Disusun oleh :
Dosen Pengampu:
Latar Belakang
Akhir-akhir ini, ketegangan Rusia-Ukraina yang meningkat telah menyita perhatian dunia.
Ketegangan tersebut ditandai oleh pengerahan ratusan ribu tentara Rusia di perbatasan Ukraina dan
respons sejumlah negara anggota Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) termasuk Amerika
Serikat (AS), terhadap langkah Rusia tersebut. Kehadiran NATO yang seolah menjadi ancaman
bagi Rusia ikut mengambil peran dalam menimbulkan eskalasi ketegangan di perbatasan
Rusia-Ukraina. Terjadinya konflik Rusia dan Ukraina menimbulkan kekhawatiran akan munculnya
perang dunia. Konflik yang terus berlangsung, pada akhirnya akan merugikan banyak pihak, tidak
saja negara-negara Eropa, tetapi juga negara-negara di kawasan lainnya. Indonesia, sebagai bagian
dari masyarakat internasional dan dengan politik luar negerinya yang bebas aktif, perlu ikut
mengambil peran untuk mengupayakan solusi terbaik bagi penyelesaian konflik Rusia-Ukraina.
Ukraina adalah sebuah negara di benua Eropa yang letak geografisnya berada di Eropa Timur.
Ukraina dan Rusia pada awalnya tergabung dalam satu Negara besar yaitu Uni Soviet. Uni Soviet
merupakan Negara besar termasuk Negara adikuasa setelah Perang Dunia II.Ukraina merupakan
negara pecahan Uni Soviet, letak negaranya di sebelah timur berdekatan dengan Rusia dimana
negara Rusia merupakan negara pewaris Uni Soviet. Walaupun Ukraina telah memperoleh
kemerdekaannya dari Uni Soviet pada tanggal 24 Agustus 1991 Ukraina masih dibawah pengaruh
Rusia. Setelah Rusia dan Ukraina berdiri sendiri menjadi negara merdeka, kedua negara
membangun hubungan diplomatik pada 14 Februari 1992 yang disusul dengan kesepakatan
beragam perjanjian dan kerja sama padatahun 1997. Seiring berjalannya waktu, hubungan bilateral
kedua negara mengalami pasang surut, di antaranya pergantian kepemimpinan yang membawa
Ukraina ke arah Barat yang mengakibatkan mulai berkurangnya peran Rusia. Selain itu, Ukraina
juga memiliki keinginan untuk menjadi anggota Uni Eropa, dan dalam perkembangannya
kemudian muncul keinginan dari pemimpin Ukraina pro-Eropa untuk menjadi anggota NATO.
Salah satu penyebab konflik Rusia dan Ukraina di bidang ekonomi yaitu sengketa yang terkait
pasokan gas dialami dalam hubungan Rusia dan Ukraina pada tahun 2006. Rusia merupakan
produsen minyak serta gas alam bagi banyak negara Eropa, termasuk Ukraina. Ukraina sendiri
sangat mengandalkan pasokan gas dari Rusia dan menjadi jalur transit bagi pasokan gas dari Rusia
menuju Eropa. Dalam kerja sama gas, pada 1 Januari 2006 terjadi penghentian pasokan gas dari
Rusia akibat kenaikan harga. Hal ini terus berlanjut hingga perusahaan gas tersebut mengurangi
jumlah pengiriman, dikarenakan ketidaksanggupan Ukraina dalam membayar utang dan denda
kepada Rusia. Akibat lainnya, ekspor gas ke Eropa menjadi terhambat.
Konflik yang saat ini terjadi di Eropa Timur antara Ukraina dan Rusia bukan merupakan
konflik baru dan menjadi bagian dari sisa-sisa perang dingin yang masih bertahan hingga saat ini
meskipun beberapa pihak menyatakan perang dingin sudah lama selesai sejak runtuhnya tembok
Berlin dan bubarnya Uni Soviet. Serangan Rusia kemudian dimulai dengan ledakan di sejumlah
kota di Ukraina, termasuk Kyiv, Odessa, Kharkiv dan Mariupol.
Konflik Rusia-Ukraina memanas pada awal Februari 2022 setelah armada tempur Rusia unjuk
kekuatan di perbatasan Ukraina, tepatnya di Belarus. Kekuatan Rusia yang dikirim dalam jumlah
cukup besar itu diperkirakan dapat dijadikan sebagai kekuatan untuk melakukan invasi ke Ukraina,
dan menjadi penyebab terjadinya eskalasi ketegangan dalam hubungan Rusia-Ukraina, meskipun
upaya diplomasi telah dilakukan dan belum memberikan solusi.
Korban berjatuhan dan pengungsi terus meningkat sejak awal invasi. Berdasarkan berita media
6 Maret 2022, Kantor Komisaris Tinggi Hak Asassi Manusia PBB menyebutkan, lebih dari 330
warga sipil tewas dan hampir 700 orang terluka, serta sudah 1,5 juta orang mengungsi ke negara
tetangga, tidak termasuk yang mengungsi di dalam negeri. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky,
dalam pidatonya yang disampaikan secara virtual di hadapan Parlemen Uni Eropa pada 28 Februari
2022 (beberapa hari setelah invasi Rusia), menegaskan bahwa prioritas negaranya adalah
memastikan Ibu Kota Kiev terlindung dari gempuran hingga pendudukan pasukan Rusia. Zelensky
saat itu mendesak Uni Eropa untuk membuktikan bahwa mereka memihak Ukraina dalam
menghadapi invasi Rusia. Zelensky juga menyampaikan keinginannya untuk melihat anak- anak
Ukraina hidup sebagaimana mestinya, dan menyebutkan bahwa peperangan yang dia hadapi
melawan Rusia adalah misi bertahan hidup.
Sementara itu Presiden Rusia Vladimir Putin menyebutkan bahwa serangan yang dilakukan
Rusia terhadap Ukraina adalah untuk menetralisir “ancaman nyata” yang datang dari Kiev (ibukota
Ukraina) dan NATO (Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara yang beranggotakan negara-negara
Barat pimpinan Amerika Serikat). Rusia telah lama memprotes infrastruktur militer Barat di
sepanjang perbatasannya dan aspirasi Ukraina untuk bergabung dengan blok pimpinan Amerika
Serikat (AS). Rusia menuntut agar Barat memberikan jaminan yang mengikat secara hukum bahwa
NATO tidak akan mengadakan kegiatan militer apa pun di Eropa Timur dan Ukraina.
Pertumpahan darah di Ukraina terus berlanjut hingga kini meski ada kesepakatan gencatan
senjata yang ditengahi oleh Jerman, Prancis, Rusia, dan Ukraina. Tercatat pada Januari 2018 bahwa
lebih dari 10 ribu orang tewas dalam konflik tersebut, yang mana setiap harinya terdapat laporan
korban tewas. Apabila konflik terus berlanjut dan tidak diselesaikan, maka dampak-dampak akan
dirasakan oleh negara-negara di seluruh dunia. Dampak tersebut tentu tidak hanya dalam satu sektor,
namun dalam berbagai sektor. Konflik Rusia dan Ukraina berdampak pada masyarakat Indonesia.
Rumusan Masalah
c. Bagaimana Upaya yang Dilakukan Indonesia dalam Menghadapi Konflik Rusia dan
Ukraina?
Tujuan
1. Bidang Politik
Dampak di bidang politik tidak terlalu signifikan mengingat jarak geografis antara
Indonesia dan kedua negara yang tengah berkonflik terbilang sangat jauh. Hanya saja,
Indonesia dipandang mampu ambil peran dalam meredakan konflik yang terjadi. Indonesia
disebut bisa ambil peran karena Indonesia memiliki pengalaman terkait yang terjadi antara
Rusia dan Ukraina. Pertama Rusia ada dalam atmosfer perang dingin, karena Ukraina tengah
didorong sejumlah negara besar untuk bergabung dengan NATO dan Uni Eropa. Di masa
perang dingin, Indonesia adalah salah satu negara yang menginisiasi terbentuknya Gerakan
Non-Blok. Artinya Indonesia sedari dulu sudah punya posisi yang pro pada upaya mewujudkan
perdamaian dunia, dan sedari dulu sudah punya pengalaman untuk terlibat dalam konflik seperti
ini.
2. Bidang Ekonomi
Bank Indonesia (BI) memantau sekurangnya tiga dampak perang yang dapat berdampak
terhadap perekonomian dalam negeri. Pertama, berbagai komoditas termasuk minyak
mencatatkan kenaikan harga akibat situasi konflik. Harga minyak dunia jenis Brent per 21
Maret 2022 menembus level US$ 110,8 per barel atau naik 29% selama dua bulan ke belakang.
Angka tersebut bahkan hampir dua kali lipat dari harga yang dipatok pemerintah dalam APBN
2022 sebesar US$ 63/barel. enaikan harga minyak akan berpengaruh terhadap kondisi fiskal dan
harga-harga di dalam negeri. Namun, dampaknya juga akan bergantung pada kebijakan
pemerintah dalam menyikapi harga energi global. Kenaikan harga minyak ini pun berdampak
pada harga komoditas lainnya seperti bahan pokok. Kementerian Perdagangan mengungkapkan
sejumlah harga pangan seperti gandum, kedelai impor, dan daging sapi melonjak disebabkan
oleh konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina.
Kedua, potensi turunnya volume perdagangan dunia. Selain gangguan rantai pasokan akibat
perang, pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara maju juga diperkirakan lebih rendah. Ini
termasuk pertumbuhan ekonomi di negara-negara mitra dagang utama Indonesia. Dana Moneter
Internasional (IMF) memastikan pertumbuhan ekonomi global tahun ini akan melambat
dibandingkan tahun lalu akibat dampak perang Rusia dan Ukraina. Pada awal Januari lalu, IMF
memproyeksikan ekonomi global akan tumbuh 4,4% pada 2022, turun 0,5 poin dari perkiraan
Oktober yang sebesar 4,9%. Ketiga adalah adanya ketidakpastian pasar keuangan global
termasuk domestik. Hal ini disebabkan karena kenaikan suku bunga the Fed dan percepatan
normalisasi kebijakan moneter di negara maju lainnya. Hal tersebut mengakibatkan terbatasnya
aliran modal dan meningkatnya persepsi investor global terhadap pasar keuangan negara
berkembang, termasuk Indonesia. Investor cenderung memilih menempatkan dananya pada aset
yang lebih aman dan menguntungkan.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengaku telah menyiapkan APBN dalam upaya
menghadapi dampak besar lonjakan harga-harga komoditas. Dia mengaku jika perang Rusia
Ukraina memberi 2 dampak. Pertama di satu sisi, penerimaan APBN meningkat dari hasil
ekspor komoditas. Sebut saja batu bara, nikel hingga CPO. Lalu Indonesia mengalami
pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS cukup terbatas, atau hanya sekitar 0,24% ke Rp
14.373 sepanjang dua hari. Imbal hasil obligasi pemerintah masih relatif stabil di 6,46%.
Kemudian dari jalur sektor komoditas, konflik Rusia-Ukraina menyebabkan naiknya harga
minyak dan gas (migas), Crude Palm Oil (CPO), serta batubara karena ada risiko suplai. Harga
komoditas emas pun diperkirakan meningkat karena faktor inflation-hedging commodities, atau
karena peralihan emas menjadi instrumen investasi safe haven ini. Dampaknya ke Indonesia,
bisa menyebabkan kenaikan inflasi di bulan Februari atau Maret 2022. Peningkatan ini melalui
komoditas harga emas perhiasan yang biasanya masuk ke dalam komponen inti. Dari jalur
perdagangan, Rusia dan Ukraina memang bukan negara mitra dagang utama Indonesia, tetapi
Ukraina merupakan eksportir gandum utama dunia, termasuk ke Indonesia. Tekanan dari sisi
suplai ini bisa meningkatkan tekanan pada inflasi domestik, terutama dari sektor pangan.
Dengan demikian, perlu adanya diversifikasi untuk komoditas ini.
Dampak perang Rusia-Ukraina yang paling terasa bagi Indonesia salah satunya adalah pada
bidang ekspor. nilai ekspor Indonesia ke Rusia pada bulan Januari berada di angka 170 juta
dollar AS, sedangkan untuk Ukraina sebesar 5 juta dollar AS. Selain itu, Pasar modal otomatis
akan mengikuti tren yang dialami oleh nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan isu global
yang sedang terjadi. Kemungkinan pasar modal Indonesia mengalami sedikit penurunan, hal ini
wajar karena di seluruh dunia juga mengalami tren yang sama. Namun, untuk dana dari investor
asing di pasar modal Indonesia masih relatif stabil.
Konflik Rusia-Ukraina juga akan mempengaruhi sektor penyediaan bahan bakar.
Dilansir dari Bisnis, posisi Rusia dan Ukraina yang merupakan dua negara produsen minyak
bumi terbesar di dunia membuat konflik kedua negara tersebut mempengaruhi harga minyak
dunia. Akibatnya, kenaikan bahan bakar diperkirakan akan terjadi sebagai akibat dari konflik
Rusia-Ukraina. kenaikan harga BBM merupakan dampak yang paling krusial dan harus
diantisipasi dari konflik Rusia-Ukraina. Menurut dia, Ukraina selama ini menjadi negara kedua
yang paling banyak mengekspor minyak bumi ke Indonesia. kemungkinan terjadinya kenaikan
harga BBM makin besar karena Indonesia tengah mengalami kelangkaan minyak sawit.
Apabila persediaan minyak sawit, menurut Bayu, harga BBM akan tetap dapat ditekan dengan
menggunakan subsidi minyak sawit.
Batu bara juga meningkat sehingga tadi ada kekhawatiran berkurangnya suplai gas dari
Rusia ke negara-negara Eropa, ini makanya permintaan terhadap batubara cenderung
meningkat. Bahkan per tanggal 2 Maret ini harga batubara sudah menembus 300 dollar per ton.
Di satu sisi, kenaikan harga minyak mentah ini akan memberikan defisit pada neraca migas
Indonesia karena Indonesia adalah net oil importer. Alhasil, neraca migas Indonesia cenderung
akan melebar defisitnya. Namun di sisi lainnya, untuk neraca nonmigas, ini berpotensi tercatat
surplus karena Indonesia ditopang oleh kenaikan harga CPO dan batu bara. Ini tentunya akan
mendorong kinerja ekspor migas Indonesia.
Selanjutnya adalah dampaknya terhadap jalur perdagangan. Meskipun Rusia dan
Ukraina bukan merupakan mitra dagang utama Indonesia, Ukraina merupakan eksportir
gandum ke Indonesia, yakni 23 persen dari total ekspor gandum Indonesia. Sementara itu,
Indonesia mengandalkan impor pupuk, baja, dan besi dari Rusia. Dia menjelaskan proporsi
impor pupuk sendiri sekitar 15 persen dari total impor pupuk Indonesia. Artinya, jika pada
akhirnya terjadi gangguan pada pasokan global akibat konflik kedua negara, maka bisa
mengganggu suplai dari beberapa komoditas tadi, serta dapat berpengaruh terhadap industri
pertanian serta makanan dan minuman.
2.3 Upaya yang Dilakukan Indonesia dalam Menghadapi Konflik Rusia dan Ukraina
Di tengah konflik Rusia versus Ukraina, Indonesia punya kesempatan untuk memainkan
perannya sebagai negara yang menganut prinsip bebas aktif dalam politik luar negerinya.
Untuk memahami bagaimana peran itu akan dan mesti dimainkan, publik dapat menyimak
pandangan pejabat di Kementerian Luar Negeri dan pengamat politik internasional. Indonesia
akan terus mendorong agar penggunaan kekuatan dapat dihentikan dan semua pihak dapat
menyelesaikan sengketa. Tentang perang Rusia dan Ukraina, Indonesia menilai langkah terbaik
terhadap situasi tersebut adalah dengan deeskalasi sehingga proses perundingan dapat berjalan
lebih efektif dan memungkinkan dibukanya jalur kemanusiaan. Indonesia akan terus mendorong
agar penggunaan kekuatan dapat dihentikan dan semua pihak dapat menyelesaikan sengketa.
Tentang perang Rusia dan Ukraina, Indonesia menilai langkah terbaik terhadap situasi tersebut
adalah dengan deeskalasi sehingga proses perundingan dapat berjalan lebih efektif dan
memungkinkan dibukanya jalur kemanusiaan. Terkait posisi Indonesia dalam krisis Ukraina,
pemerintah menegaskan bahwa Indonesia tetap menjalin hubungan baik dengan Rusia dan
Ukraina karena kedua negara adalah sahabat Indonesia. Kebijakan Indonesia untuk politik luar
negeri bebas aktif sudah sangat tepat, invasi Rusia ke Ukraina menjadi pendorong negara-
negara ASEAN untuk bersatu dan tidak membuat ancaman bagi negara manapun.
Prinsip bebas aktif yang dijunjung Indonesia tidak identik dengan sikap netral, melainkan
bebas bersikap sesuai dengan kepentingan nasional. Selain itu, sikap Indonesia itu juga bukan
sekadar mengikuti negara lain, melainkan upaya untuk menyuarakan pentingnya penghormatan
terhadap norma hukum internasional. Indonesia akan terus mendorong dihentikannya
penggunaan kekuatan sehingga semua pihak dapat menyelesaikan sengketa. Indonesia juga
menilai bahwa langkah terbaik terhadap situasi di Ukraina adalah dengan deeskalasi sehingga
proses perundingan dapat berjalan lebih efektif dan memungkinkan dibukanya jalur
kemanusiaan.
Sementara itu, terkait peran dan kontribusi yang bisa diberikan Indonesia terhadap
penyelesaian konflik Rusia-Ukraina, Dirut LKBN ANTARA Meidyatama Suryodiningrat, atau
yang lebih akrab disapa Dimas, menilai bahwa Indonesia bisa mengupayakan agar konflik yang
terjadi tidak semakin memanas. Indonesia juga bisa memberikan bantuan kemanusiaan terhadap
potensi tragedi kemanusiaan dalam konflik tersebut.
Selain itu, perlu membangun sistem keamanan. kita perlu membangun sistem keamanan
global atau global architecture yang lebih transparan sehingga tidak menjadi alasan bagi
penghasut perang untuk menjustifikasi apapun tindakan mereka, baik dari sisi keamanan dirinya
ataupun stabilitas global. Indonesia tidak perlu terlibat lebih jauh dalam permasalahan yang
dihadapi oleh kedua negara. Sebaliknya, Indonesia bisa memberikan kontribusi terhadap upaya
penyelesaian konflik.
Kemudian, Indonesia juga perlu mendorong dibukanya zona pengungsi untuk menampung
lebih banyak warga sipil yang terpaksa mengungsi akibat konflik tersebut. Peran Indonesia
yang lebih besar lagi juga, menurutnya, bisa diberikan melalui Presidensi Indonesia di forum
G20. Sebagai tuan rumah, Indonesia harus menghindari potensi forum tersebut untuk
dimanfaatkan sebagai ajang persengketaan terkait masalah Ukraina.
Tugas Indonesia, sesuai konstitusi, sesuai dan amanat adalah mendorong agar isu-isu dunia
ketiga tetap bisa diselesaikan dalam forum G20, dan forum tersebut banyak menyelesaikan
masalah yang dihadapi negara dunia ketiga. Sebagaimana disebutkan Dimas dalam pendapatnya
bahwa konflik antara Rusia dan Ukraina merupakan perang saudara antara bangsa-bangsa
Eropa. Maka seyogyanya perang tersebut bisa diselesaikan melalui jalur damai dan dilakukan
secara kekeluargaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konflik antara Ukraina dan Rusia menjadi pembahasan di seluruh dunia. Penyebab konflik
Rusia-Ukraina ini sudah ada sejak dulu. Kedua negara tersebut merupakan negara besar yang
setiap kebijakannya memiliki dampak bagi dunia. Rusia dan Ukraina tidak hanya akan
memengaruhi stabilitas kedua negara yang terlibat, tapi juga akan memengaruhi stabilitas
global, baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik, dan berbagai sektor lainnya. Termasuk juga
Indonesia, yang mau tak mau juga akan terdampak. Indonesia sebagai bagian dari masyarakat
global pun menaruh atensi yang cukup besar terhadap konflik antara Rusia dan Ukraina.
Dampak paling banyak yang dirasakan Indonesia adalah dampak politik, ekonomi, dan
hiburan olahraga, namun yang paling terdampak adalah bidang ekonomi. Tugas Indonesia,
sesuai konstitusi, sesuai dan amanat adalah mendorong agar isu-isu dunia ketiga tetap bisa
diselesaikan dalam forum G20, dan forum tersebut banyak menyelesaikan masalah yang
dihadapi negara dunia ketiga. Sebagaimana disebutkan Dimas dalam pendapatnya bahwa
konflik antara Rusia dan Ukraina merupakan perang saudara antara bangsa-bangsa Eropa. Maka
seyogyanya perang tersebut bisa diselesaikan melalui jalur damai dan dilakukan secara
kekeluargaan.
3.2 Saran
Diperlukan untuk membangun sistem keamanan. kita perlu membangun sistem keamanan
global atau global architecture yang lebih transparan sehingga tidak menjadi alasan bagi
penghasut perang untuk menjustifikasi apapun tindakan mereka, baik dari sisi keamanan dirinya
ataupun stabilitas global. Indonesia tidak perlu terlibat lebih jauh dalam permasalahan yang
dihadapi oleh kedua negara. Sebaliknya, Indonesia bisa memberikan kontribusi terhadap upaya
penyelesaian konflik.
DAFTAR PUSAKA
Latifatul Fajri, Dwi. 2022. Dampak dan Penyebab Konflik Rusia-Ukraina. Diakses pada 20
Mei 2022. (Online)
https://katadata.co.id/safrezi/berita/621889ce4165b/dampak-dan-penyebab-konflik-
rusia-ukraina
2022. Krisis Rusia-Ukraina: Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia yang Bebas
Aktif Sudah Tepat. Diakses pada 22 Mei 2022. (Online)
https://fisip.ui.ac.id/krisis-rusia-ukraina-kebijakan-politik-luar-negeri-indonesia-yang-
bebas-aktif-sudah-tepat/
Dihni, Vika Azkiya. 2022. Dampak Ekonomi Harga Pangan Perang Rusia Ukraina.
Diakses pada 22 Mei 2022. (Online)
https://katadata.co.id/amp/ariayudhistira/infografik/62425ef0216ee/dampak-ekonomi-dan-
harga-pangan-perang-rusia-ukraina
Hendrawan, Bonaventura. 2022. Dampak Perang Rusia Dan Ukraina Bagi Indonesia.
Diakses pada 22 Mei 2022 (Online)
https://unkartur.ac.id/dampak-perang-rusia-dan-ukraina-bagi-indonesia/10119/
Pusat Keahlian DPR RI. Tawaran Resolusi Konflik dan Dampaknya. Diakses pada 22 Mei
2022. (Online)
Berkas.dpr.go.id