam intervensi untuk meningkatkan perilaku perawatan
diri.
Implikasi dan Rekomendasi:
Implikasi dari penelitian ini adalah keparahan penyakit pasien dapat secara positif
mempengaruhi perilaku perawatan kaki mereka. Rekomendasi dari penelitian ini adalah
penyedia layanan kesehatan harus mengamati dengan cermat perilaku perawatan diri
pasien DFU, dan profesional kesehatan harus mempertimbangkan faktor utama yang
relevan yang disarankan dalam penelitian ini untuk meningkatkan perilaku perawatan
diri mereka.
Abstract :
2. Introduction: Dalam penelitian cross-sectional ini, peneliti bertujuan untuk mengetahui
hubungan praktik manajemen perawatan diri dan kontrol glikemik diabetes mellitus tipe
2 di Arab Saudi.
3. Method: Sebanyak 352 pasien diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) dari dua rumah sakit
tersier umum di Arab Saudi berpartisipasi dalam penelitian ini. Semua pasien DMT2
direkrut dan diwawancarai oleh seorang peneliti antara Januari hingga April 2018 dari
klinik diabetes rawat jalan. Semua responden menjawab kuesioner empat bagian yang
meliputi data demografi, Diabetes Self-Management Questionnaire (DSMQ). Regresi
Linier dilakukan untuk menilai signifikansi prediktor dan menghitung koefisien
determinasi.
4. Results: Berdasarkan apa yang dijawab oleh responden terdapat pengaruh yang signifikan
yang menunjukkan perbedaan setelah posttest. Hasil yang diperoleh nilai: = 0,05 yang
dihitung dengan hasil p = 0,00 (p < 0,05). Artinya, setelah dilakukan posttest terjadi
penurunan motivasi dan efikasi diri.
5. Discussion: Peneliti menyimpulkan bahwa ada pengaruh pemberdayaan keluarga
terhadap penderita diabetes mellitus. Implikasi dari penelitian ini adalah peran keluarga
sangat penting dalam penyembuhan pasien.
Praktik manajemen perawatan diri harus dievaluasi terhadap kepatuhan pasien terhadap
rencana manajemen dan mengatasi perubahan perilaku. Mencapai kontrol glikemik yang
optimal adalah tujuan utama semua pasien diabetes. Penelitian ini mungkin karena perilaku
pasien mengenai manajemen perawatan diri. Bahkan jika pasien memiliki kesadaran dan
pengetahuan tentang manajemen perawatan diri, tetapi mereka memiliki efikasi diri yang
rendah dalam mengelola penyakit mereka, ini dapat berkontribusi atau menghasilkan nilai
A1c yang lebih tinggi. Efikasi diri yang tinggi ditemukan secara signifikan terkait dengan
efek hemoglobin glikosilasi dan perilaku perawatan diri lainnya seperti diet, perawatan kaki,
dan olahraga (Gao et al. 2013; Walker et al. 2014). Self-efficacy didasarkan dari teori kognitif
sosial dan dapat didefinisikan sebagai keyakinan individu atau keyakinan orang tentang
kemampuan mereka untuk menghasilkan perilaku spesifik yang diperlukan untuk mencapai
tujuan mereka (Walker et al. 2014). Misalnya, kepercayaan pasien pada kemampuannya
untuk melakukan dan mematuhi praktik manajemen perawatan diri diabetes.
Abstract :
2. Introduction: Penelitian ini menyelidiki pengaruh penerapan program pendidikan diabetes
yang disesuaikan melalui manajemen pola (PM), menggunakan hasil sistem pemantauan
glukosa berkelanjutan (CGMS), pada perilaku perawatan diri individu dan efikasi diri
pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2. Pasien dengan diabetes tipe 2 yang belum
pernah menerima pendidikan diabetes, terdaftar dari Maret hingga September 2017,
secara berurutan ditugaskan untuk pendidikan PM atau kelompok kontrol.
5. Discussion: Edukasi diabetes oleh PM, menggunakan analisis hasil CGMS, meningkatkan
kebiasaan hidup dengan pengaruh positif pada perilaku perawatan diri dan efikasi diri
untuk manajemen diabetes. Seiring dengan perubahan tersebut, hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi dasar untuk pengembangan program edukasi diabetes yang
disesuaikan secara spesifik dan individual, sesuai dengan karakteristik masing-masing
pasien melalui analisis hasil CGMS. Studi masa depan harus mengembangkan program
pendidikan diabetes yang disesuaikan untuk mempertahankan perbaikan berkelanjutan
dalam self-efficacy dan perilaku perawatan diri-ini cenderung menurun seiring waktu
setelah selesainya program pendidikan pada pasien dengan diabetes. Selanjutnya, studi
lanjutan harus dilakukan untuk menerapkan program yang dikembangkan. Temuan ini
diharapkan dapat menjadi bukti perubahan kebijakan, termasuk cakupan asuransi publik
untuk CGMS. Selanjutnya, agar CGMS yang dapat dijadikan sebagai alat untuk program
edukasi diabetes lebih luas, diperlukan studi yang mengevaluasi cost-effectiveness dari
CGMS.
6. Global Issues: Pendekatan yang berpusat pada pendidik yang berfokus pada
penyediaan informasi untuk model pemberdayaan di mana pasien mengadopsi perawatan
diri perilaku.
Abstract :
2. Introduction: Penelitian ini bertujuan untuk secara kualitatif mengeksplorasi perspektif,
praktik, dan hambatan praktik perawatan diri (kebiasaan makan, aktivitas fisik,
pemantauan glukosa darah sendiri, dan perilaku asupan obat) pada orang dewasa
perkotaan Pakistan dengan diabetes mellitus tipe 2 (DMT2).
3. Method: Orang dewasa Pakistan dengan DMT2 direkrut dari departemen rawat jalan di
dua rumah sakit di Lahore. Wawancara semi terstruktur dilakukan dan direkam sampai
kejenuhan tematik tercapai. Dua peneliti secara tematis menganalisis data secara
independen menggunakan perangkat lunak NVivo® dengan perbedaan diselesaikan oleh
peneliti ketiga.
4. Results: Tiga puluh dua orang dewasa Pakistan (berusia 35-75 tahun, 62% perempuan)
berpartisipasi dalam penelitian ini. Enam tema diidentifikasi dari analisis kualitatif: peran
keluarga dan teman, peran dokter dan perawatan kesehatan, pemahaman pasien tentang
diabetes, komplikasi diabetes dan penyakit penyerta lainnya, beban perawatan diri, dan
keadaan hidup. Sebuah pengalaman variabel diamati dengan pendidikan dan kesehatan.
Konseling oleh penyedia layanan kesehatan, dukungan keluarga, dan ketakutan akan
komplikasi terkait diabetes adalah faktor kunci yang mendorong peserta studi untuk
mematuhi praktik perawatan diri terkait diabetes. Hambatan utama untuk perawatan diri
adalah kendala keuangan, keterbatasan fisik, kondisi cuaca ekstrim, pertemuan sosial,
mencintai makanan, pelupa, fobia jarum, dan pekerjaan yang sibuk.
6. Global Issues: Kepatuhan terhadap perawatan diri tergantung pada perilaku gaya hidup
pasien, seperti menerapkan pola hidup sehat praktik makan dan aktivitas fisik.
Perawatan diri diabetes membutuhkan gaya hidup sehat selain mengikuti obat yang
diresepkan dan tes glukosa darah secara teratur. Konseling oleh penyedia layanan kesehatan
dan dukungan keluarga membantu peserta untuk manajemen penyakit yang lebih baik.
Mereka yang tidak berhasil dalam melakukan perawatan diri mengidentifikasi beberapa
hambatan, terutama mengikuti rencana diet sehat dan aktivitas fisik.
Dukungan dari anggota keluarga mempromosikan praktik perawatan diri di antara peserta
studi dalam berbagai cara, termasuk identifikasi obat, pemberian obat, tes glukosa darah, dan
mengelola hipoglikemia. Beberapa partisipan mengatakan bahwa mereka mengalami
kesulitan dalam identifikasi obat dan penanganan glukometer untuk pemeriksaan glukosa
darah mereka meskipun bantuan dan dorongan yang diberikan oleh anggota keluarga mereka
memfasilitasi mereka dalam kepatuhan minum obat. Pentingnya dukungan keluarga sebagai
enabler untuk meningkatkan kepatuhan pengobatan dan tes glukosa darah pada penderita
diabetes yang tinggal di daerah pedesaan dilaporkan baik di negara berpenghasilan rendah
dan menengah dan negara berpenghasilan tinggi.
Judul artikel : Effects of a Digital Self-care Intervention in Adults with COPD: A Pilot
Study
Sumber artikel : Western Journal of Nursing Research
Tanggal akses : 13 September 2022
Hasil analisis dengan critical appraisal:
1. Judul : Effects of a Digital Self-care Intervention in Adults with COPD: A Pilot Study
Abstract :
2. Introduction: Perawatan diri meningkatkan kualitas hidup, dan mengurangi eksaserbasi
dan risiko kematian pada orang dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Tujuan
dari laporan ini adalah untuk menggambarkan pengembangan dan pengujian kelayakan
dan penerimaan intervensi perawatan diri pendidikan digital yang dirancang untuk
meningkatkan kemampuan perawatan diri, kepatuhan, pengetahuan, gejala somatik,
kecemasan, dan gejala depresi.
3. Method: Kami secara sengaja mencari sumber primer dan sekunder yang mencerminkan
penelitian perawatan diri terbaru di PPOK (Jolly et al., 2016; Lenferink et al., 2017;
Zwerink et al., 2014), serta pedoman klinis saat ini dari organisasi paru yang memiliki
dampak global (seperti Inisiatif Global untuk Penyakit Paru Obstruktif [GOLD],
American Thoracic Society, dan COPD Foundation) untuk mengidentifikasi perilaku
perawatan diri berbasis bukti yang dapat dimasukkan ke dalam intervensi pendidikan.
Statistik deskriptif termasuk rata-rata (standar deviasi) dan frekuensi digunakan untuk
mengkarakterisasi sampel dan variabel studi. Tiga tindakan berulang ANOVA (RM-
ANOVA) dilakukan untuk membandingkan skor rata-rata untuk kemampuan perawatan
diri yang dirasakan, kecemasan, dan gejala depresi pada awal dengan tindakan yang
dikumpulkan pada hari ke-8, hari ke-15, dan hari ke-21.
4. Results: Sebanyak 133 pasien disaring untuk kelayakan (Gambar 1.). Tiga puluh tujuh
memenuhi kriteria kelayakan dan 20 (54%) pasien mampu dan bersedia untuk
berpartisipasi. Tujuh belas dikeluarkan; sembilan untuk gangguan kognitif yang jelas,
lima untuk melek kesehatan yang tidak memadai, dua karena ketidakmampuan untuk
menggunakan tablet, dan satu menolak pendaftaran meskipun memenuhi semua kriteria
inklusi dan eksklusi. Rekrutmen dan tindak lanjut peserta berlangsung dari Desember
2017 hingga Februari 2018.
Dalam literatur PPOK, orang menunjukkan skor kemampuan perawatan diri yang jauh
lebih buruk dibandingkan dengan penyakit kronis lainnya (Cramm & Nieboer, 2012).
Namun, peserta dalam sampel ini melaporkan kemampuan perawatan diri tingkat sedang
hingga tinggi. Ini kemungkinan multifaktorial mengingat peserta adalah sampel
kenyamanan pasien dari klinik paru lokal dan mereka yang secara sukarela berpartisipasi
dalam penelitian ini sudah terlibat dalam kegiatan perawatan diri sampai tingkat tertentu,
dan 10% dari sampel sebelumnya telah berpartisipasi dalam program PR. Mayoritas
peserta menyelesaikan lebih dari pendidikan sekolah menengah dan kami menyaring
untuk melek kesehatan yang memadai dan fungsi kognitif yang memuaskan; dengan
demikian, peserta mungkin tidak mewakili pasien khas dengan PPOK.
Abstract :
2. Introduction: Pengetahuan yang memadai, kesadaran, dan kepatuhan terhadap praktik
perawatan diri diabetes adalah alat penting untuk melindungi pasien dari risiko
komplikasi penyakit, mengembangkan komorbiditas dan kematian. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk menilai domain spesifik dari praktik perawatan diri diabetes
dan faktor terkait di antara pasien dengan diabetes tipe-2 di Rumah Sakit Khusus
Komprehensif Universitas Hawassa, negara bagian Sidama.
3. Method: Desain studi cross-sectional berbasis rumah sakit dilakukan pada 217 pasien
dengan diabetes tipe 2 dari 01 Januari hingga 30 April 2020. Kuesioner terstruktur dan
alat Summary of Diabetes Self-Care Activities (SDSCA) digunakan untuk
mengumpulkan data yang relevan melalui administrasi pewawancara. Analisis statistik
dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 23.
4. Results: Sebanyak 207 pasien dengan diabetes tipe-2 berpartisipasi dalam penelitian
dengan tingkat respons 95%. Secara keseluruhan 47,8% (95% CI: 41,2-55) pasien
mematuhi praktik perawatan diri diabetes. Mengenai domain spesifik praktik perawatan
diri, masing-masing 54,6%, 39,1%, 28%, dan 65,2% pasien mematuhi diet sehat, latihan
fisik, pemantauan glukosa darah (SMBG), dan praktik perawatan kaki diabetik. Selain itu,
semua pasien menerima setidaknya 80% dari dosis yang ditentukan dan frekuensi agen
anti-diabetes dan 60,4% memiliki kontrol glikemik yang baik. Penerimaan saran dari
dokter yang merawat dan tidak memiliki riwayat keluarga diabetes secara signifikan
terkait dengan kepatuhan terhadap makan makanan yang sehat, perawatan kaki diabetik,
dan SMGD. Sedangkan jenis kelamin laki-laki berhubungan dengan kepatuhan terhadap
pengelolaan pola makan yang sehat. Selain itu, memiliki glukometer, usia, jenis kelamin
laki-laki, durasi diabetes 5 tahun, dan modalitas pengobatan anti-diabetes dikaitkan
dengan kepatuhan terhadap SMGD.
5. Discussion: Diabetes merupakan salah satu penyakit tidak menular yang mengakibatkan
berkembangnya berbagai komplikasi kesehatan. Oleh karena itu, kepatuhan terhadap
perawatan diri diabetes sangat penting untuk membatasi dan mengelola risiko
berkembangnya komorbiditas dan kematian pada pasien diabetes. Dalam penelitian ini,
penulis terutama berfokus pada penilaian kepatuhan 5 domain perawatan diri diabetes
seperti SMBG, obat anti-diabetes, latihan fisik, perawatan kaki diabetik, dan asupan diet
sehat yang direkomendasikan. Studi ini menunjukkan 52,2%, 72%, dan 60,1% pasien
diabetes tidak mematuhi perawatan diri diabetes, SMBG, dan latihan fisik. Meningkatkan
kesadaran dan pendidikan diabetes secara teratur sangat penting untuk meningkatkan
kepatuhan pasien terhadap praktik perawatan diri diabetes.
6. Global Issues: Kepatuhan dalam minum obat dan perilaku hidup sehat.
Diabetes merupakan salah satu penyakit tidak menular yang mengakibatkan berkembangnya
berbagai komplikasi kesehatan. Oleh karena itu, kepatuhan terhadap perawatan diri diabetes
sangat penting untuk membatasi dan mengelola risiko berkembangnya komorbiditas dan
kematian pada pasien diabetes. Dalam penelitian ini, penulis terutama berfokus pada
penilaian kepatuhan 5 domain perawatan diri diabetes seperti SMBG, obat anti-diabetes,
latihan fisik, perawatan kaki diabetik, dan asupan diet sehat yang direkomendasikan.
Status ekonomi individu untuk mengakses diet sehat, pendidikan kesehatan tentang
pemanfaatan diet sehat, respon pasien diabetes untuk patuh dan pengetahuan pasien DM
untuk mengidentifikasi diet yang mengandung rendah dan tinggi karbohidrat dan makanan
rendah lemak mungkin faktor yang masuk akal untuk variasi.
Pasien yang memiliki glukometer dengan strip dan pasien yang menerima saran tentang
latihan fisik dari dokter yang merawat mereka lebih mungkin untuk memiliki kepatuhan yang
baik terhadap latihan fisik daripada rekan-rekan mereka. Selain itu, penciptaan kesadaran
terutama pada berbagai jenis kinerja aktivitas fisik dan memilih latihan tertentu disarankan
untuk meningkatkan tingkat kepatuhan. Namun, adanya penyakit penyerta dapat
mempengaruhi praktik latihan fisik.
Al Mahdi, F., Negara, C. K., & Basid, A. (2020). The Effect of Family Empowerment in
Nursing Implementation Toward Self-Efficacy among Patients with Diabetes
Mellitus. Indonesian Nursing Journal of Education and Clinic (Injec), 5(2), 141.
https://doi.org/10.24990/injec.v5i2.303
Alodhayani, A., Almutairi, K. M., Vinluan, J. M., Almigbal, T. H., Alonazi, W. B., Ali
Batais, M., & Mohammed Alnassar, M. (2021). Association between self-care
management practices and glycemic control of patients with type 2 diabetes mellitus
in Saud Arabia: A cross –sectional study. Saudi Journal of Biological Sciences,
28(4), 2460–2465. https://doi.org/10.1016/j.sjbs.2021.01.047
Bugajski, A., Frazier, S. K., Cousin, L., Rechenberg, K., Brown, J., Lengerich, A. J., …
Lennie, T. A. (2020). Effects of a Digital Self-care Intervention in Adults with
COPD: A Pilot Study. Western Journal of Nursing Research, 42(9), 736–746.
https://doi.org/10.1177/0193945919892282
Bukhsh, A., Goh, B. H., Zimbudzi, E., Lo, C., Zoungas, S., Chan, K. G., & Khan, T. M.
(2020). Type 2 Diabetes Patients’ Perspectives, Experiences, and Barriers Toward
Diabetes-Related Self-Care: A Qualitative Study From Pakistan. Frontiers in
Endocrinology, 11(November), 1–13. https://doi.org/10.3389/fendo.2020.534873
Dedefo, M. G., Ejeta, B. M., Wakjira, G. B., Mekonen, G. F., & Labata, B. G. (2019).
Self-care practices regarding diabetes among diabetic patients in West Ethiopia.
BMC Research Notes, 12(1), 1–7. https://doi.org/10.1186/s13104-019-4258-4
Degefa, G., Wubshet, K., Tesfaye, S., & Hirigo, A. T. (2020). Predictors of Adherence
Toward Specific Domains of Diabetic Self-Care Among Type-2 Diabetes Patients.
Clinical Medicine Insights: Endocrinology and Diabetes, 13.
https://doi.org/10.1177/1179551420981909
Kim, E. J., & Han, K. S. (2020). Factors related to self-care behaviours among patients
with diabetic foot ulcers. Journal of Clinical Nursing, 29(9–10), 1712–1722.
https://doi.org/10.1111/jocn.15215
Lee, S. K., Shin, D. H., Kim, Y. H., & Lee, K. S. (2019). Effect of diabetes education
through pattern management on self-care and self-efficacy in patients with type 2
diabetes. International Journal of Environmental Research and Public Health,
16(18). https://doi.org/10.3390/ijerph16183323
Mills, J., Wand, T., & Fraser, J. A. (2018). Exploring the meaning and practice of self-
care among palliative care nurses and doctors : a qualitative study. 1–12.
Puhl, R. M., Himmelstein, M. S., Hateley-Browne, J. L., & Speight, J. (2020). Weight
stigma and diabetes stigma in U.S. adults with type 2 diabetes: Associations with
diabetes self-care behaviors and perceptions of health care. Diabetes Research and
Clinical Practice, 168, 108387. https://doi.org/10.1016/j.diabres.2020.108387